BAB I
PENDAHULUAN
Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari
referat ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior (KSS) dan diterapkan
di kemudian hari dalam praktek klinik.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi pada kehamilan dapat didefinisikan yaitu
terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan peningkatan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau
terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg dari tekanan darah
normal atau dari prekonsepsi atau tekanan darah
trisemester pertama. Hipertensi biasanya terjadi pada
bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia
kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif10.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan. Hipertensi dalam
kehamilan dapat dibagi menjadi preeklampsia atau eklampsia, hipertensi
gestasional, hipertensi kronis, dan hipertensi kronik dengan superimposed
preeklampsia3.
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian hipertensi di dunia bervariasi antara 4-9% dari seluruh
kehamilan, jika dibandingkan dengan angka kematian ibu. Sekitar 8% pada semua
kehamilan komplikasi yang paling sering adalah hipertensi dan dapat diperkirakan
192 ibu hamil meninggal setiap hari karena komplikasi kehamilan yang
disebabkan hipertensi10.
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 7,5 kali lebih besar dibanding AKI
di Malaysia, 10 kali lebih besar dibanding dengan AKI di Singapura 11. Menurut
WHO tahun 2008, di negara maju angka kejadian preeklampsia berkisar antara 5-
6% dan eklampsia 0,1-0,7%. Angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di
seluruh dunia adalah 6-8% di antara seluruh wanita hamil.
Preeklamsia dan eklamsia merupakan penyebab utama terjadinya morbiditas
dan mortalitas kehamilan di dunia. Diperkirakan sekitar 14% kematian maternal
5
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP),
antara lain, dalam kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi3,8:
a. Preeklampsia-Eklampsia
Merupakan hipertensi yang terjadi setelah 20 miggu kehamilan dan ditandai dengan
proteinuria. Secara klinik preeklamsia dapat dimanifestasikan sebagai
sindrom maternal (hipertensi, proteinuria, dan atau tanpa abnormalitas
mulitisistem) dan sindrom fetal (retriksi pertumbuhan pada fetal, terjadinya
pengurangan cairan amniotik, dan abnormalitas oksigenasi)13.
Dua puluh persen wanita yang mengalami preklamsia berat dijumpai sindrome
HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelet count) yang ditandai
dengan hemolisis, peningkatan enzim hepar, trombositopenia akibat
kelainan hepar dan sistem koagulasi8.
Eklamsia yaitu preeklampsi yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma8.
Hampir semua eklamsia timbul dalam 24 jam sekitar persalinan, namun
pada kasus tertentu dapat timbul sampai 10 hari postpartum14.
6
b. Hipertensi Gestasional
Meningkatnya tekanan darah setelah 20 minggu kehamilan yaitu > 140/90 mmHg,
tidak ditandai dengan adanya proteinuria atau gejala sistemik lainnya, dan
biasanya akan normal kembali setelah kelahiran8. Hipertensi selama
kehamilan secara umum berdasarkan tekanan darah, dibagi atas 3 kategori,
yaitu
c. Hipertensi Kronik
Hipertensi yang terjadi sebelum 20 minggu kehamilan atau pada wanita yang telah
mengalami riwayat hipertensi sebelumnya, salin itu dapat dikatakan
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu
dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan12.
7
b. Faktor kehamilan
Faktor kehamilan seperti molahilatidosa, hydrops fetalis dan kehamilan ganda
berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsi dan eklampsi
mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda. Dari
105 kasus bayi kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian preeklampsi dan
satu kasus kematian ibu karena eklampsi.
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi dalam kehamilan hingga kini sebelum diketahui
dengan jelas. Banyak teori dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori yang diaggap mutlak benar. Teori-teori
yang sekarang banyak dianut adalah8:
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah
dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah
tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuarta dan arteri arkuarta
memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrrium
menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang arterias spiralis.
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas
ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan
otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi tropolas juga
memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga memudahkan lumen
9
e. Teori genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial
dibandingkan genotipe janin. Telah tebukti bahwa pada ibu yang mengalami
preeklampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula,
sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
b. Perubahan hemodinamik
Penyimpangan kardiovaskuler pada penyakit hipertensif terkait kehamilan
bervariasi bergantung pada sejumlah faktor. Penyimpangan ini berpusat
pada peningkatan afterload, dan mencakup keparahan hipertensi, adanya
penyakit kronis yang mendasari, adanya preeklampsia dan stadium
perjalanan klinis. Fungsi jantung bersifat hiperdinamis pada semua
perempuan, tekanan pengisian bergantung pada infus cairan intravena.
Secara khusus, pemberian cairan yang agresif menyebabkan fungsi ventrikel
hiperdinamis pada sebagian besar perempuan. Fungsi ventrikel hiperdinamis
disertai dengan peningkatan tekanan baji kapiler paru-paru. Pada beberapa
perempuan tersebut, edema paru dapat timbul meskipun fungsi ventrikel
normal karena adanya kebocoran epitel-endotel pada alveolus, yang
diperberat oleh penurunan tekanan onkotik akibat rendahnya kosentrasi
albumin serum. Jadi, fungsi ventrikel yang hiperdinamik terutama akibat
tekanan baji yang rendah, dan bukan akibat peningkatan kontraktilitas
miokardium yang diukur sebagai indeks kerja sekuncup ventrikel kiri.
14
c. Volume darah
Hemokosentrasi merupakan tanda utama eklampsia. Pada perempuan eklampsia,
hipervolemia yang normalnya adanya mengalami penurunan yang hebat,
bahkan tidak terjadi pada sebagian perempuan. Perempuan yang memiliki
ukuran tubuh sedang seharusnya memiliki volume darah hampir mencapai
5000 ml pada beberapa minggu terakhir kehamilan normal, dibandingkan
dengan sekitar 3500 ml saat tidak hamil. Namun pada eklampsia, sebagian
besar atau seluruh penambahan volume sebanyak 1500 ml ini tidak tercapai.
Hemokosentrasi tersebut terjadinya akibat vasokontriksi generalisata yang
mengikuti aktivasi endotel dan kebocoran plasma kedalam ruang intertisial
akibat bertambahnya permeabilitas. Pada perempuan yang mengalami
preeklampsia dan bergantung pada keparahannya, hemokosentrasi biasanya
tidak sedemikian nyata. Perempuan dengan hipertensi gestasional, tetapi
tanpa preeklampsia biasanya memiliki volume darah yang normal.
e. Perubahan Endokrin
Kadar renin, angiotensin II 1-7, dan aldosteron dalam plasma meningkat secara
nyata selama kehamilan normal. Pada kasus preeklampsia dan meskipun
volume darah berkurang, nilai-nilai ini berkurang secara nyata, tetapi diatas
nilai saat tidak hamil.
15
g. Ginjal
Selama kehamilan normal, aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
meningkat secara bermakna. Dengan memperburuknya preeklampsia,
Mungkin timbul sejumlah perubahan anatomis dan patofisiologis yang
reversibel. Yang penting secara klinis, perfusi ginjal dan filtrasi glomerulus
berkurang. Kadar jauh lebih rendah dari nilai normal saat tidak hamil jarang
terjadi dan hanya sebagai komplikasi penyakit berat. Filtrasi glomerulus
yang sedikit berkurang dapat terjadi akibat penurunan volume plasma.
Sebagian besar penurunan ini kemungkinan timbul akibat meningkatnya
resistensi arteriol aferen, yang dapat meningkatkan hingga lima kali lipat.
Terdapat juga perubahan morfologis yang ditandai dengan endoteliosis
glomerulus yang menyumbat sawar filtrasi. Penurunan filtrasi menyebabkan
nilai kreatinin serum meningkatkan hingga mencapai nilai pada perempuan
tidak hamil, yaitu, 1 mg/ml , tetapi kadang kadang bahkan lebih tinggi lagi.
Pada kebanyakan perempuan preeklampsia, kadar natrium urin meningkat
osmolaritas urin, rasio kreatinin urin : plasma, dan ekskresi natrium
fraksional juga merupakan penanda keterlibatan mekanis pre renal. Kadar
asam urat plasma biasanya meningkat pada preeklampsia. Peningkatan
melebihi penurunan pada laju filtrasi glomerulus dan kemungkinan juga
disebabkan oleh bertambahnya reabsorpsi tubular. Pada saat yang sama,
preeklampsia dikaitkan dengan berkurangnya ekskresi kalsium dalam urin,
mungkin karena peningkatan reabsorpsi kalsium di tubulus. Kemungkinan
16
h. Proteinuria
Adanya proteinuria dalam derajat apapun akan menegakkan diagnosis
preeklampsia-eklampsia. Proteinuria dapat timbul pada tahap lanjut, dan
beberapa perempuan mungkin telah melahirkan atau mengalami kejang
eklampsia sebelum timbul proteinuria.
i. Hepar
Keterlibatan hepar pada preeklampsia mungkin bermakna secara klinis dalam
kondisi-kondisi berikut :
● Keterlibatan simtomatik, biasanya bermanifestasi sebagai nyeri dan
nyeri tekan derajat sedang hingga berat pada kuadran kanan atas atau
pertengahan epigastrium, biasanya terjadi pada penyakit berat. Pada
banyak kasus, perempuan-perempuan mengalami peningkatan kadar
AST atau ALT.
● Peningkatan asimtomatik kadar transaminase hepar dalam serum AST
dan ALT dianggap merupakan penanda preeklampsia berat.
● Perdarahan hepar dari daerah mengalami infark dapat meluas sehingga
membentuk hematoma hepatis.
● Perlemakan hati akut pada kehamilan kadang-kadang salah diduga
sebagai preeklampsia. Perlemakan hati akut juga memiliki awitan
pada kehamilan lanjut, dan sering disertai hipertensi, peningkatan
kadar transminase dan kreatinin dalam serum, serta trombositopenia.
j. Otak
Nyeri kepala dan gejala penglihatan lazim terjadi pada preeklampsia berat, dan
terjadinya kejang yang berkaitan dengan kedua gejala tersebut menandakan
eklampsia. Disfungsi endotel yang menandai sindrom preeklampsia
kemungkinan memainkan peran kunci dalam kedua teori :
17
2.6 Diagnosis17
Kenaikan tekanan darah sistolik > 30 mmHg atau diastolik > 15 mmHg
(dari tekanan darah sebelum hamil) pada kehamilan 20 minggu atau lebih, atau
sistolik > 140 mmHg (<160 mmHg), diastolik 90 mmHg (<110 mmHg); protein
urin 0.3 g/lt dalam 24 jam atau secara kualitatif (++); edema pada pretibia,
dinding perut, lumbosakral, wajah atau tangan atau kenaikan berat badan >500
g/minggu, >2000 g/bulan, >13 kg selama kehamilan19
a. Preeklampsia dan Eklampsia
Kriteria Minimum
● Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik
≥ 90 mmHg yang terjadi setelah umur kehamilan
diatas 20 minggu tanpa riwayat hipertensi
sebelumnya
● Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ +1 pada
pemeriksaan carik celup (dipstick)
Kemungkinan preeklampsia meningkat
18
Eklampsia
Eklampsia dapat didiagnosis dengan adanya kejang
dan/atau koma pada ibu hamil ≥ 20 minggu yang
disebabkan selain karena gangguan neurologik.
b. Hipertensi gestasional
● Tekanan darah > 140/90 mmHg ditemukan pertama kali saat hamil
tanpa riwayat hipertensi sebelumnya
● Tanpa disertai dengan proteinuria.
● TD kembali normal sebelum 12 minggu postpartum
● Mungkin memiliki gejala dan tanda lain preeklampsia seperti
dispepsia atau trombositopenia
c. Hipertensi kronik
● Timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
● Hipertensi yang menetap pasca persalinan
● Tekanan darah sangat tinggi
● Biasanya diikuti dengan riwayat obesitas
● Umumnya multipara
● Umumnya ditemukan kelainan jantung, ginjal dan diabetes melitus
19
2.7 Tatalaksana8,18
Tujuan utama penatalaksanaan pada pasien HDK yaitu mencegah kejang,
perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan
bayi sehat.
a. Rawat jalan (ambulatoir)
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara rawat jalan. Dianjurkan
ibu hamil banyak istirahat. Pada umur kehamilan di atas 20 minggu, tirah
baring dengan posisi miring menghilangkan tekanan rahim pada v. Kafa
inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah
curah jantung, sehingga dapat meningkatkan aliran darah ke organ vital.
Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi glomerulus
dan meningkatkan diuresis, sehingga ekskresi natrium meningkat, dan
menurunkan reaktivitas kardiovaskuler, sehingga mengurangi vasospasme.
Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim,
menambah oksigenasi plasenta, dan memperbaiki kondisi janin dalam
rahim.
Diet yang mengandung 2 gram natrium atau 4-6 NaCl, kehamilan sendiri lebih
banyak membuang garam lewat ginjal, tetapi pertumbuhan janin
membutuhkan lebih banyak konsumsi garam. Jika konsumsi garam dibatasi
hendaknya diimbangi dengan konsumsi cairan yang banyak susu atau buah.
Diet diberikan cukup protein, rendah Kh, lemak, garam secukupnya dan roboransia
pranatal.
20
125 cc/jam atau infus dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan
infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc. Perlu kateterisasi urin untuk pengeluaran
volume. Oliguria terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau
< 500 cc/24 jam.
Untuk hipertensi dalam kehamilan yang disertai kejang, dapat
diberikan Magnesium sulfat (MgSO4). MgSO4 merupakan obat pilihan
untuk mencegah dan menangani kejang pada preeklampsi dan eklampsi.
Cara pemberian MgSO4 pada preeklampsi dan eklampsi adalah:
● Dosis awal
Berikan MgSO4 4 gram IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit.
● Dosis pemeliharaan
Diberikan infus 6 gram dalam larutal RL/ 6 jam; atau diberikan 4 atau 5 gram
im. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im tiap 4-6 jam.
Pemberian tersebut dilanjutkan sampai 24 jam postpartum atau kejang
terakhir. Sebelum pemberian MgSO4, periksa frekuensi nafas> 16
kali/menit, refleks patella positif, tidak ada tanda fetal distress, dan
urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir. Pemberian MgSO4
dihentikan jika ada tanda intoksikasi. Harus tersedia antidotum
MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu Dosis glukonat adalah 1 gr (10
cc dalam larutan 10%) diberikan iv selama 3 menit.
d. Perawatan persalinan
Pada preeklampsi berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang
pada eklampsi dalam 12 jam sejak gejala eklampsi timbul. Jika terdapat
gawat janin, atau persalinan tidak terjadi dalam 12 jam pada eklampsi,
lakukan seksio sesarea.
e. Perawatan postpartum
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang
terakhir. Teruskan pemberian obat antihipertensi jika tekanan darah
diastolik masih >110 mmHg dan pemantauan urin.
2.8 Komplikasi
22
a. Komplikasi Maternal
● Edema paru
● Gagal ginjal
● Gagal jantung
● Solusio plasenta
● Ablasio retina
● HELLP syndrome
b. Komplikasi Janin
● IUGR
● Gawat janin
● Janin mati
2.9 Prognosis
Pada penderita hipertensi ringan atau sedang, outcome kehamilan baik
dengan kehidupan perinatal sekitar 95-97%. Makin tinggi indeks gestosis maka
makin jelek prognosisnya.
0 1 2 3
Tensi sistolik < 140 140 -160 160 - 180 > 180
● Proteinuria > 10 g
● Edema menghilang
● Kegagalan system kardiovaskuler
● Elektrolit imbalance
● Kegagalan dalam pengobatan
24
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Hipertensi pada kehamilan dapat didefinisikan yaitu
terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan peningkatan tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg, atau terjadinya peningkatan tekanan darah
sistolik ≥ 30 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 15
mmHg dari tekanan darah normal atau dari
prekonsepsi atau tekanan darah trisemester pertama
yang terjadi pada bulan terakhir kehamilan atau lebih
setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita yang
sebelumnya normotensif
2. Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi menjadi hipertensi gestasional,
preeklampsia-eklampsia, hipertensi kronik, dan preeklampsia
superimposed pada hipertensi kronis
3. Faktor resiko hipertensi dalam kehamilan meliputi faktor maternal yaitu
usia, primigravida, riwayat hipertensi sebelumnya, riwayat hipertensi
dalam keluarga, tingginya indeks massa tubuh, dan gangguan ginjal,
sedangkan faktor kehamilan antara lain seperti mola hidatidosa, hydrops
fetalis dan kehamilan ganda.
4. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang berupa Kenaikan tekanan darah sistolik > 30
mmHg atau diastolik > 15 mmHg (dari tekanan darah sebelum hamil) pada
kehamilan 20 minggu atau lebih, atau sistolik > 140 mmHg (<160 mmHg),
diastolik 90 mmHg (<110 mmHg); protein urin 0.3 g/lt dalam 24 jam atau
secara kualitatif (++); edema pada pretibia, dinding perut, lumbosakral,
wajah atau tangan atau kenaikan berat badan >500 g/minggu, >2000
g/bulan, >13 kg selama kehamilan
5. Tatalaksana HDK dibagi menjadi tatalaksana rawat jalan, rawat inap dan
tatalaksana obstetrik
25
Daftar Pustaka