Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

ISPA + Pneumonia Aspirasi

Oleh:
Nirwana Emsa Mangopo
210141010204

Masa KKM: 14 November 2022 – 22 Januari 2023

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Suryadi N. N. Tatura, Sp.A (K)

Residen Stase Pembimbing

dr. Ruby Kurniawan

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Panjang dengan judul

“ISPA + Pneumonia Aspirasi”

telah dikoreksi, dibacakan, dan disetujui pada tanggal Januari 2023

Mengetahui
Residen Pembimbing

dr. Ruby Kurniawan

Mengetahui,
Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Suryadi N. N. Tatura, Sp.A (K)

Mengetahui,
Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNSRAT

Dr. dr. Rocky Wilar, Sp.A(K)

2
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................................
LAPORAN KASUS........................................................................................................................
A. Identitas.................................................................................................................................
1. Identitas Pasien.................................................................................................................
2. Identitas Orang tua............................................................................................................
3. Family Tree.......................................................................................................................
B. Anamnesis.............................................................................................................................
C. Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan, dan Lingkungan....................................................
D. Pemeriksaan Fisik...............................................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................
F. Resume Masuk....................................................................................................................
G. Diagnosis Kerja..................................................................................................................
H. Penatalaksanaan..................................................................................................................
I. Anjuran...............................................................................................................................
J. Follow up............................................................................................................................
K. Prognosis.............................................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................
BAB IV KESIMPULAN...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran


pernafasan akut yang memiliki banyak gejala. ISPA terjadi akibat virus, bakteri,
maupun jamur dan bersifat menular, jika tidak ditangani dengan baik bahkan jika
terlambat maka dapat menyerang paru-paru dan dapat menyebabkan kematian
pada anak. ISPA masih disebut sebagai salah satu dari 10 penyakit terbanyak di
rumah sakit.(1)

Menurut WHO (World Health Organization) insiden ISPA di negara


berkembang dengan angka kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup
adalah 15-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO kurang lebih
13 juta anak balita meninggal di dunia setiap tahunnya karena ISPA.(2)

Kasus ISPA terbanyak terjadi di India sebanyak 43 juta, China sebanyak


21 juta, Pakistan sebanyak 10 juta dan Bangladesh, Indonesia, masing-masing 6
juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan
memerlukan perawatan rumah sakit. ISPA merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).(2)

Prevalensi ISPA tahun 2018 di Indonesia menurut diagnosa tenaga


kesehatan (dokter, bidan atau perawat) dan gejala yang dialami sebesar 9,3 persen.
Penyakit ini merupakan infeksi saluran pernapasan akut dengan gejala demam,
batuk kurang dari 2 minggu, pilek/hidung tersumbat dan/atau sakit tenggorokan.
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2018, provinsi dengan
penderita ISPA tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 13,1%.
Sementara itu, penderita ISPA paling sedikit di Jambi sebesar 5,5%. Provinsi
Sulawesi Utara menempati posisi 3 terbawah untuk kasus ISPA dengan prevalensi
sebesar 6,2%.(3)

Berdasarkan prevalensi ISPA pada bayi atau balita masih menjadi


permasalahan yang besar khususnya di Indonesia, anak berumur di bawah dua

4
tahun mempunyai risiko terserang ISPA lebih besar dari pada anak di atas dua
tahun sampai lima tahun, keadaan ini karena anak dibawah umur dua tahun
imunitasnya masih dalam tahap perkembangan dan lumen saluran nafasnya relatif
sempit.(4)

Infeksi Saluran Napas Akut seringkali dijumpai dengan manifestasi ringan


sampai berat, yang dikelompokan dalam ISPA bagian atas dan bagian bawah. Hal
ini berkaitan dengan susunan anatomik saluran pernafasan manusia yang dibagi
menjadi saluran pernapasan bagian atas dan bawah. ISPA bagian atas antara lain
batuk, pilek, demam, faringitis, tonsilitis dan otitis media. ISPA bagian atas ini
dapat mengakibatkan kematian dalam jumlah kecil, tetapi dapat menyebabkan
kecacatan, misalnya otitis media menyebabkan ketulian. Sedangkan ISPA bawah
antara lain laringitis, laringotrakeitis, bronkiolitis dan pneumonia.(1,4)

5
BAB II

LAPORAN KASUS
A. Identitas
1. Identitas Pasien
- Nama : JNP
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Tanggal lahir/ umur : 28 – 11 – 2020 / 2 tahun 1 bulan
- Partus : Normal
- Dibantu oleh : Bidan
- Berat badan lahir : 2.100 gram
- Agama : Kristen
- Kebangsaan : Indonesia
- Suku : Minahasa
- Alamat : Malalayang
- Berat badan : 10 kg
- Tinggi badan : 85 cm

2. Identitas Orang tua


- Nama ibu : AW
- Umur Ibu : 32 tahun
- Pendidikan ibu : SMA
- Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
- Nama ayah : GP
- Umur Ayah : 25 tahun
- Pendidikan Ayah : SMA
- Pekerjaan Ayah : Swasta

6
3. Family Tree

No. Nama Hubungan Jenis Usia Keterangan


Kelamin

1. GP Ayah Laki-laki 25 tahun Sehat

2. AW Ibu Perempuan 32 tahun Sehat

3. RS Saudara Perempuan 5 tahun Sehat

4. JNP Pasien Laki-laki 2 tahun 1 Pasien


bulan

7
B. Anamnesis
1. Riwayat Penyakit Sekarang

Diberikan oleh : Ibu Pasien


Keluhan Utama : Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang
 Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan
tampak sesak dan nafas terlihat cepat sejak pagi SMRS dan
memberat sejak sore.
 Pasien dikeluhkan batuk dan pilek sejak sekitar 1 bulan
SMRS, dahak (+).
 Demam sekitar 1 hari SMRS. Demam turun dengan minum
obat penurun panas.
 Muntah sejak pagi SMRS, berisi sisa makanan dan
minuman. Volume sekitar ¼ - ½ gelas kemasan, frekuensi
sekitar 3 kali.
 Riwayat tersedak saat siang hari SMRS.

2. Riwayat Penyakit Keluarga


Hanya pasien yang sakit seperti ini dalam keluarganya

3. Riwayat Antenatal
- Selama hamil, ibu melakukan ANC secara teratur sebanyak
5 kali di puskesmas
- Selama hamil, ibu tidak suntik TT
- Selama hamil, ibu sehat.

4. Riwayat Penyakit yang Pernah dialami


- Morbili :-
- Varicella :-
- Pertusis :-
- Diare :+
- Cacing :-
- Batuk/pilek :+
- Lain- lain :-

5. Anamnesis Makanan Terperinci Sejak Bayi – Sekarang


- ASI :-

8
- PASI : 6 bulan - sekarang
- Bubur Susu : 6 – 7 bulan
- Bubur Saring : 7 – 8 bulan
- Bubur Halus : 8 – 11 bulan
- Nasi Lembek : 11 bulan – sekarang

6. Kemajuan atau Kepandaian Bayi


- Pertama kali membalik : 4 bulan
- Pertama kali tengkurap : 4 bulan
- Pertama kali duduk : 6 bulan
- Pertama kali merangkak : 9 bulan
- Pertama kali berdiri : 10 bulan
- Pertama kali berjalan : 12 bulan
- Pertama kali tertawa : 6 bulan
- Pertama kali berceloteh : 12 bulan
- Pertama kali memanggil mama : 10 bulan
- Pertama kali memanggil papa : 10 bulan

7. Riwayat Imunisasi

DASA ULANGAN
R
I II III IV I II III
BCG +
POLIO + + +
DPT + + + +
CAMPAK +
HEPATITIS B + + + +

9
C. Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan, dan Lingkungan
Pasien tinggal dirumah permanen, beratap seng, berlantai keramik,
berdinding beton, Jumlah kamar tidur sebanyak 2 kamar, dihuni oleh 4
orang yang terdiri dari 2 orang dewasa dan 2 anak-anak. Kamar mandi
atau toilet yang terletak di dalam rumah.
Sumber listrik : PLN
Sumber air minum : air gallon isi ulang
Penanganan sampah : dibuang ke TPA

D. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit


Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Gizi baik
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 85 cm
BB/U : Normal
PB/U : Perawakan normal
BB/PB : Gizi Baik
Sianosis : Tidak ada
Anemia : Ada
Ikterus : Tidak ada
Kejang : Tidak ada
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 110x/ menit
Respirasi : 52x/menit
Suhu Badan : 380C

Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Jaringan Parut : Tidak ada
Turgor : Kembali cepat
Tonus : Normal
Edema : tidak ada

10
Lain- lain :-

Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Ubun- ubun besar : Tertutup

Mata
Eksoftalmus : Tidak ada
Endoftalmus : Tidak ada
Tekanan bola mata : Normal dalam perabaan
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik
Pupil : Bulat, isokor, refleks cahaya positif di
kedua mata
Lensa : Jernih
Fundus : Tidak dievaluasi
Visus : Tidak dievaluasi
Gerakan : Normal kesegala arah
Lain- lain :-
Telinga : Sekret tidak ada pada kedua telinga
Hidung : Tampak sekret pada kedua lubang hidung

Mulut
Bibir : Tidak ada sianosis
Lidah : Tidak ada beslag
Gigi : Tidak ada karies
Selaput mulut : Lembab
Gusi : Tidak ada perdarahan
Bau Pernapasan : Tidak berbau fosfor

Tenggorokan : Hiperemis (-)

11
Tonsil : T1/T1 Hiperemis (-)
Pharynx : Hiperemis (-)

Leher
Trachea : Terletak ditengah
Kelenjar : Tidak ada pembesaran KGB
Lain-lain : Tidak ada

Thorax
Bentuk : Normal
Rachitic Rosary : Tidak ditemukan
Ruang Intercostal : Normal
Precordial Bulging : Tidak ditemukan
Xiphosternum : Tidak ditemukan
Pernapasan Paradoxal : Tidak ditemukan
Retraksi : Tidak ditemukan

Paru- Paru
Inspeksi : Simetris, Retraksi (-)
Palpasi : Fremitus, teraba dada kanan sama dengan
dada kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara brovesikuler, rhonki +/+, wheezing
+/+

Jantung
Detak Jantung : 110x /menit
Iktus : Cordis tidak tampak
Batas kiri : ICS V Linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS III-IV Linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II-III Linea parasternalis dextra
Bunyi jantung apex : Katup mitral M1 > M2

12
Bunyi jantung aorta : Katup aorta A1 > A2
Bunyi jantung pulmo : Katup pulmonal P1 < P2
Bising : Tidak ada

Abdomen
Bentuk : Datar, lemas, BU (+), turgor kembali cepat
Hepar : tidak teraba membesar
Lien : tidak teraba membesar
Lain- lain : bising usus (+) normal

Genitalia eksterna : Laki-laki, normal


Kelenjar : Pembesaran KGB (-)
Anggota gerak : Akral hangat, CRT < 2 detik
Tulang belulang : Deformitas (-)
Otot – Otot : Tidak ada atrofi
Refleks- refleks : refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium (16/12/2022)


- Hemoglobin : 12,8 g/dL
- Eritrosit : 4.82 10^6/uL
- Hematokrit : 40,5 %
- Leukosit : 12.800 /uL
- Trombosit : 339 /mm3
o MCH : 26,6 pg
o MCHC : 31,7 g/dL
o MCV : 84,0 fL
- SGOT : 27 U/L

Pemeriksaan Foto Thorax

Tidak tampak kelainan signifikan pada foto thorax.

13
F. Resume Masuk
Pasien anak laik-laki berusia 2 tahun 1 bulan, BB: 10 kg, TB: 85
cm masuk rumah sakit pada 16 Desember 2022 pukul 03.35 WITA.
Pasien datang ke IRDA dibawa oleh kedua orang tuanya dengan
keluhan tampak sesak dan nafas terlihat cepat sejak pagi SMRS dan
memberat sejak sore. Pasien dikeluhkan batuk dan pilek sejak sekitar 1
bulan SMRS, dahak (+). Riwayat tersedak marshmallow siang SMRS.
Riwayat demam sekitar 1 hari, 1 bulan SMRS. Muntah sejak pagi
SMRS, isi lendir dan makanan, minuman. Jumlah sekitar 1/4-1/3 gelas
kemasan, frekuensi sekitar 3 kali.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sakit,


kesadaran compos mentis. Nadi 110 x/menit, respirasi 52 x/menit,
suhu 38°C. Pada pemeriksaan kepala, abdomen, extremitas tidak
didapati kelainan, namun pada pemeriksaan thorax didapati rhonki +/+
dan wheezing +/+.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 12.000 u/L,


eritrosit 4.82 10^6/Ul, hemoglobin 12.8 g/dl, hematocrit 40,5%,
trombosit 339 10^3/ul, MCHC 31,7 g/dl, MCV 84 Fl, MCH 26.6 pg.

G. Diagnosis Kerja
ISPA dengan Pneumonia Aspirasi

H. Penatalaksanaan
- O2 kanul nasal 1-2 lpm k/p
- IVFD Kaen 1B(HS) 20 ml/jam
- Inj Ampicillin 4x500 mg
- Inj Gentamicin 1x50 mg
- Parasetamol 3x125 mg k/p
- Ambroxol 3x10 mg
- Pro nebu Ventolin 1 ampul (2,5 mg) per 8 jam
I. Anjuran
- DL, DC, CRP, OT/PT, Ur/Cr, Elektrolit

14
J. Follow up

16 Desember 2022. Pukul 03.35 WITA


(Perawatan hari 1, Pengamatan hari 1)

S Sesak (+), batuk berdahak (+), demam (+), napas cepat (+),
muntah (-), BAK dan BAB biasa

O BB: 10 kg

TB: 85 cm

BB normal, perawakan normal, gizi baik

KU : tampak sakit, Kesadaran: compos mentis

Nadi: 110 kali/menit kuat angkat Laju nafas: 52 kali/menit


Suhu badan: 38º C, SpO2: 98%

Kepala : conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Thorax : simetris, retraksi (-), rhonki +/+, wheezing +/+

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+), hepar lien tidak teraba
membesar

Extremitas : akral hangat, CRT < 2 detik.

A ISPA dengan Pnemonia Aspirasi

P - O2 kanul nasal 1-2 lpm k/p


-IVFD Kaen 1B(HS) 20 ml/jam
-Inj Ampicillin 4x500 mg
-Inj Gentamicin 1x50 mg
-Parasetamol 3x125 mg k/p
-Ambroxol 3x10 mg
-Pro nebu Ventolin 1 ampul (2,5 mg) per 8 jam
-TH DL, DC, CRP, OT/PT, Ur/Cr, Elektrolit

15
17 Desember 2022. Pukul 07.00 WITA
(Perawatan hari 2, Pengamatan hari 2)

S Sesak berkurang, batuk berdahak (+), napas cepat berkurang,


demam (-), muntah (-), BAK dan BAB biasa

O BB: 10 kg

TB: 85 cm

BB normal, perawakan normal, gizi baik

KU : tampak cukup, Kesadaran: compos mentis

Nadi: 102 kali/menit kuat angkat Respirasi: 38 kali/menit Suhu


badan: 37.4°C, SpO2: 98%

Kepala : conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Thorax : simetris, retraksi (-), rhonki +/+, wheezing +/+

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar lien tidak
teraba membesar

Extremitas : akral hangat, CRT < 2 detik.

A ISPA dengan Pnemonia Aspirasi

P : - O2 kanul nasal 1-2 lpm k/p

-IVFD Kaen 1B(HS) 20 ml/jam

-Inj Ampicillin 4x500 mg (2)

-Inj Gentamicin 1x50 mg (2)

-Parasetamol 3x125 mg k/p

-Ambroxol 3x10 mg

-Nebu Ventolin 1 ampul (2,5 mg) per 8 jam (Stop Nebu)

16
18 Desember 2022. Pukul 07.00 WITA
(Perawatan hari 3, Pengamatan hari 3)

S Batuk berdahak (+), sesak (-), demam (-), muntah (-), BAK dan
BAB biasa

O BB: 10 kg

TB: 85 cm

BB normal, perawakan normal, gizi baik

KU : tampak baik, Kesadaran: compos mentis

TD: 90/60 mmHg. Nadi: 98 kali/menit kuat angkat Laju nafas:


30 kali/menit Suhu badan: 37.2°C, SpO2: 98%

Kepala : conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Thorax : simetris, retraksi (-), rhonki +/+, wheezing +/+

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+), hepar lien tidak teraba
membesar

Extremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

A ISPA dengan Pnemonia Aspirasi

P O2 kanul nasal 1-2 lpm k/p

-IVFD Kaen 1B(HS) 20 ml/jam

-Inj Ampicillin 4x500 mg (2)

-Inj Gentamicin 1x50 mg (2)

-Parasetamol 3x125 mg k/p

-Ambroxol 3x10 mg

17
K. Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam

Ad Functionam : Dubia ad bonam

Ad Sanationam : Dubia ad bonam

18
BAB III

PEMBAHASAN

Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah penyakit menular dari saluran


pernapasan atas atau bawah yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit
berkisar dari infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan,
tergantung pada patogen penyebabnya, faktor penjamu dan faktor lingkungan.
ISPA adalah beban kesehatan masyarakat yang utama dan penyebab penting
kunjungan medis anak dan masuk ke rumah sakit.(5) Penyakit ini biasanya akan
muncul pada saat musim pancaroba yang diakibatkan oleh sirkulasi virus di udara
yang meningkat. Selain itu, perubahan udara dari panas ke dingin akan
menyebabkan daya tahan tubuh anak menjadi lemah. Sehingga, anak menjadi
lebih mudah terserang oleh penyakit ini.(6)

Klasifikasikan ISPA berdasarkan lokasi: (5,7)

1. ISPA bagian atas adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-


struktur saluran napas di sebelah atas laring seperti, nasofaringitis akut
(salesma), faringitis akut (termasuk tonsilitis dan faringotositilitis) dan
rhinitis.
2. ISPA bagian bawah adalah infeksi infeksi yang terutama mengenai
struktur-struktur saluran napas bagian bawah mulai dari laring sampai
dengan alveoli seperti laringitis, asma bronchial, bronchitis akut maupun
kronis, bronchopneumonia atau pneumonia.

Klasifikasi ISPA dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan-5 tahun.(8)

1. Golongan umur kurang 2 bulan :


 Pneumonia berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau nafas cepat. Napas cepat untuk golongan umur kurang
dari 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
 Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

19
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2
bulan, yaitu: kemampuan minum menurun sampai kurang dari ½
volume yang biasa diminum, kejang, kesadaran menurun, stridor,
wheezing (mengi), serta demam/dingin.
2. Golongan umur 2 bulan-5 tahun.
 Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada
bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik napas.
 Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah : untuk usia 2
bulan – 12 bulan = 50 kali per menit atau lebih sedangkan untuk
usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
 Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak
ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5
tahun yaitu: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor,
serta gizi buruk.

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri,


virus, jamur dan bersifat menular yang jika tidak ditangani dengan baik bahkan
jika terlambat maka dapat menyerang paru-paru dan dapat menyebabkan kematian
pada anak. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah Diplococcus Pneumoniea,
Pneumococcus, Strepococus Pyogenes Staphylococcus Aureus, Haemophilus
Influenza. Human Respiratory Syncytial Virus (hRSV), Human Parainfluenza
Virus (hPIV), Influenza Virus (Inf-V), Adenovirus (AdV), Human Coronavirus
(hCoV) dan Human Metapneumovirus (hMPV) adalah patogen virus yang paling
umum menyebabkan ISPA pada anak < 5 tahun. Dari virus tersebut, Inf-A dan B
merupakan penyebab penting ISPA mulai dari flu ringan hingga penyakit
pernapasan berat seperti bronkiolitis atau pneumonia berat dengan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Influenza memiliki tingkat serangan tahunan diperkirakan
5 sampai 10% pada orang dewasa dan 20 sampai 30% pada anak-anak dengan
penyakit pernapasan berat dalam 3 sampai 5 juta kasus dan setengah juta kematian

20
secara global.(5) Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergilus Sp, Gandida
Albicans Histoplasm. Penyakit ISPA selain disebabkan oleh bakteri, virus dan
jamur juga disebabkan oleh aspirasi seperti makanan, benda asing (biji-bijian)
mainan plastik kecil.(2),(9)

Faktor risiko terjadinya ISPA terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu faktor
lingkungan dan faktor individu anak. Faktor lingkungan meliputi kualitas fisik
rumah (kepadatan hunian rumah), pencemaran udara dalam rumah seperti asap
rokok. Faktor individu anak meliputi umur anak, berat badan lahir, status gizi,
defisiensi nutrisi tertentu (vitamin A), dan status imunisasi. (2)

Penyakit ISPA dapat menyerang anak apabila ketahanan tubuh


(immunologi) menurun. Biasanya menyerang anak di bawah lima tahun dan
kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap
berbagai penyakit.

Gejala ISPA sebenarnya tak hanya satu atau dua tanda saja makanya biasa
disebut dengan sindrom karena banyak menimbulkan berbagai keluhan terutama
pada saluran pernapasan bagian atas yang disebabkan adanya infeksi virus atau
bakteri. Timbulnya gejala ISPA biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam
sampai beberapa hari. Beberapa jam setelah terinfeksi virus atau bakteri,
sebenarnya tubuh telah memberi reaksi dengan cara meningkatkan produksi lendir
pada saluran pernapasan anak. Selain itu anak juga akan lebih sering bersin.
Gejala ISPA yang berikutnya antara lain hidung tersumbat, pilek, batuk, sesak
napas, mengi, radang tenggorokan, demam ringan, nyeri kepala dan merasa lelah.
Penyakit ini juga bisa menimbulkan komplikasi seperti radang paru dengan tanda-
tanda terjadinya sesak napas. Pada bayi, bisa pula timbul bronkhiolitis (radang
di saluran pernapasan halus di paru-paru) dengan gejala sesak dan napas berbunyi
ngik-ngik. Selain itu, bisa pula terjadi laryngitis (peradangan pada daerah laring
atau dekat pita suara) yang menimbulkan croup dengan gejala sesak saat menarik
napas dan batuk menggonggong (barking cough).(10) Dalam kasus ini berdasarkan
hasil anamnesis dari ibu pasien didapatkan pasien mempunyai keluhan sesak dan
nafas terlihat cepat sejak pagi SMRS dan memberat sejak sore. Pasien dikeluhkan
batuk berdahak dan pilek sejak sekitar 1 bulan SMRS. Riwayat tersedak

21
marshmallow siang SMRS. Riwayat demam sekitar 1 hari. Muntah sejak pagi
SMRS, isi lendir dan makanan, minuman.

Penegakan diagnosis pada ISPA bertujuan agar dalam pemberian terapi itu
sesuai dengan tingkat beratnya penyakit, jenis dan seberapa luas penyakit,
perkiraan jenis kuman atau mikroorganisme penyebab infeksi. Penegakan
diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.(11) Berdasarkan pemeriksaan fisik dalam kasus ini semua
dalam batas normal kecuali pada pemeriksaan fisik paru didapatkan bunyi ronkhi
dan wheezing. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan darah
pengambilan sampel dahak dan pencitraan dengan x-ray atau CT scan untuk
menilai kondisi paru-paru, hal ini dilakukan untuk memperoleh terapi yang
optimal. Dalam kasus ini pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah DL, DC,
CRP, OT/PT, Ur/Cr, elektrolit dan foto thorax.

Tatalaksana ISPA secara umum diberikan sesuai jenis dan etiologi. Pada
ISPA ringan dan yang disebabkan oleh virus tidak ada terapi spesifik. Di beberapa
panduan, pengobatan simtomatis diberikan apabila mengganggu kegiatan sehari-
hari dan tidak diberikan secara rutin, berupa antitusif, dekongestan, mukolitik.
Pada penyakit berat diberikan antibiotik spektrum luas karena sering disertai
dengan infeksi bakteri.(7) Terapi yang diberikan pada kasus ini O2 kanul nasal 1-2
lpm (kalau perlu), IVFD Kaen 1B(HS) 20 ml/jam, injeksi Ampicillin 4x500 mg,
injeksi Gentamicin 1x50 mg, Parasetamol 3x125 mg (kalau perlu), Ambroxol
3x10 mg, nebu Ventolin 1 ampul (2,5 mg) per 8 jam.

22
BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus anak laki berusia 2 tahun dengan ISPA
dengan Riwayat pneumonia aspirasi. Berdasarkan hasil anamnesis yang
didapatkan pasien mempunyai keluhan sesak dan nafas terlihat cepat sejak pagi
SMRS dan memberat sejak sore. Pasien dikeluhkan batuk berdahak dan pilek
sejak sekitar 1 bulan SMRS. Riwayat tersedak marshmallow siang SMRS.
Riwayat demam sekitar 1 hari. Muntah sejak pagi SMRS, isi lendir dan makanan,
minuman. Berdasarkan pemeriksaan fisik pasien ini semua dalam batas normal
kecuali pada pemeriksaan fisik paru didapatkan bunyi ronkhi dan wheezing.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah DL, DC, CRP, OT/PT, Ur/Cr,
elektrolit dan foto thorax. Terapi yang diberikan pada kasus ini O2 kanul nasal 1-2
lpm (kalau perlu), IVFD Kaen 1B(HS) 20 ml/jam, injeksi Ampicillin 4x500 mg,
injeksi Gentamicin 1x50 mg, Parasetamol 3x125 mg (kalua perlu), Ambroxol
3x10 mg, nebu Ventolin 1 ampul (2,5 mg) per 8 jam.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. M. Ricko Gunawan S, DD, TP. Pendidikan Kesehatan Infeksi Saluran Pernapasan


Akut (ISPA) di Posyandu Anggrek 7 Gg. Mawar Kemiling Bandar Lampung.
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat. 2020;3(1):74–9.
2. World Health Organization. Acute Respiratory Infection. 2018;1–2.
3. Kementrian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan  Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI. 2018;21–3.
4. Arihta Tarigan D, Heryanti E. Perbedaan Kelembaban, Kepadatan Hunian,
Ventilasi Rumah terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita.
Jurnal Health Sains. 2021 Jul 24;2(7):871–6.
5. Rafeek RAM, Divarathna MVM, Morel AJ, Noordeen F. Clinical and
Epidemiological Characteristics of Influenza Virus Infection in Hospitalized
Children with Acute Respiratory Infections in Sri Lanka. PLoS One. 2022 Sep
1;17(9 September):1–14.
6. Padila P, Febriawati H, Andri J, Dori RA. Perawatan Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) pada Balita. Jurnal Kesmas Asclepius. 2019 Apr 17;1(1):25–34.
7. Cavallazzi R, Ramirez JA. How and When to Manage Respiratory Infections Out
of Hospital. European Respiratory Review. 2022 Dec 31;31(166):1–20.
8. KEMENKES. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. 2017.
11–24 p.
9. Dongky P, Kadrianti Universitas Al Asyariah Mandar dan. Faktor Risiko
Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA Balita di Kelurahan Takatidung
Polewali Mandar. 2016.
10. Mandiri P, Orang B. Penanganan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Pada
Anak. 2021. 5–21 p.
11. Fadugba OO, Haddadin Z, Muhimpundu S, Faouri S, Shehabi A, Rahman H, et al.
Respiratory Viruses Associated With Acute Wheezing in Hospitalized Young
Children in Jordan. J Pediatric Infect Dis Soc. 2021 Apr 1;10(4):525–8.
 

24

Anda mungkin juga menyukai