Disusun oleh:
Luna Azhria
030001800130
Pembimbing :
dr. Ade Amelia, Sp.A
Laporan kasus:
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
KesehatanAnak RSUD Karawang periode 23 Mei 2022 – 29 Juli 2022
Disusun oleh:
Luna Azhria
030001800130
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Ade Amelia, Sp.A selaku dokter pembimbing
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anaak RSUD Karawang
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis
mampu menyelesaikan penulisan laporan kasus yang berjudul “TB Milier Pada Anak Dengan
Gizi Buruk” secara tepat waktu. Laporan kasus disusun sebagai bentuk evaluasi
pembelajaran selama menjalani kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSUD
Karawang. Penulis menyadari dalam penulisan laporan kasus ini tidak terlepas dari bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak maka dalam kesempatan ini penulis memberikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
terutama kepada:
1. dr. Ade Amelia, Sp.A selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan dan saran
dalampenyusunan laporan kasus ini.
3. Rekan-rekan Ko-ass Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum
Daerah Karawang atas bantuan dan dukungan yang diberikan yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih terdapat kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna. Penulis memohon maaf kepada para pembaca karena
masihbanyak kekurangan di dalamnya maka dari itu penulis membutuhkan kritik dan saran
yang membangun supaya laporan kasus ini menjadi lebih baik ke depannya. Akhir kata,
penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama
bagi perkembangan ilmu khususnya di bidang kesehatan.
Luna Azhria
BAB I
PENDAHULUAN
IDENTITAS PASIEN
ORANG TUA/WALI
Nama R E
Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita : Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit
C. Riwayat Kehamilan/Kelahiran
Panjang lahir: 52 cm
Kemerahan : Ya
E. Riwayat Makanan
0-6 ASI - - -
ASI
6-12 - 2x1 piring 2x1 piring
Ikan -
Telur -
Bulan Tahun
Imunisasi
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3
Hepatitis B 1 2 3 4
Polio 0 1 2 3
BCG 1
DTP 1 2 3
Hib 1 2 3
MR/MMR
H. Riwayat Keluarga
1. Corak Reproduksi
No. Umur Jenis Hidup Lahir mati Abortus Mati Keterangan
kelamin
(sebab) kesehatan
1.
5 tahun Laki-laki ü - - - Sehat
2. 3 tahun Perempuan ü - - - Pasien
2. Riwayat Pernikahan
Profil Ayah Ibu
Nama R E
Perkawinan ke- 1 1
Kosanguinitas - -
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah terdapat Riwayat batuk lama, kakak pasien pernah menjalani pengobatan TB.
Kesimpulan riwayat penyakit keluarga : Ayah terdapat Riwayat batuk lama, kakak pasien
Pasien tinggal di kawasan padat penduduk, rumah mengontrak, ventilasi dan cahaya
matahari cukup.
Kesimpulan keadaan lingkungan : Keadaan lingkungan rumah pasien baik
Ayah pasien merupakan pedagang dan ibu pasien merupakan ibu rumah tangga
7. Riwayat Pengobatan
Pasien belum datang berobat ke fasilitas layanan Kesehatan, hanya mengkonsumsi obat demam
dari warung
Kesimpulan pengobatan : Belum pernah ke fasyankes, hanya mengkonsumsi obat demam dari
warung
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pada 6 Juni 2022. Pukul 13.20 WIB
1. Keadaan Umum
Kesadaran : E4 M6 V5
Kesan sakit : sakit sedang
Kesan gizi : gizi buruk
Keadaan lain : dyspnoe (+), takipnoe (+), anemis (+), sianosis (-), ikterik (-)
2. Data antropometri
Berat badan : 9,6 kg Berat badan ideal : 13 kg
Tinggi badan : 93 cm Tinggi badan ideal : 95 cm
Status gizi :
• BB/U : <-3SD
• TB/U : 0 - -2SD
• BB/TB : < -3SD
3. Tanda vital
i. Tekanan darah : 100/80 mmHg
ii. Nadi : 123x/menit
iii. Nafas : 45x/menit
iv. Suhu : 37 C
v. SpO2 : 94%
4. Status Generalis
Kepala :
Rambut : warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : (-) edema, (-) deformitas
Mata :
Oedem palpebral : -/- Visus : tidak diperiksa
TTelinga :
Bentuk : Normotia
Hidung :
Thoraks :
Jantung
Paru-paru
• Inspeksi : retraksi sela iga (+), iga gambang (-)
• Palpasi : vokal fremitus normal kanan dan kiri
• Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi : vesikuler +/+, ronki halus basah +/+, wheezing -/-
Abdomen
• Inspeksi : datar, edema (-)
• Auskultasi : bising usus 5x/menit
• Perkusi : timpani
• Palpasi : splenomegali (-), hepatomegaly (-), nyeri tekan (-), edema (-)
Ekstremitas
• Inspeksi : telapak tangan dan kaki anemis, koilonikia, edema (-), baggy pants (-)
• Palpasi : akral hangat
• CRT : < 2 detik
Kelenjar getah bening
Preaurikuler : -/-
Postaurikuler : -/-
Superior cervical : -/-
Submandibula : -/-
Supraclavicula : -/-
Axilla : pada palpasi teraba satu massa dengan konsistensi lunak, tidak hiperemis,
tidak ada nyeri tekan, konsistensi lunak, mobile pada axilla kiri.
Inguinal : -/-
• Saraf kranialis
▪ N.I :
▪ N.II dan N.III :
▪ N.IV dan N.VI :
▪ N.V :
• I :
• II :
• III :
▪ N.VII :
▪ N.VIII :
▪ N.IX dan N.X :
▪ N.XI :
▪ N.XII :
• Motorik
• Sensorik
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 3 Juni 2022 jam 11:45 WIB
HEMATOLOGI
Hematokrit 24,2 31 – 43 %
Basofil 0 0–1%
Neutrofil 73 54 – 62 %
Limfosit 18 25 – 33 %
Monosit 8 3–7%
MCV 58 76 – 90 fL
MCH 18 25 – 31 pg
HEMATOLOGI
Hematokrit 24,2 31 – 43 %
Basofil 0 0–1%
Neutrofil 73 54 – 62 %
Limfosit 18 25 – 33 %
Monosit 8 3–7%
MCV 58 76 – 90 fL
MCH 18 25 – 31 pg
Hasil S Demam masih naik Batuk (+), sesak (+) Batuk (+), sesak berkurang Sesak berkurang, batuk
pemeriksaan, turun, batuk (+), berkurang
analisa, sesak (+)
rencana,
penatalaksaan
O KU : composmentis, lemah KU : lemah, compos mentis KU : lemah, compos mentis KU : lemah, compos mentis
pasien (ditulis
dengan
format
SOAP)
HR : 101x/menit HR : 110x/menit HR: 108x/menit HR : 123x/menit
RR : 28x/menit RR : 30/menit RR: 24x/menit RR : 45x/menit
Suhu : 37 Suhu : 37,2 Suhu: 36,4 Suhu: 37
BB : 9,6 kg TD: 100/80 mmHg
PB : 93 cm SpO2: 94%
Retraksi sela iga (+) Retraksi sela iga (+) Retraksi sela iga (+) Retraksi sela iga (+)
Foto thorax: gambaran milier
Hb 7,5g/dL, Ht 24,2%
Leukosit 26.520/uL PPD Test: positif
MCV 58 fL, MCH 18pg, MCHC
31 g/dL, RDW-CV 21,7%
Tes Widal: negatif
24
Tanggal/jam 07/06/2022 08/06/2022
Hasil S Masih ada batuk namun sudah berkurang Sesak (-), batuk masih ada namun sudah berkurang
pemeriksaan,
analisa,
rencana,
penatalaksaan
pasien (ditulis
dengan
format
SOAP) O KU : lemah, compos mentis KU : lemah, compos mentis
SpO2 : 91% SpO2 : 90%
HR : 65x/menit HR : 87x/menit
RR : 30x/menit RR : 22x/menit
Suhu : 36,5 Suhu : 36,5
Retraksi sela iga (-) Retraksi sela iga (-)
A TB milier TB milier
Gizi buruk Gizi buruk
25
- Observasi TTV - Observasi TTV
P
- Rifampisin 1x150 mg - Rifampisin 1x150 mg
- Isoniazid 1x100 mg - Isoniazid 1x100 mg
- Pirazinamid 1x350 mg - Pirazinamid 1x350 mg
- Etambutol 1x200 mg - Etambutol 1x200 mg
- Prednison 3x1 10 mg - Prednison 3x1 10 mg
- Diet Stabilisasi F75, 8x120ml, rute oral - Diet Stabilisasi F75, 8x120ml, rute oral
Foto Thorax
26
IX. DIAGNOSIS AKHIR
TB milier dengan gizi buruk
X. PROGNOSIS
a. Ad vitam : Dubia ad bonam
b. Ad sanationam : Dubia ad malam
c. Ad fungsionam : Dubia ad bonam
BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien perempuan berusia 3 tahun datang dengan keluhan sesak napas yang memberat
sejak 1 minggu SMRS. Sesak pertama kali muncul sejak 1 bulan lalu, sesak tidak memberat saat
melakukan aktivitas seperti bermain atau dalam posisi tertentu dan tidak muncul karena cuaca
tertentu. Demam terjadi hilang timbul, pertama kali dirasakan sejak 1 bulan terakhir, dan
cenderung lebih tinggi pada malam hari disertai keringat dingin. Batuk berdahak juga dialami
sejak 1 bulan yang lalu namun dahak tidak dapat dikeluarkan. Terdapat penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan sebanyak 2 kg dalam 1 bulan terakhir. BAK dan BAB normal.
Pada anamnesis didapatkan bahwa Ayah pasien memiliki Riwayat batuk lama dan
kakak pasien pernah menjalani pengobatan TB. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
diagnosis pasien pun mengarah ke TB paru, maka dari itu dilakukan sistem skoring TB pada
anak dan pasien mendapatkan skor 13. Sehingga pasien terdiagnosis TB klinis dan perlu segera
diobati dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Hasil pemeriksaan penunjang pun didapatkan
peningkatan kadar leukosit, trombosit, neutrofil dan monosit yang mengindikasikan adanya
peradangan atau infeksi oleh virus maupun bakteri, dimana pada kasus ini cenderung curiga
akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis. Menurunnya kadar eosinophil dapat diindikasikan
terdapat hubungan dengan adanya infeksi pada pembuluh darah.(7) Hasil foto thoraks yang sudah
dilakukan pun perlu diperhatikan karena terdapat gambaran yang khas berupa tuberkel halus
(millii) yang tersebar rata di seluruh lapangan paru dengan ukuran yang hampir seragam (1-
3mm). Gambaran ini umumnya dapat terlihat dalam waktu 2-3 minggu setelah penyebaran
kuman secara hematogen.(1) Maka dari itu, diagnosis TB milier dapat ditegakkan pada kasus ini
berdasarkan gejala klinis, gambaran radiologis yang khas dan Riwayat kontak dengan pasien
TB atau uji tuberkulin yang positif.(1)
Pada Riwayat makanan, telah dilakukan penilaian bahwa kualitas dan kuantitas tidak
cukup. Hasil pemeriksaan antropometri pasien pun didapatkan bahwa interpretasi status gizi
adalah gizi buruk. Meski dalam pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya tanda gizi buruk
jenis marasmus maupun kwashiorkor, diagnosis gizi buruk tetap dapat ditegakkan
berdasarkan hasil antropometri dari z-score yaitu <-3 SD.
Pemeriksaan fisik pada pasien pada bagian mukosa terdapat hasil yang anemis. Hasil
pemeriksaan darah perifer lengkap pun didapatkan penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit, MCV, MCH, MCHC dan meningkatnya RDW-CV yang mengindikasikan
adanya anemia mikrositik hipokromik. Maka dari itu, terdapat kecurigaan terhadap anemia
defisiensi besi pada kasus ini, terlebih terdapat adanya Riwayat makanan dengan kualitas
dan kuantitas yang tidak cukup serta status gizi buruk. Untuk menegakkan diagnosis anemia
defisiensi besi, diperlukan pemeriksaan anjuran berupa status besi.
Temuan adanya dugaan candidiasis oral pun didapatkan pada pemeriksaan fisik daerah
mulut pasien. Diagnosis kandidiasis oral ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan mikologi,
dan pengambilan spesimen dengan cara swab pada permukaan lesi yang diduga telah terinfeksi
Candida.(8)
Diagnosis pada pasien ini meliputi TB Milier, suspek anemia defisiensi besi, candidiasis
oral, dan gizi buruk. Keempat diagnosis tersebut saling berhubungan sehingga menimbulkan
klinis seperti pada pasien. Berdasarkan anamnesis keadaan pasien didasari oleh gizi buruk. Ketika
asupan anak tidak cukup adekuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terjadi perubahan
fisiologis dan metabolik dengan tujuan menyimpan energi dan mempertahankan hidup. Hal ini
dinamakan adaptasi reduktif. Cadangan lemak digunakan untuk menghasilkan energi. Jika
cadangan lemak ini habis, maka digunakanlah protein yang berada di kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal. Energi ini disimpan dengan mengurangi pertumbuhan dan aktivitas fisik,
mengurangi metabolisme basal, mengurangi kerja berbagai organ, hingga mengurangi proses
inflamasi dan respon sistem imun.(9) Keadaan tersebut sangat memungkinkan seorang anak
mudah terkena infeksi dari berbagai mikroorganisme. Pada kasus ini yang terlibat adalah
Mycobacterium tuberculosis dan Candida.
Secara pathogenesis dari TB milier, kuman TB terhirup dan dapat mencapai alveolus.
Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian
besar kuman TB. Akan tetapi, pada kasus ini, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB
dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus
berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni
kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN. Dari focus primer, kuman TB menyebar
melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai
saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Kompleks primer
merupakan gabungan antara focus primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis)
dan saluran limfe yang meradang (limfangitis). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman
TB hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB.
Masa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara
2-12 minggu. Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar
limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman TB
masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen
inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik. Bentuk penyebaran hamatogen
salah satunya adalah penyebaran hematogenik generalisata akut (acute generalized hematogenic
spread). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke
seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara akut,
yang disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah terjadi
infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta
frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya
system imun pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita. Tuberkulosis
milier merupakan hasil dari acute generalized hematogenic spread dengan jumlah kuman yang
besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui cara ini akan mempunyai ukuran yang lebih
kurang sama. Istilih milier berasal dari gambaran lesi diseminata yang menyerupai butur padi-
padian/jewawut (millet seed). Secara patologi anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran
1-3 mm, yang secara histologi merupakan granuloma.(10)
Sementara penjelasan mengenai timbulnya infeksi candidiasis diakibatkan karena
Candida yaitu flora normal dalam rongga mulut, berubah menjadi pathogen. Kandidiasis oral dapat
merupakan gambaran adanya penurunan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, antara lain penurunan
jumlah sekresi saliva, penurunan imunitas seluler dan humoral, penyakit mukosa lokal atau penggunaan
antibiotik spektrum luas dan agen imunosupresif, yang juga merupakan beberapa faktor predisposisi yang
memicu timbulnya penyakit ini.(8) Dalam sebuah penelitian didapatkan hasil bahwa pasien TB
dengan oral candidiasis mayoritas tidak menjaga kebersihan mulut dengan baik. Beberapa pasien
yang tidak ditemukan adanya oral candidiasis dan kelainan pada rongga mulut memiliki
kebersihan rongga mulut yang baik.(11)
Diagnosis banding tidak terdapat pada kasus ini karena diagnosis TB sendiri sudah sangat
jelas untuk ditegakkan. Sementara diagnosis gizi buruk pun sudah jelas dan merupakan
underlying disease dari diagnosis lainnya.
Pada kasus ini yaitu pasien anak dengan TB milier, obat anti tuberkulosis yang
diberikan pada fase intensif atau dua bulan pertama adalah rifampisin 75mg, isoniazid 50mg,
pirazinamid 150 mg dan etambutol 200 mg. Pada fase lanjutan yaitu 7-10 bulan selanjutnya
hanya diberikan rifampisisn 75 mg dan isoniazid 50 mg. Selain itu, kortikosteroid dapat
diberikan dalam kondisi TB milier yaitu dengan dosis 20 mg/hari selama 4 minggu. Tappering-
off dilakukan secara bertahap setelah 2 minggu pemberian.(1)
Tatalaksana gizi buruk dapat diterapkan dengan pemberian F75 pada hari ke 1-2 setiap
2 jam sebanyak 104ml/kali, menyelimuti seluruh tubuh pasien, pemberian ReSoMal setiap
pasien BAB, pemberian zat gizi mikro, dan untuk gizi yang diberikan berupa energi:
960kkal/hari, protein: 14,4 gram/hari, cairan 1250ml/hari.(6,12)
Prognosis pada kasus ini adalah ad vitam dubia ad bonam, ad sanationam dubia ad
malam dan ad fungsionam dubia ad bonam.
BAB IV
KESIMPULAN