Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dorratun Rezky

KEBIJAKAN KESEHATAN DAN KESEHATAN PUBLIK

2.1 Kebijakan Kesehatan


A. Kebijakan Kesehatan tentang Keluarga Berencana
Keluarga berencana termasuk ke dalam 17 Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang disepakati
oleh negara-negara anggota PBB tahun 2015. Pelayanan KB merupakan salah
satu strategi untuk mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu
melalui:
1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan
2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan
yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.1

Tujuan program KB selain meningkatkan derajat kesehatan ibu dan


anak, juga menekan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan
penduduk akan menjadi masalah besar jika tidak ditangani secara serius,
karene eprtumbuhan penduduk tinggi tanpa disertai pertambahan produksi
akan menjadi beban yang berat bagi pemerintah daerah. Meningkatkan mutu
atau kualitas pelayanan KB memang diperlukan mengingat bhawa mutu
pendidikan anggota masyarakat makin bertambah.3
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah perlu mengintervensi
dalam mengatur kelahiran, tetapi tidak mengurangi hak seseorang sesuai
dengan tujuan Program KB secara umum membentuk keluarga kecil sesuai

1
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (UU No. 52 Tahun 2009).2
Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
kependudukan dan pembaguanan keluaraga yang menggantikan Undang-
undang No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera dapat dijadikan sebagai grand design dalam
pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Kehadiran UU ini disesuaikan
dengan perubahan sistem pemerintahan didalam negeri dan pemerintahan
sentralistik kedesentralisasi.3
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal
organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan
untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat,. Kebijakan akan menjadi
rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam
berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif.
Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan (Regulation).3
Peran pemerintah tidak lepas dengan strategi dan kebijakan untuk
lebih baiknya program ini berjalan dan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan kesejahteraan maskyrakat. Selain itu perlu adanya partisipasi
masyarakat untuk berjalan atau tidaknya program tersebut. Untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera berawal dari keluarga yang
sejahtera dan bahagia. Salah satu kedupan sejahtera dikeluarga dapat
dilihat dengan kesehatan yang lebih baik.3

Analisis segitiga kebijakan kesehatan.


1. Actor atau pelaku di dalam kebijakan KB ini antara lain untuk individu
ada ibu atau perempuan. untuk kelompok yaitu keluarga karena program
KB tidak hanya istri namun suami serta keluarga ikut andil dalam sosial

2
supportnya. bagian organisasi yaitu pemerintah yang mengambil
kebijakan serta instansi terkait seperti BKKBN maupun pelayanan
kesehatan.

2. Konteks yang mempengaruhi pemerintah mengeluarkan kebijakan KB


ini adalah tingginya angka kelahiran serta pertumbuhan penduduk,
namun tingginya pertumbuhan penduduk tidak dibarengi dengan
peningkatan derajat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. selain itu,
semakin tingginya angka kemiskinan dan pengangguran juga menjadi
alasan. hal penting lainnya adalah masalah kesehatan masyarakat
terutama untuk ibu, jika tidak dilakukan program KB maka dapat
membahayakan nyawa si ibu karena hamil tanpa ada jarak. jadi kebijakan
ini diambil karena pertimbangan dari segi ekonomi, kesehatan, dan
kondisi sosial masyarakat. Negara lain juga menerap hal yang sama
untuk menekan tingginya jumlah penduduk.

3. Proses dari kebijakan KB ini tidak terlalu panjang dengan waktu


penerapannya karena setelah kebijakan dibuat, pemerintah mengerahkan
tenaga medis untuk melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi
terutama tentang KB ini pada sasaran utamanya adalah pasangan usia
subur, awalnya bnyak yang tidak terlalu tertarik dengan program ini
karena masih kuatnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki, namun
setelah di beri edukasi dan penyediaan sarana prasarana yang memadai,
para wanita banyak yang mengakses pelayanan KB  ini. ada beberapa
pihak yang bekerja sama yaitu adanya andil adari masyarakat, pelayanan
kesehatan, dan pemerintah dalam pembuat kebijakan.

3
4. Konten atau isi dari kebijakan KB yang diterapkan di Indonesia ini
adalah keluarga berencana yang dapat menciptakan adanya keluarga yang
sejahtera dari sosial ekonomi dan kesehatannya. mansyarakat tersebut
menjadi mampu dan mandiri. KB ini hanya untuk mengatur jarak
kehamilan dan jumlah anak yang diinginkan, bukan menunda untuk
memiliki anak sehingga tidak ada tolak belakang dengan kepercayaan
masyarakat. dalam program ini juga ada aturan dan uindang-undangnya
sehingga jika terjadi hal-hal yang merugikan dapat diberlakukan aturan
yang telah ada.3

2.2 Kebijakan Publik


Kebijakan publik merupakan suatu ilmu terapan (Freeman, 2006). Pengertian
kebijakan publik oleh para pakar didefinisikan secara beragam, hal tersebut
dipengaruhi oleh berbagai kepentingan yang melandasi perumusannya.4
Thoha (2012) memberikan penafisiran tentang kebijakan publik sebagai hasil
rumusan dari suatu pemerintahan. Dalam pandangan ini, kebijakan publik lebih
dipahami sebagai apa yang dikerjakan oleh pemerintah dibandingkan daripada proses
hasil yang dibuat.
Mengenai kebijakan publik, lebih lanjut Wahab (2010) menyatakan bahwa:
a. kebijakan publik lebih merupakan tindakan sadar yang berorientasi pada
pencapaian tujuan daripada sebagai perilaku/ tindakan yangdilakukan secara acak
dan kebetulan;
b. kebijakan publik pada hakekatnya terdiri dari tindakan-tindakan yang saling
berkaitan dan memiliki pola tertentu yang mengarah pada pencapaian tujuan
tertentu yang dilakukan oleh pemerintah, dan bukan merupakan keputusan yang
berdiri sendiri;
c. kebijakan publik berkenaan dengan aktivitas/ tindakan yang sengaja dilakukan
secara sadar dan terukur oleh pemerintah dalam bidang tertentu;

4
d. kebijakan publik dimungkinkan bersifat positif dalam arti merupakan pedoman
tindakan pemerintah yang harus dilakukan dalam menghadapi suatu masalah
tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah
untuk tidak melakukan sesuatu.4
Perlu ditekankan bahwa sifat kebijakan publik perlu dituangkan pada
peraturan-peraturan perundangan yang bersifat memaksa. Dalam pandangan ini,
dapat diasumsikan bahwa kebijakan publik merupakan kebijakan yang dibuat
pemerintah yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, yang dapat
diwujudkan berupa peraturan-peraturan, perundang-undangan dan sebagainya.
Kebijakan publik mempunyai sifat mengikat dan harus dipatuhi oleh seluruh
anggota masyarakat tanpa terkecuali. Sebelum kebijakan publik tersebut diterbitkan
dan dilaksanakan, kebijakan tersebut harus ditetapkan dan disahkan oleh badan/
lembaga yang berwenang.4
Peraturan perundang-undangan sebagai produk dari kebijakan publik
merupakan komoditas politik yang menyangkut kepentingan publik. Namun
demikian, berbagai dinamika yang terjadi dapat membawa konsekuensi bahwa
kebijakan publik pun dapat mengalami perbaikan. Oleh karenanya, kebijakan
publik pada satu pandangan tertentu, dipersyaratkan bersifat fleksibel, harus bisa
diperbaiki, dan disesuaikan dengan perkembangan dinamika pembangunan.
Kesesuaian suatu kebijakan publik sangat tergantung kepada penilaian masyarakat.4
Secara luas, pelaksanaan kebijakan digambarkan sebagai apa yang ditetapkan
secara jelas oleh pembuat kebijakan (pemerintah) yang akan memiliki dampak
tertentu. Jann & Wegrich (2007) menyebutkan bahwa pelaksanaan kebijakan akan
mencakup unsur inti sebagai berikut:
1. Spesifikasi rinian program, yakni bagaimana dan di mana lembaga atau organisasi
harus menjalankan program, dan bagaimana hukum atau program ditafsirkan;

5
2. Alokasi sumberdaya, yakni bagaimana anggaran didistribusikan, personil yang
akan melaksanakan program dan organisasi yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan program.
3. Keputusan, yakni bagaimana keputusan akan dilakukan.4

A. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan Publik


a. Kewenangan/ Struktur Birokrasi
Kewenangan merupakan otoritas/ legitimasi bagi para pelaksana dalam
melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik. Kewenangan ini berkaitan
dengan struktur birokrasi yang melekat pada posisi/ strata kelembagaan atau
individu sebagai pelaksana kebijakan. Karakteristik utama dari birokrasi umumnya
tertuang dalam prosedur kerja atau Standard Operating Procedures (SOP) dan
fragmentasi organisasi.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah aktivitas yang mengakibatkan orang lain
menginterprestasikan suatu ide/ gagasan, terutama yang dimaksudkan oleh
pembicara atau penulis melalui sesuatu sistem yang biasa (lazim) baik dengan
simbol-simbol, signal-signal, maupun perilaku. Komunikasi mempengaruhi
pelaksanaan kebijakan publik, dimana komunikasi yang tidak baik dapat
menimbulkan dampak-dampak buruk bagi pelaksanaan kebijakan. Dimensi
komunikasi yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan publik diantaranya:
transmisi, konsistensi, dan kejelasan. Pencapaian keberhasilan pelaksanaan
kebijakan publik mensyaratkan pelaksana untuk mengetahui yang harus dilakukan
secara jelas; tujuan dan sasaran kebijakan harus diinformasikan kepada kelompok
sasaran (target group) sehingga dapat mengurangi kesenjangan antara rencana dan
pelaksanaan kebijakan. Apabila penyampaian informasi tentang tujuan dan sasaran
suatu kebijakan kepada kelompok sasaran tidak jelas, dimungkinkan terjadi
resistensi dari kelompok sasaran. Kemampuan komunikasi diarahkan agar
pelaksana kegiatan dapat berunding satu sama lain dan menemukan titik

6
kesepahaman/ konsensus yang saling menguntungkan. Konsensus yang terbagun
dapat meningkatkan kinerja personal dalam bekerja dengan menemukan kondisi
win-win solution pada setiap permasalahan.
c. Sumber daya
Pelaksanaan kebijakan harus ditunjang oleh ketersediaan sumberdaya
(manusia, materi, dan metoda). Pelaksanaan kebijakan publik perlu dilakukan
secara cermat, jelas, dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan
sumberdaya yang diperlukan, maka pelaksanaaan kebijakan akan cenderung tidak
dapat dilaksanakan secara efektif. Tanpa dukungan sumberdaya, kebijakan hanya
akan menjadi dokumen yang tidak diwujudkan untuk memberikan pemecahan
masalah yang ada di masyarakat, atau upaya memberikan pelayanan pada
masyarakat. Dengan demikian, sumberdaya merupakan faktor penting dalam
melaksanakan kebijakan publik. Sumberdaya dalam pelaksanaan kebijakan publik
diantaranya: staf yang memadai, informasi, pendanaan, wewenang, dan fasilitas
pendukung lainnya.

d. Disposisi atau sikap dari pelaksana


Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana
kebijakan, seperti komitmen, disiplin, kejujuran, kecerdasan, dan sifat demokratis
Apabila pelaksana kebijakan memiliki disposisi yang baik, maka dia diduga kuat
akan menjalankan kebijakan dengan baik, sebaliknya apabila pelaksana kebijakan
memiliki sikap atau cara pandang yang berbeda dengan maksud dan arah dari
kebijakan, maka dimungkinkan proses pelaksanaan kebijakan tersebut tidak akan
efektif dan efisien. Disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan
dukungan atau hambatan terhadap pelaksanaan kebijakan tergantuk dari
kesesuaian kompetensi dan sikap dari pelaksanan. Karena itu, pemilihan dan
penetapan personalia pelaksana kebijakan dipersyaratkan individu-individu yang

7
memiliki kompetensi dan dedikasi yang tepat pada kebijakan yang telah
ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementeraian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Menejemen Pelayanan


Keluarga Berencana. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Kementerian
Kesesehatan. 2014
2. Rizal, M. Jurnal : Implementasi kebijakan program keluarga berencana (kb) di
kabupaten kampar (studi kasus partisipasi kb pria di kecamatan kampar kiri hilir).
Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP : Universitas Riau. 2016.
3. Ritonga, A. Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Keluarga Berencana (KB)
Kelurahan penyengat Rendah Kota jambi. Skripsi Fakultas Syariah : Univeristas
Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifudin Jambi. 2018.
4. Ramdhani, A dan Ramdhani, MA . Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik.
Jurnal Publik Vol. 11; No. 01 Hal; 1-12. 2017.

Anda mungkin juga menyukai