HEMATOCHEZIA ec HEMOROID
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian
Ilmu Kehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh
Disusun Oleh:
Muffakir
22174006
Pembimbing:
Muffakir, S.ked
22174006
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................................. 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 10
3.1 Definisi ......................................................................................................................... 10
3.2. Epidemiologi ............................................................................................................... 10
3.3. Klasifikasi .................................................................................................................. 11
3.4. Etiologi ....................................................................................................................... 12
3.5. Manifestasi Klinis......................................................................................................... 15
3.6. Diagnosis ..................................................................................................................... 15
3.7. Penatalaksanaan........................................................................................................... 18
3.8. Anatomi Hemoroid ...................................................................................................... 21
3.9. Klasifikasi Hemoroid.................................................................................................... 22
3.10. Manifestasi Klinis Hemoroid...................................................................................... 24
3.11. Dignosis Hemoroid..................................................................................................... 25
BAB IV ANALISIS KASUS ............................................................................................ 27
BAB V KESIMPULAN .................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 30
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : M. K
Umur : 6 tahun
BB/TB : 18 kg/ 145 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Aceh Besar
Masuk RS : 20 Februari 2023
Tgl.Pemeriksaan : 21 Februari 2023
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan langsung dengan pasien pada (Tanggal 21 Februari 2023)
A. KELUHAN UTAMA
BAB cair bercampur darah sejak 7 hari yang lalu dan disertai lemas, mual
muntah di sangkal, nyeri perut juga di sangkal oleh pasien, BAK dalam batas normal.
2
Riwayat imunisasi Lengkap
o Psikomotor
Berguling : 5 bulan
Duduk : 8 bulan
Merangkak : 10 bulan
Berdiri : 1 tahun
Bicara pertama kali : 9 bulan
Kesan: Riwayat perkembangan baik.
3
9 Bulan : Campak
Kesan : Imunisasi dilakukan dengan lengkap
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darh : 110/70 mmHg
Nadi : 104 x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
SpO2 : 98%
Suhu : 36,3 0C
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Pupil bulat isokor, edema palpebra (-/-)
Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, sekret (-)
Hidung :Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-), septum
deviasi (-)
Mulut : gusi tidak meradang, tidak merah dan bengkak (-)
Bibir : Bibir kering dan pecah- pecah (-), sianosis (-)
Lidah : Bercak- bercak putih pada lidah (-), tremor (-)
Tenggorokan : Tonsil T1- T1 tenang, faring hiperemis (-)
Leher : Trakea terletak ditengah, pembesaran KGB (-), kel.tiroid
tidak teraba membesar
Jantung
4
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen
STATUS GIZI
Antropometris:
Berat Badan (BB) : 18 kg
Panjang Badan : 140 cm
Status Gizi : BB/TB = -2 (Gizi Normal Pada Usia)
5
Rujukan
Glukosa 95 70-160 mg/dl
Elektrolit
Natrium 142 Mmol/L 135-148
Kalium 4,3 Mmol/L 3,5-5,3
Chorida 113 (H ) Mmol/L 98-107
Nilai
Hasil Rujukan
URINALISA
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Kimia Urin
Berat jenis 1.020 1.015 - 1.025
pH 6,0 4,5 - 8
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah samar Negatif Negatif
Eritrosit +++ (250) RBC/uL Negatif
Protein +++ (300) mg/dl Negatif
Urobilinogen 0,1 mg/dl Normal
Nitrit Negatif Negatif
Sedimen
Leukosit 0-1 /LPB
Eritrosit 0-1 0-5/LPB
Macus Positif /Lpb
6
Makroskopik Nilai rujukan
Warna Kuning kecoklatan Kuning
Darah Positif Negatif
Lendir Negatif Negatif
Mikroskopik
Telur Cacing Negatif Negatif
Amoeba Negatif Negatif
Eritrosit 16-20 Negatif
Leukosit 3-6 Negatif
Epitel 0-1 Negatif
Bakteri Positif Negatif
Sisa Makanan Positif Positif
I. DIAGNOSA BANDING
Disentri Shigela
Disentri Amoeba
PSMBB
II. PENATALAKSANAAN
Inj. Ceftriaxone 500mg IV
Inj. Ranitidin ½ amp IV
Inj. Transamin 150mg IV
Inj. Ampicilin IV
Gentamicin
Zink 1x1 tab
Lipolac 1x1 tab
III. PROGNOSIS
IV. FOLLOW UP
7
Tanggal 21/02/2023 A / Susp. Disentri Therapi /
S / BAB cair (+), BAB berdarah (+), IVFD 2:1 15 TPM makro
lemas (+), nafsu makan berkurang, Inj. Ceftriaxone 500mg/12jam
Zinc 1x1 tab
BAK normal.
Liprolac 1x1 sachet
8
Respiratory rate : 20x/i
SpO2 : 98%
Temperature : 36,6˚C
RESUME
Seorang pasien anak laki-laki datang ke IGD RSUD Meuraxa pada tanggal 20
Februari 2023 dengan keluhan BAB cair bercampur darah sejak 7 hari yang lalu dan disertai
lemas, mual muntah di sangkal, nyeri perut juga di sangkal oleh pasien, BAK dalam batas
normal. Awal nya pasien merasakan perut nya terasa mulas dari anamnesis di dapatkan tidak
ada riwayat memakan makanan pedas dan jajan sembarangan. Dari alloanamnesis riwayat
imunisasi pasien lengkap sesuai usia dan tidak ada keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan, riwayat nutrisi pasien asi
Pada pemeriksaan fisik tanda vital di dapatkan normal, pada pemeriksaan abdomen di
dapatkan Inspeksi Abdomen tampak normal, Perkusi Redup di seluruh regio abdomen,
Auskultasi Bising usus (+) normal dan Extremitas di dapatkan Akral hangat. Pada pemeriksaan
fisik anus terlihat ada nya seperti prolaps. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin di
dapatkan hasil normal, sedangkan pada hasil feses rutin didapatkan adanya bakteri positif,
perdarahan pada feses positif dimana menandakan pasien mengalami hematoscezia ec
hemoroid.
BAB III
9
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai perdarahan
yang berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz. Hematochezia diartikan sebagai
darah segar atau berwarna merah maroon yang keluar melalui anus dan merupakan
manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah. Namun, perdarahan dari
saluran pencernaan bagian atas yang masif juga dapat menimbulkan hematochezia.
Sedangkan melena diartikan sebagai tinja berwana hitam seperti lengket dengan bau yang
menyengat.1
Melena timbul bila hemoglobin dikonversi menjadi hematiin atau hemokrom lain oleh
bakteri setelah 14 jam. Umumnya, melena menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian
atas atau usus halus namun melena dapat pula berasal dari perdarahan kolon sebelah kanan
dengan perlambatan mobilitas. Tidak semua kotoran hitam adalah melena karena bismuth
atau obat-obatan yang mengandung besi (obat penambah darah) dapat pula menyebabkan
feces menjadi hitam.1
3.2 Epidemiologi
Penyebab utama perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah diverticulosis,
malformasi arteri vena dan kolitis iskemik. Dari keseluruhan perdarahan saluran cerna 20%
adalah perdarahan saluran cerna bagian bawah, dan biasanya tidak lebih berat dari perdarahan
saluran cerna bagian atas. Perdarahan pencernaan bagian bawah biasanya terjadi pada orang
tua berusia 63-77 tahun. Sebanyak 80% biasanya berhenti secara spontan. Dalam dekade
terakhir, kasus perdarahan saluran cerna meningkat signifikan. Mortalitas akibat perdarahan
saluran cerna bagian bawah adalah 3.6% sementara tingkat mortalitas akibat perdarahan
saluran cerna bagian atas adalah 3,5-7%. Pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah
yang dirawat di rumah sakit memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi yaitu sebanyak 23%
dibandingkan pasien yang rawat jalan hanya sebesar 3,6%.1
10
3.3 Klasifikasi
a. Perdarahan akut
Pasien-pasien yang mengalami perdarahan berat dan kontinyu harus
dirawat di rumah sakit. Penting untuk diingat bahwa pada 10-15% kasus yang
pada awalnya bermanifestasi sebagai perdarahan saluran cerna bagian bawah
melena, dan riwayat perdarahan saluran cerna bagian atas. Pemasangan NGT
membantu menegakkan diagnosa perdarahan saluran cerna bagian atas pada
pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah yang berat.2
b. Outlet-type bleeding
Yang dimaksud outlet-type bleeding adalah terlihat darah selama atau
sesudah defekasi pada kertas toilet atau handuk, tapi tanpa gejala ataupun factor
resiko khusus untuk ca colorectal. Pasien outlet type bleeding yang berusia
muda, lebih dianjurkan menggunakan fleksibel sigmoidoskopi dibandingkan
kolonoskopi.2
c. Perdarahan kronik-intermitten
Manifestasi klinis pada pasien ini adalah tes Guaiac positif, atau anemia
atau keduanya. Biasanya terjadi pada pasien-pasien rawat jalan yang tidak
menyadari terjadinya perdarahan saluran cerna bagian bawah namun
mengalami anemia kronis. Walaupun begitu jika anemi yang timbul sudah berat
dan terdapat gejala-gejala kardiopulmoner maka pasien tersebut harus dirawat
inap untuk monitoring, evaluasi dan tata laksana lebih lanjut. Pada pasien-
pasien ini harus dievaluasi dengan kolonoskopi. Berdasarkan studi, sekitar
25-41% dari pasien ini ditemukan kelainan pada endoskopi saluran cerna
bagian atasnya Jadi, bila dengan kolonoskopi tidak ditemukan sumber
perdarahan maka sebaik nya dilakukan endoskopi.2
11
3.4 Etiologi
a. Perdarahan divertikel kolon
Divertikel adalah kantong yang terjadi karena penonjolan kearah luar usus melalui
lapisan otot. Proses terbentuknya divertikel berhubungan dengan kebiasaan makan
pasien, pasien dengan divertikel mempunyai kebiasaan makan makanan yang kurang
serat akibatnya tinja terbentuk keras dan volumennya kecil, sehingga kolon harus
berkontraksi lebih keras untuk mengiring tinja keluar, maka sering timbul tekanan tinggi
dalam kolon biasanya dibagian bawah bawah. Tekanan yang besar ini dapat menekan
celah lemah pada dinding usus. Paling sering divertikel ditemukan di bagian
sigmoid, Kelainan ini lebih sering ditemukan usia lebih dari 50 tahun.
Pasien dengan divertikel yang cukup banyak disebut divertikulosis. Bila
divertikel ini meradang disebut divertikulitis. Penonjolan ini besarnya
berkisar antara beberapa milimeter sampai dua cm. Leher divertikel dan
pintunya biasanya sempit. Kadang-kadang di dalamnya terbentuk
fecolith.2
Keluhan dan tandanya dapat berupa keluhan mulai dari yang ringan
seperti mual, nyeri pada perut kiri bawah, sembelit dan diare oleh karena
gangguan pengerasan usus sampai keluhan berat seperti pecahnya usus, abses
dan perdarahan. Pecahnya usus ditandai dengan perut yang menjadi tegang dan
terasa nyeri. Abses ditandai dengan adanya massa di perut kiri bawah yang
sangat nyeri disertai keluhan sembelit, demam dan keadaan umum penderita
buruk. Perdarahan baru nyata setelah keluar perdarahan saat penderita BAB, dan
mungkin terjadi anemia. Pada penderita usia lanjut dapat terjadi perdarahan yang
12
hebat sehingga menyebabkan syok dan tidak jarang memerlukan transfusi
darah.2
b. Angiodisplasia
c. Arteriovenous Malformation
AVM dilaporkan sebagai sumber perdarahan saluran cerna bagian bawah
pada 3-40% pasien. AVM biasanya kelainan kongenital dan ditemukan di
usus pada 1-2% dari specimen autopsi. AVM adalah suatu kelainan pada
mukosa dan submukosa pembuluh darah memiliki komunikasi langsung
antara arteri dan vena tanpa campur tangan kapiler. Lebih dari setengahnya
berlokasi dikolon kanan, dan 47% pasien mengalami hematochezia yang tanpa
nyeri serupa dengan perdarahan yang disebabkan oleh penyakit divertikular,
dapat pula muncul berupa perdarahan yang kronik dan intermitten. Faktor
resikonya adalah orang tua, berusia lebih dari 60 tahun, lokasi disisi kanan kolon,
dan pada pasien yang memiliki penyakit gagal ginjal kronis dan stenosis aorta.
Pemeriksaan terbaik untuk AVM adalah angiography.2
d. Kolitis
atau inflamasi pada kolon. Kolitis sering diawali dengan infeksi, toksin, produk
bakteri, yang terjadi pada individu yang rentan. Pelepasan bahan toksin
menimbulkan reaksi inflamasi yang menyebabkan perubahan mukosa dan
dinding. Kolitis dibagi 2, yaitu colitis ulseratif non spesifik dan colitis Crohn.
13
Kolitis ulseratif berlangsung lama dan disertai masa remisi dan eksaserbasi
yang berganti-ganti. Tanda dan gejala klinis yang penting adalah nyeri
e. Penyakit perianal
f. Neoplasia kolon
Baik tumor ganas dan jinak di usus bisa mirip divertikulosis, dan kebanyakan
terjadi pada usia tua. Neoplasma jarang menyebabkan perdarahan masif. Perdarahan
bisa berupa sebentar-sebentar, atau kebanyakan kasus adalah perdarahan tersembunyi
(occult blood). Dulu, diagnosis dibuat menggunakan barium enema, namun kini
14
dengan menggunakan kolonoskopi dan biopsy diagnosa dapat langsung dilakukan.
Pengelolaan. endoskopi atau melalui operasi.2
a. anemia def Fe
b. palpitasi
c. lemas
d. sesak napas
e. anoreksia
f. insomnia
3.6 Diangnosa
Untuk mendiagnosa pastikan tentukan penyebab atau lokasi perdarahan,
dilakukan setelah status hemodinamik stabil (pada perdarahan akut):1
Anamnesis: tanyakan volume perdarahan, berapa kali mengalami
perdarahan juga penting ditanyakan kepada pasien mengenai riwayat penyakit
terdahulu, apakah pasien menderita tukak peptik, penyakit hati kronik, kelainan
saluran cerna bawah (hemorroid, colitis atau ca). Penting pula mengetahui riwayat
penyakit sekarang, beberapa petunjuk misalnya jika pasien mengaku:
15
3) Diare berdarah, terdapat tenesmus ani, biasanya merupakan gejala Irritable
Bowel Disease (IBD).
4) Diare berdarah, demam dan nyeri abdomen, biasanya adalah pasien dengan kolitis
5) Jika terdapat nyeri saat defekasi biasanya adalah hemoroid atau fissure anal.
Pemeriksaan fisik
cek tanda vital:
a. Kesadaran
b. Tekanan darah: hipotensi orthostatik timbul pada kehilangan 15% volume darah.1
Bila penderita syok tekanan sistolik <90mmHg dan nadi >100x/mnt, berkeringat
dingin, muka pucat, akral dingin maka kehilangan darah sekitar 40%.
c. Nadi
d.Pernafasan
e. Suhu
Mata: ada tidaknya anemis
Turgor kulit menurun
Ekstremitas: akral dingin, ujung-ujung jari sianotik
Auskultasi Jantung: irama cepat atau lambat
Abdomen: teraba massa atau tidak, ukuran hepar, splenomegali.
Auskultasi: peristaltik usus menurun atau tidak.
Colok dubur: darah (+/-), palpasi massa (+/-), identifikasi feses, dan lakukan tes
Guaiac.
Pemeriksaan laboratorium
darah: cito dan pemeriksaan darah lengkap. Selanjutnya perlu dicek Hb dan Ht tiap
6 jam
Elektrolit
BUN/serum: creatinin
Liver Function Test
Faktor pembekuan: Prothrombin Time
Pemeriksaan Penunjang
a. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa
kolon dan rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai
160 cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat
16
menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari
pemeriksaan kolonoskopi lebih baik daripada barium enema yang
keakuratannya hanya sebesar 67%. Sebuah kolonoskopi juga dapat digunakan
untuk biopsi, polipektomi, mengontrol perdarahan dan dilatasi dari striktur. 5
Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi
utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul
kurang dari 1,3% pada pasien. Komplikasi lebih sering terjadi pada
kolonoskopi terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan
komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi
merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostic Merupakan
pemeriksaan terbaik untuk perdarahan saluran cerna bagian bawah, bisa
untuk diagnostik maupun terapeutik. Akurasi untuk diagnosa dengan
kolonoskopi adalah 48% -90%. Terlihatnya darah segar pada ileum terminalis
mengindikasikan sumber perdarahan bukan berasal dari kolon.5
b. Urgent Colonoscopy
Adalah tindakan kolonoskopi yang dilakukan dalam 24 jam setelah
episode perdarahan. Pada pasien ini dilakukan persiapan awal yang minim
dengan air atau gliserin enema. Baru-baru ini digunakan polietilen glikol
Penyakit yang paling sering ditemukan oleh kolonoskopi mendesak adalah
colitis iskemik transien. Urgent colonoscopy dianggap aman dan berguna
untuk pemeriksaan pada perdarahan saluran cerna bagian bawah akut dan
hemostasis.5
C. Flexible Sigmiodoskopi
Flexible sigmoidoscopi dapat menjangkau 65cm kedalam lumen kolon
dan dapat mencapai bagian proksimal dari kolon kiri. Dapat digunakan tanpa
sedative dan dengan persiapan enema yang minimal. Lima puluh persen dari
kanker kolon dapat terdeteksi dengan menggunakan alat ini. Flexible
sigmoidoscopi tidak dianjurkan digunakan untuk indikasi terapeutik
polipektomi, kauterisasi dan semacamnya; kecuali pada keadaan khusus,
seperti pada ileorektal anastomosis. Flexible sigmoidoscopi setiap 5 tahun
dimulai pada umur 50 tahun merupakan metode yang direkomendasikan untuk
17
screening seseorang yang asimptomatik yang berada pada tingkatan risiko
menengah untuk menderita kanker kolon. Sebuah polip adenomatous yang
ditemukan pada flexible sigmoidoscopi merupakan indikasi untuk
dilakukannya kolonoskopi, karena meskipun kecil (<10 mm), adenoma yang
berada di distal kolon biasanya berhubungan dengan neoplasma yang letaknya
proksimal pada 6-10% pasien.5
d. Anoskopi
e. Barium Enema
Adalah suatu teknik radiografi dengan menggunakan media kontras
barium sulfat kemudian difoto dengan sinar–X sehingga akan tampak
gambaran usus dan bisa melihat apabila ada kebocoram obstruksi akibat polip
atau massa. Pada pasien muda dengan hematochezia minimal yang dengan
fleksibel sigmoidoskopi memberikan hasil negatif, barium enema merupakan
alternatif dibandingkan kolonoskopi. 5
f. Angiography
3.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama pada pasien adalah stop perdarahan aktif, cegah
perdarahan ulang. Lakukan tindakan emergency seperti :6
1. Resusitasi penderita: (A – B – C)
a. Pasang infus: - Nadi >100x/mnt infus koloid atau NaCl 0.9% untuk mengetahui
jumlah kehilangan darah, penderita tidur terlentang ukur nadi a t a u tekanan darah
18
lalu penderita didudukkan dan bila nadi naik >10x/menit tekanan darah sistolis turun
>10mmHg maka kehilangan darah adalah sekitar 20%.
b. Pernafasan: O2 2-4 liter/menit
2. Ambil contoh darah (cross matched blood untuk transfusi)
3.Periksa hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit (Hb kurang sesuai dengan
jumlah perdarahan pada tahap akut oleh karena belum terjadi hemodilusi, perlu waktu
minimal 8 jam)
Pemberian transfusi segera pada:
- penderita syok
- perdarahan terus-menerus
- gejala-gejala angina pectoris
- hematokrit <20%
- Pasien resiko tinggi: orangtua, CHD, Sirosis hepatis diberikan transfusi PRC sampai
hematokrit >30 %
- Koagulopati dan trombositopenia harus dikoreksi segera. Trombosit harus
dipertahankan diatas 50.000/ml dan kagulopati harus dikoreksi dengan vitamin K
atau dengan fresh frozen plasma. Vitamin K harus diberikan oral kecuali pada pasien
sirosis atau obstruksi bilier, yang mana pada pasien ini diberikan secara subkutan.
Status hemodinamik merupakan indikator yang lebih baik untuk pemberian darah
daripada Hb. Transfusi diberikan sampai hemodinamik stabil atau Hematokrit 25–
30%.6
Penatalaksanaan secara mendikamentosa jika terjadi perdarahan maka
berikan Transamin 3x1 kaps dan Vit K 3x1 tab, Beberapa perdarahan dapat diobati
secara medikamentosa ad alah Hemoroid, fissure ani, dan ulkus rekti diobati dengan
bulk-forming agent, sitz baths dan menghindari mengedan. Kombinasi estrogen-
progesteron dapat mengurangi perdarahan pada pasien angiodisplasia, dan IBD
biasanya memberi respon terhadap obat-obatan anti inflamasi. Observasi dan
monitoring terus tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda hemodinamik yaitu tekanan
darah, nadi, pernapasan, temperatur. Biasanya tekanan darah (sistolik) 110 mmHg,
pernafasan cepat, nadi 110x/menit, suhu antara 38–39 derajat Celcius, kulit dingin
pucat atau cyanosis pada bibir, ujung-ujung ekstremitas, sirkulasi darah ke ginjal
berkurang, menyebabkan urine berkurang.6
19
3.8 Anatomi Hemoroid
Rektum panjangnya 15–20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula mengikut
cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada
ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis. Akhirnya
rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Kanalis analis pada dua pertiga bagian
bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit bertanduk yang mengandung persarafan
sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir
kanalis analis dan mempunyai epidermis berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar
sebacea dan kelenjar keringat. Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan
invaginasi ectoderm, sedangkan rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus
dan rektum ini, maka pendarahan, persarafan, serta aliran vena dan limfe berbeda, demikian
pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus, sedangkan
kanalis analis oleh endoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar.
Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.7
20
Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind gut).
Gambaran anatomi yang penting adalah :7
1. Dibatasi oleh epitel selapis thoraks.
2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang dihubungkan satu
sama lain pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris yang dinamakan valvula
analis (sisa membran proctedeum.
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom pleksus
hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu arteri rectalis
superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran darah vena terutama
oleh vena rectalis superior, suatu cabang v. Mesenterica inerior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju nodi lympatici
para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici mesenterica inferior.
Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan struktur sebagai
berikut :
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus dengan epidermis
perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka terhadap nyeri, suhu,
raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda interna. Aliran vena
oleh v. rectalis inferior, muara dari v. pudenda interna, yang mengalirkan darah vena ke v.
iliaca interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis medialis.
21
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa
pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan
depan (jam7), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil
terdapat di antara ketiga letak primer tesebut.7
Hemoroid ekstern merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior
terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus. Kedua
pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan secara longgar dan merupakan
awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus
hemoroid intern mengalirkan darah ke v. hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena
porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melelui daerah
perineum dan lipat paha ke v. iliaka.7
2. Hemoroid interna derajat II. Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang
tidak hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah lubang anus.
Benjolan ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk
kembali kedalam kanalis anal bila proses defekasi telah selesai.
3. Hemoroid interna derajat III. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali
secara spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan tangan
ke dalam anus.
4. Hemoroid interna derajat IV. Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama
dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan
dengan baik ke dalam kanalis anal.
22
Tabel 1. Pembagian derajat hemoroid interna
Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi
I (+) (-) (-)
II (+) (+) Spontan
III (+) (+) Manual
IV (+) Tetap Tidak dapat
Sedangkan hemoroid eksterna merupakan pelebaran pleksus hemoroidalis inferior, terletak di sebelah
bawah linea dentata, pada bagian yang dilapisi oleh kulit. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai
akut dan kronik.8
1. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya merupakan hematoma. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-
ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih lipatan kulit anus
yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Faktor Resiko
23
Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan
intra abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun
dan sering mengejan pada waktu defekasi.
Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.
Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada
penderita sirosis hepatis.7
24
3.11 Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras,
yamg membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi (mengejan), pasien sering
duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.
Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan
oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat
dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna
mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan
dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.8
Pemeriksaan Fisik
A. Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan / tonjolan
yang muncul.
B. Palpasi
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak
nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa
padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
C. Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjoL keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila
penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak
besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas
harus diperhatikan.8
25
D. Proktosigmoidoskopi
Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang
atau keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemorrhoid merupakan keadaan yang
fisiologis saja ataukan ada tanda yang menyertai.
26
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada pemeriksaan fisik tanda vital di Divertikel adalah kantong yang terjadi karena penonjolan
dapatkan normal, pada pemeriksaan abdomen kearah luar usus melalui lapisan otot. Proses terbentuknya
di dapatkan Inspeksi Abdomen tampak divertikel berhubungan dengan kebiasaan makan pasien,
normal, Perkusi Redup di seluruh regio pasien dengan divertikel mempunyai kebiasaan makan
abdomen, Auskultasi Bising usus normal dan makanan yang kurang serat akibatnya tinja terbentuk
Extremitas di dapatkan Akral hangat. Pada keras dan volumennya kecil, sehingga kolon harus
pemeriksaan fisik anus terlihat ada nya seperti berkontraksi lebih keras untuk mengiring tinja keluar,
prolaps. Pada pemeriksaan laboratorium darah maka sering timbul tekanan tinggi dalam kolon biasanya
rutin di dapatkan hasil normal, sedangkan dibagian bawah bawah. Tekanan yang besar ini dapat
pada hasil feses rutin didapatkan adanya menekan celah lemah pada dinding usus.
bakteri positif, perdarahan pada feses positif
27
dimana menandakan pasien mengalami
hematoscezia ec hemoroid
Penatalaksanaan pada pasien adalah dengan Penatalaksanaan utama pada pasien adalah stop
pemberian medikamentosa yaitu : perdarahan aktif, cegah perdarahan ulang.
Inj. Ceftriaxone 500mg IV Penatalaksanaan secara mendikamentosa jika
Inj. Ranitidin ½ amp IV terjadi perdarahan maka berikan Transamin 3x1
Inj. Transamin 150mg IV
kaps dan Vit K 3x1 tab, Beberapa perdarahan
Inj. Ampicilin IV
dapat diobati secara medikamentosa ad alah
Gentamicin
Zink 1x1 tab Hemoroid, fissure ani, dan ulkus rekti diobati
Lipolac 1x1 tab dengan bulk-forming agent, sitz baths dan
menghindari mengedan. Kombinasi estrogen-
progesteron dapat mengurangi perdarahan pada
pasien angiodisplasia, dan IBD biasanya
memberi respon terhadap obat-obatan anti
inflamasi. Observasi dan monitoring terus tanda-
tanda vital, observasi tanda-tanda hemodinamik
yaitu tekanan darah, nadi, pernapasan, temperatur.
BAB V
KESIMPULAN
28
Hematoschezia adalah perdarahan saluran cerna bagian bawah yang berwarna
merah segar atau merah marun, dan pendarahan ini terletak di bawah ligamentum
Treitz keanus. Kemungkinan penyebab hematoschezia adalah divertikulosis,
angiodisplasia, neoplasma, kelainan perianal, diverticulum Meckeli, infeksi dan
non-infeksi kolitis, intususepsi. Dalam kebanyakan kasus pendarahan adalah sepele
dan sebentar-sebentar, kecuali untuk diverticulosis yang menyebabkan
pendarahan yang cukup hebat. Diagnosis dan terapi hematoschezia bisa sebagian
besar dilakukan melalui endoskopi, hanya sebagian kecil bagian memerlukan
intervensi bedah untuk diagnosis. Untuk kasus hematochezia yang akut, diperlukan
penatalaksanaan yang tepat karena perdarahan yang massif beresiko kematian
diperlukan pantauan terus terhadap tanda-tanda vital pasien.
DAFTAR PUSTAKA
29
1. Greenberger, Norton. Blumberg, Richard. Burakoff, Robert: Current Diagnosis
and Treatment Gastroenterology, Hepatology & Endoscopy.McGraw- Hill, Lange.
2017: 343-351. [Accesed On March 2023]
30