Disusun Oleh :
Eggy Lasmawati
20360138
Perseptor :
LAPORAN KASUS
Eggy Lasmawati
NPM: 20360138
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Studi Pendidikan Profesi
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung
Mengetahui :
2
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
HALAMAN AWAL
I. IDENTITAS .............................................................................................5
II. ANAMNESIS............................................................................................5
B) PNEUMONIA ................................................................................................35
I. DEFINISI....................................................................................................... 35
II. ETIOLOGI..................................................................................................... 36
III. PATOFISIOLOGI......................................................................................... 36
3
IV. GEJALA KLINIS.......................................................................................... 38
V. DIAGNOSIS ................................................................................................. 38
C) DIARE .........................................................................................................26
I. DEFINISI..................................................................................................26
II. KLASIFIKASI..........................................................................................27
III. ETIOLOGI................................................................................................27
IV. PATOGENESIS........................................................................................28
V. DASAR DIAGNOSIS...............................................................................29
VI. TERAPI.....................................................................................................30
VII. KOMPLIKASI..........................................................................................33
VIII. PENCEGAHAN........................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Identitas Pasien
TTL : 04-09-2017
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
5
Keluhan Tambahan
Ibu pasien mengatakan keluhan tersebut disertai batuk (+) dahak (+) berwarna
putih kekuningan.
Pasien datang ke IGD RSPBA dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu,
demam dirasa terus-menerus disertai dengan keluhan batuk (+) dahak (+)
berwarna putih kekuningan dan pilek (+). Batuk dirasa terus-menerus hingga
Sebelumnya os sudah berobat namun tidak ada perubahan. BAB dan BAK
Ibu os mengatakan os BAB cair sejak hari perawatan ke-2 di rumah sakit
dengan frekuensi 2x perhari, berisi air (+), ampas (+), lendir (-). Nafsu makan
tahun.
Ibu os mengatakan bahwa ayah os memiliki riwayat penyakit batuk rejan dan
Riwayat Pengobatan
6
7
• ASI Ekslusif
• Pola makan anak saat ini biasa mengkonsumsi nasi, tahu, tempe, ikan,
daging, telur, dan kadang buah-buahan. Anak tidak suka makan sayur.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi wajib :
Umur (bulan)
Jenis Vaksin
0 1 2 3 4 5 6 9
Hep. B
Polio
BCG
DPT
MR/MMR
Riwayat Psikososial
7
8
Riwayat Perkembangan
Tanda-tanda Vital
T : 38,5°C
N : 108x/menit
RR : 28x/menit
SPO2 : 98%
BB : 18 kg
TB : 97 cm
LILA : 17 cm
LK : 46 cm
LD : 52 cm
8
9
LP : 54 cm
Status Generalisata
Kepala
+/+ isokor
Mulut : Bibir sianosis (-), perdarahan (-), lidah kotor dengan tepi
9
10
Thorax
Inspeksi : Sianosis (-), retraksi dada (-), massa (-), perubahan warna
kulit (-).
Jantung
Abdomen
Palpasi : Tidak ada pembesaran, turgor kulit normal, massa (-), dan
Ekstremitas
10
11
Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pengambilan sampel pada 08 Januari 2022 pada pukul 12.50 WIB
HEMATOLOGI
No Pemeriksaan Hasil Angka Normal Satuan
.
12,4 Lk: 14-18,
1 Hemoglobin gr/dl
Wn: 12-16
2 Leukosit 13.600 4.500-10.700 Ul
Hit. Jenis Leu 0 0-1 %
3
Basinofil
Hit. Jenis Leu 0 0-3 %
4
Eosinofil
5 Hit. Jenis Leu Batang 0 2-6 %
6 Hit. Jenis Leu Segmen 89 50-70 %
7 Hit. Jenis Leu Limfosit 9 20-40 %
8 Hit. Jenis Leu Monosit 2 2-8 %
9 Eritrosit 4,9 Lk: 4.6-6.2, Wn 4.2-6.4 106/ul
10 Hematokrit 41 Lk 50-54, Wn 38-47 %
11 Trombosit 160.000 159.000-400.000 Ul
12 MCV 83 80-96 Fl
13 MCH 25 27-31 Pg
14 MCHC 31 32-36 g/dl
ALC (Absolute 2.376
15
Lympocyte Count)
NLR (Neutrophil 2.51
16
Lympocyte Ratio)
IMUNOLOGI
No Hasil Angka Normal Satuan
Pemeriksaan
.
1 SARS CoV2 Antigen Negatif Negatif (-)
V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis:
Pemeriksaan Fisik:
11
12
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu febris, napas sedikit cepat dan
Pemeriksaan Penunjang:
WIB, Hb 12,4 gr/dl, leukosit 13.600 ul, hit. Jenis Leukosit Segmen 89
maupun bronkopneumonia.
VI. DIAGNOSIS
Pneumonia+DCA
• Thypoid fever
• Pneumonia
• DCA
VIII. RESUME
Pasien datang ke IGD RSPBA dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu,
demam dirasa terus-menerus disertai dengan keluhan batuk (+) dahak (+)
berwarna putih kekuningan dan pilek (+). Batuk dirasa terus-menerus hingga
Sebelumnya os sudah berobat namun tidak ada perubahan. BAB dan BAK
Ibu os mengatakan os BAB cair sejak hari perawatan ke-2 di rumah sakit
dengan frekuensi 2x perhari, berisi air (+), ampas (+), lendir (-). Nafsu makan
12
13
Keadaan Umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Tanda Vital
2022 pukul 12.50 WIB, Hb 12,4 gr/dl, leukosit 13.600 ul, hit. Jenis Leukosit
IX. TATALAKSANA
Sanmol 4 x 1½ cth
Mucos 3 x 1 cth
Lacto B 1x1
Cetrizine 1 x 1 cth
X. PROGNOSIS
13
14
XI. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
• Lacto B 1x1
• Cetrizine 1 x 1 cth
14
15
BAB II
ANALISIS KASUS
MANIFESTASI KLINIS :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan muntah-muntah sejak 4 hari yang lalu.
Muntah 7x/hari ( air (+) darah (-) ampas (-) ). Setiap Os makan selalu
dimuntahkan, sehingga badan lemas. 4 hari yang lalu juga os diare. Namun hari
PEMERIKSAAN FISIK :
pencernaan seperti nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare. Dan pada
thypoid fever ini bisa menyebabkan komplikasi yaitu komplikasi pada darah
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Anemia
15
16
Pada demam tifoid juga dapat ditemukan anemia hal ini dikarenakan
Tubex TF +6
Pada demam tifoid dapat ditemukan Antibodi: IgM S.thypii (tubex) -> 4-5
hari setelah demam. Tubex TF adalah suatu tes diagnostic in vitro semi
kuantitatif 10 menit untuk deteksi Demam Tifoid akut yang disebabkan oleh
Pneumonia
pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga
PENATALAKSANAAN KASUS
Farmakologi
• Terapi cairan
16
17
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
= 1.200 cc/hari
1.200 : 24 = 50 cc/jam
50 : 60 = 0,8 cc/menit
• Ceftriaxone
Merupakan obat yang diberikan pada infeksi serius yang disebabkan oleh
• Ondansentron
• Antipiretik
17
18
• Zinc
kekebalan tubuh, dan mengatasi defisiensi zinc pada kasus diare. Dosis yang
• Lacto B
Ambroxol
anak usia di bawah 2 tahun, dapat diberikan dosis 7,5 mg (setara 2,5 ml)
sebanyak 2 kali sehari. Anak usia 2-6 tahun diberikan sebanyak 3 kali
sehari. Anak usia 6-12 tahun dapat diberikan dosis 15 mg (setara 5 ml) 2-3
A) Pneumonia
I. DEFINISI
18
19
pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah
sakit.
penyakit paru kronik), pneumonia aspirasi (alkoholik, usia tua), dan pneumonia
pada gangguan imun (pneumonia pada pasien tranplantasi organ, onkologi, dan
AIDS).
II. ETIOLOGI
bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pneumoni komunitas yang diderita oleh
rumah sakit banyak disebabkan gram negatif. Dari laporan beberapa kota di
19
20
nosokomial:
b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli,
III. PATOFISIOLOGI
yang berinteraksi satu sama lain.3 Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan
yang terbanyak adalah dengan kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada virus,
terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi
kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi
20
21
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari
sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%)
juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat
tinggi 108-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml)
dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia.
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel
terjadi perlawanan antara host dan bakteri maka akan nampak empat zona
yaitu : 1) Zona luar (edama): alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan
edema; 2) Zona permulaan konsolidasi (red hepatization): terdiri dari PMN dan
beberapa eksudasi sel darah merah; 3) Zona konsolidasi yang luas (grey
hepatization): daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak; 4) Zona resolusi E: daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak
berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan
21
22
sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada yang sakit
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat bernafas,
takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
V. DIAGNOSIS
pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat
baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini:
a. Batuk-batuk bertambah
dan ronki
VI. PENATALAKSANAAN
empiris dan terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi pasien.3
22
23
umumnya tidak tersedia selama 12-72 jam. Maka dari itu membedakan jenis
pneumonia (CAP atau HAP) dan tingkat keparahan berdasarkan kondisi klinis
suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa (SaO2 > 92%)
Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas positif
diperlukan pada gagal napas. Bila demam atau nyeri pleuritik dapat diberikan
mengurangi dahak.
B) DIARE
I. DEFINISI
Buang air besar dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari, konsistensi tinja
yang lembek, dan berat tinja >200 gram per hari (dewasa) / >10
II. KLASIFIKASI
- Diare persisten (lamanya diare lebih dari 2 minggu, terjadi terus menerus,
penyebabnya infeksi)
23
24
- Diare sekretorik
- Diare osmotik
- Penyakit eksudatif
- Malabsorpsi
- Motilitas abnormal
III. ETIOLOGI
- Intoleransi : laktosa
- Malabsorpsi
- Keracunan makanan
IV. PATOGENESIS
a. Diare sekretorik
Jumlah cairan feses lebih dari 200 ml/hari. Cairan feses yang dihasilkan
bersifat isotonik dengan plasma dan menetap selama puasa. Diare ini terjadi
24
25
Diare sekretorik terjadi karena sekresi air dan elektrolit dari usus
meningkat atau absorpsi menurun. Diare ini dapat disebabkan oleh infeksi
intraselular. Mekanisme ini menyebabkan sekresi klorida dari sel kripta dan
b. Diare osmotik
Jumlah cairan feses kurang dari 200 ml/hari. Cairan feses yang dihasilkan
usus sehingga cairan dan elektrolit tertarik ke dalam lumen usus. Diare
Gejala Klinik: diare frekuen, cair, bulky & bau asam; meteorismus;
c. Penyakit eksudatif
25
26
d. Malabsorpsi
e. Motilitas abnormal
bervariasi.
V. DASAR DIAGNOSIS
Didasarkan pada gejala klinis yaitu mencret sebanyak 10X, pasien juga
mengalami muntah 4 kali sehari. Jika dilihat dari Z-score WHO keadaan gizi
pasien baik.
VI. TERAPI
a. Pemberian cairan secara oral sedini mungkin pada awal diare untuk
- Mencegah dehidrasi
- Mengobati dehidrasi
26
27
Trigliseride (MCT)
Apabila dengan terapi dietetic diatas tidak ada respons, gunakan susu
protein hidrosilat
c. Kausal
hari
hari
dibagi 3 dosisselama 5 hari (10 hari untuk kasus berat) Anti diare tidak
diberikan.
e. Probiotik
27
28
enterosit.
28
29
29
30
VII. KOMPLIKASI
Dehidrasi
Gangguan gizi
VIII. PENCEGAHAN
- Air minum yang berasal dari sumur / sumber air yang terjaga kebersihannya
dan dimasak.
kontaminasi.
- Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan dan
- Gunakan jamban untuk anak kecil atau yang sakit, buang cepat tinja dengan
- Berikan hanya ASI selama 4-6 bulan pertama, teruskan pemberian ASI
- Berikan makanan sapihan yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan.
30
BAB III
KESIMPULAN
Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang
setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan
demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal
kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated
didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi
diare.
Dan pada thypoid fever ini bisa menyebabkan komplikasi yaitu komplikasi
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari,
konsistensi tinja yang lembek, dan berat tinja >200 gram per hari (dewasa) /
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Widodo D. Demam Tifoid. In: Siti, ed. Buku ajar ilmu penyakit dalam 6th
ed. Jakarta: Interna publishing; 2015. p.549
2. Crump JA, Sjölund-Karlsson M, Gordon MA, & Parry CM. Epidemiology,
clinical presentation, laboratory diagnosis, antimicrobial resistance, and
antimicrobial management of invasive Salmonella infections. Clinical
Microbiology Reviews. 2015;28(4):901–937.
3. Hudoyo A. Anatomi Saluran Napas. 2009 April
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/e4e3ff458efaa961c32c1e9163a
77a24964c5c0a.pdf
4. Ellis H. Clinical Anatomy: Applied Anatomy for Students and Junior
Doctors. 11th ed. [ e – book ]. Massachussets : Blackwell Publishing. 2006
5. Sherwood L. Human Physiology. 6th ed. China: Thomson Brooks/Cole;
2007. hal. 451 - 455
6. Pusponegoro HD, Hadinegoro SRS, Firmanda D, Tridjaja B, Pudjadi AH,
Kosim MS, et. al. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. 1st ed.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2004. hal. 351 - 354.
7. Price S, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – proses Penyakit.
Vol 2. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. Hal. 804 –
810
8. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of
Pediatrics. 18th ed. [ e – book ]. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2007
9. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. 2007. Hal 984.
10. Tim Adaptasi Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah
Sakit: Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di
Kabupaten/Kota. Jakarta: World Health Organization. 2009. hal. 83 – 113
11. Bambang Subagyo, N Budi Santoso, 2011. Buku Ajar
Gastroenterohepatologi IDAI Jilid I. Halaman 87-120
12. Garna et al, 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak,
Edisi kedua. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung.
Halaman 237-249.
13. Ghishan F.K. 2007. Chronic diarrhea. In R.M.Kliegman, R.E.Behrman,
H.B.Jenson: Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Elsevier.
p. 1621-1625.
14. Marcellus Simadibrata K., Daldiyono. 2006. Diare akut. Dalam: A.W.
Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata , S.Setiadi : Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi 4. Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h.408-413
33