PENDAHULUAN
Dari data WHO menunjukkan sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%) dari
populasi berisiko terkena DBD di seluruh Dunia yang tinggal di Negara anggota
WHO wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Menurut data Dinkes Provinsi
Sulawesi Utara, kasus DBD di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016 sebanyak 2217
orang penderita dan terdapat 17 orang yang meninggal akibat DBD.2,3
Pada laporan kasus ini akan dibahas kasus Demam Berdarah Dengue
grade I pada seorang anak yang di rawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.
BAB II
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
I.1 Identitas Penderita
Nomor register : 57.28.51
Nama penderita : An. AJ
Tanggal Lahir : 17 September 2009
Usia : 8 tahun 9 bulan
Tempat lahir : RSUP Prof. R.D. Kandou
Berat badan lahir : 3000 gram
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Sea
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : Minahasa
Jaminan kesehatan : BPJS kelas III
Tanggal MRS : 07 Juni 2019 pukul 14.05 WITA
II. ANAMNESIS
2
Keluhan Utama :
Demam
SILSILAH KELUARGA
3
No. Nama Hubungan Kelamin Umur Keterangan
(tahun)
1. CA Ayah L 40 Sehat
2. GK Ibu P 35 Sehat
3. RNA Anak L 20 Sehat
4. TIA Anak P 12 Sehat
5. JA Anak P 8 Pasien
B. Riwayat Persalinan
Persalinan berlangsung pada tanggal 17 September 2009 di Rumah
Sakit Pancaran Kasih dan dibantu oleh dokter dengan BBL 3000 gram
dan PBL 48 cm lahir dari ibu G3P2A0 27 tahun hamil aterm lahir
spontan letak belakang kepala.
D. Riwayat Makanan
ASI : lahir – 6 bulan
PASI : 6 bulan - sekarang
Bubur susu : 6 bulan – 8 bulan
Bubur saring : 8 bulan – sekarang
Bubur halus : 9 bulan - sekarang
4
Nasi lembek : 12 bulan - sekarang
F. Riwayat Imunisasi
Jenis Dasar Ulangan
Imunisasi
I II III I II III
BCG + - - - - -
POLIO + + + - - -
DTP + + + - - -
CAMPAK + - - - - -
HEPATITIS B + + + - - -
5
pertama untuk BCG, Polio, dan Hepatitis B. Ketika pasien mengalami
gejala yang tidak pernah didapat pada bayi orang tua pasien langsung
berkonsultasi pada tenaga medis.
Asih (Kebutuhan Emosional)
Pasien merupakan anak pertama yang dinantikan dan diharapkan,
karena itu kasih sayang dan perhatian didapatkan dari kedua orang tua
pasien. Kedua orang tua saling membantu dan merawat pasien sejak
lahir.
Asah (Stimulasi Mental)
Orang tua dapat memahami tangisan seperti saat pasien ingin minum
susu dan saat pasien ingin digendong ketika hendak tidur.
6
Saturasi oksigen dalam darah : 98%
Antropometri
BB : 27 kilogram
PB : 128 cm
Status Gizi : Gizi Baik (Persentil 75)
Kulit : warna sawo matang dan tampak kuning, lapisan lemak cukup,
turgor kulit kembali cepat, tonus eutoni, ikterik tidak ada, efloresensi
tidak ada, pigmentasi tidak ada, jaringan parut tidak ada, edema tidak
ada, sianosis tidak ada. Uji Tourniquet (+)
7
Perkusi : batas kanan linea parasternalis dextra, batas
kiri linea midclavicularis sinistra, batas atas
ICS II – III
Auskultasi : frekuensi detak jantung 110x/menit, regular,
tidak ada murmur dan gallop.
Paru-paru
Inspeksi : pergerakan napas simetris kanan dan kiri
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor kanan = kiri
Auskultasi : suara pernapasan bronkovesikuler, kanan =
kiri, tidak ada ronki dan wheezing.
Abdomen
Inspeksi : cembung,
Auskultasi : Bising usus ada normal namun cenderung
meningkat
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium tidak ditemukan
Perkusi : bunyi timpani
Tulang belakang : tidak ditemukan deformitas
Alat kelamin : Laki-laki, sesuai usia
Anggota gerak : akral hangat, CRT < 2 detik
Otot - otot : eutoni
Refleks : refleks fisiologis ada, refleks patologis tidak ada,
spastis tidak ada, klonus tidak ada
Sensorik : kesan normal
Motorik : kekuatan otot normal
8
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 07/06/2019
Parameter Nilai Normal Satuan Hasil
HEMATOLOGI
Leukosit 6000-16000 /uL 1.800/uL
Eritrosit 3.90-5.10 10^6/uL 5.55 10^6/uL
Hemoglobin 11.1-14.1 g/dL 13.4 g/dL
Hematokrit 30.0-38.0 % 41.1 %
Trombosit 200-550 10^3/uL 90 10^3/uL
MCH 25.0-29.0 pg 24.2 pg
MCHC 32.0-36.0 g/dL 32.7 g/dL
MCV 72.0-84.0 fL 74.1 fL
NS1 Negatif Positif
KIMIA KLINIK
Ureum Darah 10-40 mg/dL 32 mg/dL
Creatinin Darah 0.5-1.5 mg/Dl 0.6 mg/dL
________________________________________________________________
V. RESUME
Seorang anak laki-laki, usia 8 tahun dengan berat badan 28 kilogram dan
panjang badan 128 cm masuk rumah sakit tanggal 7 Juni 2019 diantar oleh
kedua orangtuanya dengan keluhan:
Demam sejak tiga hari terakhir yang tidak berkurang dengan
pemberian obat penurun demam
Mual muntah dan sulit makan-minum
9
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 136 kali/menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 38,2ºC
SpO2 : 98%
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, ubun-
ubun besar menutup
Thorax : simetris, tidak ada retraksi
Cor : frekuensi detak jantung 136x/menit, regular
Pulmo : Sp bronkovesikuler, Ronkhi-/-, Wheezing - /-
Abdomen : Cembung, lemas, nyeri tekan tidak ditemukan,
bising usus normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Uji Tourniquet didapatkan positif. Pemeriksaan laboratorium yang bermakna
didapatkan leukosit 1800/uL, hematokrit 41 %, trombosit 150.000 u/L
VI. DIAGNOSIS
a. Diagnosis Kerja
Demam Berdarah Dengue derajat I
VII. TERAPI
IVFD RL 5-7cc/kgBB dalam 1-2 jam
Paracetamol tablet 325 mg tiap 8 jam selama masih demam
Domperidone syr 1 cth tiap 8 jam selama masih muntah-muntah
Edukasi:
-Mengusahakan agar pasien dapat meningkatkan asupan cairan dengan
banyak minum (jus buah, minuman isotonik) untuk mencegah
ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi.
-Mengamati jika didapati perburukan keadaan pada pasien (akral dingin,
perdarahan spontan)
-Keluarga turut menjaga asupan kalori dan cairan pasien yang adekuat,
juga
Membatasi aktivitas fisik pasien selama fase akut
10
VIII. FOLLOW UP
Hari I: 8 Juni 2019
S: Demam (+), Muntah (+)
O:
Kepala : Conjungtiva tidak anemis, pupil bulat isokor 2mm/2mm, refleks cahaya ada,
mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa bibir basah, ubun-ubun besar
tertutup
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada
Cor : murmur dan gallop tidak ada
Abdomen :
- Inspeksi : cembung
- Auskultasi : bising usus normal
- Palpasi : Nyeri tekan tidak ditemukan
- Perkusi : bunyi timpani
Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
A: Demam Berdarah Dengue derajat I
P: Penatalaksanaan:
1. IVFD RL 5-7 cc/kgBB/Jam
2. Paracetamol tablet 325 mg tiap 8 jam selama masih demam
3. Domperidone syr 1 cth tiap 8 jam selama masih muntah-muntah
Pemeriksaan Laboratorium kontrol (Darah lengkap)
Periksa kadar hematokrit rutin tiap 6 jam
11
Hari II: 9 Juni 2019
S: Demam berkurang, muntah (+)
O:
Kepala : Conjungtiva tidak anemis, pupil bulat isokor 2mm/2mm, refleks cahaya ada,
mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa bibir basah, ubun-ubun besar
tertutup
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada
Cor : murmur dan gallop tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : cembung
Auskultasi : bising usus meningkat
Palpasi : Nyeri tekan tidak ditemukan
12
P: Penatalaksanaan:
1. IVFD RL 3cc/kgBB/Jam
2. Paracetamol tablet 325 mg jika perlu
3. Domperidone syr 1 cth tiap 8 jam selama masih muntah-muntah
Observasi kadar hematokrit rutin
O:
Kepala : Conjungtiva tidak anemis, pupil bulat isokor 2mm/2mm, refleks cahaya ada,
mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa bibir basah, ubun-ubun besar
datar
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada
Abdomen :
1.Inspeksi : cembung
2. Auskultasi : bising usus ada normal
3.Palpasi : Nyeri tekan abdomen tidak ditemukan
4. Perkusi : bunyi timpani
Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
A: Demam Berdarah Dengue derajat I
P: Penatalaksanaan:
1. IVFD RL 3cc/kgBB/Jam
2. Paracetamol tablet 325 mg jika perlu
3. Domperidone syr 1 cth jika masih muntah
13
Pemeriksaan Laboratorium kontrol
Observasi kadar hematokrit rutin
O:
Kepala : Conjungtiva tidak anemis, pupil bulat isokor 2mm/2mm, refleks cahaya ada,
mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa bibir basah, ubun-ubun besar
datar
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada
Abdomen :
1.Inspeksi : cembung
2. Auskultasi : bising usus ada normal
3.Palpasi : Nyeri tekan abdomen tidak ditemukan
5. Perkusi : bunyi timpani
Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
14
Leukosit 6000-16000 /uL 6.300 /uL
Eritrosit 3.90-5.10 10^6/uL 4.93 10^6/uL
Hemoglobin 11.1-14.1 g/dL 12.0 g/dL
Hematokrit 30.0-38.0 % 39.8 %
Trombosit 200-550 10^3/uL 78 10^3/uL
MCH 25.0-29.0 pg 23.4 pg
MCHC 32.0-36.0 g/dL 31.5 g/dL
MCV 72.0-84.0 fL 75.3 fL
P: Penatalaksanaan:
1. Paracetamol tablet 325 mg jika perlu
2. Domperidone syr 1 cth jika masih muntah
Rencana rawat jalan
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
BAB III
PEMBAHASAN
15
dengue, demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue disertai
syok (Dengue Shock Syndrome=DSS).5
Faktor-faktor risiko yang potensial untuk terjadinya DBD adalah daerah
endemis, tempat-tempat umum, pemukiman baru dan tempat tergenangnya air.
Nyamuk Aedes aegypty sebagai vector utama, aktif menggigit pada jam 09.00-
10.00 dan 16.00-17.00.2
Perbedaan klinis antara Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
disebabkan oleh mekanisme patofisiologi yang berbeda.2,6 Adanya renjatan pada
Demam Berdarah Dengue disebabkan karena kebocoran plasma (plasma leakage)
yang diduga karena proses imunologi. 7 Patofisiologi utama yang menentukan
derajat penyakit dan membedakan antara DD dan DBD ialah peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma, terjadinya
hipotensi, trombositopenia serta diathesis hemoragik.Virus Dengue yang masuk
ke dalam tubuh akan beredar ke dalam sirkulasi darah dan akan ditangkap oleh
makrofag (Antigen Presenting Cell). Viremia akan terjadi sejak 2 hari sebelum
timbul gejala hingga setelah lima hari terjadi demam. Antigen yang menempel
pada makrofag akan mengaktifasi sel T- Helper dan menarik makrofag lainnya
untuk menangkap lebih banyak virus, sedangkan sel T-Helper akan mengaktifasi
sel T-Sitotoksik yang akan melisis makrofag. Telah dikenali 3 jenis antibodi, yaitu
antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi dan antibodi fiksasi komplemen.
Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya mediator-mediator yang merangsang
terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, nyeri otot dan gejala
lainnya. Juga bisa terjadi agregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia
ringan. Demam tinggi merupakan manifestasi klinik yang utama pada penderita
infeksi virus dengue sebagai respon fisiologis terhadap mediator yang muncul.7
Infeksi virus dengue mengakibatkan muncul respon imun humoral dan
seluler, antara lain anti netralisasi, anti hemaglutinin, anti komplemen. Antibodi
yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, mulai muncul pada infeksi
primer, dan pada infeksi sekunder kadarnya telah meningkat. Pada infeksi primer
antibodi netralisasi mengenali protein E dan monoclonal antibodi terhadap NS1,
Pre M dan NS3 dari virus dengue sehingga terjadi aktifitas netralisasi atau aktifasi
komplemen sehinga sel yang terinfeksi virus menjadi lisis. Proses ini
16
melenyapkan banyak virus dan penderita sembuh dengan memilki kekebalan
terhadap serotipe virus yang sama. Apabila penderita terinfeksi kedua kalinya
dengan virus dengue serotipe yang berbeda, maka virus dengue tersebut akan
berperan sebagai super antigen setelah difagosit oleh makrofag atau monosit.7
Manifestasi klinis DBD ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam
tinggi, perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan
peredaran darah (circulatory failure).8 Gejala klinis yaitu, demam tinggi
mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, dimana terdapat manifestasi
perdarahan (minimal uji tourniquet positif, dan salah satu bentuk perdarahan lain:
ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), hematemesis dan atau
melena. Terdapat juga pembesaran hati serta syok yang ditandai oleh nadi lemah
dan cepat disertai tekanan nadi menurun (kurang dari sama dengan 20 mmHg),
tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun kurang dari sama dengan 80
mmHg) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung,
jari tangan dan kaki, pasien menjadi gelisah, dan atau timbul sianosis di sekitar
mulut.9,12 Petekie rash merupakan tanda adanya perdarahan spontan biasanya
paling sering muncul pada ekstremitas bawah. Petekie atau perdarahan spontan
lainnya dapat terjadi akibat dari penurunan jumlah trombosit sehingga
memudahkan terjadinya perdarahan pada pembuluh darah kecil seperti kapiler
yang mengakibatkan timbulnya petekie.8,9
Nyeri tekan pada epigastrium atau nyeri pada perut merupakan salah satu
dari warnang signs. Nyeri perut merupakan salah satu keluhan yang timbul
sebelum renjatan, sehingga banyak ahli menganjurkan untuk waspada akan gejala
nyeri perut ini, karena seringkali mendahului terjadinya perdarahan dalam saluran
pencernaan.10. Pada umumnya diagnosis ditegakan berdasarkan kriteria diagnosis
WHO yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris, yaitu sebagai berikut.11,12
Kriteria klinis:
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia, lemah,
nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala yang berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif, petekie,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.
17
3. Hepatomegali
4. Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg, atau hipotensi
disertai gelisah dan akral dingin.
Kriteria laboratoris:
1. Trombositopenia (≤ 100.000/uL)
2. Hemokonsentrasi (kadar Ht meningkat ≥ 20%)
18
, makulopapular, Peningkatan hematokrit (5%-
manifestasi perdarahan,
tidak ada bukti 10%)
kebocoran plasma
19
dikurangi hingga 3-5 ml/kgBB dalam 2-4 jam hingga terakhir 2-3 ml/kgBB/jam
mengikuti respon terapi pasien.16,17
Mortalitas demam dengue relatif rendah. Namun, pada DBD/DSS
mortalitas cukup tinggi.13 Pada usia dewasa, prognosis dan perjalanan penyakit
umumnya lebih ringan daripada anak-anak.8 Prognosis pada kasus ini yaitu quo ad
vitam: dubia ad bonam karena tidak mengancam nyawa. Pasien juga memberikan
respon yang baik terhadap terapi yang diberikan. Untuk quo ad functionam
bonam, karena organ – organ vital pasien masih berfungsi dengan baik dan tidak
adanya manifestasi perdarahan. Untuk quo ad sanactionam bonam karena
kekambuhan pada DBD hanya dapat terjadi jika terdapat re-infeksi oleh virus
dengue. Hal tersebut dapat dicegah dengan edukasi yang tepat sehingga tindakan
pencegahan dapat dilakukan.
Daftar Pustaka
20
1. Utami, Rahmawati Sari. Hubungan Pengetahuan dan Tindakan
Masyarakat dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). Surabaya:
E-journal Unair. 2015: 3: 242-53.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian
Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Repulik Indonesia. 2014
3. Dinas Kesehatan Provinsi Sulut. Profil Kesehatan Provinsi Sulut. Sulawesi
Utara: 2016.
4. Soedarmo SSP, Garna H, Hdinegoro STS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi
dan Pediatri Tropik. Edisi ke-2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI; 2015. h. 155-81.
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropik Edisi ke-2. Jakarta:Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
6. Rampengan, HT. 2016. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta:
Penerbit Kedokteran EGC.
7. Frans, EH. Patogenesis Infeksi Virus Dengue. Surabaya. 2012
8. Fakultas Kedokteran UI. Buku Kapita Selekta Kedokteran Essential of
Medicine. Edisi ke-4 Jilid II. Jakarta: Media Aesculap; 2014
9. Wowor, Mayer F. Deteksi Dini Demam Berdarah Dengue dengan
Pemeriksaan Antigen NS1. Jurnal Biomedik. 2011; 3. h1-9.
10. Patumanond J, Namwongprom S. Development of Dengue Infection
Severity Score. International Scholarly Research Network Pediatrics.2013
11. Hadinegoro SR, Kadim M, Devaera Y, Idris NS, Ambarsari CG. Update
Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders.
Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017: 18-19.
12. Sumarmo S, Poorwo Soedarmo. Buku Ajar IKA Infeksi dan Penyakit
Tropis Edisi Pertama. IDAI.2002
13. Suhendro, dkk. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakata, Juni 2006. Hal.
1731-5.
21
14. Bethell DB, Flobbe K, Phuong CXT, Day NPJ, Phuong PT, Buurman WA.
Pathophysiologic and prognostic role of cytokines in dengue hemorrhagic
fever. JID. 1998;177:778-82.
15. Dengue Virus Infection. Centers for Disiease Control and Prevention.
Division of Vector Borne and Infectioous Disease. Atlanta: 2009.
16. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue
Hemorrhagic Fever. World Heatlh Organization.2012:9.
17. McBride WJH, Bielefeldt-Ohmann H. Dengue viral infections;
pathogenesis and epidemiology. Microbes and Infection. 2000;1041-50.
18. World Health Organization. Comprehensive guidelines for prevention and
control of dengue and dengue haemorrhagic fever. Revised and expanded
edition. New Delhi: Regional office for South-East Asia; 2011.
19. Kalayanarooj S, Nimmannitya S. Is dengue severity related to nutritional
status? Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2005; 36(2);378-84
20. Bosch I, Xhaja K, Estevez L, Raines G, Melichar H, Warke RV, et al.
Increased production of interleukin-8 in primary human monocytes and in
human epithelial and endothelial cell lines after dengue virus challenge. J
Virol. 2002; 76(11):5588–97.
21. Juffrie M, Meer GM, Hack CE, Haasnoot K, Sutaryo, Veerman AJ, et al.
Inflammatory mediators in dengue virus infection in children: interleukin-
6 and its relation to C-reactive protein and secretory phospholipase A2.
Am J Trop Med Hyg. 2001; 65(1):70–5
22. Calabro P, Chang DW, Willerson JT, Yeh ET. Release of C-reactive
protein in response to inflammatory cytokines by human adipocytes:
linking obesity to vascular inflammation. J Am Coll Cardiol. 2005; 46
(6):1112–3
22