Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue yang tergolong grup arbovirus, terdapat empat serotipe virus (DEN-
1, 2, 3 dan 4) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes
albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang
seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat. Infeksi virus dengue merupakan salah satu
penyebab utaman kesakitan dan kematian di Negara tropis dan subtropis di
seluruh Dunia. Setiap tahun terjadi 50-100 juta kasus demam dengue dan 250-500
ribu kasus DBD. Sebagian penduduk dunia tinggal di wilayah endemis.1

Dari data WHO menunjukkan sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%) dari
populasi berisiko terkena DBD di seluruh Dunia yang tinggal di Negara anggota
WHO wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Menurut data Dinkes Provinsi
Sulawesi Utara, kasus DBD di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016 sebanyak 2217
orang penderita dan terdapat 17 orang yang meninggal akibat DBD.2,3

Tidak semua orang yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan


manifestasi yang sama. Ada yang memiliki manifestasi demam ringan yang
akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala
sakit (asimptomatik). Manifestasi infeksi dengue dapat bermacam-macam
dengan patofisiologi yang menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemoragik.2,4

Pada laporan kasus ini akan dibahas kasus Demam Berdarah Dengue
grade I pada seorang anak yang di rawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.

BAB II

1
LAPORAN KASUS

STATUS PEMERIKSAAN PENDERITA


Oleh: Felix M. Hutagalung

I. IDENTITAS
I.1 Identitas Penderita
Nomor register : 57.28.51
Nama penderita : An. AJ
Tanggal Lahir : 17 September 2009
Usia : 8 tahun 9 bulan
Tempat lahir : RSUP Prof. R.D. Kandou
Berat badan lahir : 3000 gram
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Sea
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : Minahasa
Jaminan kesehatan : BPJS kelas III
Tanggal MRS : 07 Juni 2019 pukul 14.05 WITA

I.2 Identitas Orang Tua


Ayah Ibu
Nama : Tn. CA Ny. GK
Umur : 40 tahun 35 tahun
Pekerjaan : Swasta IRT
Pendidikan : SMA SMA
Agama : Kristen Protestan Kristen Protestan
Suku : Minahasa Minahasa
Pernikahan :1 1
Nomor Telepon : 085225262071

II. ANAMNESIS

2
Keluhan Utama :
 Demam

II.1 Riwayat Penyakit Sekarang :


Anak laki-laki usia 8 tahun datang ke instalasi gawat darurat RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado diantar oleh kedua orang tuanya dengan
keluhan demam sejak tiga hari lalu. Demam tidak berkurang dengan obat
penurun demam. Orangtua pasien juga mengeluhkan pasien beberapa kali
muntah dan sulit makan dan minum. Riwayat perdarahan seperti mimisan,
BAB hitam, BAK normal

II.2 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami penyakit serupa

II.3 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Hanya pasien yang menderita penyakit seperti ini dalam keluarga

SILSILAH KELUARGA

SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

3
No. Nama Hubungan Kelamin Umur Keterangan
(tahun)
1. CA Ayah L 40 Sehat
2. GK Ibu P 35 Sehat
3. RNA Anak L 20 Sehat
4. TIA Anak P 12 Sehat
5. JA Anak P 8 Pasien

II.4 Riwayat Sosial


A. Riwayat Antenatal Dan Kehamilan
Selama hamil ibu melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur (1
kali setiap bulan) di Puskesmas. Ibu mendapat imunisasi TT sebanyak
2 kali. Selama hamil ibu sehat.

B. Riwayat Persalinan
Persalinan berlangsung pada tanggal 17 September 2009 di Rumah
Sakit Pancaran Kasih dan dibantu oleh dokter dengan BBL 3000 gram
dan PBL 48 cm lahir dari ibu G3P2A0 27 tahun hamil aterm lahir
spontan letak belakang kepala.

C. Riwayat Pasca Lahir


Saat lahir pasien dikatakan langsung menangis dan tidak ada kelainan,
tidak ada riwayat kekuningan setelah lahir.

D. Riwayat Makanan
ASI : lahir – 6 bulan
PASI : 6 bulan - sekarang
Bubur susu : 6 bulan – 8 bulan
Bubur saring : 8 bulan – sekarang
Bubur halus : 9 bulan - sekarang

4
Nasi lembek : 12 bulan - sekarang

E. Riwayat Tumbuh Kembang


Pertama kali membalik 4 bulan
Pertama kali tengkurap 5 bulan
Pertama kali duduk 6 bulan
Pertama kali merangkak 8 bulan
Pertama kali berdiri 9 bulan
Pertama kali berjalan 12 bulan
Pertama kali tertawa 4 bulan
Pertama kali berceloteh 6 bulan
Pertama kali memanggil papa 10 bulan
Pertama kali memanggil mama 10 bulan

F. Riwayat Imunisasi
Jenis Dasar Ulangan
Imunisasi
I II III I II III

BCG + - - - - -

POLIO + + + - - -

DTP + + + - - -

CAMPAK + - - - - -

HEPATITIS B + + + - - -

G. Riwayat Kebutuhan Dasar


Asuh (Fisis Biomedis):
ASI diberikan orang tua sejak lahir hingga umur 6 bulan. Pasien
diberikan PASI sejak usia 6 bulan hingga sekarang. Pasien saat ini
mendapatkan pakaian yang layak. Pasien mendapatkan imunisasi

5
pertama untuk BCG, Polio, dan Hepatitis B. Ketika pasien mengalami
gejala yang tidak pernah didapat pada bayi orang tua pasien langsung
berkonsultasi pada tenaga medis.
Asih (Kebutuhan Emosional)
Pasien merupakan anak pertama yang dinantikan dan diharapkan,
karena itu kasih sayang dan perhatian didapatkan dari kedua orang tua
pasien. Kedua orang tua saling membantu dan merawat pasien sejak
lahir.
Asah (Stimulasi Mental)
Orang tua dapat memahami tangisan seperti saat pasien ingin minum
susu dan saat pasien ingin digendong ketika hendak tidur.

H. Keadaan Sosial Ekonomi Kebiasaan Dan Lingkungan


Pasien tinggal di rumah permanen, beratap seng, berdinding beton,
berlantai keramik, jumlah kamar tidur sebanyak 3 buah. Dihuni oleh 5
orang, terdiri dari 2 orang dewasa dan 3 anak-anak. WC/Kamar mandi
berada di dalam rumah. Sumber air minum berasal dari air kemasan.
Sumber penerangan listrik dari Perusahaan Listrik Negara. Penanganan
sampah dengan cara dibuang. Pasien memiliki kebiasaan makan
jajanan sembarangan

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan dilakukan di Ruangan Irina E, pada tanggal 10 Juni 2019
 Keadaan umum : Tampak sakit
 Kesadaran : Kompos mentis
 Tanda vital
 Tekanan Darah : 90/60 mmHg
 Nadi : 136x/m (reguler, isi cukup, kuat angkat)
 Pernapasan : 28 x/m
 Suhu Badan : 38,20 C (per axilla)

6
 Saturasi oksigen dalam darah : 98%
 Antropometri
 BB : 27 kilogram
 PB : 128 cm
 Status Gizi : Gizi Baik (Persentil 75)
 Kulit : warna sawo matang dan tampak kuning, lapisan lemak cukup,
turgor kulit kembali cepat, tonus eutoni, ikterik tidak ada, efloresensi
tidak ada, pigmentasi tidak ada, jaringan parut tidak ada, edema tidak
ada, sianosis tidak ada. Uji Tourniquet (+)

 Kepala dan leher


Kepala : bentuk normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut,
ubun-ubun besar menutup.
 Mata : konjungtiva tidak anemis, lensa jernih, refleks kornea
dan reflex cahaya ada pada kedua mata, pupil bulat isokor
diameter 2 mm – 2 mm, bola mata terletak ditengah. Terdapat
mata cowong dan air mata agak berkurang pada pasien.
 Telinga: bentuk normal, tidak ada sekret
 Hidung: bentuk normal, tidak ada sekret
 Mulut: mukosa kering, lidah tidak beslag
 Tenggorakan: tonsil T1 – T1, tidak hiperemis
 Leher: trakea letak di tengah, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
 Dada: bentuk simetris, tidak ada retraksi
 Jantung
 Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
 Palpasi : iktus kordis teraba pada bagian dada sebelah
kiri

7
 Perkusi : batas kanan linea parasternalis dextra, batas
kiri linea midclavicularis sinistra, batas atas
ICS II – III
 Auskultasi : frekuensi detak jantung 110x/menit, regular,
tidak ada murmur dan gallop.
 Paru-paru
 Inspeksi : pergerakan napas simetris kanan dan kiri
 Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
 Perkusi : sonor kanan = kiri
 Auskultasi : suara pernapasan bronkovesikuler, kanan =
kiri, tidak ada ronki dan wheezing.

 Abdomen
 Inspeksi : cembung,
 Auskultasi : Bising usus ada normal namun cenderung
meningkat
 Palpasi : Nyeri tekan epigastrium tidak ditemukan
 Perkusi : bunyi timpani
 Tulang belakang : tidak ditemukan deformitas
 Alat kelamin : Laki-laki, sesuai usia
 Anggota gerak : akral hangat, CRT < 2 detik
 Otot - otot : eutoni
 Refleks : refleks fisiologis ada, refleks patologis tidak ada,
spastis tidak ada, klonus tidak ada
 Sensorik : kesan normal
 Motorik : kekuatan otot normal

8
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 07/06/2019
Parameter Nilai Normal Satuan Hasil
HEMATOLOGI
Leukosit 6000-16000 /uL 1.800/uL
Eritrosit 3.90-5.10 10^6/uL 5.55 10^6/uL
Hemoglobin 11.1-14.1 g/dL 13.4 g/dL
Hematokrit 30.0-38.0 % 41.1 %
Trombosit 200-550 10^3/uL 90 10^3/uL
MCH 25.0-29.0 pg 24.2 pg
MCHC 32.0-36.0 g/dL 32.7 g/dL
MCV 72.0-84.0 fL 74.1 fL
NS1 Negatif Positif

KIMIA KLINIK
Ureum Darah 10-40 mg/dL 32 mg/dL
Creatinin Darah 0.5-1.5 mg/Dl 0.6 mg/dL
________________________________________________________________

V. RESUME
Seorang anak laki-laki, usia 8 tahun dengan berat badan 28 kilogram dan
panjang badan 128 cm masuk rumah sakit tanggal 7 Juni 2019 diantar oleh
kedua orangtuanya dengan keluhan:
 Demam sejak tiga hari terakhir yang tidak berkurang dengan
pemberian obat penurun demam
 Mual muntah dan sulit makan-minum

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:


Keadaan umum : tampak sakit
Kesadaran : compos mentis

9
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 136 kali/menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 38,2ºC
SpO2 : 98%
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, ubun-
ubun besar menutup
Thorax : simetris, tidak ada retraksi
Cor : frekuensi detak jantung 136x/menit, regular
Pulmo : Sp bronkovesikuler, Ronkhi-/-, Wheezing - /-
Abdomen : Cembung, lemas, nyeri tekan tidak ditemukan,
bising usus normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Uji Tourniquet didapatkan positif. Pemeriksaan laboratorium yang bermakna
didapatkan leukosit 1800/uL, hematokrit 41 %, trombosit 150.000 u/L

VI. DIAGNOSIS
a. Diagnosis Kerja
Demam Berdarah Dengue derajat I
VII. TERAPI
 IVFD RL 5-7cc/kgBB dalam 1-2 jam
 Paracetamol tablet 325 mg tiap 8 jam selama masih demam
 Domperidone syr 1 cth tiap 8 jam selama masih muntah-muntah
Edukasi:
-Mengusahakan agar pasien dapat meningkatkan asupan cairan dengan
banyak minum (jus buah, minuman isotonik) untuk mencegah
ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi.
-Mengamati jika didapati perburukan keadaan pada pasien (akral dingin,
perdarahan spontan)
-Keluarga turut menjaga asupan kalori dan cairan pasien yang adekuat,
juga
Membatasi aktivitas fisik pasien selama fase akut

10
VIII. FOLLOW UP
Hari I: 8 Juni 2019
S: Demam (+), Muntah (+)

O:

KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis

HR: 130x/m R: 28x/m S: 37,8oC SpO2 : 98%

Kepala : Conjungtiva tidak anemis, pupil bulat isokor 2mm/2mm, refleks cahaya ada,
mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa bibir basah, ubun-ubun besar
tertutup
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada
Cor : murmur dan gallop tidak ada

Abdomen :
- Inspeksi : cembung
- Auskultasi : bising usus normal
- Palpasi : Nyeri tekan tidak ditemukan
- Perkusi : bunyi timpani
Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
A: Demam Berdarah Dengue derajat I

P: Penatalaksanaan:
1. IVFD RL 5-7 cc/kgBB/Jam
2. Paracetamol tablet 325 mg tiap 8 jam selama masih demam
3. Domperidone syr 1 cth tiap 8 jam selama masih muntah-muntah
Pemeriksaan Laboratorium kontrol (Darah lengkap)
Periksa kadar hematokrit rutin tiap 6 jam

11
Hari II: 9 Juni 2019
S: Demam berkurang, muntah (+)

O:

KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis

HR: 120x/m R: 28x/m S: 37.2oC SpO2 : 98%

Kepala : Conjungtiva tidak anemis, pupil bulat isokor 2mm/2mm, refleks cahaya ada,
mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa bibir basah, ubun-ubun besar
tertutup
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada
Cor : murmur dan gallop tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : cembung
Auskultasi : bising usus meningkat
Palpasi : Nyeri tekan tidak ditemukan

Perkusi : bunyi timpani


Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 09/06/2019


Parameter Nilai Normal Satuan Hasil
HEMATOLOGI
Leukosit 6000-16000 /uL 6.100 /uL
Eritrosit 3.90-5.10 10^6/uL 5.55 10^6/uL
Hemoglobin 11.1-14.1 g/dL 12.4 g/dL
Hematokrit 30.0-38.0 % 42.7 %
Trombosit 200-550 10^3/uL 60 10^3/uL
MCH 25.0-29.0 pg 23.4 pg
MCHC 32.0-36.0 g/dL 31.5 g/dL
MCV 72.0-84.0 fL 75.3 fL
A: Demam Berdarah Dengue derajat I

12
P: Penatalaksanaan:
1. IVFD RL 3cc/kgBB/Jam
2. Paracetamol tablet 325 mg jika perlu
3. Domperidone syr 1 cth tiap 8 jam selama masih muntah-muntah
Observasi kadar hematokrit rutin

Hari Ke III: 10 Juni 2019


S: Demam (-), Muntah berkurang

O:

KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis

HR: 103x/m R: 28x/m S: 36.6oC SpO2 : 98%

Kepala : Conjungtiva tidak anemis, pupil bulat isokor 2mm/2mm, refleks cahaya ada,
mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa bibir basah, ubun-ubun besar
datar
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada

Cor : murmur dan gallop tidak ada

Abdomen :
1.Inspeksi : cembung
2. Auskultasi : bising usus ada normal
3.Palpasi : Nyeri tekan abdomen tidak ditemukan
4. Perkusi : bunyi timpani
Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
A: Demam Berdarah Dengue derajat I

P: Penatalaksanaan:
1. IVFD RL 3cc/kgBB/Jam
2. Paracetamol tablet 325 mg jika perlu
3. Domperidone syr 1 cth jika masih muntah

13
Pemeriksaan Laboratorium kontrol
Observasi kadar hematokrit rutin

Hari Ke IV: 11 Juni 2019


S: Demam (-), Muntah (-)

O:

KU: Tampak sakit, Kesadaran: Compos Mentis

HR: 112x/m R: 28x/m S: 36.8oC SpO2 : 98%

Kepala : Conjungtiva tidak anemis, pupil bulat isokor 2mm/2mm, refleks cahaya ada,
mata cowong tidak ada, air mata ada, mukosa bibir basah, ubun-ubun besar
datar
Thorax : Simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rhonki dan wheezing tidak ada

Cor : murmur dan gallop tidak ada

Abdomen :
1.Inspeksi : cembung
2. Auskultasi : bising usus ada normal
3.Palpasi : Nyeri tekan abdomen tidak ditemukan
5. Perkusi : bunyi timpani
Extremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 11/06/2019


Parameter Nilai Normal Satuan Hasil
HEMATOLOGI

14
Leukosit 6000-16000 /uL 6.300 /uL
Eritrosit 3.90-5.10 10^6/uL 4.93 10^6/uL
Hemoglobin 11.1-14.1 g/dL 12.0 g/dL
Hematokrit 30.0-38.0 % 39.8 %
Trombosit 200-550 10^3/uL 78 10^3/uL
MCH 25.0-29.0 pg 23.4 pg
MCHC 32.0-36.0 g/dL 31.5 g/dL
MCV 72.0-84.0 fL 75.3 fL

A: Demam Berdarah Dengue derajat I

P: Penatalaksanaan:
1. Paracetamol tablet 325 mg jika perlu
2. Domperidone syr 1 cth jika masih muntah
Rencana rawat jalan

IX. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam

BAB III

PEMBAHASAN

Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi


antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam

15
dengue, demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue disertai
syok (Dengue Shock Syndrome=DSS).5
Faktor-faktor risiko yang potensial untuk terjadinya DBD adalah daerah
endemis, tempat-tempat umum, pemukiman baru dan tempat tergenangnya air.
Nyamuk Aedes aegypty sebagai vector utama, aktif menggigit pada jam 09.00-
10.00 dan 16.00-17.00.2
Perbedaan klinis antara Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
disebabkan oleh mekanisme patofisiologi yang berbeda.2,6 Adanya renjatan pada
Demam Berdarah Dengue disebabkan karena kebocoran plasma (plasma leakage)
yang diduga karena proses imunologi. 7 Patofisiologi utama yang menentukan
derajat penyakit dan membedakan antara DD dan DBD ialah peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma, terjadinya
hipotensi, trombositopenia serta diathesis hemoragik.Virus Dengue yang masuk
ke dalam tubuh akan beredar ke dalam sirkulasi darah dan akan ditangkap oleh
makrofag (Antigen Presenting Cell). Viremia akan terjadi sejak 2 hari sebelum
timbul gejala hingga setelah lima hari terjadi demam. Antigen yang menempel
pada makrofag akan mengaktifasi sel T- Helper dan menarik makrofag lainnya
untuk menangkap lebih banyak virus, sedangkan sel T-Helper akan mengaktifasi
sel T-Sitotoksik yang akan melisis makrofag. Telah dikenali 3 jenis antibodi, yaitu
antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi dan antibodi fiksasi komplemen.
Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya mediator-mediator yang merangsang
terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, nyeri otot dan gejala
lainnya. Juga bisa terjadi agregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia
ringan. Demam tinggi merupakan manifestasi klinik yang utama pada penderita
infeksi virus dengue sebagai respon fisiologis terhadap mediator yang muncul.7
Infeksi virus dengue mengakibatkan muncul respon imun humoral dan
seluler, antara lain anti netralisasi, anti hemaglutinin, anti komplemen. Antibodi
yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, mulai muncul pada infeksi
primer, dan pada infeksi sekunder kadarnya telah meningkat. Pada infeksi primer
antibodi netralisasi mengenali protein E dan monoclonal antibodi terhadap NS1,
Pre M dan NS3 dari virus dengue sehingga terjadi aktifitas netralisasi atau aktifasi
komplemen sehinga sel yang terinfeksi virus menjadi lisis. Proses ini

16
melenyapkan banyak virus dan penderita sembuh dengan memilki kekebalan
terhadap serotipe virus yang sama. Apabila penderita terinfeksi kedua kalinya
dengan virus dengue serotipe yang berbeda, maka virus dengue tersebut akan
berperan sebagai super antigen setelah difagosit oleh makrofag atau monosit.7
Manifestasi klinis DBD ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam
tinggi, perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan
peredaran darah (circulatory failure).8 Gejala klinis yaitu, demam tinggi
mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, dimana terdapat manifestasi
perdarahan (minimal uji tourniquet positif, dan salah satu bentuk perdarahan lain:
ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), hematemesis dan atau
melena. Terdapat juga pembesaran hati serta syok yang ditandai oleh nadi lemah
dan cepat disertai tekanan nadi menurun (kurang dari sama dengan 20 mmHg),
tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun kurang dari sama dengan 80
mmHg) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung,
jari tangan dan kaki, pasien menjadi gelisah, dan atau timbul sianosis di sekitar
mulut.9,12 Petekie rash merupakan tanda adanya perdarahan spontan biasanya
paling sering muncul pada ekstremitas bawah. Petekie atau perdarahan spontan
lainnya dapat terjadi akibat dari penurunan jumlah trombosit sehingga
memudahkan terjadinya perdarahan pada pembuluh darah kecil seperti kapiler
yang mengakibatkan timbulnya petekie.8,9
Nyeri tekan pada epigastrium atau nyeri pada perut merupakan salah satu
dari warnang signs. Nyeri perut merupakan salah satu keluhan yang timbul
sebelum renjatan, sehingga banyak ahli menganjurkan untuk waspada akan gejala
nyeri perut ini, karena seringkali mendahului terjadinya perdarahan dalam saluran
pencernaan.10. Pada umumnya diagnosis ditegakan berdasarkan kriteria diagnosis
WHO yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris, yaitu sebagai berikut.11,12
Kriteria klinis:
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia, lemah,
nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala yang berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif, petekie,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.

17
3. Hepatomegali
4. Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg, atau hipotensi
disertai gelisah dan akral dingin.
Kriteria laboratoris:
1. Trombositopenia (≤ 100.000/uL)
2. Hemokonsentrasi (kadar Ht meningkat ≥ 20%)

Pada pemeriksaan laboratorium Trombositopenia (≤100.000) dan


hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan hematokrit ≥20%
dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa sebelum sakit atau masa
konvalesen. Ditemukannya 2 atau 3 patokan klinis pertama disertai
trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk didiagnosis DBD.5
Pada dengue shock syndrome terjadi peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah yang mendadak dengan akibat terjadinya perembesan plasma dan
elektrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang
interstisial sehingga menyebabkan hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia
dan efusi cairan ke rongga serosa.6,12
Pada kasus ini khususnya anamnesis didapatkan demam 3 hari SMRS,
demam terus menerus,tidak turun dengan pemberian obat penurun panas disertai
mual muntah dan penurunan nafsu makan . Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya tanda-tanda syok seperti hipotensi, takikardi (tidak kuat
angkat), takipnea, kaki tangan dingin, nyeri perut dan hepatomegali. Pada uji
perdarahan secara provokatif didapatkan uji tourniquet positifpemeriksaan
laboratorium awal didapatkan hematokrit (41,1%) meningkat, trombositopenia
(90.000/uL) dan leukosit (1.800/uL), pemeriksaan antigen NS1 positif.
Pembagian derajat menurut WHO adalah sebagai berikut.13,15

Tabel 1. Derajat Keparahan Infeksi Virus Dengue (WHO, 2011)


DD/DBD Derajat Tanda dan gejala Laboratorium
DD Demam disertai Leukopenia (jumlah leukosit
minimal dengan 2 ≤5000/mm3)
gejala: nyeri kepala, Trombositopenia (jumlah
nyeri retroorbita, nyeri trombosit (<150.000/mm3)
otot, nyeri sendi/tulang

18
, makulopapular, Peningkatan hematokrit (5%-
manifestasi perdarahan,
tidak ada bukti 10%)
kebocoran plasma

DBD I Demam dan manifestasi Trombositopenia


perdarahan (uji tourniket
positif) dan adanya (<100.000/mm3)
bukti. Peningkatan hematokrit
≥20% kebocoran plasma.
DBD II Sama dengan derajat I, Trombositopenia
ditambah adanya
perdarahan spontan. (<100.000/mm3)
Peningkatan hematokrit
≥20%

DBD III Sama dengan derajat Trombositopenia(<100.000/m


II, ditambah tanda m3)
kegagalan sirkulasi:
nadi lemah, tekanan Peningkatan hematokrit
darah ≤20 mmHg, ≥20%
hipotensi tampak
lemas.

DBD IV Sama dengan derajat Trombositopenia


III, ditambah bukti
nyata adanya syok (<100.000/mm3)
dengan tekanan Peningkatan hematokrit
darah tidak terukur ≥20%
dan nadi tidak teraba

Penatalaksanaan dasar pada DBD adalah penggantian volume plasma yang


hilang akibat perembesan plasma ke interstisial. Pada DBD derajat I dengan
kondisi pasien yang mampu menerima asupan cairan secara oral, hasil uji
Tourniquet positif dan kadar trombosit >100.000 /ul dan tidak ditemukan tanda-
tanda kedaruratan dapat dipertimbangkan untuk rawat jalan, dengan mengingatkan
penjaga pasien untuk masuk ke rumah sakit bila kedepannya ditemukan tanda-
tanda bahaya. Pada pasien yang sulit menerima cairan secara oral dapat diberikan
cairan secara intravena. Pilihan cairan yang dapat diberikan antara lain NaCl
0,9%, Ringer Laktat dapat dimulai dari 5-7 ml/kgBB dalam 1-2 jam dan dapat

19
dikurangi hingga 3-5 ml/kgBB dalam 2-4 jam hingga terakhir 2-3 ml/kgBB/jam
mengikuti respon terapi pasien.16,17
Mortalitas demam dengue relatif rendah. Namun, pada DBD/DSS
mortalitas cukup tinggi.13 Pada usia dewasa, prognosis dan perjalanan penyakit
umumnya lebih ringan daripada anak-anak.8 Prognosis pada kasus ini yaitu quo ad
vitam: dubia ad bonam karena tidak mengancam nyawa. Pasien juga memberikan
respon yang baik terhadap terapi yang diberikan. Untuk quo ad functionam
bonam, karena organ – organ vital pasien masih berfungsi dengan baik dan tidak
adanya manifestasi perdarahan. Untuk quo ad sanactionam bonam karena
kekambuhan pada DBD hanya dapat terjadi jika terdapat re-infeksi oleh virus
dengue. Hal tersebut dapat dicegah dengan edukasi yang tepat sehingga tindakan
pencegahan dapat dilakukan.

Daftar Pustaka

20
1. Utami, Rahmawati Sari. Hubungan Pengetahuan dan Tindakan
Masyarakat dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). Surabaya:
E-journal Unair. 2015: 3: 242-53.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian
Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Repulik Indonesia. 2014
3. Dinas Kesehatan Provinsi Sulut. Profil Kesehatan Provinsi Sulut. Sulawesi
Utara: 2016.
4. Soedarmo SSP, Garna H, Hdinegoro STS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi
dan Pediatri Tropik. Edisi ke-2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI; 2015. h. 155-81.
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropik Edisi ke-2. Jakarta:Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
6. Rampengan, HT. 2016. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta:
Penerbit Kedokteran EGC.
7. Frans, EH. Patogenesis Infeksi Virus Dengue. Surabaya. 2012
8. Fakultas Kedokteran UI. Buku Kapita Selekta Kedokteran Essential of
Medicine. Edisi ke-4 Jilid II. Jakarta: Media Aesculap; 2014
9. Wowor, Mayer F. Deteksi Dini Demam Berdarah Dengue dengan
Pemeriksaan Antigen NS1. Jurnal Biomedik. 2011; 3. h1-9.
10. Patumanond J, Namwongprom S. Development of Dengue Infection
Severity Score. International Scholarly Research Network Pediatrics.2013
11. Hadinegoro SR, Kadim M, Devaera Y, Idris NS, Ambarsari CG. Update
Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders.
Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017: 18-19.
12. Sumarmo S, Poorwo Soedarmo. Buku Ajar IKA Infeksi dan Penyakit
Tropis Edisi Pertama. IDAI.2002
13. Suhendro, dkk. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakata, Juni 2006. Hal.
1731-5.

21
14. Bethell DB, Flobbe K, Phuong CXT, Day NPJ, Phuong PT, Buurman WA.
Pathophysiologic and prognostic role of cytokines in dengue hemorrhagic
fever. JID. 1998;177:778-82.
15. Dengue Virus Infection. Centers for Disiease Control and Prevention.
Division of Vector Borne and Infectioous Disease. Atlanta: 2009.
16. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue
Hemorrhagic Fever. World Heatlh Organization.2012:9.
17. McBride WJH, Bielefeldt-Ohmann H. Dengue viral infections;
pathogenesis and epidemiology. Microbes and Infection. 2000;1041-50.
18. World Health Organization. Comprehensive guidelines for prevention and
control of dengue and dengue haemorrhagic fever. Revised and expanded
edition. New Delhi: Regional office for South-East Asia; 2011.
19. Kalayanarooj S, Nimmannitya S. Is dengue severity related to nutritional
status? Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2005; 36(2);378-84
20. Bosch I, Xhaja K, Estevez L, Raines G, Melichar H, Warke RV, et al.
Increased production of interleukin-8 in primary human monocytes and in
human epithelial and endothelial cell lines after dengue virus challenge. J
Virol. 2002; 76(11):5588–97.
21. Juffrie M, Meer GM, Hack CE, Haasnoot K, Sutaryo, Veerman AJ, et al.
Inflammatory mediators in dengue virus infection in children: interleukin-
6 and its relation to C-reactive protein and secretory phospholipase A2.
Am J Trop Med Hyg. 2001; 65(1):70–5
22. Calabro P, Chang DW, Willerson JT, Yeh ET. Release of C-reactive
protein in response to inflammatory cytokines by human adipocytes:
linking obesity to vascular inflammation. J Am Coll Cardiol. 2005; 46
(6):1112–3

22

Anda mungkin juga menyukai