Oleh:
Richardo Octredo Arios
14014101144
Residen Pembimbing
dr. Elizabeth Wowor
Supervisor Pembimbing
Prof. Dr. dr. Sarah M. Warouw, Sp.A(K)
Mengetahui
Residen Pembimbing
Supervisor Pembimbing
1
orang, kematian 239 orang (2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),
sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4.204 dengan kematian 73 orang (1,74 %).2
Pada laporan kasus ini akan dibahas kasus Diare akut dengan dehidrasi
ringan sedang pada seorang anak yang di rawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : An. M.R
Tempat/ Tanggal lahir : Manado, 30 Juni 2016
Usia : 9 bulan, 12 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Singkil II Lingkungan IV
No Rekam Medik : 49.76.66
Berat Badan : 6,9 kg
Tinggi Badan : 66 cm
Masuk Rumah Sakit : 02 April 2017 Pukul 04.30 WITA
3
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Singkil II Lingkungan IV
B. Riwayat antenatal
Antenatal care dilakukan teratur diPuskesmas sebanyak 9x. Injeksi Tetanus
toksoid sebanyak 2x selama kehamilan. Selama hamil, ibu dalam keadaan
sehat.
C. Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan secara sectio caessarea di Rumah Sakit Advent oleh
dokter spesialis kandungan. Pasien lahir dengan berat badan 3050 gram. Saat
lahir bayi langsung menangis.
4
D. Keadaan Sosial Ekonomi
Penderita dan keluarga tinggal dirumah permanen beratapkan seng,
berdinding kayu dan berlantaikan ubin. Jumlah kamar dalam rumah sebanyak
3 buah, dihuni oleh 7 orang yang terdiri atas 4 orang dewasa dan 3 orang
anak-anak. WC dan kamar mandi terletak didalam rumah. Sumber air minum
dari sumur bor. Sumber penerangan/ listrik dari PLN. Penanganan sampah
dengan cara dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah.
E. Riwayat Keluarga
Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini didalam keluarga
5
H. Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi Dasar Ulangan
I II III I II III
BCG +
Polio + + +
DTP + + +
Campak -
Hepatitis B + + +
6
dikeluhkan naik turun. Riwayat kejang, mual, muntah, batuk, pilek maupun
sesak disangkal keluarga penderita.
7
Ubun-ubun besar : Sudah menutup
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata
Exophtalmus/enophtalmus : Tidak ada
Tekanan bola mata : Normal pada perabaan
Konjungtiva : Anemis (-/-), mata cowong (+/+),
air mata (+/+) kurang
Sklera : Ikterik (-/-)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat isokor, 3mm/3mm, RC (+/+)
Lensa : Jernih
Fundus & Visus : Tidak dievaluasi
Gerakan : Normal
Telinga : Sekret (-/-)
Hidung : Sekret (-)
Mulut
Bibir : Kering, sianosis (-)
Lidah : Beslag (-)
Gigi : Carries (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Selaput mulut : Mukosa mulut kering
Bau pernapasan : Foetor (-)
Tenggorokan
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Trakea : Letak di tengah
Kelenjar : Pembesaran KGB (-)
8
Kaku kuduk : (-)
Thoraks
Bentuk : Normothorax
Ruang interkostal : Dalam batas normal
Retraksi : Tidak ada
Paru-paru
Inspeksi : Simetris kiri = kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler,
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Detak jantung : 128 x/m
Iktus kordis : Tidak tampak
Batas kiri : Linea parasternalis sinistra
Batas kanan : Linea midklavikularis dextra
Batas atas : ICS II-III
Bunyi jantung apeks : M1 > M2
Bunyi jantung aorta : A1 > A2
Bunyi jantung pulmo : P1 < P2
Bising : Tidak ada
Abdomen
Bentuk : Cembung, lemas, BU (+) meningkat
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Genitalia eksterna : Perempuan, dalam batas normal
Otot-otot : Atrofi (-)
Tulang-Belulang : Tidak ada deformitas
Refleks-refleks : Refleks fisiologis (+/+),
9
refleks patologis (-/-), spastis (-), klonus (-)
Anggota Gerak : Akral hangat, CRT 2
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (02/04/2017)
Pemeriksaan Hasil
HEMATOLOGI
Leukosit 14.310 /uL
Eritrosit 4.39 x106
Hemoglobin 11,9 mg/dl
Hematokrit 34,9%
Trombosit 250.000/uL
MCH 27,2 pg
MCHC 34.1 gr/dl
MCV 79,5 fl
KIMIA KLINIK
Natrium 136 mEq/L
Kalium 3,40 mEq/L
Chlorida 109,0 mEq/L
RESUME
Seorang anak perempuan berumur 9 bulan 12 hari, berat badan 6,9 kg,
panjang badan 66 cm, masuk rumah sakit pada tanggal 02 April 2017 pukul
04.30 WITA dengan keluhan utama BAB cair sejak 2 hari SMRS frekuensi
5x/hari, volume gelas air kemasan, berisi cairan, ampas, warna kuning,
disertai lendir, darah (-). Demam sejak 4 hari SMRS. Demam diketahui
10
melalui perabaan dan dikeluhkan naik turun. Pemeriksaan fisik umum,
keadaan umum tampak sakit (gelisah), kesadaran Compos Mentis, Tanda-
tanda vital; Nadi: 128x/m, respirasi: 32x/m, suhu badan: 37,4 C. Pada
kepala, ubun-ubun sudah menutup, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pernapasan cuping hidung tidak ada, mata agak cowong, produksi air
mata kurang. Bibir dan mukosa mulut kering. Turgor kulit kembali lambat
dengan Capillary Refill Time 2. Pemeriksaan fisik thoraks, abdomen dan
lain-lain dalam batas normal.
V. DIAGNOSIS
Diare akut dehidrasi ringan sedang
VI. TATALAKSANA
1. IVFD RL 75ml/kgBB/3jam = 170ml/jam
2. Zinc 1 x 20 mg (1)
3. Antibiotika selektif tidak diberikan
4. Nutrisi tetap dilanjutkan
5. Edukasi sanitasi dan hygene serta tanda dan gejala dehidrasi
6. Paracetamol drops 3 x 0,7 ml (kalau perlu)
7. Domperidon syrup 3 x 1/2 cth (kalau perlu)
VII. FOLLOW UP
Follow up (02/04/2017 post rehidrasi)
S : Demam (-), BAB cair (-)
O : KU: Tampak sakit Kes: Compos Mentis
N: 98 x/m RR:30 x/m Sb: 37,2C BB: 7,3 kg
Kep : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-), UUB datar
11
Mukosa mulut basah
Air mata (+)
Mata cowong (-)
Tho : Simetris kiri = kanan, retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Sp. bronkovesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abd : Cembung, lemas, Bising Usus (+) normal, turgor kembali cepat
Hepar/Lien: tidak teraba
Ext : Akral hangat, CRT 2
A : Diare akut tanpa dehidrasi
P : Aff Infus
1. Oralit 50-100 ml tiap BAB cair
2. Zinc 1 x 20 mg (1)
3. Antibiotika selektif tidak diberikan
4. Nutrisi tetap dilanjutkan
5. Edukasi sanitasi dan hygene serta tanda dan gejala dehidrasi
6. Paracetamol drops 3 x 0,7 ml
7. Domperidon syrup 3 x 1/2 cth
12
Air mata (+)
Mata cowong (-)
Tho : Simetris kiri = kanan, retraksi (-)
Cor/Pulmo: dalam batas normal
Abd : Cembung, lemas, Bising Usus (+) normal
Hepar/Lien: tidak teraba
Ext : Akral hangat, CRT 2
A : Diare akut tanpa dehidrasi
P : 1. Oralit 50-100 ml tiap BAB cair
2. Zinc 1 x 20 mg (1)
3. Antibiotika selektif tidak diberikan
4. Nutrisi tetap dilanjutkan
5. Edukasi sanitasi dan hygene serta tanda dan gejala dehidrasi
6. Paracetamol drops 3 x 0,7 ml (kalau perlu)
7. Domperidon syrup 3 x 1/2 cth (kalau perlu)
13
Cor/Pulmo: dalam batas normal
Abd : Cembung, lemas, Bising Usus (+) normal
Hepar/Lien: tidak teraba
Ext : Akral hangat, CRT 2
A : Diare akut tanpa dehidrasi
P : 1. Oralit 50-100 ml tiap BAB cair
2. Zinc 1 x 20 mg (2)
3. Antibiotika selektif tidak diberikan
4. Nutrisi tetap dilanjutkan
5. Edukasi sanitasi dan hygene serta tanda dan gejala dehidrasi
6. Paracetamol drops 3 x 0,7 ml (kalau perlu)
7. Domperidon syrup 3 x 1/2 cth (kalau perlu)
14
Cor/Pulmo: dalam batas normal
Abd : Cembung, lemas, Bising Usus (+) normal
Hepar/Lien: tidak teraba
Ext : Akral hangat, CRT 2
A : Diare akut tanpa dehidrasi
P : 1. Oralit 50-100 ml tiap BAB cair
2. Zinc 1 x 20 mg (3)
3. Antibiotika selektif tidak diberikan
4. Nutrisi tetap dilanjutkan
5. Edukasi sanitasi dan hygene serta tanda dan gejala dehidrasi
6. Paracetamol drops 3 x 0,7 ml (kalau perlu)
7. Domperidon syrup 3 x 1/2 cth (kalau perlu)
Advis : Rawat jalan
BAB III
PEMBAHASAN
15
berusia 9 bulan berat badan 6,9 kg, tinggi badan 66 cm, masuk rumah sakit pada
tanggal 02 April 2017 pukul 04.30 WITA dengan keluhan utama BAB cair sejak
2 hari SMRS, frekuensi 5x/hari, warna kuning, ampas sedikit, lender (+), darah
(-). Hal ini sesuai sebagaimana definisi tersebut.
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah anamnesa gejala diare serta
pemeriksaan fisik terkait adanya tanda-tanda dehidrasi. Pemeriksaan fisik secara
umum dan menyeluruh perlu diperhatikan. Evaluasi status dehidrasi penderita
diare penting untuk menentukan derajat dan ketepatan rehidrasi. Anamnesa
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik untuk menkaji tanda-tanda utama dehidrasi
seperti kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda lainnya
seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau
tidaknya air mata, bibir dan mukosa mulut kering atau basah.5,6
Hasil pemeriksaan fisik pada kasus ini, didapatkan keadaan umum pasien
tampak sakit, tanda-tanda vital: frekuensi nadi 128 kali/menit, respirasi 32
kali/menit, suhu badan 37,4 c. Pada pemeriksaan awal mulai dari kepala
didapatkan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pernapasan cuping
hidung tidak ada. Pada mata tampak cowong dan mukosa mulut kering dimana
gejala klinis tersebut merupakan tanda umum dehidrasi. Pemeriksaan thoraks
didapatkan thoraks simetris, tidak ada retraksi. Abdomen cembung, lemas, bising
usus meningkat. Turgor kulit yang kembali lambat juga merupakan salah satu
tanda dehidrasi. Hepar dan lien tidak teraba. Pada extremitas tidak ditemukan
kelainan.
16
50-100 cc tiap kali penderita BAB cair. Terapi tersebut sesuai dengan acuan teori
penatalaksanaan diare dengan dehidrasi ringan sedang.7
Pada kasus, terapi cairan tidak diberikan peroral oleh karena intake oral
penderita kurang baik. Penderita cenderung rewel dan menolak bila diberi minum.
Bila intake oral kurang baik, direkomendasikan untuk pemasangan Oro-Gastric
Tube (OGT) dalam membantu intake oral. Pada kasus, orang tua penderita
menolak pemasangan OGT terhadap penderita sehingga terapi cairan dilakukan
melalui jalur intravena. Pemberian cairan intravena dihentikan bila penderita
sudah bisa minum dan makan dengan baik.9,10
Antibiotika selektif tidak diberikan pada kasus. Diare akut pada umumnya
disebabkan oleh infeksi virus (40-60%) dimana Rotavirus merupakan patogen
penyebab tersering pada usia 6-24 bulan. Virus dapat secara langsung merusak vili
usus sehingga mengurangi luas permukaan usus halus dan mempengaruhi
mekanisme enzimatik. Apabila diare tidak sembuh salam 5-7 hari, maka dicurigai
17
penyebab diare adalah infeksi selain virus, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang laboratorium lebih
lanjut meliputi pemeriksaan tinja (baik makroskopik maupun mikroskopik) dan
biakan feses guna menyelidiki bakteri penyebab diare sehingga terapi antibiotika
selektif dapat ditetapkan.11,12
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan
setelah sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak
anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare, nafsu makannya
timbul kembali setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan
mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan
menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi
paling tidak dapat dikurangi. Makanan yang diberikan pada anak diare tergantung
kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit dan budaya.
Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama dengan yang
dibutuhkan dengan anak sehat.11
Pasien diare di pulangkan dengan indikasi tanda-tanda vital dalam batas
normal, tumbuh kembang baik, kesadaran anak membaik, mulut dan bibir mulai
basah, turgor kulit kembali cepat, tidak muntah, buang air besar, buang air kecil
dalam batas normal.7,12
18
sulit mendapat asupan makan karena hilang nafsu makan. Selama anak masih mau
minum dan makan dalam jumlah cukup, infus tidak perlu diberikan. Edukasi
untuk keluarga: Pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara yang sangat
sederhana, melalui kebersihan diri dan lingkungan. Kebersihan diri dimulai
dengan mencuci tangan. Tidak hanya tangan anak tetapi juga orangtua serta
pengasuh. Kuman yang terdapat pada tangan yang sudah menjamah ke berbagai
tempat dapat dicegah melalui cuci tangan dengan sabun.7,12
DAFTAR PUSTAKA
19
3. Walker-Smith J, Barnard J, Bhutta Z et al. Chronic diarrhea and
malabsorption (including short gut syndrome): Working Group Report of the
First World Congress of Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and
Nutrition. Journal of Pediatric Gastronterology and Nutrition. 2002; 33
(supplement).
4. American academy of pediatric. The management of acute gastroenteritis in
young children. Pediatrics. 1996; 97: 1-20.
5. Magdarina DA, Sri SS. Pengendalian diare di Indonesia Kementerian
kesehatan. Jurnal. 2016. h.1-3
6. Badriul H. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM. Diakses dari:
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/disentri. Diunduh
tanggal 03 april 2016.
7. World Health Organization. The treatment of diarrhea: a manual for
physicians and the other senior health workers child health. Geneva: World
Health Organization.1995. h.8-16.
8. Bao Bin. Zinc Modulates mRNA level of cytokins. Am J Physiol Endocrinol
Meeta. Micigan. 2003.
9. Duggan C, Santosham M, Glass RI. The management of acute gastroenteritis
in young children: oral rehydration, maintenance and nutritional therapy.
MMWR. 1992; 41 (RR-16): 1-20.
10. King CK, Glass R, Bresee JS, Duggan C. Managing acute gastroenteritis
among child; oral rehydration, maintenance and nutritional therapy. MMWR.
2003; 52 (RR16): 1-16.
11. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra PE, Harmoniati
ED. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak indonesia. Jakarta : IDAI;
2010. p.58-61.
12. Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. Dalam: Wilson WR, Drew WL,
Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious
Disease. New York: Lange Medical Books. 2013. h.225- 68.
13. Sazawal S et al. Zinc supplementation in young children with acute diarrhea
in India. N EnglJ Med. 1995; 333: 839-44
20
14. Yamey G. Zinc supplementation prevents diarrhea and pneumonia. BMJ
1999: 1521 3.
15. Juffrie M. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam: Juffrie M,Soenarto
SSY, Oswarl Hanifah, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS. Buku Ajar
Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta. UKK Gastroenterologi-Hepatologi
IDAI. 2012. h.1-25.
16. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pemberantasan penyakit infeksi saluran
pernapasan akut untuk penanggulangan bronkopneumonia pada balita.
Jakarta; 2012. h.15-20.
17. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Panduan pelayanan medis ilmu kesehatan
anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012. h.493-8.
18. Katzung, Bertram G. Farmakologi dasar dan klinik. Editor, Nugroho AW,
Rendy L, Dwijayanti L. Jakarta: EGC; 2010. h.748-67.
19. Purnamasari H, Santosa B, Puruhita N. Pengaruh suplementasi seng dan
probiotik terhadap kejadian diare berulang. Sari Pediatri. 2011. p.96-104.
21
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
(MINISTRY OF PEDIATRICS, SCHOOL OF MEDICINE SAM RATULANGI UNIVERSITY )
BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
Jln. Raya Tanawangko, Manado 95115; Prov. Sulawesi Utara, INDONESIA
PO. Box 66. Telp (0431) 821652; Fax (0431) 859091
E-mail : bikafkunsrat@yahoo.com
Mengetahui :
KepalaBagian/SMF IlmuKesehatanAnak KoordinatorPendidikan IKA
FK UNSRAT/BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou, FK UNSRAT,
Dr. dr. Rocky Wilar, Sp.A (K) Dr. dr. Hesti Lestari, Sp.A (K)
NIP. 19710709 1999031001 NIP. 196710261997032001