Anda di halaman 1dari 24

Refleksi Kasus September 2018

“Diare Dehidrasi Ringan - Sedang”

Nama : Ira Andini Paransa


No. Stambuk : N 111 18 026
Pembimbing :dr. Amsyar Praja, Sp. A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2018

3
BAB I
PENDAHULUAN

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak


atau lebih cair, bahkan dapat berupa air saja dan terjadi paling sedikit tiga kali dalam
24 jam. Penyebab diare secara klinis dikelompokkan menjadi 6 golongan besar,
yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyakit diare merupakan
salah satu penyebab utama kematian pada anak dibawah usia lima tahun.
Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO), satu dari sepuluh
anak meninggal akibat diare dengan jumlah kematian 800.000 anak setiap
tahunnya. Berdasarkan proporsi penyebab kematian balita terbanyak di Indonesia,
diare menempati urutan kedua sebesar 17,2% setelah masalah neonatus (asfiksia,
berat bayi lahir rendah, infeksi) yaitu sebesar 36%.1
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau
menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,
kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah
dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus
dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif
dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat
kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan
vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan
menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit3Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri
atau parasit, Akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut,
termasuk sindrom malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting,
sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya
dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi

4
untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare. Diare menyebabkan
hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis
metabolikkarena hilangnya basa.2
Penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering menimbulkan
kejadian luar biasa. Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber
data KLB (STP KLB) tahun 2010, diare menempati urutan ke 6 frekuensi KLB
terbanyak setelah DBD, Chikungunya, Keracunan makanan, Difteri dan Campak.
Keadaan ini tidak berbeda jauh dengan tahun 2009, menurut data STP KLB 2009 ,
KLB diare penyakit ke 7 terbanyak yang menimbulkan KLB. 3
Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi disektor
kesehatan oleh karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada
dirumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare selain itu juga
dipelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan
10 penyakit terbanyak dipopulasi. 2

5
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

 Nama : By. A
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tanggal Lahir/Umur : 28 Oktober 2018 / 10 bulan
 Tanggal masuk : 25 Juli 2018
 Agama : Islam
 Nama Ayah : Tn. S
 Nama Ibu : Ny. E
 Pekerjaan ayah : Petani
 Pekerjaan ibu : IRT
 Alamat : Jl. Vatulemo

B. ANAMNESIS
 Keluhan Utama:
BAB cair
 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari yang lalu,
frekuensi ±5 kali. BAB disertai ampas tetapi tidak berlendir, darah tidak
ada, tidak berbau, warna kuning kehijauan, volume ¼ gelas aqua. Pasien
juga mengeluhkan mual dan muntah lebih dari 3 kali setiap kali BAB,
muntah berisi susu, tidak ada darah. Setelah pasien muntah dan bab, pasien
langsung menangis dan rewel.
Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya batuk dan flu sejak 2 hari
yang lalu. Batuk berdahak dan hidung terdapat secret berwarna putih encer.
BAK lancar.
 Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama seperti yang dialami seperti
sekarang dan dirawat di RSU. Undata sekitar 4 bulan yang lalu.

6
 Riwayat Penyakit Keluarga:
Pada keluarga tidak ada yang mengalami hal atau keluhan serupa yang
seperti pasien alami.
 Riwayat Sosial dan Ekonomi:
Menengah – bawah.
 Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien tinggal serumah dengan orang tua dan seorang kaka perempuan. Ibu
pasien mengaku di sekitar rumah kurang terjaga kebersihan lingkungannya,
dan terdapat tempat pembuangan sampah dekat dari rumah.
 Riwayat Kehamilan:
Pasien lahir cukup bulan dan ibunya sering memeriksakan diri ke
puskesmas terdekat selama masa kehamilan dan tidak pernah mengalami
kelainan selama masa kehamilan.
 Riwayat Persalinan
Pasien lahir di rumah dengan normal, cukup bulan, langsung menangis.
Dibantu oleh bidan.BBL 3400 gr dan PBL 48 cm
 Kemampuan dan Kepandaian Bayi:
Anak tidak mengalami keterlambatan perkembangan saat ini.
 Penyakit yang Pernah di Alami:
- Morbili : (-)
- Varicella : (-)
- Pertussis : (-)
- Diare : (+)
- Cacing : (-)
- Batuk / pilek : (-)
- Lain – lain : (-)
 Anamnesis Makanan:
- ASI : 0 bulan- 6 bulan
- Susu formula: 6 bulan sampai sekarang
 Riwayat Imunisasi:
 Vaksin Hepatitis B : Usia 0 bulan, 1 bulan, 2 bulan, dan 6 bulan
7
 Vaksin Polio : Usia 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
 Vaksin BCG : Usia 0 bulan
 Vaksin DPT : Usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
 Vaksin campak : Usia 9 bulan

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
2. Pengukuran
Tanda vital : Nadi : 128 kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu : 38,2° C
Respirasi : 35 kali/menit
Berat badan : 9 kg
Tinggi badan : 68 cm
Z-score : (2) (1)
Status gizi : Gizi Baik
3. Kulit : Warna : Sawo matang, ruam (-)
Pigmentasi : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Turgor : kembali lambat (<2 detik)
Kelembaban : cukup
Lapisan lemak : Cukup
Kepala: Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopesia (-)
Mata : Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
8
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (+/+)
Ikterik : (-/-)
Telinga : Sekret : tidak ada
Serumen : minimal
Nyeri : tidak ada
Hidung : Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Sekret : Rhinorhe (+)
Mulut : Bibir : mukosa bibir kerinh, tidak hiperemis
Gigi : Tidak ada karies
Gusi : tidak hiperemis
Lidah : Tremor/tidak : tidak tremor
Kotor/tidak : tidak kotor
Warna : kemerahan
Faring : hiperemis
Tonsil : T1-T1
4. Leher :
 Pembesaran kelenjar leher : -/-
 Trakea : Di tengah
5. Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk : simetris
Dispnea : tidak ada
Retraksi : Tidak ada
Palpasi : vokal fremitus : kanan=kiri, kesan normal
Perkusi : Sonorseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronchovesikuler +/+
Suara Napas Tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

9
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Suara dasar : BJ 1 dan BJ 2 murni, regular
Bising : tidak ada
6. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Datar, ikut gerak nafas
Auskultasi : bising usus (+) kesan meningkat
Perkusi : Bunyi : timpani seluruh quadran
Asites : (-)
Palpasi : Nyeri tekan : (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
7. Ekstremitas : akral hangat, edem tidak ada.
8. Rumple leed : (-)
9. Genitalia : Tidak ada kelainan

Skor Dehidrasi modifikasi UNHAS:


Kriteria 1 2 3
Keadaan Umum Gelisah, lemas,
Baik Lemas
mengantuk, syok.
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan <30x/menit 30-40x/menit >40x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi <120x/menit 120-140x/menit >140x/menit

10
Interpretasi 12  Dehidrasi ringan – sedang.

Pada pasien ini nilai skor dehidrasi modifikasi UNHAS adalah 11 yaitu dehidrasi
ringan sedang.
Skor Dehidrasi WHO :
Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau
tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Kering

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa Haus, ingin Malas minum atau


tidak haus minum banyak tidak bisa minum

Periksa : turgor Kembali cepat Kembali lambat kembali sangat


kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan ringan/sedang
bila ada 1 tanda Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau ditambah 1 atau
lebih tanda lain lebih tanda lain
Terapi : Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
Pada pasien ini nilai skor dehidrasi menurut WHO yaitu dehidrasi ringan
sedang.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium darah rutin
Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,5 11,7-15,5 g/dl
Leukosit 6,3 3,6-11,0 103/ul
Eritrosit 5,18 3,8-5,2 106/ul

11
Hematokrit 37,1 35-47 %
Trombosit 209 150-440 103/ul

RESUME:
Pasien bayi perempuan 10 bulan datang dibawa ke RS Undata Palu dengan
keluhan BAB cair sejak 1 hari yang lalu, frekuensi ±5 kali. Berampas (+), warna
kuning kehijauan (+), volume ¼ gelas aqua. Pasien juga mengalami mual muntah
(+) lebih dari 3 kali setiap kali BAB. Demam (+). BAK lancar. Keinginan untuk
minum terus (+). Dari pemeriksaan fisik : tanda vital didapatkan, frekuensi nadi: 128
x/menit, frekuensi nafas : 35 x/menit, suhu tubuh : 38,1oC. Pemeriksaan fisik
didapatkan, mata tampak cekung, mulut kering, peristaltik usus meningkat dan
turgor kulit kurang. Skor Dehidrasi modifikasi UNHAS didapatkan total skornya
adalah 12 dan interpretasi dari total skor adalah Dehididrasi ringan sedang.
Pemeriksaan penunjang : terdapat penurunan leukosit yaitu 6,3 x 103/mm3.

DIAGNOSIS KERJA:
Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang

TERAPI :
1 IVFD RL 8 tpm
2 Paracetamol Syr 4 x ¾ cth
3 Oralit 3 jam pertama 75x14 = 1050 ml
4 Oralit 100 ml / BAB
5 Zink 1x 20 mg

12
FOLLOW UP

1. Tanggal 26 Juli 2018. (Perawatan Hari pertama)


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang.
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Baik
Keluhan : BAB cair 2 kali, ampas (+), lendir (-), darah (-) , warna kuning . demam
(-), bebas demam H-1, muntah (-).
Tanda Vital :
Frekuensi nadi : 116 x/menit, regular
Frekuensi nafas : 36 x/menit
Suhu tubuh : 36,5 0C
Pemeriksaan fisik
Kepala - Leher :
 Normocephali, Rambut hitam.
 Mata tampak cekung (-), anemis -/-.
 Mukosa bibir biasa, Lidah kotor (-), Tonsil T1 /T1 hiperemis (-).

Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar, massa (-),
Palpasi : Organomegali (-), Turgor baik kembali dalam 2 detik
Perkusi : Bunyi Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Tanda dehidrasi WHO
Keadaan umum : Sakit sedang
Mata : Cekung (-)
Mulut : Kering
Turgor kulit : Cepat
Rasa haus : Minum dengan biasa
Kesimpulan : Tanpa Dehidrasi

13
Diagnosis Kerja
Diare Akut Tanpa Dehidrasi
Terapi
1 IVFD RL 8 tpm
2 Paracetamol Syr 4 x ¾ cth
3 Oralit 3 jam pertama 75x14 = 1050 ml
4 Oralit 100 ml / BAB
5 Zink 1x 20 mg

2. Tanggal 27 Juli 2018 (Perawatan hari kedua)


Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Baik
Keluhan : BAB 1 x , ampas (+), lendir (-), darah (-) , warna kuning . demam (-
) bebas demam H-2, muntah (-)
Tanda Vital :
Frekuensi nadi : 128x/menit, regular
Frekuensi nafas : 32 x/menit
Suhu tubuh : 36,60C
Pemeriksaan fisik
Kepala - Leher :
 Normocephali, Rambut hitam.
 Mata tampak cekung (-), anemis -/-.
 Mukosa bibir lembab, Lidah kotor (-), Tonsil T /T hiperemis (-).

Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar, massa (-),
Palpasi : Organomegali (-), Turgor baik kembali dalam 2 detik
Perkusi : Bunyi Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Tanda dehidrasi WHO
14
Keadaan umum : Biasa
Mata : Cekung (-)
Mulut : Lembab
Turgor kulit : Cepat kembali dalam 2 detik
Rasa haus : Minum biasa
Kesimpulan : tanpa dehidrasi
DIAGNOSIS KERJA
Diare akut tanpa dehidrasi.

TERAPI
1. Aff infus; Persiapan pulang
2. Puyer batuk 3 x 1 pulv
3. Oralit 100 ml / BAB
4. Zink 20 mg x 1

15
BAB III
DISKUSI KASUS

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan informasi bahwa
pasien BAB cair dengan frekuensi > 5 kali dengan konsistensi cair, berampas, lendir
berwarna kuning dan tidak bercampur darah. Selain itu didapatkan juga muntah 3
kali dan demam yang menyertai keluhan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
sedang mengalami diare akut dimana frekuensi BAB > 5 kali dalam sehari disertai
muntah dan demam.
Diare akut adalah buang air besar 3 kali atau lebih dalam satu hari dengan
konstitensi cair tanpa atau dengan lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
14 hari. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari
3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat
fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi tidak meningkat normal, hal
tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara
akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.2
Pada kasus ini kemungkinan besar diare pada pasien disebabkan oleh virus.
Hal ini dapat dilihat dari masa tunas 12-72 jam, panas (+), muntah (+), nyeri perut
(-), volume BAB sedang, frekuensi 5-10x/hari, konsistensi cair, tidak bercampur
darah, tidak berbau, warna kuning kehijauan dan pemeriksaan didapatkan
penurunan dari leukosit.
Diare dapat disebabkan oleh:
1. Virus. Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%).
Beberapa jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1, 2, 8,
dan 9 pada manusia, Norwalk virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40, 41), Small
bowel structured virus, Cytomegalovirus.
2. Bakteri
Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteropathogenic E. coli (EPEC),
Enteroaggregative E. coli (EAggEC), Enteroinvasive E. coli (EIEC),
16
Enterohemorrhagic E. coli (EHEC), Shigella spp., Campylobacter jejuni
(Helicobacter jejuni), Vibrio cholerae 01, dan V. choleare 0139,
Salmonella (non-thypoid).
3. Protozoa
Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Cryptosporidium, Microsporidium
spp., Isospora belli, Cyclospora cayatanensis.
4. Helminths
Strongyloides stercoralis, Schistosoma spp., Capilaria philippinensis, Trichuris
trichuria.
Beberapa jenis diare sering disebabkan oleh organisme renik seperti bakteri
dan virus. Bakteri patogen seperti E.coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella
dan Vibrio cholera merupakan beberapa contoh bakteri patogen yang
menyebabkan epidemi diare pada anak. Kolera merupakan salah satu contoh
kasus epidemik dan sering diidentikkan dengan penyebabkan kematian utama
pada anak. Namun sebagian besar kejadian diare yang disebabkan oleh kolera
terjadi pada dewasa dan anak dengan usia yang lebih besar. Diare cair pada anak
sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus , V. cholera dan E.coli. Diare
berdarah paling sering disebabkan oleh Shigela (UNICEF dan WHO, 2009).
Sedangkan diare cair akut pada anak di bawah lima tahun paling banyak
disebabkan oleh infeksi rotavirus. 2,3

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : 2


1) Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral meliputi :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, dan lain-
lain.
- Infeksi parasit
17
- Cacing, Protozoa, Jamur.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA),
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.
2) Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan
tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
5) Kesulitan makan
6) Defek anatomis : Malrotasi, Penyakit Hirchsprung, Short Bowel
Syndrome, Atrofi mikrovilli, Stricture
7) Endokrinopati : Thyrotoksikosis, Penyakit Addison, Sindroma
Adrenogenital
8) Neoplasma : Neuroblastoma, Phaeochromocytoma.

18
Tabel 1. Gejala khas diare oleh berbagai penyebab.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan, mata cekung, mukosa bibir kering,


turgor kulit agak lambat, perasaan haus minum dan peristaltik meningkat. Hal ini

Sifat Tinja Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC KOLERA


Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10 >10×/ Sering Sering Sering Terus
×/hari hari menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - Sering Kadang - + -
Bau Langu ± Busuk + Tidak Amis khas
Warna Kuning Merah- Kehijauan Tak Merah- Seperti air
hijau hijau berwarna hijau cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anoreksia Kejang Sepsis ± meteorismus Infeksi ±
± sistemik
menunjukkan bahwa pasien sedang dalam keadaan dehidrasi ringan sedang (tabel
2) dimana gejala yang didapatkan pada pasien sesuai dengan kategori B (tabel 3).

GEJALA KLASIFIKASI
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut : DIARE
 Letargis atau tidak sadar DEHIDRASI
 Mata cekung BERAT
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut : DIARE
 Gelisah, rewel/mudah marah DEHIDRASI
 Mata cekung RINGAN/
 Haus, minum dengan lahap SEDANG

 Cubitan kulit perut kembali lambat

19
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare DIARE TANPA
dehidrasi berat atau ringan/sedang DEHIDRASI

Tabel 2. Klasifikasi diare dengan dehidrasi berdasarkan WHO. 4

Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar *gelisah, rewel *lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa *haus, ingin *malas minum
tidak haus minum banyak atau tidak bisa
minum
Periksa : turgor Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan ringan/sedang bila
ada 1 tanda * Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau ditambah 1 atau
lebih tanda lain lebih tanda lain
Terapi : Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel 3. Derajat dehidrasi menurut WHO. 4

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
20
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan

Pada kasus ini, rencana penanganan yang dianjurkan adalah rencana terapi B.
Hal ini dilakukan karena pada kasus diare jumlah cairan yang dibutuhkan oleh
tubuh banyak yang keluar. Oleh karena itu prioritas managemen diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang adalah menggantikan jumlah kebutuhan cairan yang
diperlukan tubuh.
Berdasarkan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dalam pengobatan
diare dibagi menjadi 3 macam rencana terapi, yaitu : 3,4

- Rencana Terapi A : Penanganan Diare di Rumah


 Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Pemberian Oralit :
Sampai umur 1 tahun: 50-100 mL tiap BAB
1- 5 tahun: 100-200 mL tiap BAB
 Beri tablet Zink selama 10 hari
 Lanjutkan pemberian makan
 Kapan harus kembali
- Rencana Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit
 Menentukan jumlah oralit 3 jam pertama :
BB (dalam Kg) × 75 mL
 Berikan tablet Zink selama 10 hari
 Setelah 3 jam, nilai dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
- Rencana Terapi C : Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat
 IV RL 100 ml/kgBB
 Jika bisa minum, berikan Oralit :
• < 12 bulan 1 jam pertama 30 ml/kgBB, 5 jam berikut 70 ml/kgBB
• 1-5 tahun 30 menit pertama 30 ml/kgBB, 2½ jam 70 ml/kgBB
 Berikan juga tablet Zink
21
 Periksa kembali kondisi anak sesudah 3-6 jam dan klasifikasikan
dehidrasi. Kemudian tentukan Rencana Terapi yang sesuai (A,B, atau
C) untuk melanjutkan pengobatan.
1. Rehidrasi
Berikan oralit sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam. Jumlah oralit
yang diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml.
Pada pasien ini jumlah ciran oralit yang dbutuhkan 75 ccx 14 kg = 1050 cc
dibulatkan menjadi 1000 cc ( 5 gelas)

Setelah 3 jam:
1. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi
2. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
3. Melanjutkan memberi makan pasien

Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:


1. Mengajarkan ibu cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
2. Mengajarkan ibu berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah untuk
3. Menyelesaikan 3 jam pengobatan.
 Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6
bungkus lagi sesuai yang di anjurkan dalam rencana terapi A.
4. Menjelaskan aturan perawatan diare di rumah:
1) Beri cairan tambahan (susu low atau free laktosa)
2) Lanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari
3) Lanjutkan pemberian makan
Cara memberikan larutan oralit yaitu dengan meminumkan sedikit-sedikit
tapi sering dari cangkir/ mangkuk/ gelas. Jika anak muntah, tunggu 10 menit
kemudian berikan lagi lebih lambat serta lanjutkan pemberian ASI.

2. Tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :


 Anak 2-6 bulan = 10 mg (1/2 tablet) per hari
 Anak > 6 bulan = 20 mg (1 tablet) per hari

22
Zink termasuk mikronutrien yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh
dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Pemberian zink dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

3. ASI dan makanan diteruskan


ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti
nutrisi yang hilang pada saat terjadi diare. Bayi yang minum ASI harus
diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Bayi yang tidak minum ASI
harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.

4. Antibiotik selektif
Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan tidak
dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti Shigella, Salmonella, Enterotoxin E.
Coli, Enteroinvasif E. Coli dan sebagainya.
Pada kasus ini pasien diberikan antibiotik cotrimoksazol dosis 6-10
mg/kg/BB. Pasien hanya diberikan obat antipiretik yang bertujuan untuk
menurunkan keluhan demam pada pasien.

5. Nasehat kepada orangtua


Nasehat yang dapat diberikan apabila penderita sudah pulang ke rumah atau
untuk penderita rawat jalan adalah segera datang kembali kerumah sakit jika
timbul demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus,
diare semakin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Selain itu ibu
disarankan untuk selalu menjaga kebersihan bayi dan mencuci tangan dengan
baik dan benar sebelum dan sesudah memberi makan/minum bayi. Hal ini
bertujuan agar tercipta higienitas ibu dan bayi yang baik. Pada kasus ini nasehat
telah diberitahukan dan mendapat respon yang baik dari kedua orangtua
pasien.5,6

23
Komplikasi

Diare berkepanjangan dapat menyebabkan:

1. Dehidrasi (Kekurangan cairan )


Tergantung dari presentase cairan tubuh yang hilang. Dehidrasi dapat terjadi
ringan, sedang atau berat.
2. Gangguan sirkulasi
Pada diare akut,kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat.
Jika kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat
mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume
darah (hipovolemia).
3. Gangguan asam basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam
tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernapas cepat untuk
meningkatkan pH arteri.
4. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami
malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia sapat mengakibatkan koma.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Kemungkinan karena cairan
ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler
sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.
5. Gangguan gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang
berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan
dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi
(malnutrisi) 9

Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain:

24
1. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah ‘3 Tidak ‘ yaitu
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan
sebagian besar kuman penyakit.
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah
makan,dan sesudah buang air besar (BAB).
4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun
5. Menggunakan jamban yang sehat
6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar9

Prognosis

Prognosis diare dapat ditentukan oleh derajat dehidrasi, sehingga


penatalaksanaannya sesuai dengan ketepatan cara pemberian rehidrasi.
Apabila penanganan yang diberikan tepat dan sesegera mungkin, maka dapat
mencegah komplikasi dari diare tersebut.9

Pada kasus ini prognosisnya baik karena segera dilakukan penanganan


selain itu derajat dehidrasinya yang ringan-sedang

DAFTAR PUSTAKA
25
1. Endang Poerwati. Determinan Lama Rawat Inap Pasien Balita dengan Diare.
Vol 27. No. 4. Jurnal Kedokteran Brawijaya: Jakarta Timur; 2013.
2. Jufrie, M., Oswari, H., Arief, S., et al. Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi.
Jilid I. Cetakan 3. Badan Penerbit IDAI: Jakarta; 2012. Hal 87-118.
3. Depkes. RI Buku saku petugas kesehatan Lintas Diare. Jakarta; Depkes RI:
2011.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Buku Bagan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Hal 3, 16-
18, 29.
5. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric
Diagnosis Little Brown and Company 2010;20 – 23.
6. Booth IW, CuttingWAM. Current Concept in The Managemnt of Acute in
Children Postgraad Doct Asia 1984 : Dec : 268 – 274

26

Anda mungkin juga menyukai