Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
1. Pneumonia lobaris
3. Bronkopneumonia
pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya menyerang bronkiolus dan mengenai
bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bronkopneumonia yang dijumpai pada anak dan
bayi paling sering diakibatkan oleh Streptococus Pneumonia dan Haemophilus Influenza.2,3
Insiden pneumonia pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. Di Indonesia, pneumonia merupakan
penyebab kematian urutan ke-3 setelah kardiovaskuler dan Tuberculosis. Menurut survei
kesehatan nasional (SKN) pada tahun 2007, di Indonesia, 22,8% kematian pada anak umur
Pneumonia menunjukkan gejala khas berupa batuk, sesak napas dan demam.
bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.1,4
1
menunjukkanadanya infeksi bakteri, Nilai hemoglobin (Hb) biasanya tetap normal atau
sedikit menurun.3.
Pemeriksaan radiologi ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,disertai
klinis. Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak dilakukan secara
empirik sesuai dengan pola bakteri tersering yaitu Streptococcus Pneumonia dan
Haemophilus Influenza. Untuk bayi di bawah 3 bulan diberikan golongan penisilin dan
aminoglikosida. Untuk usia > 3 bulan, amoxicillin dan kloramfenikol merupakan obat
pilihan pertama.
anak.
2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. K
Umur : 4 tahun 5 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. W. monginsidi
Tanggal masuk : 05 Januari 2015
ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak napas
masuk rumah sakit. sesak diawali dengan batuk (+) dimalam hari. Batuk juga disertai flu
(+), kemudian pasien mengalami demam mendadak dan langsung menggigil. Ada muntah
setiap habis batuk (+), berisi lendir (+). Demam yang timbul tidak disertai kejang (-), BAB
lancar, BAK lancar. Sesak datang malam hari,Saat sesak, pasien tidak mengalami kebiruan
namun memberat 1 hari terakhir bersamaan dengan terjadinya sesak napas. Batuk
berlendir, tidak ada darah, pasien juga beringus terjadi bersamaan dengan batuk.
Pasien mengalami demam, dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Panas
naik turun, saat panas pasien tidak kejang, tidak ada menggigil.
Pasien muntah 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sebanyak 2 kali. Muntah berupa
3
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien memiliki riwayat bronciolitis sejak berusia 5 bulan.
Riwayat sosial-ekonomi :
Ekonomi menengah ke atas.
Anamnesis Makanan :
Pasien mendapatkan ASI hingga usia 1 tahun. Saat usia 6 bulan pasien diberi
makanan pendamping ASI, berupa bubur susu. Dan saat ini pasien sudah mulai makan
makanan keluarga, dan juga diberikan susu formula. Selama sakit nafsu makan pasien
menurun.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : 13 kg
Tinggi badan : 104 cm
Status Gizi : CDC : 76,4 gizi Kurang
Tanda vital :
Nadi = 154 x/menit, kuat angkat
Respirasi = 46 x/menit
4
Suhu badan = 38,2 0C
2. Leher :
Pembesaran kelenjar leher : - /-
Trakea : Di tengah
3. Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Pernafasan : Thorakoabdominal
Retraksi : Intercostal
Palpasi : Vokal fremitus meningkat
Perkusi : Redup kedua lapang paru
5
Auskultasi : Rhonki basah halus(+/+), Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular
Bising : tidak ada
4. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Kesan datar
Auskultasi : bising usus (+) : Kesan normal
Perkusi : Bunyi : Timpani
Asites : (-)
Palpasi : Nyeri tekan :(-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
5. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), parese tidak ada.
6. Genitalia : dalam batas normal
LABORATORIUM
104 cm, status gizi buruk, masuk dengan keluhan dispnea, dialami sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien batuk 1 berdahak dan terdapat rinorhea. Pasien demam, 2 hari
terakhir. Demam naik turun. Vomitus 1 kali berupa lendir. Riwayat asma di usia 5 bulan
gizi buruk. Pemeriksaan tanda vital didapatkan Nadi 154 x/menit, reguler, isi dan kuat
hidung dan adanya rhinorea, pemeriksaan thoraks didapatkan adanya retraksi intercostal,
suara napas tambahan yaitu ronki basah halus pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan
DIAGNOSIS : Bronkopneumonia
TERAPI :
- IVFD Ringer Laktat 14 tetes per menit
- Oksigen 2L/ Menit
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 350 mg
- Injeksi dexamethasone 3 x 2 mg
- Paracetamol syrup 120mg/ 5ml, 3 x 1 Cth (jika demam)
- Ambroxol syrup 15mg/5 mL, 3 x 1 Cth
- Salbutamol syrup 2mg/5 mL, 3 x 1 Cth
7
DISKUSI
8
Virus
Adenovirus Virus
Virus Influenza
Virus Parainflueza Varicella- Zooster
Rhinovirus
VIRUS
Bakteri
Adenovirus
Chlamydia Pneumoniae
Epstein-Barr
5 Tahun ke atas Mycoplasma Pneumoniae
Rhinovirus
Streptococus Pneumoniae
Parainfluenza Virus
H. Influenza
Influenza Virus
paru yang bisa lobularis (bronkhopneumonia), lobus, atau intersisial. Secara patologis,
9
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan awal yang berlangsung
pada daerah yang baru terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah
dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan
cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat
plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. 1,4
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah. Pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.1,4
Gejala klinis yang khas dari pneumonia yaitu: Batuk, demam dan sesak napas.
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
10
biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa
hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.Menurut
Henry Goma, Dkk, pneumonia diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 atau lebih gejala
berikut:2,3,4
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
2. Demam
3. Batuk
3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
5. Leukositosis
- Pneumonia sangat berat, bila dijumpai sesaknafas, nafas cepat, terjadi sianosis
sentral, tidak dapat minum serta kesadaran menurun
- Pneumonia berat, bila dijumpaisesak, nafas cepat,adanya retraksi namun tanpa
sianosis dan masih dapat minum
- Pneumonia, bila hanya dijumpai nafas cepat tanpa adanya retraksi.
11
39-40 C. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan pernafasan cepat dan dangkal,
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar mulut atau hidung. Pada pemeriksaan
thoraks, dapat di temukan ronki basah nyaring halus hingga sedang pada auskultasi,
sedangkan pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan.4
Pneumonia secara umum memiliki faktor resiko seperti tidak mendapat imunisasi
yang lengkap, asi tidak adekuat, sering terpajan polusi seperti asap rokok, adanya penyakit
paru seperti asma, pasien dengan malnutrisi, pasien dengan imunosupresi dan
imunodefisiensi seperti pada pasien dengan HIV, pasien dengan defek anatomi bawaan,
adanya penyakit paru dan penyakit penyerta lainnya. Pada kasus ini, pasien memiliki
faktor resiko yang besar untuk mengalami pneumonia karena pasien sering terpapar oleh
asap rokok karenan ayah pasien sering merokok didalam rumah setiap hari.6
Berdasarkan pedoman klinis WHO, kasus pada pasien ini tergolong dalam
pneumonia berat karena terjadi retraksi dada namun tidak disertai dengan sianosis.7
Pemeriksaan darah rutin pada pasien ini menunjukkan adanya leukositosis sebesar
11,29 x 103/L. Berdasarkan teori, Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin pada
bronkopneumonia menunjukkan leukositosis. Leukositosis pada bronkopneumonia
menunjukkanadanya infeksi. Pneumonia yang disebabkan oleh virus dapat nornal atau
meningkat tetapi tidak melebihi 20.000/mm3 dengan predominan limfosit, sedangkan pada
pneumonia bakterial dapat meningkat 15.000- 40.000/mm3 dan predominant granulosit.
Nilai hemoglobin (Hb) biasanya tetap normal atau sedikit menurun. Pada kasus ini
ditemukan leukosit meningkat hingga 19.400/mm. Dari nilai leukosit pada pasien ini
kemungkinan pneunomia pada pasien disebabkan oleh virus3
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
yaitu penatalaksanaan umum dan khusus:1,5
1. Penatalaksanaan Suportif
a) Pemberian oksigen 2-4 L/menit
b) Pemberian cairan intravena.
2. Penatalaksanaan Kausal
a) Mukolitik dan ekspektoran
b) Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita demam
c) Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis.Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada
anak dilakukan secara empirik sesuai dengan pola bakteri tersering yaitu
12
Streptococcus Pneumonia dan Haemophilus Influenza. Untuk bayi di bawah
3 bulan diberikan golongan penisilin seperti ampisillin 100 mg/ kgBB/ 24
jam IV dalam 4 dosis dan gentamisin 5 mg/kgBB/24 jam IV, dalam 2 dosis.
Untuk usia > 3 bulan, amoxicillin dipadu dengan kloramfenikol merupakan
obat pilihan pertama. Jika kondisi pasien berat, antibiotik pilihan adalah
golongan sefalosporin. Antibiotik paranteral diberikan 48-72 jam, dilanjutkan
dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Jika diduga penyebab adalah
Stafilokokus, maka dapat diberikan kloksasilin. 7
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak, Edisi
Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Pneumonia. Dalam: Behrman R.E., et.al
(editor). 2000.Ilmu Kesehatan Anak Nelsons vol. 2 edisi. 15. Jakarta: EGC.
4. FKUI. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. IDAI, 2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I.Jakarta :Badan
Penerbit IDAI.
6. Permana, Adhy, dkk.2010.The Disease: Diagnosis & Terapi. Fakultas Kedokteran
7. Alsagaff, Hood, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Penyakit Paru dan
14