DEMAM TIFOID
PENDAHULUAN
Secara garis besar, gejala yang timbul pada demam tifoid adalah demam
satu minggu atau lebih, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran,
lidah tampak kering, dilapisi selaput tebal,di bagian belakang tampak lebih pucat,
di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan.3
Untuk penatalaksanaan dari demam tifoid, obat kloramfenikol masih
merupakan baku emas dalam pengobatan demam tifoid. Kloramfenikol diberikan
dengan dosis 50 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian. Pemberian diteruskan
selama 14 hari atau sampai 5-7 hari bebas demam.3
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : an. W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 6 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tj. Manimbaya
Tanggal /Jam Masuk : 27-01-2017
II. ANAMNESIS
masuk rumah sakit, anak tampak lesu, sering mengeluh pusing dan terlihat
pada malam hari dan tidak begitu panas pada pagi dan siang hari. Pada
waktu panas pasien tidak mengigil, tidak ada kejang dan tidak ada
penurunan kesadaran. Kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, anak
dengan frekuensi 1 kali dalam 1 hari. Isi muntahan berupa air dan makanan
panas, namun minum masih kuat. Buang air besar seperti biasa tidak cair
ataupun berdarah, buang air kecil normal seperti biasa, berwarna kuning
muda, dan tidak ada sakit waktu buang air kecil. Anak tidak mengeluh nyeri
otot atau nyeri pinggang, serta selama panas anak kurang bermain dan malas
beraktifitas.
Riwayat Sosial-ekonomi :
Menengah.
lainnya. Lahir normal di puskesmas dibantu oleh bidan. Berat Badan Lahir :
Membalik : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 9 bulan
Berdiri : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun 4 bulan
Anamnesis Makanan:
Susu formula : 0 bulan-2 tahun
Usia 1 tahun sampai sekarang : Makanan Biasa (makanan
keluarga)
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi lengkap
III. PEMERIKSAAN FISIK
Leher
kelenjar getah bening : Pembesaran (-)
kelejar tiroid : Pembesaran (-)
Toraks
Paru-paru :
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+)
Ektremitas Bawah : akral hangat(+/+)
Otot-otot : Eutrofi
Refleks: fisiologis (+/+) , patologis(-/-)
b. Tes Widal
- O: 1/320
- H : 1/320
- AH : 1/80
- BH : 1/40
V. RESUME
Pasien anak laki-laki usia 6 tahun masuk Rumah Sakit dengan
keluhan panas. Panas dirasakan sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit.
Panas dirasakan setiap hari, naik turun, naik pada sore dan malam hari,
kemudian turun pada pagi dan siang hari. Kejang tidak ada. Selama pasien
panas, aktivitas berkurang dan juga nafsu makan menurun. Pasien mengeluh
muntah sebanyak 1x kali sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, berisi
makanan yang dimakan, darah tidak ada. Pasien mengeluhkan pusing dan
juga Batuk tidak berdahak, beringus sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. BAB seperti biasa, BAK lancar seperti biasa.
Pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak sakit sedang; Kesadaran
compos mentis; BB 17 kg; TB 105 cm. Tanda-tanda vital nadi : 102
kali/menit, regular; suhu 38,7 C; respirasi 35 kali/menit. Pada mulut,
didapatkan Lidah kotor (+) dan tidak ditemukannya organomegali.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin WBC 4,9 x 103 /uL, RBC 3,45 x
106/uL, HGB 10,4 g/dL, HCT 28,5 %, PLT 267 x 10 3 /uL, dan pada tes
widal didapatkan titer Salmonella typhi 1/320.
29 januari 2017
Dari pemeriksaan laboratorium pada pasien ini, leukosit dalam batas normal,
eritrosit juga masih dalam batas normal, haemoglobin sedikit turun (10,4 g/dL) ini
menandakan pasien tidak mengalami anemia berat, yang menandakan efek toksik
supresi sumsum tulang belum terjadi. Uji widal pada pasien ini didapatkan hasil
Salmonella Typhi O 1/320, Salmonella Typhi H1/320, Salmonella Paratyphi Ah
1/80, Salmonella Paratyphi Bh 1/40. Berdasarkan hasil tersebut membuktikan
bahwa pasien ini menderita demam thypoid. Meskipun pemeriksaan widal
memiliki banyak kekurangan, adanya peningkatan titer ini dapat mengarahkan
diagnosis demam thypoid5
Diagnosis pasti demam tifoid ditegakkan bila hasil biakan darah positif.
Biakan darah dalam minggu pertama memperlihatkan Salmonella positif pada 40-
60% kasus, sedangkan biakan urin dan tinja positif setelah minggu pertama, dan
biakan tinja kadang-kadang sudah positif pada masa inkubasi. Biakan sumsum
tulang adalah pemeriksaan yang paling sensitif yaitu positif pada 85-90% dan
kurang dipengaruhi oleh pemberian antibiotika sebelumnya. Namun untuk
melakukan pemeriksaan biakan memerlukan waktu beberapa hari, maka
diperlukan pemeriksaan yang lebih cepat, yaitu pemeriksaan antibodi monoklonal.
Pemeriksaan reaksi rantai polymerase yang dalam beberapa jam dapat diperoleh
hasil. Pemeriksaan serologi terhadap antigen O, H, dan Vi dari Salmonella dengan
uji widal tidak banyak membantu dalam menetapkan diagnosis, karena kurangnya
sensitivitas pada pemeriksaan ini. Pada demam tifoid sering disertai anemia dari
yang ringan sampai yang sedang dengan peningkatan laju endap darah, gambaran
eritrosit normokrom normosit, yang diduga merupakan efek toksik supresi
sumsum tulang atau perdarahan usus. Hitung leukosit dapat normal ataupun
leukositosis. Kemungkinan ditemukannya biakan positif pada sumsum tulang
adalah 84%, darah 44%, feses 65%, cairan duodenum 42%. Hasil pemeriksaan
biakan positif dari sampel darah penderita digunakan untuk menegakkan
diagnosis, sedangkan hasil pemeriksaan biakan negatif dua kali berturut-turut
pemeriksaan feses atau urin digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah
sembuh.6
Penatalaksanaan demam tifoid terbagi atas 3, yaitu perawatan, diet dan obat-
obatan. Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi serta pengobatan. Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas panas. Tirah
baring (istirahat mutlak) dilakukan di tempat tidur dan letak baring harus sering
diubah. Lamanya tirah baring berlangsung sampai 5 hari bebas demam,
dilanjutkan dengan mobilisasi secara bertahap.7
Pada penderita dengan kesadaran yang menurun harus diobservasi agar tidak
terjadi aspirasi. Diet pada demam tifoid perlu juga mendapat perhatian khusus.
Tidak seperti diet tifoid dahulu yang diawali dengan diet bubur saring, beberapa
peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan
penderita dengan memperhatikan segi kualitas ataupun kuantitas dapat diberikan
dengan aman. Pemberian makanan padat dini banyak memberikan keuntungan,
seperti dapat menekan turunnya berat badan selama perawatan, masa di rumah
sakit lebih diperpendek, dapat menekan penurunan albumin dalam serum dan
dapat mengurangi kemungkinan kejadian infeksi lain selama perawatan.1
Pada kasu sini tidak ada penyulit ataupun komplikasi yang terjadi.
Prognosis pasien dengan tifoid tergantung pada terapi segera, usia penderita,
keadaan kesehatan sebelumnya, dan munculnya komplikasi. Di Negara maju,
dengan antimikroba yang tepat, angka mortalitas dibawah 1%. 4,9
1. Rampengan, TH, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak ed. 2. Jakarta: EGC,
2007.
2. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi PadaAnak. Jakarta:
Sagung Seto, 2011.
3. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam.
Jakarta: Sagung Seto, 2011.
4. Ashkenazi, S, Cleary, TG, Infeksi Salmonella, in: Nelson (Ed), Ilmu
Kesehatan Anak Nelson Edisi 15Volume II. Jakarta: EGC, 2010 : 965-73.
5. Pusponegoro, H.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I.
Jakarta: Balai penerbit IDAI, 2014.
6. Soedarmo, S.S.P. Garna, H. Hadinegoro, S.R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi dan Penyakit Tropis edisi 1. Jakarta: Balai penerbit IDAI,
2014.
7. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS, SMF Anak RS DR. Wahidin
Sudirohusodo. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Makassar. Hal.
5-6.
8. Chambers, HF, Inhibitor Sintesis Protein dan Berbagai Senyawa
Antibakteri, in: Hardman, JG, Limbird, LE (Eds). Goodman & Gilman
Dasar Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10 Volume 2. Jakarta: EGC, 2008.
9. Adisasmito AW. Penggunaan Antibiotik Pada Terapi Demam Tifoid Anak
di RSAB Harapan Kita. Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3, Desember 2016:174-
180.