Kejang merupakan hasil dari pelepasan aktivitas listrik paroksismal abnormal oleh
neuron otak. Istilah kejang, fit, dan konvulsi dapat dipertukarkan. Kejang sering terjadi pada
Kejangg demam adalah suatu kejang yang tejadi pada usia antar 3 bulan hingga 5
tahun yang berkaitan dengan demam dengan penyebab ekstrakranial. Empat persen anak-
anak pra sekolah pernah mengalami kejang; selama ini yang paling sering ditemui adalah
kejang demam. Sering terdapat riwayat serangan kejang demam pada anggota keluarga yang
lain.
Kejang ini ditimbulkan oleh demam dan cenderung muncul pada saat awal-awal
demam. Penyebab yang paling sering adalah infeksi saluran pernapasan atas. Kejang ini
merupakan kejang umum dengan pergerakan klonik selama kurang dari 10 menit. SSP
normal dan tidak ada tanda-tanda defisit neorologis pada saat serangan telah menghilang.
Sekitar sepertiga akan mengalami kejang demam kembali jika terjadi demam, tetapi sangat
jarang yang mengalami kejang setelah usia 6 tahun. Kejang yang lama, fokal, atau berulang,
atau gambaran EEG abnormal 2 minggu setelah kejang, menunjukkan diagnosis epilepsi.
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MD
Umur : 2 Tahun 3 Bulan
Alamat : BTN Lagarutu
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Panas dan kejang
terusan hingga malam hari. Kejang mulai pada malam hari, lama kejang 5-10 menit,
kejang satu badan, ini merupakan kejang yang pertama, kejang berhenti sendiri dan
setelah kejang pasien sadar namun lemas. Pasien tidak mengeluhkan sakit kepala dan
pusing. Pasien juga mengeluhkan batuk dan flu sejak 3 hari yang lalu, batuk diesertai
dengan lendir. Pasien tidak mengeluhkan sesak. Nafsu makan menurun. Sakit perut
serta gangguan pada BAB dan BAK tidak dikeluhkan oleh pasien.
Keadaan Umum
Keadaan Umum : Sakit sedang BB : 10 kg
Tingkat Kesadaran : Compos mentis TB : 82 cm
Status Gizi : Baik
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Denyut Nadi : 122 x/menit
Suhu : 39 C
Pernapasan : 38 x/menit
Kepala Leher
- Normocephali,
- Konjungtiva anemis (-/-),
- Sklera ikterik (-/-),
- Rhinorrhea (+/+),
- Sianosis (-),
- Tonsil T1/T1
- Faring hiperemis (+)
- Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Thoraks
Paru : Jantung :
- Ekspansi dada simetris kiri-kanan - Bunyi jantung I-II murni, reguler
- Retraksi dinding dada (-/-) - Murmur (-)
- Nyeri tekan (-/-) - Gallop (-)
- Bunyi paru : bronkovesikuler
- Bunyi tambahan : ronkhi (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
- Datar dan lemas
- Distensi (-)
- Peristaltik (+) kesan normal
- Nyeri tekan (-)
- Organomegali (-)
Ekstremitas
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab. Darah Rutin
WBC = 12.8 x 109/L Hb = 12,4 g/dL
HCT = 38.4 % PLT = 297 x 109/L
VI. DIAGNOSIS
Kejang Demam Sederhana + ISPA
VII. TERAPI
- IVFD RL 10 gtt/menit
- Paracetamol Syr 4 x 1 Cth
- Stesolid Syr 3 x Cth
FOLLOW UP
02/03/2013
S : Panas (-), kejang (-), batuk (+), sesak (-)
O : Faring hiperemis (+)
N : 104 x/m
S : 36,8C
R : 32 x/m
A : ISPA
P : IVFD RL 10 gtt/menit
Paracetamol syr 4 x 1 Cth
Cefadroxil syr 2 x 1 Cth
Stesolid syr 3 x Cth
DISKUSI
Diagnosis klinis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
Kejang demam adalah suatu kejang yang terjadi pada usia antara 3 bulan hingga 5
tahun yang berkaitan dengan dengan demam, namun tanpa adanya tanda tanda infeksi
intrakranial atau penyebab yang jelas. Bangkitan kejang terjadi biasanya oleh karena
kenaikan suhu rektal lebih dari 38C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
sederhana dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Digunakan kriteria Livingston untuk
menunjukkan kelainan
7. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria
Pada kasus ini, pasien memiliki riwayat kejang pertama kali pada usia 8 bulan setelah
panas tinggi kemudian pasien masuk dengan keluhan panas tadi malam kemudian diikuti
kejang yang berlangsung < 10 menit. Saat ini usia pasien adalah 1 tahun 1 bulan. Dalam hal
ini, pasien memenuhi lebih dari satu kriteria Livingston, yaitu umur anak ketika kejang
antara 6 bulan 4 tahun dan lama kejang tidak lebih dari 15 menit. Olehnya itu, dapat
Faktor yang terpenting pada kejang demam ialah demam, umur, genetik, prenatal, dan
perinatal. Demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu
yang paling tinggi, kadang- kadang demam yang tidak begitu tinggi sudah dapat
menyebabkan kejang. Bila kejang terjadi pada demam yang tidak begitu tinggi, anak
mempunyai resiko untuk kejang berulang. Pada kasus ini, dapat disimpulkan bahwa kejang
demam yang diderita oleh pasien disebabkan oleh karena adanya infeksi salauran pernapasan
atas, yaitu rhinofaringitis. Hal ini didukung oleh adanya temuan klinis fokus infeksi berupa
rhinorrhea dan faring hiperemis yang didukung oleh peningkatan jumlah leukosit (13.3 x
Infeksi susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan cairan
serebrospinal. Pada kasus ini tidak ditemukan adanya tanda rangsangan meningeal yang
dibuktikan dengan hasil negatif pada pemeriksaan kaku kuduk, Brudzinski I, Brudzinski II,
dan Tanda Kernig. Sehingga pada kasus ini kausa infeksi susunan saraf pusat dapat
Pada tata laksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu :
intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-
lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Dosis diazepam
intrarektal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB atau sebanyak 5 mg pada anak dengan berat badan <
diperlukan pemberian antibiotik yang sesuai. Pada kasus ini diberikan antibiotik golongan
diberikan secara oral dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis pada waktu
pasien demam.
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak
Soetomenggolo TS & Ismail S,1999, Buku Ajar Neurologi Anak, Ikatan Dokter Indonesia,
Jakarta.
Mansjoer A, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2, edisi ketiga, Media
Aesculapius, FK UI, Jakarta.