Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Kejang merupakan hasil dari pelepasan aktivitas listrik paroksismal abnormal oleh

neuron otak. Istilah kejang, fit, dan konvulsi dapat dipertukarkan. Kejang sering terjadi pada

anak : 6% anak mengalami kejang pada usia 11 tahun.

Kejangg demam adalah suatu kejang yang tejadi pada usia antar 3 bulan hingga 5

tahun yang berkaitan dengan demam dengan penyebab ekstrakranial. Empat persen anak-

anak pra sekolah pernah mengalami kejang; selama ini yang paling sering ditemui adalah

kejang demam. Sering terdapat riwayat serangan kejang demam pada anggota keluarga yang

lain.

Kejang ini ditimbulkan oleh demam dan cenderung muncul pada saat awal-awal

demam. Penyebab yang paling sering adalah infeksi saluran pernapasan atas. Kejang ini

merupakan kejang umum dengan pergerakan klonik selama kurang dari 10 menit. SSP

normal dan tidak ada tanda-tanda defisit neorologis pada saat serangan telah menghilang.

Sekitar sepertiga akan mengalami kejang demam kembali jika terjadi demam, tetapi sangat

jarang yang mengalami kejang setelah usia 6 tahun. Kejang yang lama, fokal, atau berulang,

atau gambaran EEG abnormal 2 minggu setelah kejang, menunjukkan diagnosis epilepsi.
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MD
Umur : 2 Tahun 3 Bulan
Alamat : BTN Lagarutu
Agama : Islam

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama
Panas dan kejang

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan panas sejak kemarin sore, panas terus-

terusan hingga malam hari. Kejang mulai pada malam hari, lama kejang 5-10 menit,

kejang satu badan, ini merupakan kejang yang pertama, kejang berhenti sendiri dan

setelah kejang pasien sadar namun lemas. Pasien tidak mengeluhkan sakit kepala dan

pusing. Pasien juga mengeluhkan batuk dan flu sejak 3 hari yang lalu, batuk diesertai

dengan lendir. Pasien tidak mengeluhkan sesak. Nafsu makan menurun. Sakit perut

serta gangguan pada BAB dan BAK tidak dikeluhkan oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien biasa panas namun tidak ada riwayat kejang jika sedang demam

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada
III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
Keadaan Umum : Sakit sedang BB : 10 kg
Tingkat Kesadaran : Compos mentis TB : 82 cm
Status Gizi : Baik

Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Denyut Nadi : 122 x/menit
Suhu : 39 C
Pernapasan : 38 x/menit

Kepala Leher
- Normocephali,
- Konjungtiva anemis (-/-),
- Sklera ikterik (-/-),
- Rhinorrhea (+/+),
- Sianosis (-),
- Tonsil T1/T1
- Faring hiperemis (+)
- Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)

Thoraks

Paru : Jantung :
- Ekspansi dada simetris kiri-kanan - Bunyi jantung I-II murni, reguler
- Retraksi dinding dada (-/-) - Murmur (-)
- Nyeri tekan (-/-) - Gallop (-)
- Bunyi paru : bronkovesikuler
- Bunyi tambahan : ronkhi (+/+),
wheezing (-/-)

Abdomen
- Datar dan lemas
- Distensi (-)
- Peristaltik (+) kesan normal
- Nyeri tekan (-)
- Organomegali (-)

Ekstremitas

- Akral hangat (+/+)


- Rumple leede (-)

IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGI


- Kaku kuduk (-) - Brudzinski I (-)
- Brudzinski I (-) - Tanda kernig (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab. Darah Rutin
WBC = 12.8 x 109/L Hb = 12,4 g/dL
HCT = 38.4 % PLT = 297 x 109/L
VI. DIAGNOSIS
Kejang Demam Sederhana + ISPA

VII. TERAPI
- IVFD RL 10 gtt/menit
- Paracetamol Syr 4 x 1 Cth
- Stesolid Syr 3 x Cth

FOLLOW UP
02/03/2013
S : Panas (-), kejang (-), batuk (+), sesak (-)
O : Faring hiperemis (+)
N : 104 x/m
S : 36,8C
R : 32 x/m
A : ISPA
P : IVFD RL 10 gtt/menit
Paracetamol syr 4 x 1 Cth
Cefadroxil syr 2 x 1 Cth
Stesolid syr 3 x Cth

DISKUSI

Diagnosis klinis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang.

Kejang demam adalah suatu kejang yang terjadi pada usia antara 3 bulan hingga 5

tahun yang berkaitan dengan dengan demam, namun tanpa adanya tanda tanda infeksi
intrakranial atau penyebab yang jelas. Bangkitan kejang terjadi biasanya oleh karena

kenaikan suhu rektal lebih dari 38C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam

sederhana dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Digunakan kriteria Livingston untuk

membuat diagnosis kejang demam sederhana sebagai berikut :

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 4 tahun


2. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak

menunjukkan kelainan
7. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria

tersebut digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam.

Pada kasus ini, pasien memiliki riwayat kejang pertama kali pada usia 8 bulan setelah

panas tinggi kemudian pasien masuk dengan keluhan panas tadi malam kemudian diikuti

kejang yang berlangsung < 10 menit. Saat ini usia pasien adalah 1 tahun 1 bulan. Dalam hal

ini, pasien memenuhi lebih dari satu kriteria Livingston, yaitu umur anak ketika kejang

antara 6 bulan 4 tahun dan lama kejang tidak lebih dari 15 menit. Olehnya itu, dapat

disimpulkan bahwa pasien menderita kejang demam sederhana.

Faktor yang terpenting pada kejang demam ialah demam, umur, genetik, prenatal, dan

perinatal. Demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,

pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu

yang paling tinggi, kadang- kadang demam yang tidak begitu tinggi sudah dapat

menyebabkan kejang. Bila kejang terjadi pada demam yang tidak begitu tinggi, anak

mempunyai resiko untuk kejang berulang. Pada kasus ini, dapat disimpulkan bahwa kejang

demam yang diderita oleh pasien disebabkan oleh karena adanya infeksi salauran pernapasan
atas, yaitu rhinofaringitis. Hal ini didukung oleh adanya temuan klinis fokus infeksi berupa

rhinorrhea dan faring hiperemis yang didukung oleh peningkatan jumlah leukosit (13.3 x

109/L) pada pemeriksaan darah rutin.

Infeksi susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan cairan

serebrospinal. Pada kasus ini tidak ditemukan adanya tanda rangsangan meningeal yang

dibuktikan dengan hasil negatif pada pemeriksaan kaku kuduk, Brudzinski I, Brudzinski II,

dan Tanda Kernig. Sehingga pada kasus ini kausa infeksi susunan saraf pusat dapat

disingkirkan, walupun pemeriksaan cairan serebrospinal tidak dilakukan karena tidak

teradapat indikasi mutlak untuk melakukan lumbal pungsi.

Pada tata laksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu :

1. Pengobatan fase akut


Pada fase ini pemberian diazepam adalah pilihan utama dengan pemberian secara

intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-

lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Dosis diazepam

intrarektal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB atau sebanyak 5 mg pada anak dengan berat badan <

10 kg dan 10 mg pada anak dengan berat badan > 10 kg


2. Mencari dan mengobati penyebab
Pada kasus ini ISPA atas dapat menjadi penyebab dari kejang demam, sehingga

diperlukan pemberian antibiotik yang sesuai. Pada kasus ini diberikan antibiotik golongan

Sefalosporin generasi I yaitu Cefadroksil (Cefat Forte) dengan dosis 25 mg 50 mg

kgBB/hari yang dibagi dalam 2 dosis.


3. Profilaksis Intermitten
Antikonvulsan hanya diberikan kepada pasien jika mengalami demam. Diazepam dapat

diberikan secara oral dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis pada waktu

pasien demam.
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak

menyebabkan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 25-50%, umumnya

terjadi pada 6 bula pertama. Risiko untuk mendaptkan epilepsi rendah.


DAFTAR PUSTAKA

Soetomenggolo TS & Ismail S,1999, Buku Ajar Neurologi Anak, Ikatan Dokter Indonesia,
Jakarta.

Mansjoer A, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2, edisi ketiga, Media
Aesculapius, FK UI, Jakarta.

Meadow R & Newell S, 2005, Lecture Notes Pediatrika, EMS, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai