Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

KESULITAN MAKAN
PADA ANAK CEREBRAL PALSY
NAMA : ANDI NUR ARDIAH RAHMAN
NO. STAMBUK : N 111 15 006
PEMBIMBING : DR. EFFENDY SALIM, SP.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2016
BAB I PENDAHULUAN
makan
Upaya memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan metabolisme
berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup, mempertahankan kesehatan dan untuk pertumbuhan dan
perkembangan.

Kesulitan makan gejala ketidakmampuan secara wajar dalam memenuhi kebutuhan zat gizi.
penerimaan makanan yang tidak/kurang memuaskan,
makan tidak mau ditelan,
makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan,
penolakan atau melawan pada waktu makan,
kebiasaan makan makanan yang aneh (pika),
hanya mau makan jenis tertentu saja,
cepat bosan terhadap makanan yang disajikan,
kelambatan dalam tingkat keterampilan makan,
dan keluhan lain.

25% anak-anak normal dan 80% anak-anak dengan gangguan perkembangan dilaporkan mempunyai masalah kesulitan makan.
Salah satu gangguan perkembangan pada anak yang berakibat pada kesulitan makan, mempengaruhi tumbuh kembang
anak dan sering dijumpai adalah palsi serebralis atau cerebral palsy (CP).
Pada anak-anak dengan palsi serebralis, terjadi gangguan motoric, mengakibatkan
gangguan pemberian makanan
gangguan mengunyah
tidak dapat menelan
refleks menjadi hiperaktif
ketidakmampuan untuk mengontrol saat makan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CEREBRAL PALSY/PALSI SEREBRALIS (CP)


A. DEFINISI PALSI SEREBRALIS

CEREBRAL
PALSY Istilah cerebral kedua belahan otak, atau hemisphere
palsy bermacam penyakit yang mengenai pusat
pengendalian pergerakan tubuh.

penyakit tersebut tidak disebabkan oleh masalah pada otot


atau jaringan saraf tepi, melainkan terjadi perkembangan
yang salah atau kerusakan pada area motorik otak yang
akan mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol
pergerakan dan postur secara adekuat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CEREBRAL PALSY/PALSI SEREBRALIS (CP)
B. EPIDEMIOLOGI

Insidensinya bervariasi
diperkirakan terjadi pada
2-3 setiap 1000 kelahiran
Palsi serebralis hidup.
adalah salah
satu penyebab
disabilitas yang Tahun 2003 di Amerika
paling sering
pada anak-anak. Serikat 20% dari anak-
anak dengan Palsi
serebralis menderita gizi
buruk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CEREBRAL PALSY/PALSI SEREBRALIS (CP)
C. ETIOLOGI PALSI SEREBRALIS
Prenatal
infeksi intrauterin (TORCH, herpes virus dan sifilis)
radiasi, trauma
asfiksia intrauterin (abrupsio plasenta, plasenta previa, anoksia maternal, kelainan umbilikus, perdarahan plasenta, ibu
hipertensi, dan lian-lain)
toksemia gravidarum
DIC oleh karena kematian prenatal pada salah satu bayi kembar
faktor metabolik (hipotiroid sejak fetus)
malformasi otak kongenital.
Perinatal
anoksia/hipoksia,
perdarahan otak,
trauma (disproporsi sefalopelvik, sectio caesaria),
prematuritas,
hiperbilirubinemia,
bayi kembar.
Postnatal
trauma kepala
infeksi (meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan),
anoksia tumor otak,
cerebrovascular accidents (anomali, emboli, trombosis).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CEREBRAL PALSY/PALSI SEREBRALIS (CP)
D. KLASIFIKASI PALSI SEREBRALIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CEREBRAL PALSY/PALSI SEREBRALIS (CP)
E. MASALAH UTAMA PENDERITA PALSI SEREBRALIS

Kelemahan dalam mengendalikan otot tenggorokan, mulut, dan


lidah akan menyebabkan anak tampak selalu berliur.

Kesulitan makan dan menelan, yang dipicu oleh masalah motorik


pada mulut, dapat menyebabkan gangguan nutrisi yang berat

Inkontinensia urin
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 KESULITAN MAKAN PADA ANAK

Pada anak-anak dengan palsi serebralis, terjadi gangguan motorik:


* Terjadi kekakuan otot yang secara permanen akan menjadi kontraktur
* Terjadi gerakan abnormal
* Gangguan koordinasi otot bicara (disartria)
* Gangguan keseimbangan dan persepsi dalam.

Gangguan motorik tersebut mengakibatkan gangguan pemberian makanan,


gangguan mengunyah, tidak dapat menelan, refleks menjadi hiperaktif, dan
ketidakmampuan untuk mengontrol saat makan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 KESULITAN MAKAN PADA ANAK
Keluhan yang biasa
A. DEFINISI disampaikan diantaranya:

Penerimaan makanan yang


tidak atau kurang
memuaskan.
Kesulitan makan jika anak tidak mau atau Makan tidak mau ditelan.
menolak untuk makan atau mengalami Makan terlalu sedikit atau
kesulitan mengkomsumsi makanan atau tidak nafsu makan.
minuman dengan jenis dan jumlah sesuai Penolakan atau melawan
pada waktu makan.
usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), Kebiasaan makan makanan
yaitu membuka mulutnya tanpa paksaan, yang aneh (pika).
menguyah, menelan hingga sampai terserap Hanya mau makan jenis
di pencernaan secara baik tanpa paksaan dan tertentu saja.
tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Cepat bosan terhadap
makanan yang disajikan.
Kelambatan dalam tingkat
keterampilan makan.
Dan keluhan lain.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 KESULITAN MAKAN PADA ANAK
B. EPIDEMIOLOGI

Sekitar 25% anak-anak normal dan 80%


anak-anak dengan gangguan
perkembangan dilaporkan mempunyai
masalah kesulitan makan. Selain itu, 1-2%
bayi dilaporkan mempunyai masalah
kesulitan makan serius yang berhubungan
dengan gangguan perkembangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 KESULITAN MAKAN PADA ANAK
C. MANIFESTASI KLINIS

memuntahkan atau menyemburkan makanan yang sudah masuk dimulut

makan berlama-lama dan memainkan makanan

sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat

memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua

tidak menyukai banyak variasi makanan atau suka pilih-pilih makan; dan kebiasaan makan yang aneh dan
ganjil.

komplikasi yang bisa ditimbulkan pada anak dengan kesulitan makan adalah gangguan asupan gizi seperti
kekurangan kalori, protein, vitamin, mineral, dan anemia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 KESULITAN MAKAN PADA ANAK
D. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Kelainan/penyakit gigi geligi dan unsur lain di rongga mulut
Kesulitan makan pada Kelainan bawaan: labioschizis, labiognatoschizis,
anak dibedakan menjadi 3 labiognatopalatoschizis, makroglossi, dll.
faktor: Penyakit infeksi: stomatitis, gingivitis, tonsillitis.
Penyakit neuromuskuler: paresis, paralisis.
Kelainan/penyakit pada bagian lain saluran cerna
hilang nafsu makan, Kelainan bawaan: atresia esophagus, achalasia, penyakit Hirschpung,
dll.
Penyakit infeksi: akut/kronis.
gangguan proses Diare akut, diare kronis, cacingan.
makanan dimulut Penyakit infeksi pada umumnya
(kelainan organik) Akut : infeksi saluran pernafasan.
Kronis : tuberculosis paru (ekstraparu), malaria.
Penyakit/kelainan non infeksi
pengaruh psikologis.
Penyakit bawaan diluar rongga mulut dan saluran cerna seperti.
Penyakit jantung bawaan, sindroma Down, cerebral palsy, penyakit
keganasan, dll.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 KESULITAN MAKAN PADA ANAK
D. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Anak dengan cerebral palsy sering mengalami gangguan makan dan kesulitan menelan (disfagia) sehingga
meningkatkan kemungkinan risiko aspirasi pada sistem pulmoner apabila diberikan makanan secara oral.
Gangguan pada cerebral palsy terkait dengan gangguan sensorimotor, keterbatasan fungsi motorik kasar
dan halus dan defisit kognitif.
Manifestasi gastrointestinal sulit menelan, regurgitasi, nyeri abdomen, aspirasi pulmoner kronik dan
konstipasi kronik.
Disfagia orofaringeal merupakan salah satu masalah yang paling sering (93%) terjadi pada kasus cerebral
palsy yang menyebabkan terjadinya intake makanan/hidrasi yang tidak adekuat secara oral.
Disfagia orofaringeal dapat ditandai dengan masalah di beberapa atau disemua fase menelan (deglutisi),
baik pada fase oral, fase faringeal maupun fase esophageal, meliputi gangguan penutupan oleh mulut,
gangguan fungsi lidah, gangguan daya dorong lidah, keterlambatan inisiasi menelan dan penurunan
motilitas faring dan hipersalivasi.
Disfagia orofaringeal terkait dengan lamanya durasi waktu saat makan, gagal tumbuh dan status nutrisi
serta konsekuensi pada sistem respirasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 KESULITAN MAKAN PADA ANAK
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kesulitan makan dapat mencakup 3
aspek yaitu:

Identifikasi faktor Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Pada keadaan yang berat
penyebab mungkin penyebabnya tidak hanya satu faktor (multi faktorial).
Evaluasi tentang faktor dan Wawancara yang cermat, pemeriksaan fisik khusus untuk menilai status gizi,
dampak nutrisi pemeriksaan penunjang bila diperlukan, pemeriksaan kejiwaan bila diperlukan.
Melakukan upaya nutrisi , memilih alternatif tentang cara pemberian gizi, memilih alternatif bentuk
perbaikan sediaan gizi
Evaluasi/pengkajian respons
Upaya mengobati faktor-faktor penyebab
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 KESULITAN MAKAN PADA ANAK
E. PENATALAKSANAAN
Pedoman makan sebagai berikut:
Untuk memacu rasa lapar yang lebih kuat, orangtua dianjurkan untuk memberi makan anak dalam interval waktu
34 jam dan tidak memberikan makanan kecil, susu, atau jus diantara waktu makan.
Orangtua sebaiknya memberikan makan pada anak dalam porsi kecil untuk mencegah anak menjadi bosan.

Orangtua dianjurkan untuk menjaga anak tetap tinggal di kursi makan hingga acara makan berakhir.

Waktu makan sebaiknya tidak melebihi 20 hingga 30 menit.

Orangtua sebaiknya tidak memuji atau mengkritik anak mengenai jumlah makanan yang dimakan.
Selama waktu makan, sebaiknya tidak ada mainan atau tayangan televisi yang dapat mengalihkan perhatian anak.
Makanan sebaiknya tidak digunakan sebagai hadiah atau sebagai ekspresi kasih sayang orangtua.
Sebaiknya anak tidak diperbolehkan melempar-lempar makanan atau alat makan serta bermain dengan makanan.
Pada anak yang lebih besar, dijaga agar kembali fokus ke makanan apabila sebelumnya teralihkan oleh
pembicaraan saat makan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 KESULITAN MAKAN PADA ANAK
F. PROGNOSIS

Keberhasilan mengatasi masalah kesulitan makan juga


tergantung kepada keberhasilan upaya mengobati atau
melenyapkan faktor penyebab baik faktor organik maupun
faktor psikologis/gangguan kejiwaan.
BAB III
KESIMPULAN
* Palsi serebralis adalah terminologi yang digunakan untuk mendeskripsikan kelompok penyakit kronik yang
mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak pada beberapa tahun pertama
kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya.
* Pada anak-anak dengan palsi serebralis, terjadi gangguan motoric. Gangguan motorik tersebut mengakibatkan
gangguan pemberian makanan, gangguan mengunyah, tidak dapat menelan, refleks menjadi hiperaktif, dan
ketidakmampuan untuk mengontrol saat makan. Gangguan ini memiliki efek yang signifikan terhadap
pertumbuhan, perkembangan dan status gizi.
* Kesulitan makan merupakan gejala ketidak mampuan secara wajar dalam memenuhi kebutuhan zat gizi.
* Penyebab kesulitan makan mungkin suatu penyakit tetapi mungkin juga banyak faktor yang terlibat.
* Kesulitan makan pada penderita palsi serebralis dapat mengalami kekurangan gizi bahkan menderita gizi buruk.
Gizi yang buruk, pada akhirnya membuat anak rentan terhadap infeksi, dan menyebabkan gagal tumbuh
* Perlu dilakukan upaya gizi yang sesuai untuk memperbaiki dampak kesulitan makan terhadap gangguan tumbuh
kembang dan gangguan gizi.
* Perlu dilakukan upaya melenyapkan/mengobati penyebabnya dan diperlukan pendekatan multi disiplin.
TERIMA KASIH
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai