Bayi laki-laki lahir SC a/i presentasi letak kepala + ketuban pecah dini, air
ketuban jernih tidak bercampur meconium. Bayi laki-laki tersebut masuk dalam
kategori bayi besar dimana berat bayi lahir 3600 gram, panjang bayi lahir 47 cm,
ballard score total 38 dengan estimasi usia gestasi 38-40 minggu. Bayi lahir
langsung menangis dengan Apgard Score: 7/8. Tali pusat baik, anus (+), pallatum
(+), reflex (+), tonus otot (+) baik, sesak (-), merintih (-), hipotermi (-), kelainan
kongenital (-).
1
Sistem Pernapasan
- Sianosis : (-)
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi dinding dada : (-)
- Pergerakan dinding dada : Simetris bilateral
- Pernapasan cuping hidung : (-)
- Stridor : (-)
- Bunyi Pernapasan : Bronchovesikuler (+/+)
- Bunyi Tambahan : Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
Sistem Kardiovaskuler
- Bunyi Jantung : Bunyi jantung I dan II Murni reguler
- Bunyi Tambahan : (-)
Sistem Hematologi
- Pucat : (-)
- Ikterus : (-)
Sistem Gastrointestinal
- Kelainan dinding abdomen : (-)
- Muntah : (-)
- Diare : (-)
- Organomegali : (-)
- Bisisng Usus : (+) Kesan Normal
- Umbilikus
Keluaran : (-)
Warna kemerahan : (+)
Edema : (-)
Sistem Saraf
- Aktivitas : Bayi aktif
- Kesadaran : Compos Mentis
- Fontanela : Datar
2
- Sutura : Belum menyatu
- Refleks Cahaya : (+)
- Kejang : (-)
Sistem Genitalia
- Anus imperforata :-
- Laki-laki
Hipospadia : (-)
Hidrokel : (-)
Hernia : (-)
Testis : (+)
Mikropenis : (-)
Pemeriksaan Lain
- Ekstremitas : Lengkap
- Turgor : baik
- Tulang Belakang : Normal
- Kelainan Kongenital : (-)
- Trauma Lahir : (-)
3
Besar masa kehamilan berdasarkan berat badan dan masa kehamilan pada kurva
Lubchenco
4
A. DEFINISI
presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian
tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah.
subkutan dan ekstra periostal dengan batas yang tidak jelas. Kelainan ini
serum dari pembuluh darah. Kelainan ini disebabkan oleh tekanan bagian
melewati garis tengah dan sutura serta berhubungan dengan moulding tulang
Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala
bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan
edema di kulit kepala pada bagian presentasi kepala. Dapat mengenai area
kepala secara luas, atau hanya sebesar telur itik, pembengkakan dapat mencapai
garis sutura dan edema ini secara bertahap diabsorpsi dan menghilang dlam 3
hari. [1]
5
Caput succedaneum adalah benjolan atau pembengkakan karena adanya
timbunan getah bening dikepala (pada presentase kepala) yang terjadi pada bayi
pada presentase kepala pada waktu bayi lahir. Caput succedaneum merupakan
pembengkakan lokal pada presenting part yang dapat melewati garis sutura,
biasanya keadaan ini akan menghilang dalam waktu sekitar 3 hari. Caput
succedaneum adalah oedama dari kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan
B. EPIDEMIOLOGI
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ekiz dkk tahun 2013 secara
keseluruhan terdapat 642 (52%) bayi yang baru lahir adalah laki-laki dan 592
(48%) adalah perempuan. Biasanya, 831 bayi baru lahir (67,3%) memiliki
Paling sedikit satu lesi kulit seperti caput succedaneum, neonatal transien
melanosis pustular dan sianosis muncul terutama pada bayi yang lahir melalui
vagina. Namun, caput succedaneum itu secara signifikan lebih tinggi pada bayi
C. ETIOLOGI
Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala
pada saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan
Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vacum
eksrtaksi. Kelainan pada Caput succedaneum timbul akibat tekanan yang keras
pada kepala ketika memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi
6
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh kejaringan ekstra vasa. [2]
succedaneum yaitu:
b. Partus lama
tekanan pada jalan lahir yang teralu lama, menyebabkan pembuluh darah
vena tertutup, tekanan dalam capilair venus meninggi hingga cairan masuk
terendah. [3]
Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat
adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat
penyedot vakum yang digunakan proses persalinan yang panjang dan sulit.
Faktor predisposisi
b. Persalinan lama
c. Kelahiran sungsang
d. Distosia
e. Macrosomia
f. Presentasi muka
7
g. Disproporsi sefalopelvic[1]
D. MANIFESTASI KLINIS
Udema dikepala
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik atau korelasi, yang
ditemukan antara ketebalan caput succedaneum dan: posisi kepala janin, mode
pengiriman, durasi tahap kedua, lingkar kepala, atau hasil neonatal. [4]
E. PATOFISIOLOGI
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki
jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan
8
dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah
sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi
lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe di
berisi cairan serum dan sedikit bercampur dengan darah, benjolan tersebut dapat
sutura pada saat proses kelahiran sebagai upaya bayi untuk mengecilkan
lingkaran kepala agar dapat melewati jalan lahir, pada umumnya molase ini di
temukan pada sutura sagitalis dan terlihat setelah bayi lahir dan akan
menghilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 hari. Kelainan ini biasanya
terjadi pada presentasi kepala, pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai
akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah, kelainan ini disebabkan oleh
F. PENATALAKSANAAN
subkutan dan ekstraperiosteal dengan batas yang tidak jelas. Kelainan ini
biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian mana yang
serum dari pembuluh darah. Kelainan ini disebabkan oleh tekanan bagian
9
terbawah janin saat melawan dilatasi serviks. Caput succedaneum menyebar
melewati garis tengah dan sutura serta berhubungan dengan moulding tulang
observasi. [5]
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak
Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa
pemberian ASI yang adekuat dan teratur. Bayi jangan sering diangkat karena
dapat memperluas daerah edema kepala Atur posisi tidur bayi tanpa
Caput succedaneum merupakan salah satu bentuk trauma lahir pada kepala.
dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps), presentasi muka dan kelainan letak
lintang. Trauma ini dapat menghilang dengan sendirinya 2-4 hari, sehingga
menghilang setelah 2-5 hari. Tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak
10
dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering
pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi
3. Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang
cukup
4. Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik
benjolan
G. PROGNOSIS
tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa
hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat
11
pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ek-tensif mungkin
kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan
adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Diouf dkk : Jurnal Of Neonatal and Pediatric Medicine. Vol. 3. Issue. 1, Maret
2017.
Kosim M.S., Yunato A., Dewi R., Sarosa G.I., dan Usman A., 2008. Buku Ajar
Neonatologi. ed I. pp: 127-137. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2. Tim Paket Pelatihan Klinik PONED. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta. 2008
3. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan Penerbit
IDAI
4. Behrman, Kliegman & Arvin., 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I, ed 15.
pp: 589-598. Jakarta. EGC
5. Rahajoe N.S., Supriatno B., 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. ed
I. pp: 286-90. Jakarta. Badan Penerbit IDAI.
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI., 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jilid 3. pp: 1124-5. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
13