Anda di halaman 1dari 14

TUTORIAL APRIL 2019

“By aterm + caput succadeneum”

Nama : Helmy F.S. DJ. Ahmad


No. Stambuk :N 111 18 026
Pembimbing :dr. Suldiah, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2019
LAPORAN KASUS

Bayi laki-laki lahir SC a/i presentasi letak kepala + ketuban pecah dini, air
ketuban jernih tidak bercampur meconium. Bayi laki-laki tersebut masuk dalam
kategori bayi besar dimana berat bayi lahir 3600 gram, panjang bayi lahir 47 cm,
ballard score total 38 dengan estimasi usia gestasi 38-40 minggu. Bayi lahir
langsung menangis dengan Apgard Score: 7/8. Tali pusat baik, anus (+), pallatum
(+), reflex (+), tonus otot (+) baik, sesak (-), merintih (-), hipotermi (-), kelainan
kongenital (-).

Riwayat maternal ibu G2A0P1. Ibunya pernah hamil dan melahirkan


seorang anak perempuan dalam keadaan sehat dengan berat bayi lahir 3000gram
dan panjang bayi lahir 43 cm. Sebelumnya ibu bayi melahirkan dengan cara SC a/I
ketuban pecah dini + letak sungsang. Selama kehamilan pertama hingga yang
kedua, ibu bayi tidak pernah mengalami trauma atau infeksi selama masa
kehamilan. Ibu bayi rutin memeriksa kehamilannya di puskesmas pada trimester 1
sebanyak 2x, trimester 2 sebanyak 3x, dan trimester 3 sebanyak 3x. Saat
pemeriksaan menggunakan USG ibu bayi mengetahui bahwa bayinya tidak dapat
lahir normal karena letak kepala bayi tidak berada pada jalan lahirnya, sehingga
dokter kandungan menyarankan agar sang ibu untuk melakukan SC. Selama masa
kehamilan, ibu pasien mengaku sering tidak mengontrol makanan yang ingin
dimakannya, sehingga berat ibu pasien naik sebanyak 20kg. ibu pasien juga tidak
mengontrol jenis makanan yang masuk.

Keadaan bayi didapatkan tanda vital (Denyut jantung: 120x/menit,,


pernapasan: 48x/m, suhu: 37,0OC, Capillary Refill Time: < 2 detik, BBL: 3600
gram, PBL: 47 cm, LK: 34,5 cm, LP: 33 cm, LLA: 11 cm. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kepala normocephal dengan trauma berupa caput succadeneum, mata
isokor (+/+) anemis (-/-) icterus(-/-), hidung rhinorrhea (-), mulut pucat (-), tonus
otot (+) baik.

1
 Sistem Pernapasan
- Sianosis : (-)
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi dinding dada : (-)
- Pergerakan dinding dada : Simetris bilateral
- Pernapasan cuping hidung : (-)
- Stridor : (-)
- Bunyi Pernapasan : Bronchovesikuler (+/+)
- Bunyi Tambahan : Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)

 Sistem Kardiovaskuler
- Bunyi Jantung : Bunyi jantung I dan II Murni reguler
- Bunyi Tambahan : (-)
 Sistem Hematologi
- Pucat : (-)
- Ikterus : (-)
 Sistem Gastrointestinal
- Kelainan dinding abdomen : (-)
- Muntah : (-)
- Diare : (-)
- Organomegali : (-)
- Bisisng Usus : (+) Kesan Normal
- Umbilikus
 Keluaran : (-)
 Warna kemerahan : (+)
 Edema : (-)
 Sistem Saraf
- Aktivitas : Bayi aktif
- Kesadaran : Compos Mentis
- Fontanela : Datar

2
- Sutura : Belum menyatu
- Refleks Cahaya : (+)
- Kejang : (-)
 Sistem Genitalia
- Anus imperforata :-
- Laki-laki
 Hipospadia : (-)
 Hidrokel : (-)
 Hernia : (-)
 Testis : (+)
 Mikropenis : (-)
 Pemeriksaan Lain
- Ekstremitas : Lengkap
- Turgor : baik
- Tulang Belakang : Normal
- Kelainan Kongenital : (-)
- Trauma Lahir : (-)

3
Besar masa kehamilan berdasarkan berat badan dan masa kehamilan pada kurva
Lubchenco

4
A. DEFINISI

Caput Succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala

tertekan leher rahim Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada

presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian

tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah.

Caput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya

menghilang setelah 2-5 hari. [1]

Caput succedaneum merupakan penumpukan cairan serosa-nguineous,

subkutan dan ekstra periostal dengan batas yang tidak jelas. Kelainan ini

biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang

bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran

serum dari pembuluh darah. Kelainan ini disebabkan oleh tekanan bagian

terbawah janin saat melawan dilatasi servix. Caput succedaneum menyebar

melewati garis tengah dan sutura serta berhubungan dengan moulding tulang

kepala. Caput succedaneum biasanya tidak menimbulkan komplikasi dan akan

menghilang dalam beberapa hari setelah kelahiran. [1]

Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala

bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan

tindakan vakum ekstraksi.Caput succedaneum bermanifestasi dengan adanya

edema di kulit kepala pada bagian presentasi kepala. Dapat mengenai area

kepala secara luas, atau hanya sebesar telur itik, pembengkakan dapat mencapai

garis sutura dan edema ini secara bertahap diabsorpsi dan menghilang dlam 3

hari. [1]

5
Caput succedaneum adalah benjolan atau pembengkakan karena adanya

timbunan getah bening dikepala (pada presentase kepala) yang terjadi pada bayi

lahir. Caput succedaneum merupakan benjolan yang difus dikepala terletak

pada presentase kepala pada waktu bayi lahir. Caput succedaneum merupakan

pembengkakan lokal pada presenting part yang dapat melewati garis sutura,

biasanya keadaan ini akan menghilang dalam waktu sekitar 3 hari. Caput

succedaneum adalah oedama dari kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan

dari jalan lahir kepada kepala anak. [1]

B. EPIDEMIOLOGI

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ekiz dkk tahun 2013 secara

keseluruhan terdapat 642 (52%) bayi yang baru lahir adalah laki-laki dan 592

(48%) adalah perempuan. Biasanya, 831 bayi baru lahir (67,3%) memiliki

Paling sedikit satu lesi kulit seperti caput succedaneum, neonatal transien

melanosis pustular dan sianosis muncul terutama pada bayi yang lahir melalui

vagina. Namun, caput succedaneum itu secara signifikan lebih tinggi pada bayi

yang baru lahir dari ibu primipara. [1]

C. ETIOLOGI

Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala

pada saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan

limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh kejaringan ekstravaskuler.

Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vacum

eksrtaksi. Kelainan pada Caput succedaneum timbul akibat tekanan yang keras

pada kepala ketika memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi

6
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh kejaringan ekstra vasa. [2]

Menurut Arief ZR dan Sari terdapat beberapa etiologi terjadinya Caput

succedaneum yaitu:

a. Karena adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir

b. Partus lama

Partus lama dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi

tekanan pada jalan lahir yang teralu lama, menyebabkan pembuluh darah

vena tertutup, tekanan dalam capilair venus meninggi hingga cairan masuk

kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat

terendah. [3]

c. Persalinan dengan vacum ekstraksi

Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat

adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat

penyedot vakum yang digunakan proses persalinan yang panjang dan sulit.

Sering menyebabkan pengumpulan cairan dibawah kulit kepala bayi,

sehingga kepala bayi terlihat bengkak/ udema. [3]

Faktor predisposisi

a. Persalinan yang di akhiri dengan alat ( vacum ekstraksi dan forceps)

b. Persalinan lama

c. Kelahiran sungsang

d. Distosia

e. Macrosomia

f. Presentasi muka

7
g. Disproporsi sefalopelvic[1]

D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala yang muncul pada kelainan ini adalah sebagai berikut

 Udema dikepala

 Terasa lembut dan lunak pada perabaan

 Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah

 Udema melampaui tulang tenggorak

 Batas yang tidak jelas

 Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan

 Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan.

Ketebalan caput succedaneum dapat diukur dalam semua kasus. Secara

keseluruhan rata-rata ketebalan adalah 21,9 (± 4,9) mm (kisaran 14-40 mm).

Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik atau korelasi, yang

ditemukan antara ketebalan caput succedaneum dan: posisi kepala janin, mode

pengiriman, durasi tahap kedua, lingkar kepala, atau hasil neonatal. [4]

E. PATOFISIOLOGI

Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki

jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai

pengeluaran cairan tubuh ke jaringan extravasa. Benjolan caput succedaneum

ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan

8
dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah

sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk

mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya

moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi

lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang

sendiri dalam satu sampai dua hari. [5]

Caput succedaneum terjadi karena tekanan keras pada kepala ketika

memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe di

sertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravakuler, benjolan pada caput

berisi cairan serum dan sedikit bercampur dengan darah, benjolan tersebut dapat

terjadi sebagai akibat tumpang tindihnya (molage) tulang kepala di daerah

sutura pada saat proses kelahiran sebagai upaya bayi untuk mengecilkan

lingkaran kepala agar dapat melewati jalan lahir, pada umumnya molase ini di

temukan pada sutura sagitalis dan terlihat setelah bayi lahir dan akan

menghilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 hari. Kelainan ini biasanya

terjadi pada presentasi kepala, pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai

akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah, kelainan ini disebabkan oleh

tekanan bagian terbawah janin saat melawan dilatasi servix. [5]

F. PENATALAKSANAAN

Caput succedaneum merupakan penumpukan cairan serosanguineous,

subkutan dan ekstraperiosteal dengan batas yang tidak jelas. Kelainan ini

biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian mana yang

bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran

serum dari pembuluh darah. Kelainan ini disebabkan oleh tekanan bagian

9
terbawah janin saat melawan dilatasi serviks. Caput succedaneum menyebar

melewati garis tengah dan sutura serta berhubungan dengan moulding tulang

kepala. Caput succedaneum biasanya tidak menimbulkan komplikasi dan akan

menghilang dalam beberapa hari setelah kelahiran. Terapi hanya berupa

observasi. [5]

Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak

dengan caput succedaneum:

Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa

makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan

pemberian ASI yang adekuat dan teratur. Bayi jangan sering diangkat karena

dapat memperluas daerah edema kepala Atur posisi tidur bayi tanpa

menggunakan bantal. Mencegah terjadinya infeksi dengan :

1) Perawatan tali pusat

2) Personal hygiene baik[5]

Caput succedaneum merupakan salah satu bentuk trauma lahir pada kepala.

Faktor predisposisinya antara lain makrosomia, prematuritas, disposisi

sefalopelvik (CPD), distosia, oligohidramnion, persalinan lama, persalinan

dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps), presentasi muka dan kelainan letak

lintang. Trauma ini dapat menghilang dengan sendirinya 2-4 hari, sehingga

tidak memerlukan penanganan. [5]

Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya

menghilang setelah 2-5 hari. Tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak

melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal

10
dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering

pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi

cunam atau vakum. [5]

Penatalaksanaan pada bayi dengan caput succedaneum sebagai berikut:

1. Perawatan bayi sama dengan bayi normal

2. Pengawasan keadaan umum bayi

3. Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang

cukup

4. Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik

menyusui dengan benar

5. Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada

benjolan

6. Berikan konseling pada orang tua tentang :

a. Keadaan trauma yang dialami oleh bayi;

b. Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah 2

sampai 3 minggu tanpa pegobatan

c. Perawatan bayi sehari-hari

d. Manfaat dan tekhnik pemberian ASI[6]

G. PROGNOSIS

Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis

tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa

hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat

terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan

11
pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ek-tensif mungkin

ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk hiper-bilirubinemi. Moulase

kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan

adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai

mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat me-ngakibatkan syok dan

diperlukan transfusi darah. [5]

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Diouf dkk : Jurnal Of Neonatal and Pediatric Medicine. Vol. 3. Issue. 1, Maret
2017.
Kosim M.S., Yunato A., Dewi R., Sarosa G.I., dan Usman A., 2008. Buku Ajar
Neonatologi. ed I. pp: 127-137. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2. Tim Paket Pelatihan Klinik PONED. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta. 2008
3. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan Penerbit
IDAI
4. Behrman, Kliegman & Arvin., 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I, ed 15.
pp: 589-598. Jakarta. EGC
5. Rahajoe N.S., Supriatno B., 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. ed
I. pp: 286-90. Jakarta. Badan Penerbit IDAI.
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI., 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jilid 3. pp: 1124-5. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

13

Anda mungkin juga menyukai