sudah
3. Dari 22 kasus baru tumor kulit pada penelitian ini, keratosis seboroik
(31,8%) merupakan diagnosis yang paling sering dijumpai, diikuti oleh
kasus karsinoma sel basal dan xanthelasma (18,2%). Dari 13 kasus
kelainan vaskular pada kulit pasien geriatri di penelitian ini, dermatitis
stasis (46,1%) merupakan diagnosis terbanyak diikuti oleh hematoma dan
purpura (15,4%).
Tumor kulit baik jinak maupun ganas mengalami peningkatan frekuensi
seiring dengan bertambahnya usia. Lesi proliferatif jinak meningkat
jumlah dan ukurannya seiring pertambahan usia dan harus dibedakan
dengan lesi pra kanker dan kanker. Tumor jinak yang biasa dijumpai pada
pasien geriatri antara lain keratosis seboroik, skin tags, lentigo solaris dan
cherry angioma sedangkan tumor ganas kulit yang sering dijumpai yaitu
karsinoma sel basal. Keratosis seboroik dan karsinoma sel basal masing-
masing merupakan tumor jinak dan ganas yang frekuensinya paling
banyak pada penelitian ini.
4. Proses penuaan kulit terjadi melalui dua mekanisme, yakni intrinsik dan
ekstrinsik, yang saling mempengaruhi. Teori penuaan kulit secara intrinsik
yang paling banyak diterima adalah teori stres oksidatif. Stres oksidatif
adalah kondisi ketidakseimbangan antara reactive oxygen species (ROS)
yang terbentuk dengan mekanisme pertahanan antioksidan. ROS terbentuk
melalui berbagai proses fisiologis tubuh, terutama melalui rantai
pernapasan aerobik di dalam mitokondria. Pembentukan ROS yang
berlebihan atau produksi antioksidan yang berkurang menyebabkan
munculnya stres oksidatif dan akan merusak berbagai komponen seluler
serta mengganggu jalur komunikasi antar sel. Proses penuaan secara
intrinsik ini akan mengakibatkan gambaran klinis berupa kerut halus di
area yang tidak terpajan sinar matahari, kulit kering, dan pertumbuhan
tumor jinak kulit misalnya keratosis seboroik.
Kulit mengalami proses penuaan, baik dalam struktur maupun fungsi.
Contoh perubahan struktur adalah berkurangnya kadar lipid, jumlah sel
melanosit dan sel Langerhans, penurunan sintesis kolagen, atrofi kulit,
serta perubahan distribusi lemak subkutan. Sedangkan pada perubahan
fungsi terjadi penurunan sensitivitas dan elastisitas kulit, peningkatan
sensasi rasa gatal, kulit menjadi lebih rentan terhadap trauma mekanik, dan
penurunanemampuan perbaikan jaringan. Proses penuaan kulit terjadi
melalui dua mekanisme, yakni intrinsik dan ekstrinsik. Kedua mekanisme
ini saling mempengaruhi. Penuaan secara intrinsik dipengaruhi oleh faktor
waktu dan genetik, sedangkan penuaan secara ekstrinsik dipengaruhi oleh
berbagai faktor dari luar tubuh, antara lain sinar ultraviolet (UV), rokok,
alkohol, dan nutrisi yang kurang. Kedua mekanisme tersebut
menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Penuaan intrinsic
menyebabkan timbulnya kerut halus dan kulit tampak lebih pucat.
Sedangkan pada penuaan ekstrinsik muncul kerut kasar dan dalam, disertai
dengan perubahan pigmentasi, misalnya lentigo. Walaupun berbeda,
beberapa penelitian terbaru menunjukkan persamaan molekular di antara
keduanya, yakni pada pembentukan reactive oxygen species (ROS).
Terdapat berbagai macam teori mengenai penuaan kulit secara intrinsik, di
antaranya teori penuaan seluler, pemendekan telomer, DNA mitokondria
(mtDNA), mutasi genetik, hormonal, dan stres oksidatif. Sampai saat ini,
teori stres oksidatif diduga kuat sebagai penyebab utama penuaan pada
kulit, sekaligus merupakan teori yang paling banyak diterima.
Bila ROS menyerang komponen lipid, akan terjadi kerusakan oksidatif
yang dikenal dengan peroksidasi lipid. Mekanisme ini diawali dengan
ekstraksi atom hidrogen dari asam lemak tak jenuh ganda/ polyunsaturated
fatty acid PUFA) oleh OH., lalu membentuk radikal lipid (L.). Kemudian
L. akan berinteraksi dengan molekul O2 dan membentuk radikal peroksil
lipid (LOO.) dan lipid peroksida (LOOH). Selanjutnya ketiga radikal
bebas ini akan terus bereaksi dengan molekul-molekul di sekitarnya dan
membentuk reaksi berantai yang berbahaya bagi sel. Reaksi berantai ini
akan terhenti bila radikal bebas bereaksi dengan sesama radikal bebas atau
dengan antioksidan.
Peroksidasi lipid mudah terjadi pada PUFA, yang banyak terdapat pada
membran sel. Komponen utama lain yang juga menyusun membran sel
adalah protein. Peroksidasi lipid tidak hanya merusak lipid, namun juga
merusak protein yang mengakibatkan kerusakan struktur membran, dan
selanjutnya menimbulkan penurunan efisiensi transpor serta gangguan
sinyal transmembran. Sebagai contoh, peroksidasi lipid pada membran
eritrosit akan menyebabkan gangguan fleksibilitas eritrosit sehingga sulit
masuk ke dalam pembuluh kapiler terkecil. Pada kulit menua, terjadi
pendataran taut dermoepidermal dan pemendekan capillary loops, yang
mengganggu hantaran nutrisi ke epidermis. Kondisi ini diperparah oleh
eritrosit yang mengalami peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid yang terjadi
pada komponen mitokondria, tepatnya pada kardiolipin di membran
dalam, akan mengakibatkan penurunan fungsi mitokondria.
Oksidasi low density lipoprotein dapat meningkatkan kadar endothelin
(ET-)1. ET-1 adalah protein yang diduga berperan dalam patogenesis
keratosis seboroik (KS). Sampai saat ini lesi KS dianggap sebagai ciri khas
penuaan kulit secara intrinsik. Terdapat dugaan bahwa keratinosit pada KS
mengekspresikan ET-1 dalam jumlah besar dan ET-1 merangsang
proliferasi melanosit yang meningkat pada KS.
Salah satu produk yang terbentuk dari hasil degradasi lipid adalah
malondialdehid. Karena sifatnya hidrofilik, malondialdehid akan masuk ke
dalam darah dan urin sehingga dapat digunakan sebagai indikator
kerusakan akibat ROS
6. Penuaan kulit adalah proses degeneratif pada kulit yang ditandai dengan
penurunan fungsi dan tampilan kulit. Penuaan kulit terjadi karena dua
proses utama, yaitu proses secara intrinsik dan ekstrinsik. Penuaan
intrinsik terjadi pada kulit di seluruh permukaan tubuh seiring berjalannya
waktu. Faktorfaktor yang memengaruhi penuaan intrinsik adalah umur,
genetik, rasial, dan hormonal. Penuaan secara ekstrinsik terjadi akibat
faktor-faktor luar misalnya penyakit sistemik, stres, merokok, penggunaan
alkohol, nutrisi yang buruk, pajanan sinar matahari, dan lainnya yang
sebenarnya dapat dihindari. Penuaan ekstrinsik akan menghasilkan kulit
menua dini, yaitu lebih cepat dari seharusnya. Pajanan sinar matahari
merupakan faktor eksogen paling utama yang menyebabkan timbulnya
penuaan dini. Secara khusus, penuaan kulit akibat pajanan sinar matahari
disebut photoaging.
Kerusakan akibat pajanan sinar matahari yang bertahun-tahun
bermanifestasi secara klinis sebagai lentigo aktinik yang dapat berupa
keratosis seboroik berpigmen dan bintik-bintik hiperpigmentasi,
manifestasi klinis yang lain dapat berupa perabaan kasar pada kulit
maupun halus.
Secara histologis, efek penuaan ekstrinsik ini biasanya terbatas di
epidermis dan dermis, sehingga dapat diperbaiki dengan berbagai jenis
laser ablative dan nonablatif, bahan-bahan peeling kimiawi, dan
dermabrasi. Penggunaan peeling kimiawi yakni asam glikolat sebagai
terapi pada kulit wajah yang mengalami penuaan menghasilkan risiko
minimal bila dilakukan oleh praktisi yang terlatih. Peeling asam glikolat
bersifat kaustik yakni dapat merusak lapisan kulit, sehingga dalam
beberapa hari, lapisan kulit yang rusak tersebut akan mengelupas.
Kemudian terjadi peningkatan ketebalan kulit yang disebabkan oleh
peningkatan glikosaminoglikan dan kolagen sehingga memperbaiki
epidermis dan dermis. Cara kerja peeling walaupun terbatas pada
epidermis, tetapi dapat merangsang regenerasi melalui jalur khusus di
dermis.