“BRONKHITIS AKUT”
1
disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan. Disebabkan oleh
karena terkena dingin (musim dingin), hujan, kehadiran polutan yang mengiritasi
seperti rhinovirus, influenza A dan B, coronavirus, parainfluenza dan respiratory
synctial virus , infeksi akut, dan ditandai dengan demam, nyeri dada (terutama
disaat batuk), dyspnea, dan batuk Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran
napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun,
sekurang-kurangnya dua tahun berturut- turut, tidak disebabkan penyakit lainnya3.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan
mikroplasma dapat menyebabkan episode bronkitis akut.
Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim
dingin. Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan
bronchospasme bagi mereka yang rentan.
Bonkitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, dengan
puncak lain terlihat pada kelompok anak usia 9-15 tahun. Kemudian bronkitis
kronik dapat mengenai orang dengan semua umur namun lebih banyak pada orang
diatas 45 tahun. Lebih sering terjadi di musim dingin (di daerah non-tropis) atau
musim hujan (didaerah tropis)4.
Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus yakni
sebanyak 90% sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar < 10% Pada pasien ini
mengalami demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, didahului dengan
adanya batuk sejak 6 hari. Batuk disertai dahak, dahak berwarna putih. Pasien juga
mengalami flu > 1 minggu. Pada pasien ini memiliki faktor resiko terpapar polusi
dikarenakan tinggal dipingir jalan. Yang kadar polusinya tinggi. Kemudia usia anak
adalah 9 tahun yang merupakan epidemiologi terbanyak penderita bronkitis akut
pada anak.
4
Menurut Kowalak (2011) Bronchitis terjadi karena Respiratory Syncytial
Virus (RSV),Virus Influenza, Virus Para Influenza, Asap Rokok, Polusi Udara
yang terhirup selama masa inkubasi virus kurang lebih 5 sampai 8 hari. Unsur-
unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada precabangan trakeobronkial, yang
menyebabkan peningkatan produksi sekret dan penyempitan atau penyumbatan
jalan napas. Seiring berlanjutnya proses inflamasi perubahan pada sel-sel yang
membentuk dinding traktus respiratorius akan mengakibatkan resistensi jalan
napas yang kecil dan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi yang berat sehingga
menimbulkan penurunan oksigenasi daerah arteri. Efek tambahan lainnya meliputi
inflamasi yang menyebar luas, penyempitan jalan napas dan penumpukan mucus
di dalam jalan napas. Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat
edema serta penumpukan sel-sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme otot
polos akan mempersempit lumen bronkus. Pada awalnya hanya bronkus besar yang
terlibat inflamasi ini, tetapi kemudian semua saluran napas turut terkena. Jalan
napas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan, khususnya pada saat ekspirasi.
Dengan demikian, udara napas akan terperangkap di bagian distal paru. Pada
keadaan ini akan terjadi hipoventilasi yang menyebabkan ketidak cocokan dan
akibatnya timbul hipoksemia. Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi sekunder karena
hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru meningkat ketika vasokonstriksi yang
terjadi karena inflamasi dan konpensasi pada daerah-daerah yang mengalami
hipoventilasi membuat arteri pulmonalis menyempit. Inflamasi alveolus
menyebabkan sesak napas6
Faktor yang meningkatkan risiko terkena bronchitis antara lain:
Merokok
Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau
kondisi lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah.
Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux
disease).
Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu1.
5
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien antara
lain :
Bronchitis kronik
Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering
mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi
pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka
drainase sputumnya kurang baik.
Pleuritis.
Efusi pleura atau empisema
Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab
infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran
nafas
Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-
cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi
arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul
sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut
akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya
akan terjadi gagal jantung kanan.
Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada
bronchitis yang berat dan luas1
Obat - obatan yang digunakan untuk mengobati bronkitis akut didalam
penelitian salah satu Rumah Sakit antara lain mukolitik dan ekspektoran, antibiotik
penisilin, cefalosporin dan makrolida, multivitamin, bronkodilator, dekongestan,
antihistamin, dan analgesik. mukolitik dan ekspektoran merupakan obat - obatan
yang paling sering diberikan pada pasien penderita bronkitis akut yaitu sebesar
23,64%. Sementara itu, penggunaan antibiotik golongan makrolida untuk terapi
pada bronkitis akut menempati urutan terendah yaitu sebesar 1%7
Pengobatan bronkitis lini pertama adalah tanpa penggunaan antibiotik. Obat
yang diberikan biasanya untuk penurun demam. Terapi simptomatik seperti
analgesik dan antipiretik dapat digunakan untuk mengatasi pegal, demam, atau sakit
6
kepala. Aspirin, paracetamol atau ibuprofen dapat digunakan sesuai kondisi dan
keperluan pasien. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak
lendir, karena batuk diperlukan untuk mengeluarkan sputum. Bila ditemukan
wheezing pada pemeriksaan fisik, dapat diberikan bronkodilator β2-agonis, tetapi
diperlukan evaluasi yang seksama terhadap respon bronkus untuk mencegah
pemberian bronkodilator yang berlebih.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan, asal telah
disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotik yang serasi untuk
M.pneumonia dan H.influenza sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya
amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid.
7
Perjalanan dan prognosis penyakit ini bonam bergantung pada tatalaksana
yang tepat atau mengatasi setiap penyakit yang mendasari. Komplikasi yang terjadi
berasal dari penyakit yang mendasari7
8
DAFTAR PUSTAKA