DISUSUN OLEH :
Ira Andini Paransa
N 111 18 026
PEMBIMBING KLINIK :
dr. Ni Made Astijani, Sp. OG
Akseptabilitas2
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain: 1) dapat dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada efek
sampingan ringan, 3) tidak mempengaruhi koitus, 4) mudah penggunaannya, 5)
harga obat/alat kontrasepsi terjangkau. Akseptabilitas ini terbukti apabila
pasangan tetap mempergunakan cara kontrasepsi yang bersangkutan, dan baru
berhenti jika pasangan ingin mendapat anak lagi, atau jika kehamilan tidak akan
terjadi lagi karena umur wanita sudah lanjut atau oleh karena ia telah menjalani
kontrasepsi permanen.
Metode kontrasepsi3
Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan adalah :
1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan
2. Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita
3. Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
4. Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
5. Kontrasepsi dengan AKDR
6. Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi)
2.2 WANITA
2.2.1 Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara
umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafragma vaginal ;
dan (2) cervical cap.
2.2.1.1 Diafragma vaginal
Pada tahun 1881 Mensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan
untuk pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.
Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk
dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang
tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral
dan mempunyai sifat seperti per.
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga
jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat
diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada
pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal
seperti :
1. keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.
2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan
perlindungan yang terus-menerus.
3. jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk
sementara waktu oleh karena sesuatu sebab.
Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul
yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan,
misalnya pada 1) sistokel yang berat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula vagina; 4)
hiperantefleksio atau hiperretrofleksio uterus.
Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan.
Efek sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat
spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan
bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama
terpasang di situ.
Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka
kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)1.
Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah : 1) diperlukan motivasi yang cukup
kuat; 2) umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk
dipergunakan secara massal; 3) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan
kegagalan; 4) tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR.
Keuntungan cara ini ialah : 1) hampir tidak ada efek sampingan; 2) dengan
motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan; 3)
dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak
boleh mempergunakan pil atau AKDR oleh karena suatu sebab.
4. KONTRASEPSI HORMONAL
Saat diperkenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi
sebuah perubahan drastis dari metode-metode tradisional sebelumnya.
Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan implant.
Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya progestin –
mini pil. Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung progestin atau
kombinasi estrogen dan progestin. Pada tahun 1995, 10,4 juta wanita di AS
menggunakan kontrasepsi oral untuk mengendalikan kesuburannya.
Mekanisme kerja
Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multiple, tetapi efek
yang terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan
gonadotropin releasing factors dari hypothalamus. Yang mana hal ini dapat
menghambat sekresi follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone dari
hipofisis.
Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat ovulasi
dengan menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan menghambat
implantasi dengan mengubah pematangan endometrium. Estrogen mempercepat
transportasi ovum; namun, progestin menyebabkan perlambatan. Karena itu,
peran keduanya dalam mengubah motilitas tuba dan uterus masih belum jelas.
Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit,
selular, dan menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin
terhambat. Seperti estrogen, progestin menyebabkan endometrium menjadi
kurang memungkin kan untuk implantasi blastokista. Akhirnya progestin juga
dapat menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.
Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan
kontrasepsi adalah supresi ovulasi yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma
oleh mucus serviks, dan penghambatan implantasi di endometrium apabila dua
mekanisme pertama gagal. Kontrasepsi oral kombonasi estrogen plus progestin,
apabila diminum setiap hari selama 3 dari 4 minggu, menghasilkan proteksi
terhadap kehamilan yang hampir absolute.
Interaksi obat
Kontrasepsi oral dapat mengganggu kerja beberapa obat (tabel 2-1 dan 1-2).
Sebaliknya, sebagian obat menurunkan efektifitas kontrasepsi oral kombinasi
antara lain : barbiturat, karbamazepin, felbamat, griseofulvin,
ketokonazol/itrakonazol, fenitoin, primidon, rifampisin, topiramat, sehingga untuk
itu dapat dipakai kontrasepsi tambahan atau dosisnya lebih ditingkatkan.
Obat yang berinteraksi Efek merugikan
Asetaminofen dan aspirin Mungkin mengurangi efek analgetik
Obat penenang golongan benzodiazepin Mungkin menurunkan atau
meningkatkan efektivitas obat
penenang dan fungsi psikomotor
Metildopa Menurunkan efek hipotensif
Antikoagulan oral Menurunkan efek antikoagulan
Hipoglikemik oral Mungkin mengurangi efek
hipoglikemik
Tabel 2-1. Obat yang efektivitasnya menurun oleh kontrasepsi oral kombonasi3
Keamanan
Secara umum, kontrasepsi oral yang jika dipantau pemberianya dengan
benar terbukti relatif aman bagi sebagian besar wanita. Kemungkinan efek
samping dari pil KB yang selama ini terlalu banyak dan terlalu lama mendapat
perhatian efek merugikan pada para pemakai mungkin hanya terjadi akibat rasa
cemas karena publisitas yang terus menerus.Sayangnya, dokter serta masyarakat
awam sering kebingungan karena laporan yang banyak dan sering bertentangan
tersebut.
Efek yang menguntungkan
Pil kombinasi estrogen plus progestin adalah bentuk kontrasepsi
reversibel paling efektif yang tersedia. Dilaporkan angka kegagalan 0,32 per 100
wanita-tahun atau kurang. Efek menguntungkan lainnya yang dilaporkan adalah
kepadatan tulang meningkat; pengeluaran darah menstruasi dan anemia
berkurang; angka kehamilan ektopik lebih rendah sampai 90%; dismenorea yang
berkaitan dengan endometriosis berkurang; kista ovarium fungsional sampai 80%
dan salpingitis berkurang; keluhan premenstruasi berkurang; angka kanker
endometrium dan ovarium berkurang sampai 40%; berbagai penyakit payudara
jinak berkurang sampai 40%; perbaikan hirsutisme; perbaikan akne; pencegahan
aterogenesis; insiden dan keparahan penyakit radang panggul berkurang; dan
perbaikan rematoid artritis.3,5
Kemungkinan efek yang merugikan
Efek metabolik
Lipoprotein dan lemak
Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol
total. Estrogen menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan meningkatkan
HDL, sedangkan sebagian progestin menyebabkan hal yang sebaliknya.
Hal ini penting untuk mengetahui pada proses pembentukan penyakit
pembuluh arteri.
Metabolisme karbohidrat
Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah
pemakai dengan persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi
sebagai akibat langsung dosis estrogen yang digunakan. Progestin
biasanya meningkatkan sekresi insulin dan menciptakan resistensi insulin.
Karena efek ini, steroid kontrasepsi dapat mengintensifkan diabetes yang
sudah ada atau mungkin ternyata cukup diabetogenik sehingga mampu
memicu munculnya diabetes secara klinis pada wanita yang rentan. Tapi
efek ini seperti pada kehamilan, efek diabetogeniknya sering reversibel
apabila kontrasepsi oralnya dihentikan.
Meningkatnya pembentukan angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan
dosis, dan konversinya oleh renin menjadi angiotensin I dicurigai
menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX, X,
XII, XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis estrogen, dan insiden
kedua bentuk trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen.
Penyakit hati
Kolestasis dan ikterus kolestatik merupakan penyulit yang jarang terjadi
pada pemakai kontrasepsi oral; gejala dan tanda akan hilang apabila obat
dihentikan. Tampaknya kontrasepsi oral mempercepat terjadinya penyakit
kandung empedu pada wanita yang rentan, tapi secara keseluruhan tidak terjadi
peningkatan resiko jangka panjang. Dan tidak ada alasan untuk menghentikan
kontrasepsi oral pada wanita yang telah pulih dari hepatitis virus.
Neoplasia
Kemungkinan kontrasepsi hormonal sebagai penyebab kanker tampaknya
kecil. Sebenarnya, pada penelitian-penelitian justru diperlihatkan adanya efek
protektif terhadap kanker ovarium dan endometrium.
Hiperplasia dan kanker hati
Pemakaian kontrasepsi estrogen plus progestin dilaporkan secara tidak
langsung dikaitkan dengan kejadian hiperplasia nodularis fokal hepatika
dan pembentukan tumor yang jinak, tetapi tidak selalu. Keterkaitan ini
dijumpai pada wanita yang menggunakan formulasi berisi estrogen dosis
tinggi (biasanya mestranol) untuk jangka panjang. Pemakaian kontrasepsi
oral kombinasi dosis rendah yang lebih baru tampaknya dapat mengurangi
insiden terjadinya kelainan yang tidak lazim ini.
Adenoma hipofisis
Serviks
Terdapat korelasi antara resiko kanker serviks prainvasif dengan
pemakaian kontrasepsi oral, dan resiko kanker invasif meningkat setelah
pemakaian 5 tahun. Tapi masih belum jelas apakah keterkaitan ini
memiliki hubungan sebab akibat.
Kanker payudara
Masih belum jelas apakah kontrasepsi oral berperanan dalam
ternbentuknya kanker payudara. Pada sebuah studi terbesar, tidak terbukti
adanya peningkatan resiko kanker payudara diantara pemakai kontrasepsi
oral (Cancer and Steroid Hormone Study,1986). Gabrick dkk.(2000)
melaporkan peningkatan resiko pada wanita dengan riwayat keluaga yang
kuat, tetapi resiko ini berkaitan dengan preparat-preparat yang lama yang
dosis estrogennya tinggi.
Gizi
Penyimpangan kadar beberapa zat gizi, yang serupa dengan yang dijumpai
pada kehamilan normal, dilaporkan terjadi pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral.
Defisiensi piridoksin
Perubahan-perubahan biokimiawi yang menunjukkan defisiensi vitamin B6
(piridoksin) yang mana hal ini juga terjadi saat kehamilan normal. Hal ini
terjadi karena estrogen memicu enzim-enzim dihati sehingga
menyebabkan meningkatnya metabolisme triptofan yang menggambarkan
terjadinya defisiensi piridoksin.
Efek kardiovaskular
Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad
pemakaian kontrasepsi hormonal.
Tromboembolisme
Mishell (2000) menganalisis bahwa resiko tromboembolisme vena
diperkirakan meningkat 3-4 kali lipat pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral. Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden pada
pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita-
tahun adalah kecil.
Faktor-faktor klinis yang meningkatkan resiko trombosis dan emboli vena
adalah hipertensi, kegemukan, diabetes, merokok, dan gaya hidup yang
tidak banyak aktivitas fisik (Hatche dkk.,1998).
Stroke dan Trombosis arteri
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral
tersebut pada wanita yang sehat yang tidak merokok tidak menyebabkan
peningkatan resiko stroke trombotik atau hemorhagik (Mishell,2000;
Pettiti dkk, 1996; Schwartz dkk.,1998; WHO collaborative Study,1996).
Yang utama, wanita dengan hipertensi, yang merokok, atau memiliki nyeri
kepala migren mengalami peningkatan resiko stroke hemorhagik atau
trombotik (Mishell,2000; Schwartz dkk.,1998).
Hipertensi
Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar
angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada
kehamilan normal.
Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi dihentikan.
Terjadinya hipertensi pada kehamilan bukan merupakan halangan bagi
pemakaian kontrasepsi oral setelahnya.
Infark miokardium
Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
oral dan juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko
independen. Ad 2 patokan penting dalam kaitannya dengan merokok dan
kontrasepsi oral adalah lebih dari 15 batang rokok per hari bagi orang
berusia lebih dari 35 tahun yang sedang atau pernah merokok.
Nyeri kepala migren
Frekuensi dan intensitas serangan nyeri kepala migren mungkin berkurang
atau meningkat. Tapi lebih baik menghindari pemakaian kontrasepsi ini
pada wanita yang memiliki migren, karena mungkin saja akan bertambah
parah atau merupakan ancaman stroke atau stroke ringan.
Efek pada reproduksi
Amenorea pasca pil
Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan
segera pulih dan kembali seperti semula5.
Laktasi
Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi
jumlah ASI. Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI.
Karena hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan merupakan
kontrasepsi yang baik.
Efek lain
Mukorea
Kloasma
Mioma uteri; kemungkinan besar tidak bertambah besar pada pemakaian
kontrasepsi oral
Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya
retensi cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu
merasa tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat
kontrasepsi5 .
Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrogen 50 μg atau
lebih
Jenis-jenis AKDR
Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang
paling banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis
copper T dan spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral
(Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350
dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau
hormon (Levonorgestrel).
Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian
satu kali motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4. Efektivitas cukup tinggi
5. Reversibel
6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI
Efek samping AKDR
Perdarahan
Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada
bulan-bulan pertama pemakaian
Rasa nyeri dan kejang di perut
Gangguan pada suami
Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
Komplikasi AKDR
Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya
tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan
disucihamakan. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah
adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum
pemasangan AKDR.
Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa
terjadi pula kemudian.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera
dikeluarkan segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula
dengan yang mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan
laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika
AKDR yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak
mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada
bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.
Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan
kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan,
sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah
dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya
tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus.
6.1 Tubektomi
Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran
telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi. 3 Tindakan tersebut dapat dilakukan
setelah persalinan atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas
dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya
resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan
untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa
interval.
Keuntungan tubektomi ialah :
Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-
ulang
Efektivitas hampir 100%
Tidak mempengaruhi libido seksualis
Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun
ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih
menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi.
Indikasi dilakukannya tubektomi :
Penghentian fertilitas atas indikasi medik
Kontrasepsi permanen
Syarat-syarat tubektomi :
Syarat sukarela
Syarat bahagia
Syarat medik
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba
falopii terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini
laparotomi (gambar 2.1), laparoskopi; pembedahan transvaginal seperti kolpotomi
posterior, kuldoskopi; dan pembedahan transservikal (transuterin) seperti
penutupan lumen tuba histeroskopik.
Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian
distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum
latum.
Cara Uchida
Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparotomi)
di atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan
suntikan dengan larutan Adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba.
Akibatnya, mesosalping di daerah tersebut menggembung.lalu dibuat
sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari
tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan
dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam
dengan sendirinya dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal
dibiarkan berada diluar serosa. Luka sayatan dijahit dengan kantong
tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.
6.2 Vasektomi
Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan
dibeberapa negara seperti India, Pakistan, Korea, AS, dll, untuk menekan laju
pertambahan penduduk. Di Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program
keluarga berencana nasional2 .
Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi tersebut
identik dengan dikebiri dan dapat menimbulkan impotensi 5. ”Vasektomi, selain
aman dari kegagalan dengan tingkat keberhasilan 79 persen, menurut Kasmiyati,
juga mampu menaikkan libido seks”5. Ini berarti, vasektomi sama sekali tak
menimbulkan impotensi atau ketidak jantanan5.
Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki
kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan
pada dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal
yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus
disembuhkan dahulu.
Keuntungan vasektomi5 :
Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental
Tidak mengganggu libido seksualitas
Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit
Tehnik vasektomi
Adapun tehniknya berupa:
Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi dilakukan a dan antiseptik,
kemudian dilakukan anestesi lokal dengan xilokain. Anestesi dilakukan di
kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan
disekitar vas deferens.
Vas dicari dan setelah ditentukan lokasinya, dipegang sedekat mungkin
dibawah kulit skrotum.
Dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5-1 cm di diekat tempat
vas deferens. Setelah terlihat, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus
yakin itu benar vas deferens), vas dipotong sepanjang 1-2 cm dan kedua
ujungnya diikat
Setelah kulit dijahit, tindakan diulang pada bagian sebelahnya.
Sehabis operasi, peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim
dengan pasangannya setelah enam hari. Itupun harus wajib menggunakan kondom
selama 12 kali hubungan demi pengamanan5.
Komplikasi vasektomi : infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya hematom
oleh karena perdarahan kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma.
Kegagalan dapat terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan
memotong vas deferens, tidak diketahi adanya anomali vas deferens, koitus
dilakukan sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.
BAB III
KESIMPULAN