Anda di halaman 1dari 34

Bagian Ilmu Obstetri dan Gynecologi

RSUD Madani Palu


Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

REFERAT OBSTETRI DAN GYNECOLOGI


“CA CERVIX PADA IBU HAMIL”

DISUSUN OLEH :
Ira Andini Paransa
N 111 18 026

PEMBIMBING KLINIK :
dr. Ni Made Astijani, Sp. OG

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN OBSTETRI DAN GYNECOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,


mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung
jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari visi tersebut
terlihat bahwa program Keluarga Berencana memiliki andil yang penting dalam
upaya meningkatkan kualitas penduduk. Keluarga berencana merupakan salah
satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama.
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya
pelayanan keluarga berencana1.
Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga Berencana adalah
dengan menggunakan kontrasepsi. Tetapi dilain pihak terdapat kendala berupa
banyaknya jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat hanya
mampu menyebut jenis alat atau obat kontrasepsi tersebut sedangkan informasi-
infomasi mengenai keuntungan, kekurangan, kontraindikasi maupun efek samping
dari kontrasepsi tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi adanya pandangan-
pandangan atau norma budaya lingkungan dan orang tua yang dapat membuat
pengguna (akseptor) menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut.
Untuk itu diperlukan suatu layanan konseling agar dapat menjelaskan secara benar
setiap kontrasepsi dengan jelas mengenai keuntungan, kerugian, efek samping
maupun kontraindikasinya.1
Penggunaan alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek
samping dan risiko yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun
demikian yang harus dipikirkan adalah benefit/ keuntungan dari penggunaan alat/
obat kontrasepsi tersebut yang lebih besar dibanding tidak menggunakan
kontrasepsi.
Adapun syarat metode kontrasepsi yang ideal adalah1 :
 Aman, artinya tidak menimbulkan komplikasi yang berat bila digunakan
 Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat
mencegah kehamilan
 Dapat diterima, bukan hanya oleh akseptor tapi juga oleh lingkungan
budaya di masyarakat
 Terjangkau harganya oleh masyarakat
 Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, kesuburan akan segera
pulih, kecuali untuk kontrasepsi mantap.
Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang nyata,
salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan
ovarium, penggunaan kondom Program KB menentukan kualitas keluarga, karena
program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan
status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan,
menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi
keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB
juga dapat mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.


Usaha –usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang
bersifat permanen pada wanita disebut tubektomi dan pada pria disebut
vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi
ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya, 2)
tidak menimbukan efek yang mengganggu kesehatan, 3) daya kerjanya diatur
menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus,
5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus, 6) mudah pelaksanaannya, 7)murah
harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat
diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan. 2

Akseptabilitas2
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain: 1) dapat dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada efek
sampingan ringan, 3) tidak mempengaruhi koitus, 4) mudah penggunaannya, 5)
harga obat/alat kontrasepsi terjangkau. Akseptabilitas ini terbukti apabila
pasangan tetap mempergunakan cara kontrasepsi yang bersangkutan, dan baru
berhenti jika pasangan ingin mendapat anak lagi, atau jika kehamilan tidak akan
terjadi lagi karena umur wanita sudah lanjut atau oleh karena ia telah menjalani
kontrasepsi permanen.

Metode kontrasepsi3
Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan adalah :
1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan
2. Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita
3. Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
4. Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
5. Kontrasepsi dengan AKDR
6. Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi)

1. KONTRASEPSI TANPA MENGGUNAKAN ALAT-ALAT/ OBAT-


OBATAN
1.1 Senggama terputus (coitus interuptus)
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal
oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai
sekarang. Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi
ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari
sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1
detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan
biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk
mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria
dan bisa mengurangi kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual.
Selanjutnya penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni.
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per
100 perempuan per tahun). Dan efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma
dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara
ini dapat disebabkan oleh:
1. Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory
fluid) yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang
berulang (repeated coitus);
2. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
3. Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan
kehamilan.

1.2 Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)


Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan
obat (cuka atau obat lain) segera koitus merupakan cara yang telah lama sekali
dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma
secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek
spermasida serta menjaga asiditas vagina.
Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas
tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah
besar telah memasuki servik uteri.

1.3 Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)


Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk
menjadi hamil lebih kecil apabila mereka menyusui anaknya segera setelah
melahirkan. Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi
sementara yang cukup efektif, selama ibu belum mendapat haid, dan waktunya
kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitasnya dapat mencapai 98 %1. Hal ini
dapat efektif bila ibu menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup
asupan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca
persalinan.
Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan
adanya ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului
haid pertama sehingga apabila hanya mengandalkan pemberian ASI saja dapat
memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat dipertimbangan pemakaian
kontrasepsi lain.
Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan
Metode Amenorea √ √ √
Laktasi (MAL)
AKDR √ √ √
Sterilisasi √ √
Kondom/spermasida √ √ √ √
Kontrasepsi √ √
Progestin
KB Alamiah √ √
Kontrasepsi √
kombinasi
Tabel 1. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita
menyusui1
1.4 Pantang berkala (rhythm method)
Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan
Hermann Knaus dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun1931. Oleh
karena itu cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak
dari hasil penyelidikan bahwa seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa
hari saja dalam tiap daur haidnya. Masa subur yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai
48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah
masa itu, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur.
Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk
ditentukan; ovulasi umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang
akan datang. Pada wanita dengan haid yang tidak teratur, akan tetapi variasi yang
tidak jauh berbeda, dapat diterapkan masa subur dengan perhitungan :
“Daur haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11
hari”.
Masa aman ialah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi.

2. KONTRASEPSI SECARA MEKANIS


2.1 PRIA
2.1.1 Kondom
Penggunaan kondom mempunyai tujuan perlindungan terhadap penyakit
kelamin yang telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Kini paling umum dipakai
ialah kondom dari karet; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. Kini telah
tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Pada waktu sekarang
kondom telah dipergunakan secara luas di seluruh dunia dalam program keluarga
berencana.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang
buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-
36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang
mempunyai sifat spermatisid.
Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi
perlindungan terhadap penyakit kelamin5. Kekurangannya ialah ada kalanya
pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai
penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan
memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang
disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi. Efek
sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk
membuat karet.
Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian
dalam penggunaannya. Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal
berikut :
1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.
2. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria
yang tidak bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.
3. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma.
Pada kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah
udara terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.
4. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk
mencegah terjadinya robekan.
5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan
tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina,
supaya sperma tidak tumpah.

2.2 WANITA
2.2.1 Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara
umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafragma vaginal ;
dan (2) cervical cap.
2.2.1.1 Diafragma vaginal
Pada tahun 1881 Mensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan
untuk pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.
Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk
dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang
tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral
dan mempunyai sifat seperti per.
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga
jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat
diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada
pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal
seperti :
1. keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.
2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan
perlindungan yang terus-menerus.
3. jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk
sementara waktu oleh karena sesuatu sebab.
Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul
yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan,
misalnya pada 1) sistokel yang berat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula vagina; 4)
hiperantefleksio atau hiperretrofleksio uterus.
Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan.
Efek sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat
spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan
bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama
terpasang di situ.
Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka
kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)1.
Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah : 1) diperlukan motivasi yang cukup
kuat; 2) umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk
dipergunakan secara massal; 3) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan
kegagalan; 4) tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR.
Keuntungan cara ini ialah : 1) hampir tidak ada efek sampingan; 2) dengan
motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan; 3)
dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak
boleh mempergunakan pil atau AKDR oleh karena suatu sebab.

2.2.1.2 Cervical cap


Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk
mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya
ialah dari diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil daripada diafragma
vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis uteri seperti memasang topi.
Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk kontrasepsi.

3. KONTRASEPSI DENGAN OBAT-OBAT SPERMATISIDA


Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen,
yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang
nonaktif dan yang dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin
erat hubungan antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh
sebab itu, obat yang paling baik ialah yang dapat membuat busa setelah
dimasukkan ke dalam vagina, sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks
uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat
spermatisida umumnya digunakan bersama-sama dengan cara lain (diafragma
vaginal), atau apabila ada kontraindikasi terhadap cara lain. Efek sampingan
jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergi.
Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam
bentuk :
1. suppositorium : Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium
dimasukkan sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini
baru mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit
sampai 1 jam.
2. jelly atau cream. 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2)
Delfen vaginal cream. Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini
disemprotkan ke dalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama
kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
3. tablet busa : Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet
terlebih dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam
vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit.
C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air.
Dalam vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan
menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit.
Efektivitas KB spermatisid ini kurang (3 – 21 kehamilan per 100 perempuan per
tahun pertama)1.

4. KONTRASEPSI HORMONAL
Saat diperkenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi
sebuah perubahan drastis dari metode-metode tradisional sebelumnya.
Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan implant.
Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya progestin –
mini pil. Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung progestin atau
kombinasi estrogen dan progestin. Pada tahun 1995, 10,4 juta wanita di AS
menggunakan kontrasepsi oral untuk mengendalikan kesuburannya.

4.1 Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)


Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per oral,
suntikan IM, atau dalam bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering digunakan
dan sering terdiri dari kombinasi suatu zat estrogen dan bahan prosgestasional
yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan berhenti selama 1minggu, agar
terjadi perdarahan lucut (with drawal bleeding) dari uterus.
Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan
setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan)1.

Mekanisme kerja
Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multiple, tetapi efek
yang terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan
gonadotropin releasing factors dari hypothalamus. Yang mana hal ini dapat
menghambat sekresi follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone dari
hipofisis.
Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat ovulasi
dengan menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan menghambat
implantasi dengan mengubah pematangan endometrium. Estrogen mempercepat
transportasi ovum; namun, progestin menyebabkan perlambatan. Karena itu,
peran keduanya dalam mengubah motilitas tuba dan uterus masih belum jelas.
Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit,
selular, dan menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin
terhambat. Seperti estrogen, progestin menyebabkan endometrium menjadi
kurang memungkin kan untuk implantasi blastokista. Akhirnya progestin juga
dapat menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.
Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan
kontrasepsi adalah supresi ovulasi yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma
oleh mucus serviks, dan penghambatan implantasi di endometrium apabila dua
mekanisme pertama gagal. Kontrasepsi oral kombonasi estrogen plus progestin,
apabila diminum setiap hari selama 3 dari 4 minggu, menghasilkan proteksi
terhadap kehamilan yang hampir absolute.
Interaksi obat
Kontrasepsi oral dapat mengganggu kerja beberapa obat (tabel 2-1 dan 1-2).
Sebaliknya, sebagian obat menurunkan efektifitas kontrasepsi oral kombinasi
antara lain : barbiturat, karbamazepin, felbamat, griseofulvin,
ketokonazol/itrakonazol, fenitoin, primidon, rifampisin, topiramat, sehingga untuk
itu dapat dipakai kontrasepsi tambahan atau dosisnya lebih ditingkatkan.
Obat yang berinteraksi Efek merugikan
Asetaminofen dan aspirin Mungkin mengurangi efek analgetik
Obat penenang golongan benzodiazepin Mungkin menurunkan atau
meningkatkan efektivitas obat
penenang dan fungsi psikomotor
Metildopa Menurunkan efek hipotensif
Antikoagulan oral Menurunkan efek antikoagulan
Hipoglikemik oral Mungkin mengurangi efek
hipoglikemik
Tabel 2-1. Obat yang efektivitasnya menurun oleh kontrasepsi oral kombonasi3

Obat yang berinteraksi Efek yang merugikan


Alkohol Efek mungkin meningkat
Aminlfilin Efek meningkat
Antidepresan Efek mungkin meningkat
Benzodiazepine Efektifitas zat penenang dan fungsi
psikomotor mungkin meningkat atau
menurun
Beta bloker Efek penghambat mungkin meningkat
Kafein Efek meningkat
Kortikosteroid Toksisitas mungkin meningkat
Teofilin Efek meningkat
Tabel 2-2 Obat yang efektivitasnya ditingkatkan oleh kontrasepsi oral 3

Keamanan
Secara umum, kontrasepsi oral yang jika dipantau pemberianya dengan
benar terbukti relatif aman bagi sebagian besar wanita. Kemungkinan efek
samping dari pil KB yang selama ini terlalu banyak dan terlalu lama mendapat
perhatian efek merugikan pada para pemakai mungkin hanya terjadi akibat rasa
cemas karena publisitas yang terus menerus.Sayangnya, dokter serta masyarakat
awam sering kebingungan karena laporan yang banyak dan sering bertentangan
tersebut.
Efek yang menguntungkan
Pil kombinasi estrogen plus progestin adalah bentuk kontrasepsi
reversibel paling efektif yang tersedia. Dilaporkan angka kegagalan 0,32 per 100
wanita-tahun atau kurang. Efek menguntungkan lainnya yang dilaporkan adalah
kepadatan tulang meningkat; pengeluaran darah menstruasi dan anemia
berkurang; angka kehamilan ektopik lebih rendah sampai 90%; dismenorea yang
berkaitan dengan endometriosis berkurang; kista ovarium fungsional sampai 80%
dan salpingitis berkurang; keluhan premenstruasi berkurang; angka kanker
endometrium dan ovarium berkurang sampai 40%; berbagai penyakit payudara
jinak berkurang sampai 40%; perbaikan hirsutisme; perbaikan akne; pencegahan
aterogenesis; insiden dan keparahan penyakit radang panggul berkurang; dan
perbaikan rematoid artritis.3,5
Kemungkinan efek yang merugikan
Efek metabolik
 Lipoprotein dan lemak
Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol
total. Estrogen menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan meningkatkan
HDL, sedangkan sebagian progestin menyebabkan hal yang sebaliknya.
Hal ini penting untuk mengetahui pada proses pembentukan penyakit
pembuluh arteri.
 Metabolisme karbohidrat
Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah
pemakai dengan persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi
sebagai akibat langsung dosis estrogen yang digunakan. Progestin
biasanya meningkatkan sekresi insulin dan menciptakan resistensi insulin.
Karena efek ini, steroid kontrasepsi dapat mengintensifkan diabetes yang
sudah ada atau mungkin ternyata cukup diabetogenik sehingga mampu
memicu munculnya diabetes secara klinis pada wanita yang rentan. Tapi
efek ini seperti pada kehamilan, efek diabetogeniknya sering reversibel
apabila kontrasepsi oralnya dihentikan.
Meningkatnya pembentukan angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan
dosis, dan konversinya oleh renin menjadi angiotensin I dicurigai
menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX, X,
XII, XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis estrogen, dan insiden
kedua bentuk trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen.

Penyakit hati
Kolestasis dan ikterus kolestatik merupakan penyulit yang jarang terjadi
pada pemakai kontrasepsi oral; gejala dan tanda akan hilang apabila obat
dihentikan. Tampaknya kontrasepsi oral mempercepat terjadinya penyakit
kandung empedu pada wanita yang rentan, tapi secara keseluruhan tidak terjadi
peningkatan resiko jangka panjang. Dan tidak ada alasan untuk menghentikan
kontrasepsi oral pada wanita yang telah pulih dari hepatitis virus.
Neoplasia
Kemungkinan kontrasepsi hormonal sebagai penyebab kanker tampaknya
kecil. Sebenarnya, pada penelitian-penelitian justru diperlihatkan adanya efek
protektif terhadap kanker ovarium dan endometrium.
 Hiperplasia dan kanker hati
Pemakaian kontrasepsi estrogen plus progestin dilaporkan secara tidak
langsung dikaitkan dengan kejadian hiperplasia nodularis fokal hepatika
dan pembentukan tumor yang jinak, tetapi tidak selalu. Keterkaitan ini
dijumpai pada wanita yang menggunakan formulasi berisi estrogen dosis
tinggi (biasanya mestranol) untuk jangka panjang. Pemakaian kontrasepsi
oral kombinasi dosis rendah yang lebih baru tampaknya dapat mengurangi
insiden terjadinya kelainan yang tidak lazim ini.
 Adenoma hipofisis
 Serviks
Terdapat korelasi antara resiko kanker serviks prainvasif dengan
pemakaian kontrasepsi oral, dan resiko kanker invasif meningkat setelah
pemakaian 5 tahun. Tapi masih belum jelas apakah keterkaitan ini
memiliki hubungan sebab akibat.
 Kanker payudara
Masih belum jelas apakah kontrasepsi oral berperanan dalam
ternbentuknya kanker payudara. Pada sebuah studi terbesar, tidak terbukti
adanya peningkatan resiko kanker payudara diantara pemakai kontrasepsi
oral (Cancer and Steroid Hormone Study,1986). Gabrick dkk.(2000)
melaporkan peningkatan resiko pada wanita dengan riwayat keluaga yang
kuat, tetapi resiko ini berkaitan dengan preparat-preparat yang lama yang
dosis estrogennya tinggi.
Gizi
Penyimpangan kadar beberapa zat gizi, yang serupa dengan yang dijumpai
pada kehamilan normal, dilaporkan terjadi pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral.
 Defisiensi piridoksin
Perubahan-perubahan biokimiawi yang menunjukkan defisiensi vitamin B6
(piridoksin) yang mana hal ini juga terjadi saat kehamilan normal. Hal ini
terjadi karena estrogen memicu enzim-enzim dihati sehingga
menyebabkan meningkatnya metabolisme triptofan yang menggambarkan
terjadinya defisiensi piridoksin.
Efek kardiovaskular
Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad
pemakaian kontrasepsi hormonal.
 Tromboembolisme
Mishell (2000) menganalisis bahwa resiko tromboembolisme vena
diperkirakan meningkat 3-4 kali lipat pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral. Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden pada
pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita-
tahun adalah kecil.
Faktor-faktor klinis yang meningkatkan resiko trombosis dan emboli vena
adalah hipertensi, kegemukan, diabetes, merokok, dan gaya hidup yang
tidak banyak aktivitas fisik (Hatche dkk.,1998).
 Stroke dan Trombosis arteri
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral
tersebut pada wanita yang sehat yang tidak merokok tidak menyebabkan
peningkatan resiko stroke trombotik atau hemorhagik (Mishell,2000;
Pettiti dkk, 1996; Schwartz dkk.,1998; WHO collaborative Study,1996).
Yang utama, wanita dengan hipertensi, yang merokok, atau memiliki nyeri
kepala migren mengalami peningkatan resiko stroke hemorhagik atau
trombotik (Mishell,2000; Schwartz dkk.,1998).
 Hipertensi
Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar
angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada
kehamilan normal.
Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi dihentikan.
Terjadinya hipertensi pada kehamilan bukan merupakan halangan bagi
pemakaian kontrasepsi oral setelahnya.
 Infark miokardium
Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
oral dan juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko
independen. Ad 2 patokan penting dalam kaitannya dengan merokok dan
kontrasepsi oral adalah lebih dari 15 batang rokok per hari bagi orang
berusia lebih dari 35 tahun yang sedang atau pernah merokok.
 Nyeri kepala migren
 Frekuensi dan intensitas serangan nyeri kepala migren mungkin berkurang
atau meningkat. Tapi lebih baik menghindari pemakaian kontrasepsi ini
pada wanita yang memiliki migren, karena mungkin saja akan bertambah
parah atau merupakan ancaman stroke atau stroke ringan.
Efek pada reproduksi
 Amenorea pasca pil
Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan
segera pulih dan kembali seperti semula5.
 Laktasi
Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi
jumlah ASI. Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI.
Karena hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan merupakan
kontrasepsi yang baik.

Efek lain
 Mukorea
 Kloasma
 Mioma uteri; kemungkinan besar tidak bertambah besar pada pemakaian
kontrasepsi oral
 Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya
retensi cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu
merasa tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat
kontrasepsi5 .
 Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrogen 50 μg atau
lebih

4.2 Kontrasepsi progestasional


4.2.1 Progestin oral
Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg
atau kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena
insiden perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan
yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah
melahirkan1,5. Pil ini mengganggu kesuburan tapi tidak selalu menghambat
penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus serviks
yang menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium
sehingga dapat menolak implantasi blastokista.
 Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum
terbukti, lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan
darah atau nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan
diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala
premenstruasi.
 Kekurangan
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik
apabila kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista
ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus diminum paa waktu
yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun
hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain
sebagai tambahan.
 Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas,
riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional.

4.2.2 Kontrasepsi progestin suntik


Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara
dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama
dengan hanya 4 – 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi yang minimal.
Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan Noretindron etantat
(Norgest) telah banyak dipakai secara luas diseluruh dunia, mekanisme kerja
kedua obat tampaknya multipel, termasuk inhibisi ovulasi, peningkatan
kekentalan mukus serviks, dan pembentukan endometrium yang kurang ramah
bagi implantasi ovum.
Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral.
Kekurangannya mencakup amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus selama
dan setelah pemakaian, dan anovulasi yang lama setalah penghentian kontrasepsi.
Pemulihan kesuburan akan lambat namun tidak terhambat, pada pemakaian
jangka panjang trigliserida dan kolesterol HDL menurun tetapi kolesterol LDL
tidak meningkat, hanya terjadi sedikit modifikasi metabolisme glukosa, insiden
anemia defisiensi besi menurun. Disamping itu terjadi juga peningkatan berat
badan yang nyata.
Pada pemakaian Depo medroksiprogesteron jangka panjang terdapat
kemungkinan penurunan kepadatan mineral tulang, namun akan pulih setelah
terapi dihentikan.
Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas
bokong tanpa dipijat untuk memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-
lahan. Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90 hari3 .
Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis 200mg,
tetapi penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari.

4.2.3 Implan progestin (sistem Norplant)


Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah silastik yang
diimplantasikan dijaringan subdermal. Setiap wadah memiliki panjang 34mm,
garis tengah 2,4mm, dan mengandung 36 mg levonorgestrel. Dosis kombinasi
sebesar 216 mg menghasilkan pembebasan ke dalam plasma sekitar 85 μg/hari
untuk 6 sampai 8 hari pertama dan menghasilkan kontrasepsi yang efektif. Inin
merupakan salah satu metode yang paling efektif yang tersedia. Dan yang paling
utama, bahwa setelah penghentian pemakaian fertilitas akan segera pulih dengan
segera.
Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral,
kecuali efek pada metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah pemakaian
6 bulan, kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan pada wanita
nondiebetik. Pada wanita normal perubahan ini tidak bermakna, tetapi akan sangat
mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk diabetik.
Pada pemakaian sistem norplant tampaknya tidak terjadi pengurangan kepadatan
tulang.
Karena memerlukan tindakan bedah ringan, terdapat juga masalah yang berkaitan
dengan infeksi lokal. Dan apabila tidak dimasukkan sesuai petunjuk, maka
pengeluarnnya akan menjadi lebih sulit.

4.2.4 Injeksi Medroksiprogesteron asetat/ Estradiol Sipionat


Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung
25mg Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat yang dipasarkan
dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera.
Mekanisme kerja obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan
proliferasi endometrium. Kadar estrasdiol mencapai puncak pada 3 sampai 4 hari
pascainjeksi dengan nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam siklus
menstruasi ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini selama sekitar
10-14 hari, dan penurunannya menyebabkan perdarahan lucut 10 sampai 20 hari
pasca penyuntikan.
Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya
perdarahan yang tidak teratur, namun setelah 3 bulan pemakaian, ketidakteraturan
perdarahan tampaknya menjadi lebih jarang terjadi dibandingkan dengan injeksi
depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya kesuburan setelah penghentian
berlangsung cepat, dengan hampir 83% wanita menjadi hamil dalam 12 bulan
setelah penghentian. Angka pemulihan kesuburan jauh lebih cepat daripada
penghentian dengan suntikan Depomedroksiprogesteron asetat.
Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu
keadaan dibawah ini :
 Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus
 Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus
 Penyakit sereborvaskular atau arteria koroner
 Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara
 Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai mempunyai
neoplasma dependen estrogen
 Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
 Ikterus kolestatik pada kehamilan atau riwayat ikterus setelah
menggunakan pil
 Adenoma atau karsinoma hati
 Diketahi atau dicurigai hamil
Peringatan :
Merokok meningkatkan resiko efek samping kardiovaskular yang serius akibat
pemakaian kontrasepsi oral. Resiko meningkat seiring usia dan merokok dalam
jumlah besar (15 batang atau lebih per hari) dan sering mencolok pada wanita
berusia 35 tahun atau lebih. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral harus
benar-benar diingatkan untuk tidak merokok.
Tabel 3. kontraindikasi dan peringatan tentang pemakaian Kontrasepsi ora
kombinasi3
Dari Physician’s Desk Reference (2000)

5. METODE KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan
mencegah kehamilan, yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya
penggembala-penggembala unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya
melakukan cara ini dengan memasukkan batu kecil yang bulat dan licin kedalam
alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan
dalam perjalanan jauh2 .
Sejak itu banyak tulisan-tulisan ilmiah yang meneliti tentang efektivitasnya pada
manusia, yang mana pada awalnya banyak mendapat pertentangan oleh karena
dianggap sebagai sumber infeksi pada panggul (salpingitis, endometritis,
parametritis, dll). Tapi sejak mulai diketemukannya antibiotik yang dapat
mengurangi resiko infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR
dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai
dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel
makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga
sering timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus
pada wanita tersebut.
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh
karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion
logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya
konsentrasi logam makin lama makin berkurang.
Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

Jenis-jenis AKDR
Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang
paling banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis
copper T dan spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral
(Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350
dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau
hormon (Levonorgestrel).
Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian
satu kali motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4. Efektivitas cukup tinggi
5. Reversibel
6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI
Efek samping AKDR
 Perdarahan
 Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada
bulan-bulan pertama pemakaian
 Rasa nyeri dan kejang di perut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
Komplikasi AKDR
 Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya
tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan
disucihamakan. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah
adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum
pemasangan AKDR.
 Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa
terjadi pula kemudian.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera
dikeluarkan segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula
dengan yang mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan
laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika
AKDR yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak
mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
 Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada
bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.
Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan
kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan,
sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah
dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya
tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus.

Kontraindikasi pemasangan AKDR


Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi
yang relatif dan kontraindikasi mutlak.
Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:
1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2. Insufisiensi serviks uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi
mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
1. Kehamilan
2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular
Seksual)3
3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5. Pasangan yang tidak lestari/harmonis
Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
 Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir
haid. Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu
sedang terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan
yang timbul akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan
pemasangan pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
 Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan
setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa
tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada
hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.
Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah
bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8
minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu
kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih
besar.
 Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic
abortion merupakan kontraindikasi
 Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama
sebelum AKDR dipasang.
Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang
dipasang dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula
kemugkinan efek samping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa sakit ,
AKDR yang keluar sendiri.

gambar 1.1. Tehnik pemasangan


AKDR
Tehnik pemasangan AKDR
Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR,
tapi disini diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang
paling banyak digunakan di Indonesia.
Tehniknya berupa (gambar 1.1):
 Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja
ginekologi dalam posisi litotomi.
 Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan
betadine
 Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar
uterus
 Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan
dengan larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan
porsio uteri, dan dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan
arah dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri.
 AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu
dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus.
 Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah
sehingga AKDR bebas.
 Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan
tenakulum juga dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm
keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat.
Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya;
pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan.
Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilepaskan lebih awal apabila diinginkan.
Cara mengeluarkan AKDR2
Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik benang AKDR
yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau
dengan cunam. Kadang-kadang benang tidak tampak dari ostium uteri eksternum.
Tidak terlihatnya benang oleh karena :
 Akseptor menjadi hamil
 Perforasi usus
 Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor
 Perubahan letak AKDR sehingga benang tertarik ke dalam rongga uterus,
seperti adanya mioma uterus.

6. METODE KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI dan VASEKTOMI)


Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita
sedangkan vasektomi ialah pada kedua vas deferens pria,yang mengakibatkan
yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi. 1
Metoda dengan cara operasi tersebut diatas telah dikenal sejak zaman dahulu.
Hippocrates menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang dengan
penyakit jiwa. Dahulu vasektomi dilakukan sebagai hukuman misalnya pada
mereka yang melakukan perkosaan. Sekarang tindakan tubektomi dan vasektomi
dilakukan secara sukarela dalam rangka keluarga berencana.

6.1 Tubektomi
Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran
telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi. 3 Tindakan tersebut dapat dilakukan
setelah persalinan atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas
dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya
resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan
untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa
interval.
Keuntungan tubektomi ialah :
 Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-
ulang
 Efektivitas hampir 100%
 Tidak mempengaruhi libido seksualis
 Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun
ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih
menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi.
Indikasi dilakukannya tubektomi :
 Penghentian fertilitas atas indikasi medik
 Kontrasepsi permanen
Syarat-syarat tubektomi :
 Syarat sukarela
 Syarat bahagia
 Syarat medik
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba
falopii terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini
laparotomi (gambar 2.1), laparoskopi; pembedahan transvaginal seperti kolpotomi
posterior, kuldoskopi; dan pembedahan transservikal (transuterin) seperti
penutupan lumen tuba histeroskopik.

gambar 2.1. Minilaparotomi


Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba
dengan berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara
Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong.
Disamping cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan
kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll.
Cara penutupan tuba :
 Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk
suatu lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit
dengan cunam kuat-kuat dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang
yang tidak diserap. Tidak dilakukan pemotongan tuba.

gambar 2.2a. cara Madlener


 Cara Pomeroy
Cara ini paling banyak dilakukan. Dilakukan dengan mengangkat bagian
tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu
dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung- ujung tuba
akhirnya terpisah satu dengan yang lain.

gambar 2.2b. cara Pomeroy


 Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap,
ujung proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan
ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.

gambar 2.2c. cara Irving

 Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian
distal bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum
latum.
 Cara Uchida
Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparotomi)
di atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan
suntikan dengan larutan Adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba.
Akibatnya, mesosalping di daerah tersebut menggembung.lalu dibuat
sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari
tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan
dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam
dengan sendirinya dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal
dibiarkan berada diluar serosa. Luka sayatan dijahit dengan kantong
tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.

gambar 2.2d. cara Uchida


 Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan
dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah
fimbria. Jahitan ini diikat 2x, satu mengelilingi tuba dan yang lain
mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh
fimbria dipotong.
Tehnik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain
sangat kecil kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum.
Angka kegagalan 0,19%.

gambar 2.2e. cara Kroener

6.2 Vasektomi
Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan
dibeberapa negara seperti India, Pakistan, Korea, AS, dll, untuk menekan laju
pertambahan penduduk. Di Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program
keluarga berencana nasional2 .
Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi tersebut
identik dengan dikebiri dan dapat menimbulkan impotensi 5. ”Vasektomi, selain
aman dari kegagalan dengan tingkat keberhasilan 79 persen, menurut Kasmiyati,
juga mampu menaikkan libido seks”5. Ini berarti, vasektomi sama sekali tak
menimbulkan impotensi atau ketidak jantanan5.
Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki
kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan
pada dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal
yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus
disembuhkan dahulu.
Keuntungan vasektomi5 :
 Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental
 Tidak mengganggu libido seksualitas
 Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit
Tehnik vasektomi
Adapun tehniknya berupa:
 Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi dilakukan a dan antiseptik,
kemudian dilakukan anestesi lokal dengan xilokain. Anestesi dilakukan di
kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan
disekitar vas deferens.
 Vas dicari dan setelah ditentukan lokasinya, dipegang sedekat mungkin
dibawah kulit skrotum.
 Dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5-1 cm di diekat tempat
vas deferens. Setelah terlihat, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus
yakin itu benar vas deferens), vas dipotong sepanjang 1-2 cm dan kedua
ujungnya diikat
 Setelah kulit dijahit, tindakan diulang pada bagian sebelahnya.
Sehabis operasi, peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim
dengan pasangannya setelah enam hari. Itupun harus wajib menggunakan kondom
selama 12 kali hubungan demi pengamanan5.
Komplikasi vasektomi : infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya hematom
oleh karena perdarahan kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma.
Kegagalan dapat terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan
memotong vas deferens, tidak diketahi adanya anomali vas deferens, koitus
dilakukan sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.

BAB III
KESIMPULAN

Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya


kehamilan. Dan usaha –usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga
bersifat permanent.
Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam
menentukan dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk
dirinya.
Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok
untuk mereka baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka
masyarakat harus dapat memperoleh informasi yang benar, jujur, dan terbuka
mengenai kelebihan, kekurangan, efek samping, dan kontrasindikasi dari masing-
masing alat atau obat tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.
Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan
berkontribusi pada peningkatan Sumber Daya Manusia pada umumnya dan untuk
menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera dan harmonis pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi


Pertama
cetakan Keempat. Jakarta , Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2003
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta,
Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002
3. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2.
Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006
4. Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi
pertama
cetakan kedua. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2001
5. www.pikas.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=498
6. www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1007347677,29897

Anda mungkin juga menyukai