LAPORAN KASUS
1.1 Identifikasi Pasien
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Nama
: Aprilia Novita Sari
Umur
: 5 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat
: Terusan (Baturaja)
Agama
: Islam
Ayah
:
Nama : Chandra
Pekerjaan: Buruh
Usia : 35 tahun
g. Ibu
:
Nama : Idaswari
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Usia : 25 tahun
h. Dikirim oleh : Datang sendiri
i. MRS
: 04 Juli 2014
1.2 Anamnesis (Alloanamnesis)
Tanggal
: 07 Juli 2014
Diberikan oleh
: Ibu pasien
menurun dan terlihat lemas. BAK dan BAB tetap biasa, sesak tidak ada lalu
pasien dibawa ke RS Dr. Ibnu Sutowo untuk berobat.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama disangkal
c. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat mengalami keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
d. Riwayat Keluarga
: 9 bulan
Partus
: Spontan
Ditolong oleh
: Bidan
BBL
: 2800 gram
PBL
: tidak diketahui
Keadaan Lahir
: langsung menangis
f. Riawayat Imunisasi
BCG
: 1 kali
Polio
: 4 kali
DPT
: 3 kali
Hepatitis B
: 3 kali
Campak
: 1 kali
Kesan
Penderita merupakan anak tunggal. Ayah penderita bernama Chandra dan bekerja
sebagai buruh. Ibu penderita bernama Ida Suwari, Ibu rumah tangga. Total
penghasilan Rp 1.000.000,00/bulan.
Kesan: status ekonomi menengah ke bawah.
h. Riwayat Higienitas Rumah dan Lingkungan
Penderita sekeluarga tinggal di rumah yang terdiri dari kamar tidur, dua kamar
mandi, satu ruang tamu, satu dapur. Sumber air yang digunakan yakni air ledeng
(PAM). Ibu pasien mengaku rajin menguras bak air, menutup tampungan air
dengan baik, dan mengubur barang-barang bekas (kaleng, botol, dan benda-benda
lain yang dapat menampung air).
Kesan: sanitasi cukup baik
i. Riwayat Makanan
ASI
: 0 6 bulan
: 6 bulan 1 tahun
Nasi Tim
: 6 bulan 1 tahun
Nasi Biasa
: 1 tahun- sekarang
Sayur
Buah
: pisang (@1x/minggu)
Kesan
: 9 bulan
Merangkak
: 8 bulan
Berdiri
: 1 tahun
Berjalan
: 14 bulan
Lain lain
: Keluarga Lupa
Keadaan Spesifik
KEPALA
Ubun-ubun
: Rata
MATA
Palpebra
Konjungtiva
: anemis (-/-)
Sklera
: ikterik (-/-)
Pupil
: bulat, isokor
Diameter
: 3mm/3mm
: tidak ada
Bentuk
: normal
Deviasi Septum
: tidak ada
Mukosa
: hiperemis
Sekret
: ada
MULUT
BIBIR
Bentuk
Warna
: merah muda
Pecah-pecah
: tidak pecah-pecah
Cheilosis
: tidak ada
Stomatitis
: ada
Sianosis
: tidak ada
Bengkak
: tidak ada
GIGI
Kebersihan
: cukup
Karies
: ada
LIDAH
Bentuk
: normal
Gerakan
: normal
Tremor
: tidak ada
Warna
: merah muda
Selaput
: tidak ada
Hiperemis
: tidak ada
Atrofi Papil
: tidak ada
FARING TONSIL
Warna
: hiperemis
Edema
: tidak ada
Selaput
: tidak ada
Pembesaran Tonsil
: ada
Ukuran
Simetris
: T2-T2
: Simetris
TELINGA
Bentuk
: normal
Sekret
: tidak ada
Serumen
: tidak terlihat
Liang Telinga
: tidak ada
LEHER
Struma
: tidak ada
Tortikolis
: tidak ada
Kaku kuduk
: tidak ada
Pergerakan
: luas
: normal
Simetris
: simetris
Sela Iga
Bendungan vena
: tidak ada
INSPEKSI DINAMIS
Gerakan
: simetris
Bentak Pernafasan
: abdominothorakal
Retraksi
: tidak ada
PALPASI
Nyeri Tekan
: tidak ada
Fraktur Iga
: tidak ada
Stemfremitus
Krepitasi
: tidak ada
PERKUSI
Bunyi Ketuk
: sonor/sonor
Nyeri Ketuk
: tidak ada
Peranjakan
AUSKULTASI
Bunyi Nafas Pokok
: tidak ada
Wheezing
: tidak ada
JANTUNG
INSPEKSI
Ictus Cordis
: tidak terlihat
PALPASI
Ictus Cordis
Thrill
: tidak teraba
PERKUSI
Batas Kiri
Batas Kanan
Batas Atas
Batas Bawah
AUSKULTASI
HR
: 99x/menit
: normal
Pulsus Defisit
: tidak ada
ABDOMEN
INSPEKSI
Bentuk
: Datar
Ptekie
: tidak ada
Spider nevi
: tidak ada
Caput medusae
: tidak ada
PALPASI
Nyeri Tekan
: tidak ada
Nyeri Lepas
: tidak ada
Defans Muskuler
: tidak ada
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
PERKUSI
Bunyi ketuk
: timpani
Nyeri ketuk
: tidak ada
AUSKULTASI
Bising Usus
: Normal
EKSTREMITAS
Bentuk
: normal
Akral
CRT
: <2
1.4. Resume
Pasien seorang anak perempuan berusia 5 tahun datang dengan keluhan
utama 1 minggu SMRS pasien mengeluh demam dan batuk. Demam yang dialami
tinggi terus-menerus. Pasien diberikan obat penurun panas yang dibeli dari
warung namun panasnya tetap tidak turun. Penderita juga mengalami batuk yang
berdahak. Dahak yang dikeluarin berwarna putih. Pasien juga mengeluh pilek.
Sesak nafas tidak ada, ada nyeri saat menelan, muntah tidak ada, BAB dan BAK
biasa. Tanda-tanda perdarahan tidak ada. Kejang tidak ada, suara serak tidak ada.
Transfusi darah sebelumnya tidak ada. 2 hari SMRS panas pasien masih tidak
turun dan mulai disertai nyeri saat menelan. Pasien kemudian dibawa ke bidan
untuk berobat dan diberikan obat parasetamol sirup namun panasnya tetap tidak
turun. Nafsu makan pasien mulai menurun dan terlihat lemas. BAK dan BAB
tetap biasa, sesak tidak ada lalu pasien dibawa ke RS Dr. Ibnu Sutowo untuk
berobat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nadi 99x/menit,regular,isi
dan tegangan cukup, frekuensi napas 34x/menit, temperatur 38,1 oC. Pada
pemeriksaan fisik pasien ini didapatkan adanya peningkatan suhu dari hari
pertama sampai keempat dan menurun pada hari kelima dan seterusnya, pada
mata konjunctiva pucat dan sklera ikterik tidak ada, perdarahan dari hidung dan
gusi tidak ada, pada pemeriksaan mulut didapatkan faring hiperemis dan
pembesaran tonsil T2-T2, hiperemis, detritus (-), kripta melebar (-). Pemeriksaan
toraks dan abdomen dalam batas normal,pada pemeriksaan ekstremitas, tidak
didapatkan pucat atau bintik-bintik merah serta pemeriksaan rumple lead test ( -)
Tonsilofaringitis Akut
Demam Berdarah Dengue
Malaria
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
10
IVFD KAEN I B
Propiretik 6x160mg supp
Vitamin B kompleks 3x1 tablet per oral
Diet Nasi Biasa 3x 1 porsi
Pemeriksaan Anjuran
: bonam
Quo ad fungsionam
: bonam
Quo ad sanasionam
: dubia ad bonam
11
A
P
Kepala
: kunjungtiva anemik -/- sklera ikterik -/-, pupil bulat,
isokor, RC +/+. Nafas cuping hidung (-)
Leher
: pembesaran KGB (-),faring hiperemis (+)
Thoraks
: simetris, retraksi (-)
Cor
: BJ I-II (-) N, m (-), g (-)
Pulmo
: vesicular (+)N, ronki (-) whezzing (-)
Abdomen
: datar, lemas. H/L ttb, bising usus (+) N
Turgor kembali cepat.
Ekstremitas
: akral hangat, pucat (-) CRT ,2
Tonsilofaringitis
A
P
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
2.1. TONSILOFARINGITIS
2.1.1. Definisi
Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tosil atau faring ataupun
keduanya yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Radang faring pada anak selalu
melibatkan orang sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai
tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. Tonsilofaringitis merupakan
faringitis akut dan tonsilitis akut yang ditemukan bersama-sama.
Ukuran Tonsil :
uvula)
T4 Tonsil melewati garis median, biasanya pada tumor
2.1.2. Epidemiologi
Tonsilofaringitis dapat mengenai semua umur, dengan insiden tertinggi
pada anak-anak usia 5-15 tahun. Pada anak-anak, Group A streptococcus
menyebabkan sekitar 30% kasus tonsilofaringitis akut, sedangkan pada orang
dewasa sekitar 5-10%.
13
2.1.3. Etiologi
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis akut terutama pada anak
berusia 3 tahun. Virus penyebab penyakit respiratori seperti adenovirus,
rhinovirus, dan virus parainfluenza dapat menjadi penyebabnya. Streptococcus
beta hemolitikus grup A adalah bakteri terbanyak penyebab penyakit faringitis
atau tonsilofaringitis akut. Bakteri tersebut mencakup 15-30% pada anak
sedangkan pada dewasa hanya sekitar 5-10% kasus. Mikroorganisme seperti
klamidia dan mikoplasma dilaporkan dapat menyebabkan infeksi, tetapi sangat
jarang terjadi.
Faringotonsilitis kronik memiliki faktor predisposisi berupa radang kronik di
faring, seperti rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol,
inhalasi uap dan debu, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsillitis akut sebelumnya yang
tidak adekuat.
Tabel 1. Etiologi Tonsilofaringitis
Virus
A-B
Bakteri
hemolytic
Adenovirus
Group
Rhinovirus
Influenza
Coronavirus
RSV
EBV
(GABHS)
Staphylococcus aureus
Streptococcus pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Corynebacterium diphteriae
Chlamydia pneumoniae
streptococcus
2.1.4. Patofisiologi
Nasofaring dan orofaring adalah tempat untuk organisme ini, kontak
langsung dengan mukosa nasofaring dan orofaring yang terinfeksi atau dengan
benda yang terkontaminasi, serta melalui makanan merupakan cara penularan
yang kurang berperan. Penyebaran SBGA memerlukan penjamu yang rentan dan
difasilitasi dengan kontak yang erat.
14
Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring yang
kemudian menyebabkan respon peradangan lokal. Sebagian besar peradangan
melibatkan nasofaring, uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya ialah
terjadi inokulasi dari agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan lokal
sehingga menyebabkan eritem faring, tonsil, atau keduanya. Infeksi streptococcus
ditandai dengan invasi lokal serta penglepasan toksin ekstraseluler dan protease.
Transmisi dari virus dan SBHGA lebih banyak terjadi akibat kontak tangan
dengan sekret hidung atau droplet dibandingkan kontak oral. Gejala akan tampak
setelah masa inkubasi yang pendek yaitu 24-72 jam.
bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri,
uvula bengkak dan merah, ekskoriasi hidung disertai impetigo sekunder, ruam
skarlatina, petekie palatum mole.
Tanda khas faringitis difteri adalah membrane asimetris, mudah berdarah, dan
berwarna kelabu pada faring. Pada faringitis akibat virus dapat ditemukan ulkus di
palatum mole, dan didnding faring serta eksudat di palatum dan tonsil. Gejala
15
yang timbul dapat menghilang dalam 24 jam berlangsung 4-10 hari dengan
prognosis baik.
2.1.6
Penegakan Diagnosa
16
antibiotik
selama
tahun
sebelumnya.
Adenoidektomi
sering
direkomendasikan sebagai terapi tambahan pada otitis media kronis dan berulang.
Indikasi tonsiloadenektomi yang lain adalah bila terjadi obstructive sleep apneu
akibat pembesaran adenotonsil.
2.1.8. Komplikasi
Komplikasi apabila tonsilofaringitis tidak dapat ditangani :
Tonsilofaringitis kronis
Otitis media
Mastoiditis
Sinusitis
Abses peritonsillar
Demam rematik
Glomerulonephritis
2.1.9.
Prognosis
Dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik yang tepat, namun
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
BAB III
ANALISIS MASALAH
Pada kasus ini, anak prempuan, Aprilia Novita Sari, 5 tahun, datang ke
dokter puskesmas dengan keluhan demam Keluhan demam dari 2 hari yang lalu
(<7hari) dapat disebabkan :
18
Malaria
Demam Berdarah
Infeksi Saluran Kemih
19
Daftar Pustaka
Adam, George L. MD. 1997. Boies, Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bailey J. Byron, Coffey Amy, R. 1996. Atlas of Head & Neck Surgery
Otolaryngology.
Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan.
Diakses di www.binifas.depkes.go.id
Gates, G.A. 2005. Journal of Tonsilitis. http://www.nidcd.nih.gov
20
Soepardi, Arsyad, SpTHT. 2001. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke 5. Fakultas Kedokteran Unsri.
21