PENDAHULUAN
1
supraklavikula, skapula, atau deltoideus (terdistribusi sepanjang nervus
supraclavicula lateralis dan nervus brachialis lateralis).5
Oleh karena itu, penting untuk mengenali nevus Ito meliputi epidemiologi,
etiologi dan patogenesis, sifat dan gambaran lesi dari nevus Ito, sehingga mampu
untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan penatalaksanaan yang sesuai dengan
kasus yang terjadi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Nevus Ito pertama kali dideskripsikan oleh Ito pada tahun 1954. Nevus
Ito merupakan suatu jenis lesi melanositik dermis yang mengacu pada
gambaran proliferasi melanosit yang jinak. Nevus Ito merupakan lesi yang
jarang ditemukan. Nevus Ito juga disebut dengan nevus fuscoceruleus
acromiodeltoideus terjadi akibat hipermelanosis dermis atau peningkatan
melanosit, biasanya timbul saat lahir tapi dapat berkembang pada usia
selanjutnya. Lebih sering terjadi pada orang keturunan Asia dan ras kulit hitam
lainnya.1,3
Lesi ini cenderung terlihat pada bahu, lengan atas, aksila, deltoideus
dan pada leher. Distribusi pigmen ini sesuai dengan inervasi dari nervus
supraclavicula lateralis dan nervus brachialis lateralis. Sifat lesi dari nevus Ito
yaitu unilateral, datar, bewarna biru kehitaman atau pigmen biru keabu
abuan.5
B. Epidemiologi
Nevus Ota dan Ito paling sering terjadi pada populasi Asia, dengan
estimasi prevalensi 0,2-0,6% untuk nevus Ota pada orang Jepang. Nevus Ito
jarang terjadi daripada nevus Ota, meskipun kejadian yang sebenarnya tidak
diketahui. Kelompok etnis lain dengan peningkatan prevalensi termasuk
Afrika, Afrika Amerika, dan India Timur. Nevus Ota dan nevus Ito jarang
erjadi pada kelompok ras kulit putih. 5
Rasio laki-laki dan perempuan adalah 1: 4.8 untuk nevus Ota. Rasio
untuk nevus Ito tidak diketahui. Puncak pertama onset nevus Ota terjadi pada
masa bayi, dengan sebanyak 50% kasus nevus Ota hadir pada saat lahir.
Timbulnya nevus Ito adalah saat lahir atau segera sesudahnya. Puncak kedua
onset untuk nevus Ota terlihat selama masa remaja. Kasus terisolasi dengan
3
onset tertunda dari Nevi Ota yang pertama kali muncul pada orang dewasa,
termasuk pada pasien yang lebih tua, telah dilaporkan. Hal yang sama jarang
ditemukan pada pasien dengan nevus Ito.6
C. Etiologi
Ada beberapa hipotesis untuk menjelaskan etiologi yang berhubungan
dengan melanosItosis dermis. Salah satu hipotesis yaitu bahwa selama
perkembangan embrio, melanosit kulit yang bermigrasi dari puncak saraf gagal
mencapai lokasi mereka di lapisan basal epidermis. Selain itu, melanosit kulit
dapat bermigrasi dari lapisan basal epidermis atau dari bulbus rambut ke
dermis.
Hipotesis lain adalah bahwa reaktivasi yang sudah ada, melanosItosis
dermis laten, dapat diaktifkan oleh peradangan, trauma, kehamilan, terapi
penggantian hormon atau rangsangan penuaan yang tidak diketahui. Faktor
genetik juga penting dalam patogenesis dermis melanosItosis dan riwayat
keluarga yang positif telah dilaporkan dalam literatur.1
D. Patofisiologi
Etiologi dan patogenesis nevus Ota dan Ito tidak diketahui. Meskipun
belum dikonfirmasi, nevus Ota dan gangguan melanositik dermis lainnya,
seperti nevus Ito, blue nevus, dan Mongolian spot dapat mewakili melanosit
yang belum bermigrasi sepenuhnya dari puncak saraf ke epidermis selama fase
embrionik. Prevalensi variabel antara populasi yang berbeda menunjukkan
pengaruh genetik, meskipun kasus familial dari nevus Ota yang sangat langka.
Dua usia puncak onset pada awal masa bayi dan pada masa remaja awal
menunjukkan bahwa hormon merupakan faktor dalam pengembangan kondisi
ini. Prekursor sel Schwann telah terbukti menjadi sumber melanosit di kulit.
Pengamatan melanosit kulit di dekat dengan berkas saraf perifer di nevus Ito
menunjukkan bahwa sistem saraf merupakan faktor dalam pengembangan
nevus Ito, meskipun patogenesis yang benar masih belum diketahui.7
4
Sebuah teori baru yang muncul mengenai patogenesis nevus Ota dan Ito.
Telah menunjukkan bahwa sebagian besar nevus dan melanoma berhubungan
dengan mutasi pada gen BRAF dan NRAS dari jalur MAP kinase. Namun, blue
nevus dan nevus Ota dan Ito tidak memiliki mutasi ini. Sebaliknya, telah
ditemukan bahwa melanosit hadir dalam lesi ini sering mengandung mutasi
pada gen protein G-coupled, GNAQ. Mutasi ini menyebabkan protein G-
coupled secara konstitutif diaktifkan, sehingga kenaikan melanoblast.
Kemudian melanoblast ini bermigrasi selama embriogenesis pada kulit, uvea,
dan atau meninges, memicu berbagai manifestasi dari nevus Ota. Ini akan
menjelaskan hubungan antara nevus Ota dan uvea serta leptomeningeal
melanosItosis. Mutasi GNAQ juga telah ditunjukkan untuk mendasari
gangguan kulit lainnya, termasuk phakomatosis pigmentovascularis, nevus
flammeus, dan sindrom Sturge-Weber. Ini juga telah menunjukkan bahwa
risiko pengembangan kulit, uvea, atau melanoma leptomeningeal dalam
pengaturan lesi seperti nevus dari Ota berhubungan dengan monosomi
kromosom 3. Gen supresor tumor BAP1 (BRCA-terkait protein 1) terletak di
kromosom ini. Kehilangan satu alel BAP1 terkait dengan prognosis buruk.
Monosomi 3, ditambah dengan hilangnya 1Q atau bertambahnya 8Q, terkait
dengan prognosis yang lebih buruk. Evaluasi untuk kelainan ini dalam
melanoma terkait dengan nevus dari Ota bisa membantu dalam prognosis,
pengobatan, dan tindak lanjut.8
E. Manifestasi Klinis
Lesi ini cenderung terlihat pada bahu, lengan atas, aksila, deltoideus dan
pada leher. Distribusi pigmen ini sesuai dengan inervasi dari nervus
supraclavicula lateralis dan nervus brachialis lateralis. Sifat lesi dari nevus Ito
yaitu unilateral, datar, bewarna biru kehitaman atau pigmen biru keabu
abuan. Terdapat gejala ekstrakutaneus yaitu adanya gangguan sensorik pada
area kulit yang terkena.1
5
Gambar 2.1 Nevus Ito pada regio supraklavikula6
Gambar 2.1 Nevus Ito pada regio punggung yang bersifat unilateral.5
6
Gambar 2.3 Nevus Ito kongenital terjadi bersama dengan nevus Ota
yang terdistribusi pada regio wajah, leher, bahu, dan punggung.9
Gambar 2.4 Nevus Ito kongenital pada regio deltoid hingga brachial.6
7
F. Diagnosis
Lesi melanositik ini memiliki gambaran histologi yang sama, sehingga
untuk membedakannya, paling sering didukung pada gambaran klinis dan
distribusi anatomi.1
Nevus Ito cenderung terlihat pada bahu, lengan atas, aksila, deltoideus dan
pada leher. Distribusi pigmen ini sesuai dengan inervasi dari nervus
supraclavicula lateralis dan nervus brachialis lateralis. Sifat lesi dari nevus Ito
yaitu unilateral, datar, bewarna biru kehitaman atau pigmen biru keabu
abuan.5
G. Diagnosis Banding
Beckers Nevus
8
Gambar 2.6 Sebuah plak berwarna agak coklat terang dengan batas tegas
dan sangat tidak teratur serta sedikit hipertrikosis pada dada pasien laki-laki
16 tahun.12
Gambar 2.7 Pada kasus ini, tampak hipertrikosis masif yang menutupi plak
coklat.12
9
Cafe au lait macule
Caf au lait, atau caf au lait (CAL) adalah lesi hiperpigmentasi yang
mungkin berbeda dalam warna dari coklat muda sampai coklat gelap; hal
ini tercermin sesuai dengan kondisinya, yang berarti "kopi dengan susu."
Batas lesi mungkin halus atau tidak teratur. Ukuran dan jumlah lesi caf
au lait sangat bervariasi dan biasanya manifestasi awal dari
neurofibromatosis. Makula dapat diamati pada masa bayi, meskipun
mereka biasanya sangat ringan pada bayi dan bisa sulit untuk dinilai. Lesi
kulit berkembang pada awal masa bayi, dan mereka bisa membesar dalam
ukuran dan menjadi jelas setelah usia 2 tahun.14
Caf au lait makula yang diamati pada 95% pasien dengan
neurofibromatosis tipe 1 (NF1), yang merupakan sindrom neurokutaneus
yang paling sering terjadi. Bintik-bintik ini juga dapat diamati pada pasien
tanpa NF1. Kondisi lain di mana mereka dapat diamati meliputi sindrom
McCune-Albright, tuberous sclerosis, Fanconi anemia, dan sindrom
Coffin-Siris (MIM 135.900), ditandai dengan keterlambatan
perkembangan, gangguan berbicara, fitur wajah khas, hipertrikosis,
hipoplasia falang distal digit kelima, dan agenesis corpus callosum. Caf
au lait makula mungkin menjadi penanda RASopathies, gangguan yang
berhubungan dengan mutasi RAS.14
10
Gambar 2.8 Caf au lait yang terdistribusi pada punggung.14
H. Penatalaksanaan
Pulsed Q-switched laser surgery adalah terapi yang saat ini dilakukan
untuk nevus Ito. Laser ini bekerja melalui fototermal selektif dan destruksi
fotomekanik pada melanosit dan melanofag dermis. Angka keberhasilan yang
tinggi dilaporkan dengan Q-switched ruby, Q-switched alexandrite and Q-
switched Nd: YAG lasers. Setelah 4-8 kali pengobatan, pigmentasi kulit
berkurang atau menghilang pada hampir 100% kasus, dengan risiko kurang
1
dari 1% timbulnya scar. Panjang gelombang menembus dalam ke dermis,
memicu fototermal selektif dan destruksi fotomekanik pada melanosit dermis.
Setelah iradiasi, bentuk melanosit kulit dan melanosom berubah. Melanosom
terfragmentasi menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, dan membran sel
terganggu; inti terfragmentasi atau hancur. Penghancuran melanosit dermis
dapat dicapai tanpa cedera kolateral ke jaringan sekitarnya.10
Terapi lini kedua yaitu dermoabrasi atau kamuflase kosmetik juga dapat
digunakan. Modalitas terapi yang lain telah dicoba tanpa adanya keberhasilan
seperti chemical peeling, laser karbon dioksida, dan topical bleaching. Pada
11
saat ini, pasien lebih waspada saat berkonsultasi dan mereka menolak untuk
melakukan terapi apapun.1
I. Prognosis
Tanpa pengobatan lesi kulit akan tetap permanen. Nevus Ito terkadang
dapat menyebabkan gangguan emosi dan psikologis. Nevus Ito biasanya tidak
memiliki gejala dan menyebabkan keprihatinan secara kosmetik pada pasien;
perubahan sensorik sesekali hadir dalam lesi. Dalam kasus yang jarang, nevus
Ito telah berkembang ke melanoma kutaneus.11
J. Komplikasi
Sangat jarang nevus Ito mengalami transformasi menjadi ganas. Hanya
ada 13 laporan dalam literatur melanoma kulit utama yang timbul dalam
melanosItosis dermis. Tercatat kasus dimana seorang wanita Cina dengan
melanoma timbul dari nevus Ito kongenital.1
12
BAB III
PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Resende C, Araujo C, Vieira AP, BrIto C. Late onset Itos nevus. BJMJ case
rep. 2013: 1-2 pp.
2. Tse JY, Walls BE, Pomerantz H, et al. Melanoma arising in a nevus of Ito:
novel genetic mutations and review of the literature on cutaneous malignant
transformation of dermal melanocytosis. J cutan pathol. 2015: 1-7 pp.
3. Baselga E. Pediatric Skin of Color. New York: Springer. 2015.
4. Gloster HM, Gebauer LE, Mistur RL. Absolute dermatology review:
mastering clinical conditions on the dermatology recertification exam. New
York: Springer. 2014.
5. Berger WA. Nevi of Ota and Ito. 2016. Availaible from
htttp://emedicine.medscape.com/article.
6. Passeron T, Ortonne JP. Atlas Pigmentary Disorders. Switzerland : Springer.
2016.
7. Adameyko I, Lallemend F, Aquino JB, Pereira JA, Topilko P, Muller T, et al.
Schwann cell precursors from nerve inervation are a celular origin of
melanocytos in skin. Cell. 2009; 139(2): 366-79 pp.
8. Thomas AC, Zeng Z, Riviene JB, et al. Mosaic activating mutations in GNA
11 and GNAQ are associated with phakomatosis pigmentovascularis and
extensive dermal melanocytosis. J invest dermatol. 2016; 136(4): 770-8.
9. Lee S, Kim DH, Lee G, Whang KU, Lee JS, Park YP. An unusual case of
congenital dermal melanocytosis. Ann dermatol. 2010; 22(4) :461 pp.
10. Chandak R, Degwelkar S, Chandak M, Bhowte R, Rawlani S. Rare case
report of nevus of Ota. J Kor dent sci. 2010; 3(1) : 43-7 pp.
11. Wise SR, Capra G, Martin P, Wallace D, Mollter C. Malignant melanoma
transformation within a nevus of Ito. Am aca of derm. 2009; 62(5): 869-74
pp.
12. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatricks color atlas and synopsis of
clinical dermatology seventh edition. USA : McGraw-Hill Education. 2013.
14
13. Sirka CS, Puhan MR, Behera S, Mohanty P, Nanda M. Becker's nevus with
ipsilateral breast hypoplasia. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2009;
75(2):202-3 pp.
14. James WD. Cafe au lait spots. 2017. Availaible from
http://emedicine.medscape.com/article/911900-overview.
15