Anda di halaman 1dari 23

MATERI DISKUSI

Pembimbing :
GANGGUAN TIDUR dr. Andi Soraya T.U,
M.Kes, Sp.KJ.
B A G I A N I L M U K E S E H ATA N J I W A
R S U A N U TA P U R A PA L U FA K U LTA S K E D O KT E R A N D A N I L M U K E S E H ATA N
U N I V E R S I TA S TA D U L A K O
PENDAHULUAN
Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversible yang

ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak dan tinggi peningkatan


ambang respon terhadap stimulus eksternal dibandingkan dengan
keadaan terjaga.
Tidur terdiri dari dua keadaan fisiologis :

1. Non rapid eye movement (NREM)


2. Rapid eye movement (REM)

Empat gejala utama yang menandai sebagian besar gangguan tidur


adalah :
Insomnia

Hipersomnia

Parasomnia

Gangguan jadwal tidur bangun

KLASIFIKASI GANGGUAN
TIDUR
Berdasarkan PPDGJ III Berdasarkan DSM - IV
Dyssomnia : 1. Gangguan tidur primer
F51.0 Insomnia non organik . Disomnia : Insomnia primer,
F51.1 Hipersomnia non-organik hipersomnia primer,
F51.2 Gangguan jadwal tidur jaga narkolepsi, gangguan tidur
non organik yang terkait dengan
pernapasan, gangguan tidur
Parasomnia : irama sirkadian, disomnia yang
F51.3 Somnambulisme (sleep tak tergolongkan
walking) . Parasomnia : gangguan mimpi
F51.4 Teror tidur (night terrors) buruk, gangguan teror tidur,
F51.5 Mimpi buruk (nightmares) gangguan berjalan di dalam
tidur, parasomnia yang tidak
F51.6 Gangguan tidur non organik tergolongkan.
lainnya
F51.7 Gangguan tidur non organik
Berdasarkan DSM -IV
2. Gangguan tidur akibat
gangguan jiwa lainnya:
Insomnia akibat gangguan
jiwa lain (Aksis I atau II)
Hiperinsomnia akibat
gangguan jiwa lain (Aksis I
atau II)

3. Gangguan tidur lain :


.Gangguan tidur akibat
keadaan medis umum;
.Gangguan tidur yang
dicetuskan zat.
INSOMNIA
DEFINISI
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai
atau mempertahankan tidur. Keadaan ini
adalah keluhan tidur yang paling lazim
ditemui dan dapat bersifat sementara dan
menetap.
Insomnia persisten adalah jenis yang cukup
sering. Gangguan ini terdiri dari sekelompok
kondisi dimana masalah yang paling sering
ETIOLOGI
Gejala Insomnia Insomnia
sekunder karena sekunder karena
kondisi medis kondisi psikiatrik
atau lingkungan
Sulit jatuh tidur Tiap kondisi yang Kecemasan
menyakitkan atau Kecemasan
tidak ketegangan atau
menyenangkan otot otot
Lesi SSP Perubahan
lingkungan
Gangguan tidur
irama sirkadian
Gejala Insomnia sekunder Insomnia sekunder
karena kondisi medis karena kondisi
psikiatrik atau
lingkungan
Sulit tetap tidur Sindrom apnea tidur Depresi, terutama
Mioklonus nokturnal depresi primer
dan sindrom tungkai Perubahan lingungan
gelisah (restless legs Gangguan tidur irama
syndrome) sirkadian
Faktor diet Gangguan stres
Kejadian episodik pascatraumatik
(parasomnia) Skizofrenia.
Efek zat langsung
Efek putus zat
Interaksi zat
Penyakit endokrin atau
metabolik
Penyakit infeksi,
neoplastik atau lain
Kondisi yang
menyakitkan atau tidak
menyenangkan
Lesi atau penyakit
batang otak atau
KRITERIA DIAGNOSTIK
Hal tersebut dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti :
a) Keluhan adanya kesulitan masuk tidut atau mempertahankan tidur, atau kualitas
tidur yang buruk
b) Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
c) Adanay preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang
berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
d) Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan
yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
) Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Semua komorbiditas harus dicantumkan
karena membutuhkan terapi sendiri
) Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan,
oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria
diatas (seperti pada transient insomnia) tidak didiagnosis disini, dapat dimasukkan
dalam Reaksi Stres Akut (F43. 0) atau Gangguan Penyesuain (F43. 2)
HIPERSOMNIA
DEFINISI

Hipersomnia adalah jumlah tidur yang berlebihan dan mengantuk


(somnolensi) yang berlebihan di siang hari. Dalam bebrapa situasi
kedua gejala ditemukan. Istilah somnolensi harus digunakan bagi
pasien yang mengeluh mengantuk dan memiliki kecenderungan
yang jelas dapat dibuktikan untuk tertidur secara tiba tiba dalam
keadaan terjaga, yang memiliki serangan tidur, dan yang tidak
dapat terjaga.
ETIOLOGI
GEJALA TERUTAMA MEDIS TERUTAMA PSIKIATRI ATAU
LINGKUNGAN
Tidur berlebihan atau Sindrom Kleine Levin Depresi
hipersomnia Somnolensi yang Reaksi menghindar
berhubungan dengan
menstruasi
Kondisi metabolik atau
toksik
Kondisi ensefalitik
Alkohol dan medikasi
depresan
Putus dari stimulan
Mengantuk berlebihan di Narkolepsi dari sindrom Depresi (beebrapa)
siang hari mirip narkolepsi Reaksi menghindar
Apnea tidur Gangguan tidur irama
Sindrom hipoventilasi sirkadian
Hipotiroidisme dan kondisi
metabolik dan toksik lain
Alkohol dan medikasi
depresan
Tidak tidur atau
KRITERIA DIAGNOSTIK
HIPERSOMNIA
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :
a) Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur/ sleep attacks (tidak
disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau transisi yang memanjang dari saat mulai
bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness)
b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu
yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi
dalam sosial dan pekerjaan
c) Tidak ada gejala tambahan narcolepsy (cataplexy, sleep paralysis, hynagogic hallucination)
atau bukti klinis untuk sleep apnoe (nocturnal breath cessation, typical intermittent snoring
sound,etc)
d) Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk pada siang hari.
) Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa lain, misalnya
Gangguan Afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang mendasarinya.
Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan keluhan
yang dominan dari penderita dengan gangguan jiwa lainnya
GANGGUAN JADWAL TIDUR JAGA NON
ORGANIK
DEFINISI
Gangguan jadwal tidur jaga non organik adalah
pereseran dari periode sirkardiannya yang
diharapkan dimana pasien tidak dapat tertidur saat
mereka ingin tidur walaupun merek dapat tidur pada
waktu lain.

Gangguan ini tidak mengakibatkan insomnia atau


somnolensi yang tepat. Gangguan jadwal tidur
bangun dapat dianggap suatu ketidaksejajaran
antara perilaku tidur dan bangun.
KRITERIA DIAGNOSTIK GANGGUAN
JADWAL TIDUR JAGA NON ORGANIK
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :
a) Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchrony) dengan pola
tidur-jaga yang normal bagi masyarakat setempat
b) Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada waktu
kebanyakan orang terjaga, yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya
1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek
c) Ketidakpuasan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan
)Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti anxietas, dengan depresi, hipomania,
tidak menutup kemungkinan diagnosis gangguan jadwal tidur-jaga non-organik,
yang penting adanya dominasi gambaran klinis gangguan ini pada penderita.
Apabila gejala gangguan jiwa lain cukup jelas dan menetap harus dibuat
diagnosis gangguan jiwa yang spesifik secara terpisah.
PARASOMNIA
DEFINISI
Menurut PPDGJ III, parasomnia adalah peristiwa episodik
abnormal yang terjadi selama tidur (pada kanank
kanak hal ini terkait terutama dengan perkembangan
anak, sedangkan pada dewasa terutama pengaruh
psikogenik).
Fenomena yang tidak umum dan tidak diinginkan yang
tampak secara tiba tiba selama tidur atau yang terjadi
pada ambang antara terjaga dan tertidur.
SOMNAMBULISME (SLEEP
WALKING)
Terdiri dari urutan perilaku kompleks yang dimulai dalam
sepertiga bagian pertama malam hari selama tidur non REM
dalam (stadium 3 dan 4), dan seringkali walaupun tidak selalu,
dilanjutkan tanpa kesadaran penuh atau ingatan tentang episode
tersebut kemudian dengan meninggalkan tempat tidur dan
berjalan berkeling keliling.
Pasien duduk dan seringkali melakukan tindakan motorik yang
telah dikenal seperti berjalan, berpakaian, pergi ke kamar mandi,
berbicara, berteriak, dan bahkan mengemudi kendaraan
Perilaku kadang kadang berakhir dalam keadaan terjaga dengan
konfusi selama beberapa menit lebih sering, orang kembali tidur
dan tidak memiliki ingatan terhadap peristiwa tidur berjalan
KRITERIA DIAGNOSTIK
SOMNAMBULISME (SLEEP
WALKING)
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti, yaitu:
A. Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada
sepertiga awal tidur malam dan terus berjalan-jalan (kesadaran berubah)
B. Selama satu episode, individu menampakkan wajah bengong (blank, staring face), relatiif tidak
memberi respon terhiadap usaha orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk
berkomunikasi dengan penderita dan hanya dapat disadarkan dan dibangunkan dari tidurnya
dengan susah payah
C. Pada wakitu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu tidak inigat
dengan apa yang terjadi
D. Dalam kurun beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak adagangguan aktivitas
mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikiit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat
E. Tidak adanya bukti gangguan mental organik

Somnambulisme harus dibedakan dari serangan epilepsipsikomotor dan


fugue disosiatif (f.44.1)
TEROR TIDUR
Merupakan suatu keadaan terjaga dalam sepertiga bagian
pertama malam hari selama tidur non REM yang dalam(stadium
III dan IV). Keadaan ini hampir selalu diawali oleh teriakan atau
tangisan yang tajam dan disertai oleh manifestasi perilaku
berupa kecemasan yang kuat yang hampir panik.
Biasanya pasien terduduk di tempat tidur dengan ekspresi
ketakutan, berteriak dengan keras, dan kadang terbangun
segera dengan perasaan teror yang kuat.
Sama dengan tidur berjalan, mereka melupakan episode
tersebut.
Dapat mencerminkan kelainan neurologis minor, kemungkinan
dalam struktur lobus temporal atau struktur dasar karena jika
KRITERIA DIAGNOSTIK
TEROR TIDUR
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti, yaitu:
A. Gejala utama adalah salah satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dengan berteriak karena
panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar dan hiperaktivitas otonomik sperti jantung
berdebar-debar, napas cepat, pupil melebar dan berkeringat
B. Episode ini dapat berulang. Setiap episode berkisar 1-10 menit, bisanya terjadi pada sepertiga awal
tidur malam
C. Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan teror
tidurnya, dan kemudian setelah beberapa menit setelah bangun bisanya terjadi disorientasi dan
gerakan-gerakan berulang
D. Ingatan terhadap kejadian, wlaupun ada sangat minimal (biasanya terbatas pada satu atau dua
bayangn-bayangan yang terpilah-pilah)
E. Tidak ada bukti gangguan mental organik

Teror tidur harus dibedakan dengan mimpi buruk (F.51.5), biasanya terjadi setiap
saat dalam tidur, mudah dibangunkan dan teringat dengan jelas kejadiannya
Teror tidur dengan somnambulisme sangat berhubungan erat, keduanya
mempunyai karakteristik klinis dan patofisiologis yang sama
MIMPI BURUK (NIGHTMARES)
Mimpi buruk ditandai oleh mimpi yang lama dan menakutkan, dimana
seseorang terbangun dlam keadaan ketakutan,

Seperti mimpi buruk lainnya, mimpi buruk hampir selalu terjadi selama tidur
REM.

Mimpi biasanya terjadi setelah episode REM yang panjang dan larut malam.

Biasanya tidak diperlukan pengobatan spesifik untuk gangguan mimpi buruk.


Obat yang menekan tidur REM seperti obat trisiklik dapat menurunkan
frekuensi mimpi menakutkan. Benzodiazepin juga telah digunakan.
KRITERIA DIAGNOSTIK MIMPI
BURUK (NIGHTMARES)
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis
pasti:
A. Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang
menakutkan yang dapat diingat kembali dengan rinci atau jelas. Perihal
kelansungan harapan hidup, keamanan atau harga diri, terbangunnya dapat
terjadi kapan saja selama periode tidur, tetapi yang khas pada paruh kedua
masa tidur
B. Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar penuh
dan mampu mengenali lingkungan nya
C. Pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur yang terganggu, menyebabkan
penderitaan cukup berat bagi individu

Sangat penting untuk membedakan, mimpi buruk mimpi


buruk dengan teror tidur, denigan memperhatikan gambaran
klinis yang khas untuk masing-masing gangguan.
GANGGUAN TIDUR NON
ORGANIK LAINNYA
GANGGUAN TIDUR YTT
TERAPI
Terapi dengan benzodiazepin, zulpidem (Ambien),
zaleplon (sonata), serta hipnotik lainnya.
INSOMNIA Obat tidur yang bekerja lama : flurazepam,
quazepam, yang paling baik untuk insomnia malam

PRIMER
hari.
Obat yang bekerja singkat : triazolam berguna untuk
pasien yang mengalami kesulitan untuk jatuh tertidur.
Pada umumnya obat tidur tidak diresepkan untuk
waktu > 2 minggu karena toleransi dan putus obat
dapat terjadi.

Terapi menggunakan obat stimulan


HIPERSOMN seperti amfetamin yang diberikan di
pagi atau sore hari
IA PRIMER Antidepresan non sedasi seperti
buproprion dan stimulan baru seperti
modafinil
TERAPI PARASOMNIA

Gangguan Mimpi Gangguan Teror Tidur Gangguan Tidur


Buruk Berjalan
Tidak ada terapi spesifik Farmakoterapi jarang Upaya mencegah cedera
yang diperlukan diberikan, tapi jika dan obat yang menekan
Agen yang menekan tidur diperlukan dapat diberikan tidur tahap tiga dan
REM : golongan trisiklik diazepam (valium) dengan empat
dan benzodiazepin dosis rendah. Contoh obat yang bekerja
Pemeriksaan situasi menekan tidur tahap tiga
keluarga yang dan empat yaitu anti-
menimbulkan stress. depresan golongan
Terapi individual. trisiklik dan tetrasiklik

Anda mungkin juga menyukai