Anda di halaman 1dari 49

INSOMNIA, HIPERSOMNIA, NARKOLEPSI,

NIGHTMARE, DAN SLEEP WALKING

OLEH:
SITI MAIMUNAH, S.KED
F E B R I N A N D YA N T I , S . K E D

PERCEPTOR :
D R . C A H YA N I N G S I H F I B R I R O K H M A N I , S P. K J , M . K E S ,

K E PA N I T E R A A N K L I N I K I L M U K E D O K T E R A N J I WA
R S J I WA D AE R AH P R O V I N SI L AM P U N G
F A K U LTA S K E D O K T E R A N
U N I V E R S I TA S L A M P U N G
2019
FISIOLOGI TIDUR
Tahap I

Tahap II
NREM
TAHAPAN Tahap III
TIDUR
REM
Tahap IV
DYSSOMNIA PARASOMNIA

 Insomnia  Sleep walking


 Hipersomnia  Nightmare
 Narkolepsi  Night terror
 Gangguan jadwal tidur-jaga
INSOMNIA
• Ketidakpuasan dengan kuantitas atau kualitas tidur, yang berkaitan deng
an satu atau lebih gejala sebagai berikut:
• Kesulitan memulai tidur, kesulitan dalam menjaga tidur dengan keluhan ter
bangun beberapa kali saat tidur atau kesulitan untuk kembali tidur, dan te
rjaga di pagi hari dengan ketidakmampuan untuk kembali tidur.
Stress

Kecemasan dan depresi

Obat-obatan

Kafein. Nikotin, alcohol

Kondisi medis

Perubahan lingkungan

Belajar insomnia
Emosi Pola Hidup Faktor
lingkungan

Usia >50 Episode


tahun Jenis Kelamin Insomnia
Sebelumnya

Penyakit
kronis
Insomnia Insomnia
Primer Sekunder
Gangguan kekurangan Terjadi akibat efek dari
tidur yang tidak ada hal lain, misalnya
hubungannya dengan kondisi medis, psikis,
medis, psikis, dan obat-obatan
lingkungan
KRITERIA DIAGNOSTIK – PPDGJ III (F51.0)

Hal yang tersebut dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnos


is pasti:
 Keluhan adanya kesulitan untuk masuk tidur, mempertahankan tidur, atau kua-
litas tidur yang buruk.
 Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan.
 Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang
berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.
 Ketidakpuasaan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi dalam sosial dan peker-
jaan.
KRITERIA DIAGNOSTIK – PPDGJ III (F51.0)
• Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas atau obsesi
tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Semua komorbiditas
harus dicantumkan karena membutuhkan terapi tersendiri

• Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan ada-


nya gangguan oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yg
tidak memenuhi kriteria diatas (seperti pada “transient insomnia”) tidak di
diagnosis disini dapat dimasukkan dalam Reaksi Stress Akut (F43.0) atau
gangguan penyesuaian (F43.2)
TATALAKSANA

Terapi Non-farmakologi

• Cognitive behavior therapy (CBT)


• Universal sleep hygiene
• Stimulus control theraphy
• Restriksi tidur
• Terapi relaksasi dan biofeedback
• Cognitive training

Terapi Farmakologi
Edukasi Kebiasaan Tidur yang Baik
DO DON’T
Terapi Farmakologi
Benzodiazepine
• Flurazepam, Triazolam, Quazepam, Temazepam, dan Estazolam

Non-benzodiazepine
• Zaleplon, Zolpidem, dan Eszopiclone

Miscellaneous sleep promoting agent


• Melatonin agonis (Ramelteon), Antihistamin (Diphenhydramine)
Pemilihan Obat
• Golongan benzodiazepine short-
Initial Insomnia acting

Delayed • Golongan heterosiklik antidepresan


Insomnia (Trisiklik dan Tetrasiklik)

Broken • Golongan benzodiazepine long-


Insomnia acting
HIPERSOMNIA
Definisi

Gangguan yang dicirikan dengan rasa kantuk


berlebih dan dibuktikan dengan kebutuhan untuk
tidur yang berlebihan, durasi tidur lama, atau
inersia tidur yang berlebih (American Psychiatric
Association, 2013)
Mengantuk dapat merupakan konsekuensi dari insufisiensi tidur,
disfungsi neurologis pada sistem otak yang mengatur tidur, tidur
yang terganggu/terputus, atau fase irama sirkadian individu.

Rasa mengantuk dapat terjadi episodik dan muncul sebagai


serangan tidur.

Rasa mengantuk akan memberikan dampak gangguan atensi,


konsentrasi, memori, dan proses kognitif tingkat tinggi.
Epidemiologi
Diperkirakan lebih dari 100.000 penderita di Amerika
Serikat.
National Sleep Foundation melaporkan hipersomnia terjadi
pada 0,3-4,0% orang dewasa, 5-10% dewasa muda dan
dewasa menengah, 20- 30% lanjut usia.
Tidak ada perbedaan jenis kelamin pada pasien hipersomnia.

Masalah tidur berdampak pada fungsi keseharian pasien


seperti aspek sosial, keluarga dan pekerjaan
Tipe Hipersomnia
Sindrom Kleine-Levin
Hipersomnia berkaitan Menstruasi
Hipersomnia Idiopatik
Behaviorally Induced Insufficient Sleep Syndrome
Hipersomnia karena Kondisi Medis
Hipersomnia karena penggunaan obat atau zat
KRITERIA DIAGNOSTIK – PPDGJ III (F51.1)
Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:

a) Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur/sleep
attacks (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau transisi yang me-
manjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness)
b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang dengan
kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
c) Tidak ada gejala tambahan “narcolepsy” (cataplexy, sleep paralysis, hypnagonic,
hallucination) atau bukti klinis untuk “sleep apnoe” (nocturnal breath cessation, typical in
termittent snoring sounds, etc)
d) Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk pada
siang hari
KRITERIA DIAGNOSTIK – PPDGJ III (F51.1)

• Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa
• lain, misalnya gangguan afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan
• gangguan yang mendasarinya. Diagnosis hipersomnia psikogenik harus
• ditambahkan bila hipersomnia merupakan keluhan yang dominan dari
• penderitaan dengan gangguan jiwa lainnya.
Tatalaksana
Terapi Non farmakologi
• Edukasi mengenai tipe-tipe hipersomnia, perjalanan,
prognosis dan prinsip manajemen
• Membiasakan tidur siang terjadwal
• Menekankan kebutuhan untuk jadwal tidur malam yang
cukup dan teratur
• Mengurangi kopi, alkohol dan aktivitas pada malam hari
Terapi Farmakologi
Terapi Farmakologi

Dextroamphetamine
Psikostimulan dan
methylphenidate

Wake-
promoting Modafinil dan
armodafinil
substances
NARKOLEPSI
DEFINISI

Berdasarkan DSM V, narkolepsi merupakan periode berulang dari keinginan tidur


yang tak tertahankan, tertidur tiba-tiba yang terjadi pada hari yang sama. Yang
terjadi minimal tiga kali dalam seminggu selama lebih dari 3 bulan.

Serangan tidur pada narkolepsi menunjukan episode mengantuk yang tak dapat
dihindari, sehingga menyebabkan tidur selama sekitar 10 sampai 20 menit,
setelah itu pasien merasa segar.

Hal ini dapat terjadi pada waktu yang tak sesuai (seperti saat sedang makan,
mengobrol, atau menyetir).
Epidemiologi

Narkolepsi dapat terjadi pada semua umur, namun


frekuensi paling sering dimulai dari usia remaja hingga
dewasa muda, umumnya kurang dari 30 tahun.
Gejala

Gejala tersering pada narkolepsi adalah serangan tidur.

Pasien tak dapat mencegah dirinya tertidur.

Sering diasosiasikan (>50%) dengan katapleksi, yaitu hilangnya


tonus otot mendadak, seperti jaw drop, head drop, kelemahan lutut,
atau paralisis semua otot rangka dan pingsan.
Gejala lainnya: halusinasi hypnagogic atau hypnopompic dan sleep
paralysis
Klasifikasi (DSM V)

Narkolepsi tanpa katapleksi tapi dengan defisiensi hypocretin

Narkolepsi dengan katapleksi tapi tanpa defisiensi hypocretin

Autosomal dominant cerebellar aaxia, deafness, and narcolepsy

Autosomal dominant narcolepsy, obesisity, dan diabetes tipe 2

Narkolepsi sekunder akibat kondisi medis lain


Kriteria Diagnostik - DSM V
Adanya minimal satu dari gejala berikut:

• 1. Episode katapleksi, yang didefinisikan sebagai (a) atau (b), terjadi


minimal beberapa kali dalam sebulan:
• a. Pada individu dengan long standing disease, episode cepat (detik
ke menit) hilangnya tonus otot bilateral secara mendadak dengan
kondisi tetap terjaga yang di percepat oleh tertawa atau bercanda
• b. Pada anak-anak atau individu dengan onset 6 bulan, episode
grimace atau membukanya rahang spontan dengan lidah
yangterjulur atau hipotonia global tanpa adanya pencetus emosional
Kriteria Diagnostik - DSM V

• Defisiensi hypocretin, yang diukur menggunakan immunoreactivity


hypocretin-1 dari cairan serebrospinal
• Dari polisomnografi tidur nokturnal menunjukkan latensi tidur REM
kurang dari atau sama dengan 15 menit atau uji latensi tidur menunj
ukkan rata-rata latensi tidur kurang dari atau sama dengan 8 menit
dan dua atau lebih periode tidur REM.
Tatalaksana

• Secara non-farmakologis, dapat dilakukan penjadwalan untuk tidur siang


pada waktu tertentu terkadang membantu pasien dengan narkolepsi dan,
pada beberapa kasus, regimen ini saja, tanpa medikasi, dapat menyem-
buhkan kondisi ini.
• Medikasi yang sering digunakan  Stimulan. Modafinil, agonist reseptor
α1-adrenergik, telah disetujui oleh FDA untuk menurunkan frekuensi serang
an tidur dan meningkatkan performa psikomotor pada narkolepsi.
NIGHTMARE
DEFINISI

• Mimpi buruk adalah mimpi yang lama dan menakutkan yang membuat
orang terbangun dengan rasa ketakutan.
• Mimpi buruk hampir selalu terjadi selama tidur REM dan biasanya setelah
periode REM yang panjang di akhir malam.
Kriteria diagnostik – PPDGJ III (f51.5)
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial
untuk diagnosis pasti:
• Terbangun dari tidur malam / tidur siang berkaitan dengan
mimpi yang menakutkan yang dapat diingat kembali dengan
rinci dan jelas, biasanya perihal ancaman kelangsungan
hidup, keamanan, atau harga diri, terbangunnya dapat
terjadi kapan saja selama periode tidur, tetapi yang khas
adalah pada paruh kedua masa tidur.
• Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu
segera sadar penuh dan mampu mengenali lingkungannya
• Pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur yang terganggu,
menyebabkan penderitaan cukup berat bagi individu.
SLEEPWALKING
DEFINISI

• Sleep walking (somnambulisme) adalah rangkaian perilaku kompleks yang


diawali pada 1/3 pertama malam selama tidur NREM yang dalam (tahap
3 dan 4) dan sering, meskipun tidak selalu, dilanjutkan tanpa kesadaran
penuh atau ingatan mengenai episode tersebut untuk meninggalkan tem-
pat tidur & berjalan (Kaplan & Sadock, 2015).
Epidemiologi

Sleep walking memiliki


insiden yang sama pada
pria dan wanita. Sleep
walking paling sering
terjadi pada masa kanak-
kanak tengah dan
preadolescence, dengan
puncak insidensi anak-
anak usia 11-12 tahun.
Manifestasi Klinis
Berjalan tenang, gelisah / mencoba untuk "melarikan
diri."
Biasanya, mata terbuka dengan tatapan kosong.

Saat ditanya, responsnya lambat atau tidak ada.


Jika kembali ke tempat tidur tanpa bangun, anak-anak
tidak ingat peristiwa tersebut.
Remaja mungkin terbangun dengan lebih mudah di akhir
episode serta sering merasa malu terhadap perilakunya
(terutama jika itu tidak pantas).
Kriteria diagnostik – PPDGJ III (F51.3)

a) Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat
tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malan, dan terus berjalan-jalan;
kesadaran berubah.
b) Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staring
face), relatif tidak memberi respons pada upaya orang lain untuk mem-
pengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan
hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.
c) Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya),
individu tidak ingat apa yang terjadi.
Kriteria Diagnostik – PPDGJ III (F51.3)

d) Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut,
tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan
sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat.
e) Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
Somnambulisme harus dibedakan dari serangan epilepsi psikomotor dan
fugue disosiatif (F44.1).
Tatalaksana
Non Farmakologi
Menghindari faktor resiko yang Usahakan miliki jadwal yang
dapat menyebabkan sleep menetap untuk tidur dan
walking usahakan rileks dan lingkungan
aman dan nyaman untuk tidur.
Memastikan bahwa faktor-
faktor yang dapat Teknik relaksasi dan
membahayakan diri pasien saat anticipatory awakenings dapat
terjadi episode sleep walking digunakn sebagai tatalaksana
disingkirkan. jangka panjang.
Menghindari rangsang suara, Anticipatory awakenings yaitu
taktil atau visual yang dapat dengan cara membangunkan
mengganggu saat siklus tidur. penderita sebelum awitan
biasanya muncul.
Tatalaksana
Farmakologi

Tatalaksana farmakologi dilakukan ketika resiko terjadi nya kecelakan tinggi


dan terapi non farmakologi inadekuat. Obat-obatan yang dapat digunakan
yaitu Antidepresan siklik, sepertii amytriptilin dan benzodiazepin.
Daftar Pustaka
• Akroyd, G. Somnambulism (Sleep Walking): Journal North n. Edisi 12. Jakarta : EGC
Bay Sleep Medicine Institut. 2010. • Kaplan, H.I , Sadock, B.J , and Grebb, J.A , 2015. Tidur N
• American Academy of Sleep Medicine. Clinical guideline fo ormal dan Gangguan Tidur. Dalam: Sinopsis Psikiatri. Tang
r the evaluation and management of chronis insomnia in ad gerang: Binarupa Aksara.
ults. J Clin Sleep Med. 2017;13(2):307–349 • Kumar B, Carlos R, Nancy FS. Advances in Treating insomni
• American Psychiatric Association. The Diagnostic and Statisti a. Cleveland Clinic Journal of Medicine. April : 2007; Vol 7
cal Manual of Mental Disorders: DSM 5. Washington, DC: A 4 : 251-265
merican Psychiatric Association; 2013. • Maslim R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa dari
• Ching LG. The Relationships between Insomnia & Depressio PPDGJ III dan DSM-5 . Jakarta: PT Nuh Jaya
n. Journal of Family Medicine & Community Health. January • Pagel.JS. 2009. Excessive daytime sleepiness. Issues of Am
: 2015; Vol 2 : 1027. erican Family Physician volume 79 number 5, 1 Maret 200
• Doghramji K. Evaluation and Management of Insomnia in th 9
e Psychiatric Setting: the Journal of Lifelong Learning in Psy • Sateia MJ, Buysse DJ, Krystal AD, Neubauer DN, Heald JL.
chiatry. 2009 Vol. VII No.4 : 441-451. Clinical practice guideline for the pharmacologic treatment
• Erika N. Susan L. John ED. Treatment of Primary Insomnia. J of chronic insomnia in adults: an American Academy of Slee
ABFP. June : 2004. 17 : 212-218 p Medicine clinical practice guideline. J Clin Sleep Med. 20
• Gupta R, Das S, Gujar K, Mishra KK, Gaur N, Majid A. Clini 17;13(2):307–349.
cal Practice Guidelines for Sleep Disorders. Indian Journal o • Summers M. Recent Developments in the Classification, Eval
f Psychiatry. 2017;59(Suppl 1):S116-S138. doi:10.4103/0 uation, and Treatment of Insomnia: Contemporary Review in
019-5545.196978. Sleep Medicine. 2009: 276-286.
• Guyton A C & Hall J E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedoktera
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai