Anda di halaman 1dari 40

SPINAL ANESTESI PADA TUR PROSTAT

PASIEN CA PROSTAT
MANAJEMEN KASUS

Oleh:

Aminah Zahra, S.Ked


Natasya Hayatillah, S.Ked
Riestya Abdiana, S.Ked
Sutansyah Ahmad I, S.Ked

Perceptor:
dr. Khadafi, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
2018
Status pasien
Identitas

Nama Pasien : Tn. G


Umur : 80 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Punggur
Anamnesis

Keluhan Utama
 Tidak ada keluhan

Riwayat:
Riwayat TUR Prostat 8x
PREOPERATIF
A: os tidak memiliki alergi Riwayat Pribadi
obat ataupun makanan  Pasien tidak merokok,
minum minuman
M: -
beralkohol, dan
P: - mengkonsumsi obat-
L: Nasi jatah RS obatan. Pasien juga tidak
memiliki riwayat alergi
E: -
makanan maupun obat-
obatan.Tidak pernah
Riwayat Operasi: kejang dan tidak ada gigi
goyang ataupun memakai
8 kali Tur Prostat
gigi palsu
Penilaiaan jalan napas LEMON

Look : tidak ada gigi caninus dextra et sinistra


superior dan 4 insisivus superior, mulut dapat
di buka lebar, leher tidak tampak pendek
Evaluasi : 3-3-2 dapat dilakukan dengan baik
Malampati : score 1
Obstruksi : tidak ada obstruksi jalan napas
Neck : gerakan leher tidak terbatas
Pemeriksaan Fisik
Status Present
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 65 x/menit
 Pernafasan : 16 x/menit
 Suhu : 36OC
 SpO2 : 98%
 TB/BB : 166 cm / 55 kg
Hasil Laboratorium 26/01/2019
Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 11,1 14-18 g/dl
Leukosit 8.200 4.800-10.800 /mikroliter
Eritrosit 4.2 4,7-5,4 Juta/mikroliter
Hematokrit 33 37-47
Trombosit 238.000 150.000-450.000 Mikroliter
MCV 78 78-99 Fl
MCH 26 27-31 Pg
MCHC 34 30-35 g/dl
Hitung Jenis
- Basofil 0 0-1
- Eosinofil 2 2-4
- Batang 0 3-5
- Segmen 66 50-70
- Limfosit 24 25-40
- Monosit 8 2-8
Kimia
SGOT 25 <31 U/L
SGPT 13 <31 U/L
Gula Darah 118 <140 mg/dL
Sewaktu
Ureum 24 13-43 mg/dL
Creatinine 0,70 0,55-1,02 mg/dL
Natrium 137 135-145 Mmol/L
Kalium 4,3 3,5-5,0 mmo/L
Kalsium 8,5 8,6-10 mg/dl
klorida 107 96-106 Mmol/L
Rontgen Thoraks
- Kardiomegali tanpa
bendungan paru
- Infilrat lapang bawah paru sin
e.c bronkopneumonia sin
- Atherosklerosis aorta
 Patologi Anatomi: (12/12/2017)
 Adenocarcinoma Prostat

 USG tractus urinarius: (21/01/2019)


 Klinis: retensio urine
 Kesan:
Vesika urinaria kosong  VU dan Prostat tidak dapat
dievaluasi
Diagnosis:
Ca Prostat KONSUL, Urologi kepada bagian:
29/01/2019
Rencana Tindakan :
 Tur Prostat 1. Anestesi (Dr. Tomi Sp.An)
Kesan: Acc anestesi, status ASA II
Operator: Saran: - Puasa 6 jam preop
 dr. Exsa Sp. U - Terapi lain lanjutkan
INTERAOPERATIF
Tindakan operatif : Tur Prostat
Tindakan Anestesi : Regional anestesi (Spinal)
Posisi : Supine / Litotomi
Obat anestesia : Bunascan (Bupivacaine 0,5 %)  3cc =15 mcg
Intubasi :-
Benda asing :-
Ventilasi : Manual personal
Gas flow : O2 2 L
IV line : tangan kiri nomer 18
Keseimbangan cairan : input kristaloid: RL 1000 cc
Tekanan darah : 140/90
Tekanan darah Masuk dan rata rata sampai akhir operasi : 130/70
POST OPERATIF
- Pasien masuk ruang pemulihan

Jika skor bromage 2


dapat dipindahkan ke ruangan

- Observasi tanda-tanda vital dalam batas normal


- TD : 132/75 mmHg
- Nadi : 63x/menit
- Spo2 : 98%
- Kesadaran: Compos mentis
- Terpasang infus RL 500 cc
- Dibawa keruang Kutilang
- Observasi TTV
TINJAUAN PUSTAKA
Persiapan dan Penilaian PraAnestesi

Penilaian Pra-Bedah

Anamnesis

Pemeriksaan
Fisik

Pemeriksaan
Laboratorium

Kebugaran
untuk Anestesi
Masukan Oral
 Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam,
 Pada pasien anak kecil 4-6 jam
 Pada pasien bayi 3-4 jam

Air putih, teh manis sampai 3 jam dan untuk keperluan


minum obat air putih dan dalam jumlah terbatas boleh 1
jam sebelum induksi anesthesia.
Klasifikasi Status Fisik

• Pasien dalam keadaan normal dan sehat.


ASA I

• Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai


sedang baik karena penyakit bedah maupu n
ASA II penyakit lain.

• Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik


berat yang diakibatkan karena berbagai penyebab.
ASA III
• Pasien dengan kelainan sistemik berat tak dapat melakukan
aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman
ASA IV kehidupannya setiap saat.

• Pasiensekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa


pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
ASA V
Anastesi spinal
Termasuk analgesia regional. Prosedur memasukan obat
anastesi kedalam ruang subaraknoid.

Indikasi: operasi dibawah cervical.

Secara primer anastesi ini akan berkerja dengan baik pada


prosedur operasi lower abdomen, inguinal,
urogenital, rectal dan operasi pada ekstremitas
bawah.

Meskipun teknik ini juga bisa digunakan untuk operasi


abdomen bagian atas, sebagian menganggap lebih baik
untuk menggunakan anestesi umum untuk memastikan
kenyamanan pasien.
Kontra indikasi:

Kelebihan spinal anasesi

• analgesia yang adekuat


• pasien tetap sadar
• relaksasi otot cukup
• risiko aspirasi pasien dengan
lambung penuh lebih kecil
• Pemulihan fungsi saluran cerna
lebih cepat
Hubungan anatomi vertebre dan anastesi
spinal

Prosedur puncture anastesi spinal


dilakukan dibawah segmen tersebut,
Medula spinalis berakhir di L1 (pada dewasa) dan L3
pada anak untuk menghindari cedera pada
medula spinalis
Faktor yang mempengaruhi level blok saraf
spinal

isobarik hipobarik hiperbarik


Obat-Obatan anastesi spinal
Prosedur anastesi spinal
1. Inspeksi dan palpasi
daerah lumbal yang akan
ditusuk (dilakukan ketika
kita visite pre-operatif).

Prinsip : STERIL-septik aseptik

2. Posisikan pasien

duduk Foramen interlaminar lebih terbuka saat fleksi Lateral dekubitus


3. Kulit dipersiapkan dengan larutan antiseptik seperti betadine, alkohol, kemudian
kulit ditutupi dengan “doek” bolong steril.

4. Cara penusukan.

Pakailah jarum yang kecil (no. 25, 27 atau 29). Makin besar nomor jarum, semakin kecil
diameter jarum tersebut, sehingga untuk mengurangi komplikasi sakit kepala (PDPH:
Post duran punctureheadache) dianjurkan dipakai jarum kecil. Penarikan stylet dari jarum
spinal akan menyebabkan keluarnya likuor bila ujung jarum ada di ruangan subarachnoid.
Darah yang mewarnai likuor harus dikeluarkan sebelum menyuntik obat anestesi lokal
karena dapat menimbulkan reaksi benda asing (Meningismus).

Midline approach Paramediana approach


ANALISIS KASUS
Analisis
Pemberian
metode
anestesi

Analisis
penatalaksanaan
spinal anestesi
pada pasien
Apakah pemberian metode
anestesi sudah tepat?

Iya, sudah.

Bedah urologi
merupakan salah satu indikasi
untuk dilakukan spinal anestesi.

Kemudian setelah dievaluasi,


pada pasien ini tidak didapatkan
Kontraindikasi untuk dilakukan
spinal anestesi.
Etiologi TURP Syndrome
Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala
Tatalaksana
Apakah penatalaksanaan spinal
anestesi pada pasien sudah tepat?
1. Prosedur anastesi: sudah tepat
Dilakukan dengan prinsip steril.

Posisi paksen duduk. Siku pasien pada paha,


pasien menunduk dibantu asisten

Jarum ditusukan dibawah L1, diantara L4-L5

2. Obat yang dipakai: Bupivacain hiperbarik


15 mg sesuai.

3. Posisi setelah spinal anastesi: Head-up sudah tepat


ANALISIS CAIRAN
 Mulai operasi pukul 12.00 wib
 Pasien puasa pukul 24.00 wib lama puasa 11 jam
 Berat badan pasien 50 kg
 10 kg I = 4cc/kgbb/jam 4cc/jamx10 = 40cc/jam
 10 kg II = 2cc/kgbb/jam 2cc/jamx10 = 20cc/jam
 35 kg III = 1cc/kgbb/jam 1cc/jamx35 = 35cc/jam
 Total 95cc/jam
 Pasien puasa 11 jam  11x95cc/jam  1045cc/jam
 Operasi sedang 4cc/kgbb  220cc/jam

 Total kebutuhan cairan 95cc + 1045ccc + 220cc = 1360cc 1400cc


 Jam 1 operasi 50%  700 cc
 Jam 2 operasi 25%  350cc
 Jam 3 operasi 25%  350cc
Jam 1 operasi 50%  700 cc
Jam 2 operasi 25%  350cc
Jam 3 operasi 25%  350cc

Pasien mendapatkan infus kristaloid 1000cc selama 1 jam operasi

Urine output : - cc
Perdarahan : - cc

Belum sesuai
Cairan yang diberikan
+300cc pada 1 jam operasi
Posisi Litotomi

Kedua tungkai ditinggikan,


fleksi pada hip dan knee.

Ketika menurunkan kaki,


sebaiknya dilakukan perlahan
untuk mencegah stress pada
tulang belakang dan
penurunan TD secara
mendadak.
Perubahan Fisiologi Permasalahan
Posisi Litotomi Posisi Litotomi

- Peningkatan venous return - Cedera saraf


ketika elevasi kaki
- Kompresi pada pembuluh
- Penurunan venous return darah besar di sendi
ketika depresi kaki
- Kompartemen syndrome
- Penurunan FRC pada ekstreimitas inferior

- Hipotensi - Low back pain

Pasien TD turun ketika posisi kaki dikembalikan ke semula 98/60.


Kemudian pasien dimasukan koloid 500 cc sebelum pindah ke RR
Daftar Pustaka
 Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.2013.
 Morgan & Mikhail’s ClinicalAnesthesiology.
New York: McGrawHill

Anda mungkin juga menyukai