Oleh:
Siti Maimunah, S.Ked
Febri Nadyanti, S.Ked
Anamnesis dilakukan
secara autoanamnesis dan
Alloanamnesis
pada tanggal
26 Agustus 2019 di Poliklinik RSJ
Lampung
Pasien datang bersama suaminya dengan keluhan mudah cemas
dan merasa was-was yang sudah dirasakan pasien sejak ± satu
tahun yang lalu. Selain itu, pasien juga mudah berkeringat dingin,
jantung berdebar, lemas, dan mudah terkejut. Keluhan ini muncul
hampir setiap hari hingga membuat pasien sulit tidur, pasien juga
sering terbangun di malam hari kemudian sulit untuk memulai tidur
kembali. Pasien mengaku tidak ada kondisi khusus yang
menyebabkan dia merasa cemas seperti ini dan perasaan
cemasnya muncul tanpa batasan periode yang jelas
Keluhan ini pertama kali muncul 1 tahun lalu saat anak sulung
pasien lulus kuliah namun belum juga mendapatkan pekerjaan
meskipun sudah beberapa kali melamar pekerjaan. Pasien terus
memikirkan nasib anak sulungnya, ia takut jika tidak mendapat
pekerjaan anak sulungnya akan merasa sedih dan masa depannya
akan sulit.
Setiap hari pasien memikirkan hal tersebut hingga merasa sakit
kepala dan tidak bisa tidur. Pasien mengaku beberapa kali
mengunjungi dokter untuk berkonsultasi mengenai keluhannya, dan
dokter mengatakan bahwa pasien menderita penyakit vertigo.
Keadaan tersebut membuat pasien semakin khawatir, pasien mulai
memikirkan kemungkinan-kemungkinan penyakit yang ia alami,
pasien khawatir penyakit yang ia derita adalah penyakit yang
berat dan dapat mengancam nyawanya. Hal tersebut membuat
pasien semakin cemas, pasien berpikir jika ia kelak meninggal
dunia bagaimana nasib suami dan ketiga anaknya.
Sejak saat itu, pasien mulai sering mencemaskan hal-hal kecil pada
kehidupan sehari-harinya. Pasien merasa sangat khawatir jika anak
terakhirnya yang duduk di bangku SMP belum juga pulang saat
sore hari, pasien takut terjadi apa-apa pada anaknya di jalan.
Pasien dapat menelpon anak-anaknya beberapa kali dalam sehari
untuk memastikan mereka dalam keadaan baik-baik saja.
Saat cemas, pasien menjadi sedikit sulit melakukan aktivitas sehari-
hari. Namun jika kecemasan tersebut membaik, pasien masih dapat
melakukan kegiatan dengan baik.
Keadaan tersebut membuat pasien semakin khawatir, pasien mulai
memikirkan kemungkinan-kemungkinan penyakit yang ia alami,
pasien khawatir penyakit yang ia derita adalah penyakit yang
berat dan dapat mengancam nyawanya. Hal tersebut membuat
pasien semakin cemas, pasien berpikir jika ia kelak meninggal
dunia bagaimana nasib suami dan ketiga anaknya.
Sejak saat itu, pasien mulai sering mencemaskan hal-hal kecil pada
kehidupan sehari-harinya. Pasien merasa sangat khawatir jika anak
terakhirnya yang duduk di bangku SMP belum juga pulang saat
sore hari, pasien takut terjadi apa-apa pada anaknya di jalan.
Pasien dapat menelpon anak-anaknya beberapa kali dalam sehari
untuk memastikan mereka dalam keadaan baik-baik saja.
Saat cemas, pasien menjadi sedikit sulit melakukan aktivitas sehari-
hari. Namun jika kecemasan tersebut membaik, pasien masih dapat
melakukan kegiatan dengan baik.
Pasien mengaku beberapa kali mengunjungi dokter untuk
memeriksakan kondisinya, pasien pernah disarankan untuk
melakukan pemeriksaan tiroid dan dokter mengatakan hasilnya
dalam batas normal. Kemudian pasien disarankan untuk menemui
dokter spesialis jiwa.
Pasien tidak pernah merasa tidak berdaya, kehilangan minat, putus
asa ataupun berpikir ingin bunuh diri. Selama keluhan berlangsung
pasien masih dalam keadaan sadar penuh. Tidak pernah
mengamuk, berbicara sendiri, mendengar atau melihat sesuatu
yang tidak nyata.
• Trauma kepala (-)
• Hipertensi (-)
Riwayat penyakit • Asma (-)
dahulu : • DM (-)
• Riwayat kejang (-)
• Penurunan kesadaran (-)
Riwayat penyakit
gangguan jiwa : • Tidak ada
Riwayat Pemakaian
Zat Adiktif • Tidak ada
9
Periode Periode masa Periode masa
prenatal dan Periode bayi remaja awal-akhir
dan balita kanak-kanak
perinatal (12-18 tahun):
Riwayat
Pelanggaran • Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.
Hukum
• Pasien sering mengikuti • Pasien merupakan anak • Saat ini pasien tinggal
kegiatan sosial di lingkungan terakhir dari tiga bersama suami dan ketiga
tempat tinggalnya, seperti bersaudara. anaknya. Kegiatan sehari-
arisan dan pengajian. • Saat ini pasien tinggal hari pasien adalah ibu
bersama suaminya, kedua rumah tangga. Keluarga
orangtua pasien masih pasien memiliki tingkat
lengkap dan tinggal di Solo. ekonomi menengah ke atas.
• Pasien masih rutin
mengunjungi kedua
orangtuanya setiap tahun
dan sering berkomunikasi
lewat telepon.
• pasien mengaku tidak
memiliki masalah dengan
kedua orangtuanya. Pasien
tidak memiliki keluarga
dengan gangguan jiwa.
RIWAYAT KEHIDUPAN KELUARGA
Keterangan :
: Ny. SS
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal Serumah
14
LANJUTAN
Persepsi Pasien Tentang Persepsi Keluarga Impian, Fantasi, Dan Cita-
Diri dan Kehidupannya Terhadap Diri Pasien cita
• Pasien merasa apa yang • Seluruh keluarga • Pasien saat ini memiliki
terjadi pada dirinya mengetahui kondisi pasien impian dapat pergi haji
bukanlah hal yang wajar, dan mendukung penuh bersama suaminya. Pasien
ia menginginkan dirinya proses pengobatan sedang mengumpulkan
dapat terbebas dari pasien. uang tabungan untuk hal
perasaan cemas dan was- • Keluarga merasakan tersebut.
was yang berlebihan kecemasan yang dialami
• Pasien tidak ingin oleh pasien sangat
membuat anak dan berlebihan dan kadang
suaminya terkesan overprotective
mengkhawatirkan terhadap anak-anaknya.
kondisinya, sehingga ia
berusaha sebaik mungkin
mengikuti anjuran dokter
STATUS MENTAL
Penampilan
• kooperatif
Alam Perasaan Pembicaraan Persepsi
Pemeriksaan Laboratorium
• Tidak dilakukan
Pasien SS, 50 tahun, Sarjana Pedidikan, Pasien mengeluhkan mudah
Islam, suku Jawa, beralamat di Gisting cemas dan merasa was-was
Tanggamus, ibu rumah tangga sejak ± 1 tahun yang lalu
Pada pasien juga tidak didapatkan Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan
gangguan persepsi berupa halusinasi diagnosis skizofrenia, skizotipal, dan gangguan
auditorik serta gangguan isi pikir berupa waham (F.2)
waham.
Aksis • GAF
• Current: 70-61
V • HLPY: 80-71
Quo ad vitam : ad Farmakologi
bonam • Benzodiazepin Alprazolam 2
Quo ad functionam : x 0,25 mg
dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Psikoterapi
dubia ad bonam • Terapi Kognitif
Perilaku/Cognitive behavioral
therapy (CBT)
• Terapi Suportif
• Terapi Berorientasi Tilikan
DISKUSI
DIAGNOSIS
Berdasarkan PPDGJ III dan DSM IV TR :
28
PPDGJ III
29
PPDGJ III
30
PPDGJ III
31
DSM-IV TR
32
DSM-IV TR
33
DSM-IV TR
34
DSM-IV TR
35
DIAGNOSIS
□ Pada kasus di atas, Ny. SS, wanita usia 50 tahun, datang untuk kontrol
penyakitnya setelah menjalani pengobatan selama dua tahun. Pada pasien
ini ditemukan episode dari gejala mania dan depresi sejak 2 tahun yang
lalu. Perubahan afek yang disertai dengan suatu perubahan pada seluruh
tingkat aktivitas. Saat ini pasien merasakan bahwa dirinya merasakan sedih,
murung, sulit berkonsentrasi sejak 1 bulan yang lalu. Berdasarkan gejala-
gejala tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien ini menderita Gangguan
Cemas Menyeluruh (F 41.1)
36
TATALAKSANA
1. Farmakologi
2. Psikoterapi
37
TATALAKSANA Farmakologi
Benzodiazepin
Lama pengobatan rata-rata: 2-6 minggu dan dilanjutkan
dengan masa tappering off selama 1-2 minggu.
Alprazolam 2 x 0,25 mg
38
TATALAKSANA Psikoterapi
Intervensi psikoterapi,
□ Terapi Kognitif Perilaku/Cognitive behavioral therapy (CBT)
□ Terapi Suportif
□ Terapi Berorientasi Tilikan
39
Terimakasih!
40