Kj
PENDAHULUAN
Setiap manusia mebutuhkan tidur untuk kelangsungan hidupnya.
fenomena dasar irama yang teratur 1/3 umur Recovery
Tidur didefinisikan*
Keadaan bawah sadar dapat dibangunkan.
*Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Stresor Hidup
Gangguan Tidur
Ganguan Tidur
Commonly Semua kalangan
Prevalensi
Amerika Indonesia : 50-70 juta, > 10% : 28 juta, >11% (tahun 2004)
Keluhan* Tidak puas Memulai tidur Saat tidur Mimpi buruk Tidur berjalan Tidur berlebihan
Efek
daya tahan tubuh Prestasi kerja konsentrasi depresi Kelelahan kecelakaan
Pengetahuan Penatalaksanaan
*Maslim,
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tidur Normal Recovery 6-8 jam sehari Irama sirkadian
Ventral anterior hypothalamus
Pusat kontrol irama sirkadian Pusat tidur
Aorosal state*
*Colten,
Harvey R. Et A. Sleep Disorders And Sleep Deprivation: An Unmet Public Health Problem
Klasifikasi Tidur
Electroencephalography
Electrooculography Electromyography
1. Tidur gelombang lambat (NREM) 2. Tidur dengan pergerakan mata yang cepat (REM)
NREM (90 menit) REM ; sebanyak 4-7 kali dalam semalam*
*Cheng,
Ruey-Kuang. Neurophysiological Mechanism of Sleep Dependent Memory Consolidation and its facilitation by prenatal choline supplementation
Hubungan Durasi Tidur dengan Mortalitas Catatan : hazard ratio adalah risiko relatif individu untuk mengalami kematian dibandingkan dengan populasi umum, berdasarkan rata-rata jumlah jam tidur per malam.
Klasifikasi
Dissomnia
Insomnia Hipersomnia Gangguan jadwal tidur-jaga
Parasomnia
Somnambulisme Night terrors (teror mimpi) Nightmares (mimpi buruk)
Insomnia
The International Classification of Diseases mendefinisikan Insomnia sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan
The International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur tersebut
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan berulang untuk memulai tidur, mempertahankan tidur, atau kurangnya kualitas tidur meskipun memiliki kesempatan yang banyak untuk tidur namun menimbulkan penurunan fungsi hidup pada siang hari
Patofisiologi Insomnia
Biologis
Fisik
Insomnia
Lingkungan
Psikologis
Etiologi Insomnia
Stress-khawatir Cemas dan depresi Kimiawi Perubahan lingkungan atau jadwal kerja Belajar insomnia
Faktor Resiko
Wanita > laki-laki Usia > 60 tahun Gangguan emosi Stress Jet lag (perjalanan jauh)
Tatalaksana
Farmakologis
Benzodiazepin Non-benzodiazepin
Initian insomnia
Short acting benzodiazepine (anxietas)
Delayed insomnia
Antidepresan trisiklik (depresi)
Broken insomnia
Long acting phenobarbital atau benzodiazepin
Non-farmakologis (psikoterapi)
Behavioural cognitive therapy (BCT)
Hipersomnia
The International Classification of Sleep Disorders (ICSD) menggambarkan hipersomnia non-organik sebagai gangguan idiopatik dari sistem saraf Pusat(SSP) yang menyebabkan rasa kantuk yang berlebihan (misalnya, episode berkepanjangan pada episode NREM).
Tatalaksana
Psikoterapi
edukasi
Farmakoterapi
Benzodiazepin dan non-benzodiazepin
Klasifikasi
Sementara menetap
agn
Penegakan Diagnosis
1 . Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti, yaitu : a. Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchrony) dengan pola tidur-jaga yang normal bagi masyarakat setempat; b. Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan orang jaga, yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya satu bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek. c. Ketidakpusan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan. 2. Adanya gangguan jiwa lain, seperti anxietas, depresi, hipomania, tidak menutup kemungkinan diagnosis gangguan tidur-jaga non-organik, yang penting adanya dominasi gambaran klinis gangguan ini pada penderita. Apabila gejala gangguan jiwa lain cukup jelas dan menetap harus dibuat diagnosis gangguan jiwa yang spesifik secara terpisah.
Tatalaksana
Farmakologis Non-farmakologis
Parasomnia
Presipitasi
Peminum alkohol Kurang tidur Stress psikosial
Somnambulisme (Sleepwalking)
Berjalan saat tidur Episode berulang NREM tahap 3 dan 4 Selama < 10 menit Anak-anak > dewasa
2. Somnambulisme harus dibedakan dari serangan epilepsy psikomotir dan fugue dissosiatif
Tatalaksana
Farmakoterapi
Benzodiazepin : diazepam Antidepresan trisiklik : imipramin
Psikoterapi
Tatalaksana
Farmakologi
Antideprasan trisiklik
Psikoterapi
Edukasi
2. Sangat penting untuk membedakan mimpi buruk dari teror tidur, dengan memperhatikan gambaran klinis yang khas untuk masing-masing gangguan.
Tatalaksana
Psikoterapi Farmakoterapi ?
Kesimpulan
Tidur merupakan suatu fenomena dasar yang penting untuk kehidupan. Pola tidur normal dipengaruhi oleh suatu irama yang seiring dengan rotasi bola dunia yang disebut dengan irama sirkadian. Gangguan tidur non-organik secara Umum dibedakan menjadi dissomnia dan parasomnia.