200 14
•13
'T3 World Health Organization
Pedoman
0 Penggolongan dan
Diagnosis
O Gangguan Jiwa
di Indonesia III
■'}<
Cetakan pertama
1 ;i 'leu.y:
PI 00-'
:!■ :Utl t>rl
M
362.200 14
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Direktorat
p Jenderal Pelayanan Medik.
Pedoman penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa di Indonesia III. ~ Cet.
pertama. ~ Jakarta : Departemen Kese
hatan. 1993
Ml
Berhubung pada saat penyusunan PPDGJ-in ini dokumen yang sudah ada
sebagai bahan acuan hanya ICD-IO saja, sedangkan Diagnostic and Statis
tical Manual(DSM)IV belum diterbitkan, maka untuk sementara PPDGJ-
III bam mempakan terjemahan dari ICD-10 sambil menunggu DSM-IV
yang diharapkan akan diterbitkan dalam waktu tidak lama. Penerjemahan
ini mempakan basil dari dua pectemuan yaitu : ^'Workshop to review IGD-
10 Chapter on Mental and Bdiavioural Disorders" dan "Pelatihan Diagno
sis sesuai dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
ni" di Ciloto pada tanggal 2-7 Febmari 1993.
DEPARTBMEN KESEHATAN R]
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK
IV
DAFTAR ISI
PRAKATA Vll
PENDAHULUAN 1
LAMPIRAN
vi
PRAKATA
Seiarah ICD & PPPni
Pada awal tahun 1960-an, Program Kesehatan Jiwa dari WHO mulai
berperan secara aktif di dalam program yang bertujuan untuk meningkat-
kan diagnosis dan klasifikasi gangguan jiwa. Pada waktu itu, WHO
mengadakan suatu rangkaian pertemuan untuk mengkaji ulang pengeta-
huan, dengan secara aktif melibatkan wakil dari berbagai disiplin Iain,
aliran psikiatri, dan semua negara di dalam program tersebut. Hal ini
memacu dan mengembangkan riset tentang kriteria untuk klasifikasi dan
reliabilitas diagnosis, dan menghasilkan serta menyebarluaskan prosedur
untuk melakukan "rating" bersama dari wawancara dan metode penelitian
lain yang bermanfaat. Berbagai usulan untuk memperbaiki Klasifikasi
Gangguan Jiwa dihasilkan melalui konsultasi yang ekstensif, dan hasilnya
digunakan untuk menyusun naskah Revisi ke-Vin dari International Classi
fication of Diseases (ICD-8). Suatu "glossary" yang mendefinisikan setiap
kategori gangguan jiwa juga dikembangkan di dalam ICD-8. Kegiatan
program ini juga menghasilkan suatu jaringan kerjasama dari perorangan
dan pusat-pusat yang melanjutkan untuk bekerja mengenai isu-isu yang
berhubungan dengan perbaikan klasifikasi diagnosis psikiatrik.
Vll
Pada tahun 1978, WHO memulai suatu proyek kerjasama jangka panjang
dengan Alcohol, Drug Abuse and Mental Health Administration
(ADAMHA)di Amerika Serikat, yang bertujuan untuk membantu mening-
katkan lebih lanjut klasifikasi dan diagnosis gangguan jiwa dan problema
yang berhubungan dengan alkohol dan obat-obatan. Suatu rangkaian loka-
karya yang melibatkan para ilmuwan dari sejumlah tradisi dan budaya
psikiatrik yang berbeda, melakukan peninjauan pengetahuan di daerah-
daerah khusus, dan mengembangkan rekomendasi untuk penelitian lebih
lanjut. Suatu konperensi internasional tentang klasifikasi dan diagnosis
diselenggarakan di Kopenhagen, Denmark, pada tahun 1982 untuk meng-
kaji ulang rekomendasi yang timbul dari semua lokakarya ini dan untuk
menyusun suatu agenda dan pedoman kerja untuk masa mendatang.
Selain itu, berbagai lexicon telah atau sedang dipersiapkan untuk memberi-
kan pengertian yang jelas mengenai definisi istilah. Suatu hubungan kerja
yang saling menguntungkan tercipta antara proyek-proyek ini dengan
kegiatan mengenai definisi tentang Gangguan Jiwa dan Perilaku di dalam
Revisi ke-10 dari International Classification of Diseases and Related
Health Problems (ICD-10). Konversi kriteria diagnostik ke dalam algorit-
ma yang dimasukkan ke dalam instrumen penilaian sangat bermanfaat
untuk menghindari hal-hal yang tidak konsisten, keraguan dan tumpang
tindih, serta kemungkinan untuk menghapuskannya. Pekerjaan untuk
Vlll
menyempurnakan ICD-10 juga membantu untuk menyusun instrumen
penilaian. Hasil akhirnya adalah suatu set kriteria yang jelas untuk ICD-10
dan instrumen penilaian yang dapat menghasilkan data yang dibutuhkan
untuk klasifikasi gangguan sesuai dengan kriteria yang terdapat di dalam
Bab V (F)dari ICD-10.
IX
Di dalam PPDGJ-II suatu perkembangan yang patut dicatat ialah penggu-
naan sistem multiaksial untuk evaluasi dan diagnosis kondisi mental.
Pendekatan demikian akan menjamin bahwa semua informasi akan dapat
memperol^ penilaian yang memadai, serta dapat digunakan untuk meren-
canakan terapi dan menentukan prognosis secara lebih tepat. Penggunaan
sistem ini mutlak diperlukan untuk tujuan penelitian ilmiah, namun untuk
pelayanan kesehatan jiwa pendekatan ini memerlukan pertimbangan praktis
teknis tertentu yang terikat pada ketenagaan, waktu dan sarana lain. Selain
itu, beberapa bagian dibahas dengan lebih luas, serta diwakili secara relatif
lebih menonjol di dalam Edisi ke-II ini. Perkembangan dan perluasan
beberapa bagian tersebut memperlihatkan perhatian yang lebih besar
sebagai cerminan dari pentingnya klasifikasi diagnostik itu di dalam wa-
wasan Psikiatri Indonesia serta lingkup tanggung jawab jaringan pelayanan
kesehatan jiwa di Indonesia.
Pftny^i^pnan PPDGJ-III
xi
pendidikan, dan penelitian kesehatan jiwa di Indonesia, dengan selalu
mengacu dan menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi secara interna-
sional. Dengan demikian maka psikiatri Indonesia juga akan selalu "up to
date" dan tidak ketinggalan terhadap psikiatri intemasional.
Semoga rintisan dan upaya ini dapat dipertahankan dan selalu dilanjutkan
di masa yang akan datang.
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDK
KEPALA DIREKTORAT KESEHATAN JIWA
xH
Pendahuluan
Bab V Gangguan Jiwa dan Perilaku dari ICD-IO dibuat dalam beberapa
versi untuk tujuan yang berbeda. Vetsi ini, "Clinical description and
diagnostic guidelines"y dimaksudkan untuk penggunaan klinik, pendidikan
dan pelayanan. Sedangkan versi "Diagnostic criteriafor research" disusun
untuk kepentingan penelitian dan dipakai bersama-sama dengan yang
pertama. Kosakata yang lebih singkat dari Bab V(F)ICD-10 cocok digu-
nakan oleh para pemberi kode atau petugas administrasi, dan juga dipakai
untuk rujukan yang sesuai dengan klasifikasi lainnya, tetapi tidak dianjur-
kan untuk digunakan oidi tenaga-tenaga profesionai kesehatan jiwa. Versi
klasifikasi yang lebih singkat dan sederhana untuk tenaga kesehatan primer
kini sedang dipersiapkan, demikian juga skema multiaksial. "C/fnica/
Descriptions and Diagnostic Guidelines" merupakan awal dari pengem-
bangan versi-versi lainnya dan dengan sangat hati-hati dihindari terjadinya
masalah ketidaksesuaian antara versi-versi yang ada.
Susunan Penulisan
Penting bagi para pemakai untuk mempelajari pendahuluan umum ini, dan
juga membaca secara teliti naskah pendahuluan dari penjelasan masing-
masing kategori. Hal ini penting khususnya imtuk F23.- (Gangguan psiko-
tik akut dan sementara), dan untuk blok F30-F39 (Gangguan suasana
perasaan {mood} [afektif]). Karena sulitnya masalah yang berhubungan
dengan deskripsi dan klasifikasi gangguan-gangguan ini, perhatian khusus
telah diberikan untuk menjelaskan cara klasifikasi itu dicapai.
Deskripsi dan pedoman ini tidak mengandung implikasi teoretis, dan bukan
mempakan pernyataan yang komprehensif mengenai tingkat pengetahuan
yang mutakhir dari gangguan tersebut. Pedoman ini hanya mempakan
suatu kumpulan gejala dan komentar yang telah disetujui oleh sejumlah
besar penasihat dan konsultan dari berbagai negara, untuk menjadi dasar
yang masuk akal guna memberi batasan kategori-kategori dalam klasifikasi
gangguanjiwa.
Pengaturan yang bam dari gangguan jiwa dan perilaku akibat penggunaan
zat psikoaktif dalam blok F10-F19 juga dirasakan lebih bermanfaat daripa-
da sistem sebelumnya. Karakter ketiga menunjukkan jenis zat yang digu-
nakan, karakter keempat dan kelima sindrom psikopatologis, misalnya
karena intoksikasi akut dan keadaan residual; hal ini memungkinkan pela-
poran semua gangguan yang berkaitan dengan suatu zat» walaupun hanya
kategori tiga karakter yang digunakan.
Blok F60-F69 berisi sejumlah gangguan bam dari perilaku masa dewasa
s^erti judi, bakar dan curi yang patologis, di samping gangguan kepriba-
dian yang telah dikenal. Gangguan minat seksual (disorders of sexual
preference) dengan jelas dibedakan dari gangguan identitas jenis, dan
hoinoseksualitas sendiri tidak lag! dicantumkan sebagai suatu kategori.
Masalah Terminologi
Gangguan (Disorder)
Ini merupakan saat yang tepat untuk merujuk ke pendapat umum tentang
hubungan antara gejala, kriteria diagnostik, dan sistem yang dianut oleh
WHO untuk menguraikan tentang hendaya, disabilitas dan cacat. Dalam
sistem ini, pengertian hendaya (yaitu "suatu kehilangan atau abnormali-
tas ... dari struktur atau fiingsi") dimanifestasikan secarapsikologis oleh
gangguan fiingsi mental seperti daya ingat, perhatian, dan fungsi emosi.
Banyak tipe hendaya psikologis dikenal sebagai gejala psikiatrik. Dalam
derajat yang lebih ringan, beberapa tipe disabilitas (didefinisikan di dalam
sistem WHO sebagai "keterbatasan atau kekurangan ... kemampuan untuk
melaksanakan suatu aktivitas secara atau dalam batas yang dianggap
normal untuk manusia") telah pula dianggap secara konvensional, sebagai
gejala psikiatrik. Contoh-contoh disabilitas pada tingkat personal menca-
kup kegiatan hidup sefaari-hari yang biasa dan diperlukan, untuk perawatan
diri dan pertahanan hidup seperti mandi, berpakaian, makan dan ekskresi.
Gangguan pada semua aktivitas ini sering merupakan kdnsekuensi langsung
dari hendaya psikologis yang sedikit-banyak dipengaruhi oleh budaya.
Karena itu disabilitas perorangan secara sah dapat muncul dalam kriteria
dan pedoman diagnostik, terutama untuk demensia.
Keadaan Prodromal
10
puan pasien, sama seperti gejala penyakit yang lebih nyata, misalnya
waham dan halusinasi, yang berkembang kemudian. Dilihat secara retro-
spektif, keadaan.prodromal demikian merupakan bagian penting dari
perkembangan gangguan. Akan tetapi hanya sedikit informasi sistematik
yang tersedia tentang apak^ kead^ prodromal senipa juga lazim dite-
mukan pada gangguan psikiatrik lain. Keadaan serupa dapat muncul dan
hilang dari waktu ke wal^ pada individu yang tidak pemah berkembang
menjadi suatu gangguan psikiatrik yang bisa didiagnosis.
Apabila suatu prodroma yang khas dan spesifik untuk skizofrenia dapat
diidentifikasikan dan diuraikan secara meyakinkan, temyata menunjukkan
ketidaUaziman pada gangguan psikiatrik lain atau yang tidak ada gangguan
sama sekali, maka akan beralasan untuk memasukkan suatu prodroma
sebagai kriteria tambahan untuk skizofrenia. Untuk tujuan ICD-10,
dianggap bahwa kekurangan informasi yang memadai mengenai hal ini
pada saat sekarang membenarkan pemasukan suatu keadaan prodromal
sebagai pendukung diagnosis ini. Suatu masalah tambahan yang terkait erat
dan masih belum terpecahkan adalah sejauh mana prodroma demikian
dapat dibedakan dari gangguan kepribadian skizpid dan par^oid.
11
lah "bouffee delirante", "psikosis psikogenik", "psikosis skizofrenifonn",
"psikbsis sikloid" dan"psikosis reaktif singkat" menunjukkan pendapat dan
tradisi yang berbeda tetapi telah berkembang dan tersebar luas. Berbagai
pendapat dan bukti juga bervariasi dalam hal apakah gejala skizofrenik
yang sementara namun khas dapat timbul pada gangguan ini, dan apakah
biasanya atau selalu berhubungan dengan stres psikologis akut (bouffee
delirante, sekurang-kurangnya pada awalnya digambarkan sebagai tidak
selalu berhubungan dengan suatu pencetus psikologis yang nyata).
Jangka waktu yang serupa berlaku juga untuk psikosis simtomatik akut
(contoh yang terbaik adalah psikosis amfetamin). Penghentian bahan toksik
biasanya diikuti oleh hilangnya gejala dalam 8-10 hari, tapi karena gejala
serin]^ memerlukan waktu 7-10 hari untuk menjadi manifest dan meng-
ganggu (untuk pasien pergi ke pelayansm psikiatrik), secara keseluruhan
waktu ini serihg menjadi 20 hari atau lebih. Tampaknya 30 hari atau 1
bulan merupakan waktu yang sesuai secara k^eluruhan, untuk dapat
menyebut gangguan itu sebagai skizofrenia,jika gejala yang khas menetap.
12
Untuk menerima jangka waktu 1 bulan dari gejala psikotik yang khas
sebagai suatu kriteria yang diperlukan.untuk diagnosis sk^frenia menolak
asumsi bahwa skizofrenia secara komparatif harus berlangsung lama.
Jangka waktu 6 bulan telah dianut oleh lebih dari satu klasifikasi nasional,
namun keadaan saat ini tampaknya tidak ada keuntungannya untuk mem-
batasi diagnosis skizofrenia dengan cara demikian. Dalam dua stodi kega-
sama internasional tentang skizofrenia dan gangguan yang terkait, yang
studi keduanya berdasarkan ^idemiblogis, ditemukan suatu proporsi yang
penting dari pasien dengan gejala skizofrenik yang khas dan jdas, berlang
sung selama lebih dari 1 bulan tetapi kurang dari 6 bulan, dan memperli-
hatkan kesembuhan cukup baik. Karena itu, tampaknya yang terbaik untuk
tujuan ICD-10 adalah menghindari setiap asumsi tentang keharusan kroni-
sitas bagi skizofrenia, danmenganggap istilah tersebut sebagai deskriptif
dari suatu sindrom dengan suatu variasi penyebab (banyak di antaranya
yang belum diketahui) dan sejumlah akibat, tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, sosial dan kultural.
Ada juga perdebatan mengenai penentuan jangka waktu yang paling tepat
dari gejala untuk diagnosis gangguan waham menetap (F22.-). Akhimya
ditetapkan masa 3 bulan, karena dengan metnperpanjang masa penentuan
sampai 6 bulan atau lebih akan mengharuskan penambahan suatu kategori
lain antara gangguan psikotik akut dan sementara (F23.-) dengan gangguan
waham menetap. Secara keseluruhan hubungan antara gangguan yang kita
diskusikan tadi masih memerlukan informasi lebih lanjut dan lebih baik
daripada yang sekarang tersedia; suatu pemecahan sederhana yang meng-
utamakan Vea^^^n akut dan sementara, tampaknya merupakan pilihan ter
baik, yang mungkin akan memacu penelitian.
13
Istilah "skizofreniform" sudah tidak dipergunakan untuk suatu gangguan
tertentu dalam klasifikasi ini. Hal ini karena istilah tersebut telah diguna-
kan pada beberapa konsep klinik yang berlainan selama beberapa dekade
terakhir, dan berhubungan dengan berbagai campuran gangguan yang
ditandai dengan onset mendadak,jangka waktu berlangsungnya singkat»
gejala yang tidak khas atau campuran, dan berakhir dengan baik. Tidak
ada bukti yang mendorong pemilihan penggunaannya, karena untuk
memasukkannya sebagai istilah diagnostik dianggap lemah. Tambahan
pula, kebutuhan akan kategori perantara dari tipe ini dapat menggunakan
F23.-(gangguan psikotik akut dan sementara) dan subdivisinya, bersamaan
dengan persyaratan 1 buian gejala psikotik untuk mendiagnosis skizoirenia.
Sebagai petunjuk bagi mereka yang menggunakan skizofteniform sebagai
suatu istilah diagnostik, istilah ini telah disisipkan ke dalam beberapa
tempat sebagai suatu istilah tambahan yang sesuai dengan gangguan terse
but dan tumpang tindih dengan makna yang terkandung di dalamnya.
Misalnya "serangan skizofreniform atau psikosis ytT" dalam F20.8
(skizofrenia lainnya), dan "gangguan skizofreniform singkat atau psikosis"
dalam F23.2 (gangguan psikotik lir-skizofrenia akut).
14
Gangguan Skizoafektif (F25.-)
Para psikiater akan terns tidak setuju mengenai klasifikasi gangguan suasa
na perasaan (mood) sampai ditemukan suatu cara untuk membagi sindrom
klinis yang berdasarkan pengukuran fisiologis atau biokimiawi, dibanding
sekarang yang hanya terbatas pada gambaran klinis dari emosi dan perila-
ku. Selama adanya keterbatasan ini, salah satu pilihan utama terletak
antara klasifikasi yang agak sederhana dengan hanya sedikit derajat kepa-
rahan, dan pilihan lain dengan rincian yang lebih besar dan lebih banyak
subdivisi.
15
konsep klinis yang lazim, seperti sindrom "somatik" atau halusinasi afektif
dan waham. Namun demikian, umpan balik dari para klinisi yang terlibat
dalam uji lapangan, serta komentar dari berbagai sumber, menunjukkan
luasnya permintaan untuk menentukan derajat depresi serta gejala penyerta
seperti tersebut di atas. Jelas bahwa analisis pendahuluan data uji lapangan
dari banyak pusat penelitian, kategori "episode depresif ringan" sering
menunjukkan taraf keterandalannya antar-penilai yang agak rendah.
Konsultasi lebih lanjut dengan para pakar tentang gangguan afektif meng-
hasilkan versi yang sekarang ini. Pilihan untuk menentukan beberapa aspek
dari gangguan afektif sudah termasuk, walaupun belum diterima secara
ilmiah, namun oleh para psikiater dari berbagai negara secara klinis diang-
gap bermanfaat. Diharapkan bahwa dimasukkannya hal tersebut akan
merangsang diskusi dan penelitian lebih lanjut mengenai nilai klinis yang
sebenamya.
16
Gangguan Depresif Singkat Berulang
17
Gangguan Disosiatif dan Somatoform dalam Kait-
annya dengan Histeria
Istila^ I'histeria" tidak digunakan pada suatu gangguan dalam Bab V(F)
ICD-10 karena mempunyai banyak arti dan sangat bervariasi. Karena itu
iebih disukai istilah "disosiatif", yang menyatukan gangguan yang dulu
disebut histeria, baik untuk tipe disosiatif maupun konversi. ini teru-
tama karena pasien dengan variasi disosiatif dan konversi sering menun-
jukkan sejumlah karakteristik lain, dan juga kerapkali memperlihatkan
kedua varietas pada saat yang sama atau pada saat yang berbeda. Ihmpak-
nya cukup alasan untuk menduga bahwa mekanisme psikologisnya sama
(atau sangat mirip) bagi kedua tipe gejala tersebut. Kegunaan untuk menge-
lompokkan bersama beberapa gangguan dengan gejala fisik atau somatik
yang nienonjol yang dikenal dengan istilah "somatoform" tampaknya dapat
diterima secara internasional. Dengan alasan-yang sama, konsep baru ini
tidak dianggap alasan yang cukup untuk memisahkan amnesia dan fugue
dari kehilahgan sensorik dan motorik yang disosiatif.
Neurastenia
18
Gangguan Spesifik Budaya
Kategori ini tidak lazim dan disarankan hanya digunakan apabila tidak
dapat dihindari. Pencantuman kategori ini merupakan suatu pengakuan
tentang masalah praktis yang sangat nyata di banyak negara sedang ber-
kembang, yang sebenamya tidak memungkinkan pengumpulan rincian dari
banyak kasus masa nifas. Walaupun tidak cukup informasi untuk mene-
gakkan suatu diagnosis dari beberapa variasi gangguan afektif (atau, yang
lebih jarang lagi, skizofrenia), umunmya cukup diketahui untuk menegak-
kan diagnosis gangguan ringan (F53.0) atau berat (F53.1); subdivisi ini
berguna untuk memperkirakan beban kerja, dan bilamana harus mengambil
keputusan tentang penyediaan pelayanan.
19
Pencantuman kategori tersebut jangan sampai dilakukan untuk menyatakan
bahwa, apabila informasi memadai, suatu proporsi yang bermakna dari
kasus gangguan jiwa masa nifas tidak dapat diklasifikasikan ke dalam
kategori yang lain. Banyak ahli di bidang ini berpendapat b^wa gambaran
klinis dari psikosis masa nifas begitu jarang (bila ada), yang dapat dibeda-
kan dari gang^an afektif atau skizoffenia sehingga suatu kategori khusus
tidak diperlukan. Setiap psikiater yang tergolong daiam pendapat minoritas
yang menyatakan bahwa psikosis masa nifas niemang ada, dapat menggu-
nakan kategori ini, tetapi hams menyadari akan tujuan sebenarnya dari
kategori tersebut.
Dua kategori yang telah dimasukkan di sini tetapi tidak ada di ICD-9 ialah
F68.0, suatu penjabaran dari gejala fisik karena alasan psikologis, dan
20
F68.1 kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau dis^ilitas, baik
secara fisik maupun psikplogis (gangguan buatan). Karena keduanya
adalah gangguan peran atau perilaku penyakit, maka dikelompokkan
dengan gangguan-gangguan lain dari perilaku dewasa. Bersama dengan
berpura-pura (malingering)(Z76.S) yang selalu tidak termasuk Bab V
ICD, gangguan dari suatu trio diagnosis sering perlu dipikirkan bersama.
Perbedaan utama antara dua yang pertama dan berpura-pura ialah pada
motivasinya. Pada berpura-pura jelas dan biasanya terbatas pada situasi-
situasi yang membahayakan, hukuman pidana, atau melibatkan uang dalam
jumlah yang besar.
Gangguan pada masa kanak seperti autisme infantil dan psikosis desinte-
gratif, pada ICD-9 diklasifikasikan sebagai psikosis; sekarang lebih tepat
dimasukkan F84.- yaitu gangguan perkembangan pervasif. Walaupun
masih ada ketidakpastian tentang status nosologis, dengan adanya informa-
si yang memadai, untuk sindrom Rett dan Asperger dalam kelompok ini
dianggap sebagai gangguan spesiflk. Gangguan aktivitas berlebih yang
berhubungan dengan retardasi mental dan gerakan stereotipik (F84.4)juga
dimasukkan dalam kelompok ini meskipun bersifat campuran, karena bukti
menunjukkan bahwa hal tersebut mempunyai penggunaan praktis.
21
j
F90-F98 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan
Onset Biasanya pada Masa Kanak dan Remaja
Pada ICD-10 gangguan hiperkinetik diberi definisi yang lebih luas diban-
dingkan pada ICD-9. Selain itu juga ada perbed^ pada penekanan yang
diberikan yaitu pada bagian gejala dari keseluruhan sindrom hiperkinetik,
karena ICD-10 menggunakan penelitian empiris sebagai dasar definisi
gangguan ini, maka definisi tersebut menggambarkan suatu perbaikan yang
bermakna.
ICD-9 kategori 313 (gangguan emosi yang khas pada masa kanak dan
remaja) telah dikembangkan menjadi dua kategori terpisah pada ICD-10
yaitu gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak (F93.-) dan
gangguan fiingsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan remaja
(F94.-). Hal ini perlu untuk membedakan terus-menerus antara tanggapan
anak dan dewasa yang berkaitan dengan berbagai bentuk anxietas patologis
dan emosi. Frekuensi gangguan emosi pada masa kanak tidak diikuti oleh
22
gangguan yang sama pada masa dewasa^ serta onset yang sering dari
gangguan neurotik pada orang dewasa merupakan petunjuk yang jelas akan
perlunya hal tersebut. Kriteria kunci pada ICD-10 ialah kecocokan antara
tahap perkembangan anak dengan emosi yang tampak, ditambah dengan
suatu derajat gangguan fiingsi yang menetap yang tidak lazim. Dengan kata
lain, gangguan masa kanak merupakan reaksi dan peningkatan keadaan
emosional yang bermakna dan dianggap normal pada usia yang diper-
tanyakan apabila terjadinya dalam bentuk yang ringan. Akan tetapi bila
kandungan keadaan emosional itu tidak wajar, atau bila terjadi pada usia
yang tidak lazim, kategori umum di dalam klasifikasi hams digunakan.
Kategori bam F94.- (gangguan fiingsi sosial dengan onset khas pada masa
kanak dan remaja)tidak bertentangan dengan aturan umum ICD-10 yang
tidak menggunakan gangguan dengan peran sosial sebagai kriteria diagnos-
tik. Abnormalitas fimgsi sosial yang termasuk dalam F94.- jumlahnya
terbatas dan terdapat dalam hubungan orang-tua— anak serta keluarga
terdekat. Hubungan ini tidak mempunyai konotasi yang sama atau. memper-
lihatkan variasi budaya yang sama dengan apa yang terbentuk di tempat
kerja yang tidak termasuk sebagai kriteria diagnostik.
Sejumlah kategori yang akan sering dipakai oleh psikiater anak ialah
gangguan makan (F50.-), gangguan tidur nonorganik (F51.-), dan gang
guan identitas jenis kelamin (F64.-) akan dijumpai di seksi umum klasifi
kasi karena semua itu sering muncul dan terjadi baik pada dewasa maupun
pada anak. Meskipun demikian gambaran klinis yang khas pada masa
kanak dirasa perlu untuk dimasukkan ke kategori tambahan gangguan
makan masa bayi (F98.2), pika masa bayi dan kanak (F98.3).
Para pemakai blok F80-F89 dan F90-F98 perlu waspada akan isi bab
neurologi dari ICD-10 [Bab VI (G)]. Bab ini memuat sindrom dengan
manifestasi fisik yang menonjol dan penyebab "organik" yang jelas, di
mana sindrom Kleine-Levin (G47.8)adalah pusat perhatian utama psikiater
anak.
23
Gangguan Jiwa YTT (F99)
Proses konsultasi dan tinjauan pustaka yang mendahului naskah Bab V (F)
ICD-10 mengakibatkan perubahan-perubahan beberapa proposal. Kepu-
tusan untuk menerima atau menoiak proposal tersebut dipengaruhi oleh
sejumlah faktor. Termasuk basil uji lapangan terhadap klaslfikasi, konsul
tasi dengan para kepala pusat kerjasama WHO, basil kerjasama dengan
organisasi non pemerintab, nasibat para anggota penasibat WHO, basil
terjemaban klaslfikasi, serta bambatan dari aturan mengenai struktur ICD
secara keseluruban.
Pada umumnya mudab untuk menoiak proposal yang tidak wajar serta
tidak didukung bukti, dan menerima proposal yang beralasan. Beberapa
proposal yang cukup beralasan bila sendirian, tidak dapat diterima, karena
dalam pelaksanaannya akan mempengarubi bagian klaslfikasi yang lain.
Proposal lain yang mempunyai keuntungan jelas, akan tetapi masib memer-
lukan penelitian lebib lanjut sebelum dapat dipertimbangkan untuk dipakai
secara internasionai. Adapun proposal yang dibapus pada edisi akbir ialab
"ciri aksentuasi kepribadian" dan "penggunaan baban psikoaktif yang
berbahaya"i Diharapkan bahwa penelitian terhadap status serta manfaat
kategori tersebut akan dilanjutkan.
24
Daftar Kategori Diagnosis
F00-F09
iGangguan Mental Organik, Termasuk Gangguan
Mental Simtomatik
25
/
jcp "nuipa gejala tambahan
jcl Gejala lain, tenitama waham
.jc2 Gejala lain, terutama halusinasi
jc3 Gejala lain, terutama(lq>resi
jc4 Gejala campuran lain
F04 Slndrom amnesik organik bukan akibat alkohol dan zat psi-
koaktif lainnya
26
F07 Gangguan kepribadian dan p«ilaku akibat poiyakit, kenisakan
dan disfungsi otak
F07.0 Gangguan kepribadian organik
F07.1 Sindrom pasca-ensefalitis
F07.2 Sindrom pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kenisakan dan disfungsi otak lainnya
F07.9 Gangguan k^ribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kenisakan dan disfungsi otak YTT
27
F10-F19
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Zat Psikoaktif
28
.02 Dengan komplikasi medis lainnya
.03 Dengan delirium
.04 Dengan distorsi persepsi
.05 Dengan koma
.06 Dengan konvulsi
.07 Intoksikasi patoiogis
29
.55 Predominan gejala manik
.56 Campuran
30
F20-F29
Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan
Waham
F20 Skizofrenia
F20.0 Skizofrenia paranoid
F20.1 Skizofrenia hebefrenik
F2Q.2 Skizofrenia katatonik
F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
F20.4 D^resi pasca-skizofrenia
F20.5 Skizofrenia residual
F20.6 Skizofrenia simpleks
F20.8 Skizofrenia lainnya
F20.9 Skizofrenia YTT
31
-/
F23 Gangguan psikotik akut dan sementara
F23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia
F23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia
F23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia akut
F23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham
F23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya
F23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT
Karakter kelima d£q)at digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya stres
akut yang terkait:
JcO Tanpa stres akut yang terkait
.xl Dengan stres akut yang terkait
32
\
F30-F39
Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])
33
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode dqpresif lainnya
F32.9 Episode depresif YTT
34
F40-F48
Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan
Gangguan yang Berkaitan dengan.Stres
35
.21 Reaksi depresif berkepanjangan
.22 Reaksi campuran anxietas dan depresif
.23 Dengan predominan gangguan emosi lainnya
.24 Dengan predominan gangguan tingkah laku
.25 Dengan gangguan campuran dari emosi dan tingkah
laku
.28 Dengan gejala predominan lainnya YDT
F43.8 Reaksi terhadap stres berat lainnya
F43.9 Reaksi terhadap stres berat YTT
36
.32 Saluran pencernaan bagian bawah
.33 Sistem pernapasan
.34 Sistem genitouriparia
.38 Sistem atau organ lainnya
F45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap
F45.8 Gangguan somatoform lainnya
F45.9 Gangguan somatoform YTT
37
F50 - F59
Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan
Gangguan Fisioiogis dan Faktor Fisik
38
F52.3 Disfungsi orgasme
F52.4 Eyakulasi dini
F52.5 Vaginismus nonorganik
F52.6 Dispareunia nonorganik
FS2.7 Dorongan seksual yang berlebihan
FS2.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan oleh gangguan
atau penyakit organik
F52.9 Disfangsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan
atau penyakit organik
39
F60-F69
Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa
40
F63.2 Curi patologis (kleptomania)
F63.3 Trikotilomania
F63.8 Gangguan kebiasaan dan impuls lainnya
F63.9 Gangguan kebiasaan danJmpuls YTT
41
7
jc2 Biseksualitas
.jc8 Laiimya, termasuk prapubertas
42
V
F70 - F79
Retardasi Mental
43
J
F80-F89
Gangguan Perkembangan Psikologis
44
F90 - F98
Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset
Biasanya pada Masa Kanak dan Remaja
45
F94 Gangguan fungsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan
rein^a
F94.0 Mutisme elektif
F94.1 Gangguan kelekatan reaktif masa kanak
F94.2 Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak
F94.8 Gangguan fungsi sosial masa kanak lainnya
F94.9 Gangguan fungsi sosial masa kanak YTT
V
F99
Gangguan Jiwa YTT
48
FOO - F09
Gangguan Mental Organik, Termasuk Gangguan
Mental Simtomatik
49
jcO 'Ruipa gejala tambahan
jci Gejala lain, tenitaina waham
jc2 Gejala lain, temtama halusinasi
jc3 Gejala lain, temtama depresi
jc4 Gejala campuran lain
F04 SIndrom amnesik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoak-
tif iainnya
50
F07 Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan
dan disfungsi otak
F07.0 Gangguan kepribadian organik
F07.1 Sindrom pasca-ensefalitis
F07.2 Sindrom pasca-kontusio
F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit»
kerusakan dan disfungsi otak lainnya
F07.9 Gangguan k^ribadian dan perilaku organik akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak YTT
51
Pendahuluan
Blok ini meliputi berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan atas dasar
penyebab yang sama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera, atau
nidapaksa otak, yang berakibat disfiingsi otak. Disfiingsi ini dapat primery
seperti pada penyakit, cedera, dan nidapaksa yang langsung atau diduga
mengenai otak; atau sekundery seperti pada gangguan dan penyakit siste-
mik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau
sistem tubuh. Gangguan otak akibat alkohol atau obat, walaupun menurut
logika termasuk dalam kelompok ini, tetapi diklasifikasikan di bawah FIO-
F19 untuk manfaat yang praktis dengan menempatkan semua gangguan
akibat zat psikoaktif dalam satu blok.
Kebanyakan dari gangguan dalam blok ini, secara teoretik, onsetnya pada
semua umur, kecuali masa kanak. Dalam praktek, kebanyakan cenderung
52
berawal pada masa dewasa atau lanjut usia. Walaupim beberapa gangguan
tersebut tampaknya ireversibel dan progresif, yang lain berlangsung
sementara atau bereaksi balk terhadap pengobatan yang tersedia pada saat
ini.
Penggunaan istiiah "organik " tidak berarti bahwa kondisi yang dicantum-
kan di tempat lain dalam klasifikasi ini adalah "nonorganik" dalam arti
tidak ada dasar patologi otak. Dalam konteks dewasa ini, istiiah "organik"
hanya berarti bahwa sindrom yang diklasifikasikan dapat berkaitan dengan
gangguan atau penyakit sistemik atau otak yang secara bebas dapat didiag-
nosis. Istiiah "simtomatik" digunakan untuk gangguan mental organik yang
pengaruhnya terhadap otak itu merupakan akibat sekunder dari gangguan
atau penyakit ekstraserebral sistemik.
Karena itu, dalam banyak kasus, pencatatan diagnosis dari salah satu
gangguan dalam blok ini membutuhkan penggunaan dua kode: satu untuk
sindrom psikopatologisnya dan yang lain untuk gangguan yang menda-
sarinya. Kode etiologisnya hams dipilih dari bab yang sesuai dari keselu-
ruhan klasifikasi ICD-10.
Demensia
53
pada penyakit Alzheimer, pada penyakit serebrovaskular, dan pada kondisi
lain yang secara primer atau sekunder mengenai otak.
Dalam menilai ada atau tiadanya demensia, perhatian khusus perlu diberi-
kan untuk menghindari tanda pengenal yang positif-palsu: ialah faktor
motivasional atau emosional, terutama depresi, sebagai penyebab dari
kegagalan untuk berkarya, di samping gejala tambahan, seperti kelam-
banan motorik dan kelemahan fisik secara umum, dan jangan hanya
menduga sebagai penyebab hilangnya kemampuan intelektual.
Pedoman Diagnostik
Syarat utama untuk penegakan diagnosis ialah bukti adanya penurunan
Irpmampiiflfi, balk dalam daya ingat maupun daya pikir seseorang sehingga
54
mengganggu kegiatan sehari-hari seperti telah disebutkan di atas. Hendaya
daya ingat secara khas mempenganihi proses registrasi, penyimpanan, dan
memperoleh kembali informasi baru, tetapi ingatan yang biasa dan sudah
dipelajari sebelunmya dapat juga hilang, khususnya dalam stadium akhir.
Demensia merupakan suatu keadaan yang lebih berat daripada dismnesia:
juga terdapat hendaya daya pikir dan kemampuan daya nalar (reasoning),
dan berkurangnya alur gagasan. Pemahaman informasi yang baru tergang-
gu, karenanya ia merasa makin sukar untuk memberi perhatian terhadap
lebih dari satu rangsangan pada saat yang sama, seperti ikut serta dalam
percakapan dengan beberapa orang, dan berpindah fokus perhatian dari
satu topik ke topik yang lain. Bila demensia merupakan satu-satunya
diagnosis, harus terbukti tidak adanya gangguan kesadaran. Namun,
diagnosis ganda seperti delirium yang bertumpangtindih dengan demensia
sering ditemukan (F05.1). Gejala dan hendaya di atas harus sudah nyata
untuk setidak-tidaknya 6 bulan bila ingin membuat diagnosis klinis demen
sia yang mantap.
Diagnosis Banding
Pertimbangkan: gangguan depresif(F30-F39), yang dapat menunjukkan
banyak gambaran dari demensia dini, terutama hendaya daya ingat, 1am-
bannya daya pikir, dan kurangnya spontanitas (spontaneity); delirium
(F05); retardasi mental yang ringan dan sedang (F70-F71); keadaan sub
normal dari fungsi kognitif karena lingkungan sosial yang amat miskin dan
pendidikan yang terbatas; dan gangguan mental iatrogenik karena medikasi
(F06.-).
Demensia dapat juga sebagai akibat gangguan mental organik lainnya yang
diklasifikasikan dalam blok ini, atau berada bersama (co-exist) dengan
beberapa kondisi itu, seperti delirium (lihat F05.1).
55
lambat laun tetapi pasti dalam beberapa tahun. Kurun waktunya dapat
sependek 2 atau 3 tahun, tetapi suatu waktu dapatjuga lebih lama.
Onsetnya dapat dimulai pada umur dewasa menengah atau lebih
dini, (penyakit Alzheimer yang beronset prasenil), tetapi angka
kejadiannya lebih tinggi pada usia lanjut (penyakit Alzheimer yang
onset masa senil). Dalam kasus yang beronset sebelum usia 65-70
tahun, biasanya terdapat riwayat keluarga yang sama menderita
demensia, perjalanan penyakit yang cepat, dan gambaran yang
menonjol dari kerusakan lobi temporalis dan parietalis, termasuk
disfasia dan dispraksia. Pada kasus yang onsetnya pada usia lebih
tua, perjalanan penyakitnya cenderung lebih lambat dan ditandai
ol^ hendaya umum fungsi kortikal yang lebih tinggi. Pasien dengan
sindrom Down biasanya lebih berisiko tinggi untuk berkembang
menjadi penyakit Alzheimer.
56
Pedoman Diagnostik
Gambaran tersebut di bawah ini dianggap penting uhtuk pemastian
diagnosis:
(a) Terdapatnya gejala demensia seperti disebut di atas.
(b) Onset yang tersembunyi dengan deteriorasi lambat. Sementara
onset sulit ditentukan saatnya, kenyataannya orang lain bisa
mendadak menyadari adanya kelainan tersebut. Suatu taraf yang
stabil yang nyata dapat terjadi daiam perjalanan penyakitnya.
(c) Tidak adanya bukti klinis, atau temuan dari penyelidikan khu-
sus, yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebab-
kan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menimbul-
kan demensia (misalnya hipotiroidi, hiperkalsemia, defisiensi
vitamin B12, defisiensi niasin, neurosifilis, hidrosefalus berte-
kanan normal, atau hematoma subdural).
(d) Tidak adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala neuro-
logis kerusakan otak fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya
sensorik, defek lapangan pandang mata, dan inkoordinasi yang
terjadi dalam masa dini dari gangguan itu (walaupun fenomena
ini di kemudian hari dapat bertumpang tindih).
Diagnosis Banding
Pertimbangkan: gangguan depresif(F30-F39); dplirium (F05);
sindrom amnesik organik (F04); demensia primer lainnya, seper
ti pada penyakit Pick, Creutzfeldt-Jakob atau Huntington
(F02.-); demensia sekunder berkaitan dengan berbagai penya-
57
V
kit fisik, kondisi toksik, dsb. (F02.8); retardasi mental ringan,
sedang dan berat(F70-F72).
Pedontan Diagnostik
Demensia yang onsetnya sebelum usia 65 tahun seperti di atas,
biasanya disertai perkembangan gejala yang cepat dan progresif.
Adanya riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer merupakan
satu faktor yang menyokong diagnosis tetapi tidak hams dipenuhi,
sebagaimana ditemukan pada riwayat keluarga dengan sindrom
Down atau limfoma.
58
lamban, dan biasanya dengan gangguan daya ingat sebagai gam-
baran utamanya.
Pedoman Diagnostik
Untuk demensia yang disebut di atas, dengan memperhatikan ada
atau tiadanya gambaran yang membedakan gangguan ini dari sub
tipe onset dini (FOO.O).
FOO^ Demensia pada Penyakit Alzheimer, Tipe Tak Khas atau Tipe
Campuran
Demensia yang tidak cocok dengan gambaran dan pedoman untuk
FOO.O atau FOO.l hams diklasifikasikan pada golongan ini; campu
ran demensia Alzheimer dan vaskular juga dimasukkan pada
golongan ini.
59
atau mulainya lambat laun. Biasanya demensia itu akibat suatu
infark otak karena penyakit vaskular, termasuk penyakit hipertensif
serebrovaskular. Biasanya infarknya kecil tetapi efeknya kumulatif.
Pedoman Diagnostik
Diagnosis dugaan adanya demensia seperti tercantum di atas.
Hendaya fnngsi kognitif biasanya tidak merata, jadi mungkin
terdapat hilangnya daya ingat, hendaya intelek, dan tanda neuroio-
gis fokai. Daya tilik diri (insight) dan daya nilai (judgement) secara
relatif tetap baik. Suatu onset yang mendadak atau kemunduran
yang lambat laun serta terdapatnya tanda dan gejala neurologis
fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia vaskular
itu, pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan
pemeriksaan CT-Scan (computerized axial tomography) atau peme-
riksaan neuropatologis.
Diagnosis Banding
Pertimbangkan: Delirium (F05.-): demensia lain, terutama
penyakit Alzheimer (FOO.-); gangguan suasana perasaan (mood
[afektifl) (F30-F39); retardasi mental ringan dan sedang (F70-
F71); perdarahan subdural [traumatik (S06.5), nontraumatik
a62.0)l
60
Demensia vaskular dapat berada bersama dengan demensia pada
penyakit Alzheimer (beri kode F00.2), seperti bila episode vasku
lar bertumpang tindih dengan gambaran klinis dan riwayat yang
memberi dugaan penyakit Alzheimer.
61
F02 Demensia pada Penyakit Lain YDK
Pedontan Diagnostik
Adanya demensia seperti yang digambarkan di atas; adanya
gambaran yang khas dari salah satu sindrom seperti yang disebut-
kan dalam kategori di bawah ini.
Pedoman Diagnostik
Gambaran di bawah ini perlu untuk pemastian diagnosis :
(a) demensia yang progresif;
(b) gambaran lobus frontalis yang menonjol dengan euforia,
emosi dangkal, dan perilaku sosial yang kasar, disinhibisi dan
apati atau gelisah;
(c) manifestasi gangguan perilaku umunmya mendahului gang
guan daya ingat.
62
Diagnosis Banding
Pertimbangkan: demensia pada penyakit Alzheimer (FOO); demen-
sia vaskular (FOl); demensia sekuhder akibat gangguan lain sq)erti
neurosifilis (F02.8); hidrosefalus bertekanan normal (ditandai
keterlambatan psikomotor yang ekstrem, dan gangguan gaya berja-
lan serta gangguan pengendalian sfinkter) (G91.2); gangguan
neurologis dan metabolik lainnya.
Pedoman Diagnotik
Penyakit Creutzfeldt-Jakob sepatutnya diduga pada semua kasus
demensia yang perjalanan penyakitnya progresif dan cepat dalam
waktu beberapa bulan sampai 1-2 tahun yang disertai gejala neuro
logis multipel. Pada beberapa kasus, seperti bentuk amiotroflk,
tanda neurologisnya mendahului terjadinya demensia.
63
Diagnosis Banding
Pertimbangkan: Penyakit Alzheimer (FOO.-) atau penyakit Pick
(FOl.O); penyakit Parkinson (F02.3); parkinsonisme pasca-ensefa-
litis (G21.3).
Pedonum Diagnotik
Kaitan antara gangguan gerakan koreiform, demensia, dan riwayat
keluarga dengan penyakit Huntington sangat mengarah pada
diagnosis gangguan ini, meskipun kasus sporadik tentu ada.
64
V
Diagnosis Banding
Pertimbangkan : kasus lain dengan gerakan koreik;. penyakit
Alzheimer, Pick atau Creutzfeldt-Jakob (FOO.-, F02.0, F02.1).
Pedoman Diagnostik
Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit
Parkinson yang sudah parah.
Diagnosis Banding
Pertimbangkan: demensia sekunder lainnya (F02.8); demensia
multi-infark (FOl.l) yang berhubungan dengan penyakit hipertensi
atau penyakit vaskular diabetik; tumor otak (C70-C72); hidrosefe-
lus bertekanan normal (G91.2).
65
Demensia HIV secara khas menunjukkan keluhan sering lupa,
lamban, kurang konsentrasi, dan sulit membaca serta mengatasi
suatu masalah. Apati, spontanitas menurun, penarikan diri secara
sosial, dan dalam beberapa kasus penyakit itu dapat menunjukkan
secara tidak khas sebagai gangguan afektif, psikosis, atau kejang.
Pemeriksaan fisik sering menunjukkan adanya tremor, gangguan
gerakan ulang yang cepat, gangguan keseimbangan, ataksia, hiper-
tonia, hiperrefleksi menyeluruh, gejaia pelepasan frontal yang
positif, dan gangguan gerak bola mata (dalam mengikuti suatu
benda) atau gerakan tersendat-sendat.
66
V
disfiingsi ekstrapiramidal dan pada beberapa kasus sklerosis amio-
trofik lateralis. Penyakit ini awal mulanya dilaporkan dari kepu-
lauan Guam yang banyak ditemukan di kalangan penduduk aslinya,
menyerang 2x lebih banyak laki-laki daripada perempuan; kini
diketahui bahwa penyakit ini juga ditemukan di Papua Nugini dan
J^ang.
67
F04 Sindrom Amnesik Organik, Bukan Akibat
Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti perlu dipenuhi:
(a) adanya hendaya daya ingat bempa berkurangnya daya ingat
jangka pendek (lemahnya kemampuan beiajar materi bam);
amnesia anterograd dan retrograd, menumnnya kemampuan
untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman yang telah
lalu dalam umtan terbalik menumt kejadiannya;
(b) riwayat atau bukfi nyata adanya cedera, atau penyakit pada
otak (temtama bila mengenai kedua jaringan diensefalon dan
lobus temporalis medialis;
(c) tidak berkurangnya daya ingat segera (misalnya diuji untuk
mengingat deret angka), tiadanya gangguan daya perhatian
dan kesadaran, dan hendaya intelektual menyeluruh.
68
Konfabulasi, berkurangnya tilikan (insight), penibahan emosional
(apati, kurangnya inisiatif) merupakan petunjuk tambahan untuk
menuju ke diagnosis, walaupun tidak selalu perlu pada setiap
kasus.
Diagnosis Banding
Gangguan ini harus dibedakan dari sindrom organik lain dengan
hendaya daya ingat yang menonjol (misainya demensia atau deliri
um), dari amnesia disosiatif (F44.0), dari hendaya fiingsi daya
ingat akibat gangguan depresif ^30- F39), dan dari berpura-pura
(malingering) dengan menampilkan keluhan hilangnya daya ingat
(Z76.5). Sindrom Korsakov akibat alkohol atau obat jangan diberi
kode di sini, tetapi pada seksi yang sesuai (Fljc.6).
69
Kategori imjangan digunakan untuk keadaan delirium yang
berhubungan dengan penggunaan obat psikoaktif sebagaimana
ditentukan pada F10-F19. Keadaan delirium karena obat yang
diberikan oleh dokter (seperti keadaan kebingungan akut [acute
contusional state] pada pasien lanjut usia karena antidepresiva)
hams diberi kode.di sini. Dalam hai ini, pengobatan terkait hams
pula dicatat dengan menggunakan kode T dari Bab XIXICD-10.
Pedoman Diagnostik
Untuk pemastian diagnosis, gejala yang ringan atau berat, hams
ada pada setiap kondisi di bawah ini;
(a) hendaya kesadaran dan perhatian (dalam rangkaian kesatuan
dari kesadaran berkabut hingga koma; menumnnya kemam-
puan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, dan
mengalihkan perhatian);
(b) gangguan secara umum daya kognitif (distorsi persepsi, ilusi
dan halusinasi— sering visual; hendaya daya pikir dan pe-
ngertian abstrak, dengan atau tanpa waham sementara, tetapi
yang khas terdapat sedikit inkoherensi; hendaya daya ingat
segera dan jangka pendek namun daya ingat jangka panjang
tetap utuh; disorientasi waktu dan pada kasus yang berat juga
disorientasi tempat dan orang);
(c) gangguan psikomotor (hipo- atau hiperaktivitas dan penga-
lihan aktivitas yang tak terduga, waktu bereaksi yang lebih
panjang, ams pembicaraan yang bertambah atau berkurang;
reaksi terperanjat meningkat);
(d) gangguan siklus tidur (insonmia atau pada kasus berat, tidak
dapat tidur sama sekali atau terbaliknya siklus tidur; mengan-
tuk pada siang had; gejala memburuk pada malam hari;
mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk, yang dapat
berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur;
(e) gangguan emosional, misalnya depresi, anxietas atau takut,
lekas marah, euforia, apati, atau rasa kehilangan akal.
70
Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang-timbul sepan-
jang hari, dan keadaan itu berlangsung kurang dari 6 bulan.
Gambaran klinis yang disebut di atas demikian khasnya sehingga
diagnosis delirium yang patut dipercaya dapat ditegakkan walaupun
penyebab yang mendasarinya beium ditetapkan. Di samping
riwayat penyakit fisik dan otak yang mendasarinya, adanya dis-
fungsi otak (misalnya elektroensefalogram yang abnormal, tetapi
tidak selalu menunjukkan perlambatan dari gelombang dasarnya)
dibutuhkan bila diagnosis meragukan.
Diagnosis Banding
Delirium harus dibedakan dari sindrom organik lainnya, terutama
demensia (F00-F03), dari gangguan psikotik akut dan sementara
(F23,-), dan dari keadaan skizofrenia akut(F20.-) atau gangguan
suasana perasaan (mood [afektif])(F30-F39) yang mungkin terda-
pat gambaran kebingungan. Keadaan delirium yang disebabkan
oleh alkohol dan zat psikoaktif lainnya, harus diberi kode di tempat
yang telah disediakan (Flx.4).
71
Jkmasuk: delirium yang asalnya campuran
keadaan bingung atau delirium subakut
72
V
(c) kesembuhan dari gangguan jiwa setelah perbaikan atau dihi-
iangkannya penyebab yang diduga mendasarinya;
(d) tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif
dari sindrom mental ini (seperti riwayat keluarga yang kuat
atau stres yang memperc^at).
73
Pedoman Diagnostik
Di samping kriteria umum yang disebut dalam pendahuluan dari
F06 di atas, hams ada bukti halusinasi dari segala bentuk yang
menetap atau berulang; tiada kesadaran yang berkabut; tiada
penumnan fungsi intelektual yang nyata; tiada gangguan suasana
perasaan (mood) yang menonjol; dan tiada waham yang nyata.
Termasuk: Dermatozoenwahn
keadaan halusinatorik organik (nonalkoholik)
Pedoman Diagnostik
Kriteria umum untuk menduga penyebab organik sebagaimana
dicantumkan dalam pendahuluan dari F06 hams dipenuhi. Sebagai
tambahan hams ada salah satu dari keadaan di bawah ini:
(a) stupor (berkurangnya atau hilangnya sama sekali gerakan
spontan dengan mutisme, negativisme, dan sikap yang kaku
total atau parsial);
74
(b) gaduh gelisah (hipermotilitas yang nyata dengan atau tanpa
kecenderungan untuk menyerang);
(c) keduanya (silih-berganti secara cepat dan tak terduga dari hipo
ke hiperaktivitas).
Pedoman Diagnostik
Kriteria umum untuk menduga suatu penyebab organik sebagaima-
na dicantumkan dalam pendahuluan dari F06 harus dipenuhi.
Sebagai tambahan harus ada waham (kejar, tubuh yang berubah,
cemburu, penyakit, atau kematian dari dirinya atau orang lain).
Halusinasi, gangguan alam pikiran, atau fenomena katatonik saja,
mungkin ada. Kesadaran dan daya ingatnya harus tak terganggu.
Diagnosis ini jangan dibuat bila penyebab organik yang diduga
tidak khas atau terbatas pada penemuan s^erti ventrikel otak yang
melebar (dilihat pada CT-scan) atau gejala neurologis yang "halus"
("soft" neurological signs).
75
Tbk Termasuk: gangguan psikotik akut dan sementara (F23.-)
gangguan psikotik akibat obat (Fljc.5)
gangguan waham menetap (F22.-)
skizofrenia (F20.-)
Pedoman DiagnosWc
Di samping kriteria umum untuk menduga adanya penyebab orga
nik yang dicahtumkan dalam pendahuluan F06, kondisi itu hams
memenuhi prasyarat-untuk salah satu diagnosis dari gangguan yang
tercantum pada F30-F33.
76
Karakter kelima di bawah ini dapat digunakan untuk menyatakan
gangguan klinisnya:
77
adanya gangguan organik. Gangguan ini diperkirakan lebih sering
terjadi dalam hubungan dengan penyakit serebrovaskular atau
hipertensi daripada penyebab lainnya.
Pedoman Diagnostik
Gambaran utamanya ialah turunnya penampilan kognitif. Terma
suk hendaya daya ingat, daya belajar dan sulimya berkonsentrasi.
Pemeriksaan pbjektif biasanya menunjukkan abnormalitas. Gejala-
nya sedemikian rupa sehingga diagnosis demensia (F00-F03),
sindrom anmesik organik (F04) atau delirium (F05.-) tidak bisa
dibuat.
Diagnosis Banding
Gangguan ini dapat dibedakan dari sindrom pasca-ensefalitis
(F07.1) dan pasca-kontusio (F07.2) oleh berbedanya etiologi,
gejala yang umunmya terbatas dan lebih ringan, serta perjalanan
penyakit lebih pendek.
78
F06.8 Gangguan Mental Akibat Kerusakan dan Disfiingsi Otak dan
Penyakit Flsik Lain YDT
Contohnya ialah keadaan suasana perasaan (mood) abnormal yang
terjadi ketika dalam pengobatan dengan steroida atau antidq>resi-
va.
79
Pedoman IHagnostik
Di samping riwayat yang jelas atau bukti lain dari penyakit, keru-
sakan, atau disfiingsi otak, diagnosis pasti membutuhkan adanya
dua atau lebih dari gambaran berikut:
(a) menurunnya kemampuan dengan pela yang teratur untuk
tekun pada aktivitas yang bertujuan, terutama yang memakan
waktu lebih lama dan pemuasan yang tidak segera;
(b) perilaku emosional berubah, ditandai oleh labilitas, dangkal,
dan kegembiraan yang tak beralasan (euforia, kejenakaan
yang tak sepadan), mudah berubah menjadi iritabilitas atau
cetusan amarah dan agresi yang sejenak; pada beberapa hal
apati mungkin merupakan gambaran yang lebih menonjol;
(c) pengungkapan kebutuhan dan impuls tanpa pertimbangan akan
konsekuensi atau kelaziman sosial (pasien mungkin terlibat
dalam tindakan dissosial, seperti mencurl, bertindak melam-
paui batas kesopanan seksual, atau makan secara lahap atau
tidak sopan, kurang memperhatikan kebersihan dirinya);
(d) gangguan kognitif, dalam bentuk curiga atau pikiran paranoid,
dan/atau preokupasi berlebihan pada satu tema yang biasanya
abstrak (seperti soal agama, "benar" dan "salah");
(e) perubahan bermakna pada kecepatan dan arus pembicaraan
dengan gambaran seperti sirkumstansialitas, bicara banyak
(over-inclusiveness), kental (viscosity), dan hipergrafia;
(f) perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau perubahan
selera seksual).
80
Tak Termasuk: perubahan kepribadian yang berlangsung lama
setelah mengalami katastrofo (F62.0)
perubahan kepribadian yang berlangsung lama
akibat penyakit psikiatrik (F62.1)
sindrom pasca-kontusio (F07.2)
sindrompasca-ensefalitis (F07.1)
gangguan kepribadian khas (F60.-)
Pedoman Diagnostik
Manifestasinya mungkin mencakup adanya kelelahan umum
(malaise), apati atau iritabilitas, menurunnya fiingsi kognitif (sulit
belajar), berubahnya pola makan dan tidur, perubahan dalam
seksualitas dan pertimbangan sosial. Mungkin terdapat disfiingsi
neurologis yang tersisa seperti paralisis, tuli, afasia, apraksia
konstruksional, dan akalkulia.
SI
alkohol. Gejala ini dapat disertai oleh rasa depresi dan cemas
akibat hilangnya harga-diri dan takut terhadap kenisakan otak yang
menetap. Perasaan demikian memperberat gejala sebenamya dan
mengakibatkan lingkaran setan. Beben^a pasien menjadi hipokon-
drik, selaiu mencari hakikat dari diagnosis dan pengobatan, dan
mengambil peran sebagai pasien tenis-menenis. Sebab dari gejala
ini tidak selalu jelas, kedua f^or organik dan psikologis diduga
menjadi penyebabnya. Status nosologis dari kondisi ini menjadi tak
menentu. Tidak diragukan lagi bahwa sindrom ini cukup banyak
dan menyebabkan rasa tak enak pada pasien.
Pedoman Diagnostik
Sedikitnya terdapat tiga dari gambaran yang disebutkan di atas
demi pemastian diagnosis. Pemeriksaan laboratorik tehnik (elek-
troensefEilografi, pemeriksaan cetusan potensial listrik batang otak
[brain stem evoked potentials]» pemeriksaan bayangan [imaging]
otak, okulonistagmografi) dapat memberikan bukti yang pasti
untuk mendukung diagnosisnya namun sering hasilnya negatif.
Keluhan yang timbul tidak selalu berhubungan dengan keinginan
tersdubung.
82
Gangguan afektif organik hemisferik kanan (perubahan dalam
kemampuan untuk mengungkapkan atau mengerti emosi pada
orang dengan gangguan hemisferik kanan). Walau pasien secara
sepintas tampak depresif, keadaan depresi ini biasanya tidak ada:
keadaan tersebut adalah pengungkapan emosinya yang terhambat.
83
F10 - F19
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Zat Psikoaktif
Kode empat dan lima karakter dapat digunakan untuk menentukan kondisi
klinis sebagai berikut:
84
FU.1 Penggunaan yang merugikan (harmful)
85
J
Flx.7 Gangguan psikotik residual dan onset lambat
.70 Kiias balik (flashback)
.71 Gangguan kepribadian atau perilaku
.72 Gangguan afektif residual
.73 Demensia
.74 Hendaya kognitif menetap lainnya
.75 Gangguan psikotik onset lambat
86
Pendahuluan
Blok ini berisi gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya
(dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan
sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia), tetapi semua itu
diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan
atau tanpa resep dokter).
Zat yang digunakan dinyatakan oleh karakter kedua dan ketiga (yaitu: dua
digit pertama setelah huruf F), sedangkan karakter keempat dan keiima
khusus untuk keadaan klinis. Untuk menghemat ruang, semua zat
psikoaktif disebutkan lebih dahulu, diikuti oleh kode empat karakter; cara
ini digunakan bila diperlukan, untuk setiap zat yang ditentukan, dengan
catatan bahwa tidak semua kode empat karakter dapat digunakan untuk
semua jenis zat.
Pedoman Diagnostik
Banyak pengguna obat menggunakan lebih dari satu jenis obat, namun
bila mungkin, diagnosis gangguan harus diklasifikasikan sesuai dengan zat-
87
tunggal (klas dan zat) yang paling penting yang digunakannya. Hal in!
biasanya dilakukan dengan memperhatikan pemakaian obat tertentu, atau
jenis obat, yang menyebabkan gangguan yang tampak. Dalam keadaan
ragu-ragu, cantumkan kode obat atau jenis obat yang paling sering
disalahgunakan, terutama pada kasus penggunaan yang berlanjut atau
harian.
Kasus gangguan jiwa (terutama delirium pada lanjut usia) akibat zat
psikoaktif, tetapi tanpa salah satu gangguan dalam blok ini (misalnya
penggunaan merugikan atau sindrom ketergantungan) hams dimasukkan
dalam kode F00-F09. Bila keadaan delirium bertumpangtindih dengan
suatu gangguan dalam blok ini, maka harus diberi kode Flx.3 atau Fljc.4.
88
Ini merupakan diagnosis utama hanya pada kasus intoksikasi yang
semata-mata terjadi tanpa berkaitan dengan alkohol atau
penggunaan zat yang lebih menetap. Bila ada masalah demikian,
maka diagnosis yang didahulukan adalah: penggunaan yang
merugikan (Flx.l), sindrom ketergantungan (Fljc.2), atau
gangguan psikotik (FIjc.5).
Pedoman Diagnostik
89
menyebabkan agitasi dan agresi dengan meningkatnya dosis, dan
menimbulkan sedasi yang jeias pada dosis yang sangat tinggi.
Diagnosis Banding
Pertimbangkan kemungkinan adanya cedera kepala akut dan
hipoglikemia. Pertimbangkan juga kemungkinan intoksikasi
sebagai akibat penggunaan zat campuran.
90
bagi individu tersebut saat ia bebas alkohol. Biasanya timbul
segera setelah minum sejumlah alkohol yang pada kebanyakan
orang tidak akan menimbulkan intoksikasi.
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis harus ada cedera nyata pada kese
hatan jiwa atau fisik pengguna.
91
yang pernah diunggulkan pada masa lalu. Gambaran utama yang
khas dari sindrom ketergantungan ialah keinginan (sering amat
kuat dan bahkan terlalu kuat) untuk menggunakah obat psikoaktif
(baik yang diresepkan atau pun tidak), alkohol, atau tembakau.
Mungkin ada bukti bahwa mereka yang menggunakan kembali zat
seteiah suatu periode abstinensia akan lebih cepat kambuh daripada
individu yang sama sekali tidak ketergantungan.
Pedonum Diagnoskk
Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan
tiga atau lebih gejala di bawah ini dialami dalam masa setahun
sebeiumnya:
(a) adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa
(kompulsi) untuk menggunakan zat;
(b) kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat
sejak awal» usaha penghentian atau tingkat penggunaannya;
(c) keadaan putus zat secara fisiologis.(lihat Flx.3 atau Flx.4)
ketika penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti
orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang
sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari
terjadinya gejala putus zat;
(d) adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis zat
psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama
yang biaiSanya diperoleh dengah dosis lebih rehdah (contoh
yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan ketergan
tungan alkohol dan opiat yang secva rutin setiap hari meng
gunakan zat tersebut secukupnya iintuk mengendalikan ke-
inginanhya);
(e) secara pfogresif mehgabaikan altematif menikmati kesenangan
karena penggunaan zat psikoaktiflain, meningkatnya jumlah
waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan
zat atau pulih dari akibatnya;
(f) terus menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat
yang menigikan kesehataimya, seperti gangguan fiingsi hati
92
karena minum alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai
akibat penggunaan yang berat atau hendaya fiingsi kognitif
akibat menggunakan zat; upaya perlu diadakan untuk
memastikan bahwa pengguna zat sungguh-sungguh atau diha-
rapkan untuk menyadari akan hakikat dan besarnya bahaya.
93
/
Diagnosis sindrom ketergantungan dapat ditentukan lebih lanjut
dengan kode lima karakter berikut:
94
Pedoman Diagnostik
Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom
ketergantungan Oihat F1jc.2) dan diagnosis sindrom ketergantungan
zat hams tumt dipertimbangkan.
Diagnosis Banding
Banyak gejala pada keadaan putus obat bisa disebabkan oleh
keadaan psikiatrik lain, misalnya keadaan anxietas dan gangguan
depresif. Gejala sisa ("hangover") sederhana atau tremor karena
kondisi lain jangan dikacaukan dengan gejala putus zat.
95
Fljir.4 Keadaan Putus Zat dengan Delirium
Satu keadaan putus zat (lihat Fljc.3) disertai komplikasi delirium
Gihat kriteria untuk F05.-).
96
Fljc.5 Gangguan Psikotik
Sekelompok fenomena psikotik yang terjadi selama atau segera
sesudah penggunaan zat psikoaktif dan ditandai oleh halusinasi
nyata (khasnya auditorik, tetapi sering pada lebih dari satu
gangguan modalitas sensorik), kekeliruan identifikasi, waham
dan/atau gagasan yang menyangkut diri sendiri (ideas of
reference) (sering yang bersifat paranoid atau kejaran), gangguan
psikomotor (excitement atau stupor) dan afek yang abnormal, yang
terentang antara ketakutan yang mencekam sampai ke ekstasi. Pada
umunmya keadaan kesadaran jernih, kecuali adanya kesadaran
berkabut walaupun tidak sangat bingung. Gangguan itu mereda
setidaknya sebagian dalam sebulan dan hilang sama sekali dalam
enam bulan.
Pedoman Diagnostik
Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah
penggunaan obat (biasanya dalam waktu 48 jam) hams dicatat di
sini, kecuali jika keadaan itu bukan mempakan manifestasi dari
keadaan putus zat dengan delirium (lihat Fljc.4) atau suatu onset
lambat. Gangguan psikotik onset lambat(dengan onset lebih dari
dua minggu setelah penggunaan zat) dapat terjadi, namun hams
digolongkan dalam kode FIjc.TS.
97
lin, kanabis dosis tinggi). Pada kasus demikian dan juga untuk
keadaan kebingungan, suatu kemungkinan diagnosis intoksikasi
akut (Flx.O) hanis dipertimbangkan.
Diagnosis Banding
Pertimbangkan kemungkinan adanya gangguan jiwa lain yang
dicetuskan dan diberatkan oleh penggunaan zat psikoaktif(misal
nya skizofirenia (F20.-); gangguan suasana perasaan {mood [afek-
tif]} (F30-F39); gangguan kepribadian paranoid atau skizoid
(F60.0, F60.1)). Pada kasus demikian, diagnosis keadaan psikotik
yang disebabkan oldi zat psikoaktif mungkin tidak memadai.
Flx.50 Lir-skizofirenia
98
FIjc.52 Predominan halusinasi
(termasuk halusinosis alkoholik)
Flx.56 Campuran
Pedoman Diagnostik
Sindrom amnesik yang disebabkan ol^ alkohol atau zat psikoaktif
lain yang digolongkah dalam kode ini harus memenuhi kriteria
umum untuk sindrom amnesik organik (lihat F04). Syarat utama
untuk menentukan diagnosis adalah:
(a) gangguan daya ingat jangka pendek (dalam mempelajari hal
baru); gangguan sensasi waktu (menyusun kembali urutan
kronologis, meninjau kejadian berulang kali menjadi satu
peristiwa, dll.);
(b) tiadanya gangguan daya ingat segera, tiadanya gangguan
kesadaran, dan tiadanya gangguan kognitif secara umum;
(c) adanya riwayat atau buktjf objektif penggunaan alkohol atau
obat yang kronis (tenitama dengan dosis tinggi).
99
Penibahan kepribadian, yang sering disertai keadaan apatis dan
hilangnya inisiatif yang nyata, dan kecendeningan untuk menga-
baikan keadaan yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis.
Diagnosis Banding
Pertimbangkan: sindrom amnesik organik (nonalkoholik) (lihat
F04); sindrom organik lain yang meliputi gangguan daya ingat
yang nyata (misalnya demensia atau delirium)(F00-F03; F05.-);
suatu gangguan depresif(F31-F33).
Pedoman DiagnosHk
Onset dari gangguan harus secara langsung berkaitan dengan
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif. Kasus dengan onset
pertama yang beijarak jauh sesudah episode penggunaan zat harus
digolongkan dalam kode ini hanya apabila ada bukti yang jelas dan
kuat bahwa keadaan ini sebagai efek residual zat tersebut. Gang
guan tersebut harus memperlihatkan suatu penibahan atau pening-
katan yang nyata dari fiingsi sebelumnya yang normal.
100
periode yang cukup lama dari abstinensia total, fimgsi intelek dan
daya ingatnya akan pulih.
Diagnosis Banding
Pertimbangkan: gangguan jiwa yang sudah ada terselubung oleh
penggunaan zat dan yang muncul kembali setelah pengamh zat
tersebut menghilang (misalnya anxietas fobik, gangguan depresif,
skizofrenia atau gangguan skizotipal). Pada kasus kilas balik,
pertimbangkan adanya psikosis akut dan sementara (F23.-). Per
timbangkan juga cedera organik dan retardasi mental ringan atau
sedang (F70-F71) yang mungkin terdapat bersama dengan penya-
lahgunaan zat psikoaktif.
101
FUJI Gangguan kepribadian atau perilaku
Memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian organik (F07.0).
FU.73 Demensia
Memenuhi kriteria umum untuk demensia seperti yang diuraikan
dalam pendahuluan F00-F09.
102
\
F20-F29
Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan
Waham
F20 Skizofrenia
F20.0 Skizofrenia paranoid
F20.1 Skizofrenia hebefrenik
F20.2 Skizofrenia katatonik
F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
F20.4 Depresi pasca-skizofrenia
F20.5 Skizofrenia residual
F20.6 Skizofrenia simpleks
F20.8 Skizofrenia lainnya
F20.9 Skizofrenia YTT
103
F22 Gangguan waham menetap
. F22.0 Gangguan waham
F22.8 Gangguan waham menetap lainnya
F22.9 Gangguan waham menetap YTT
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya stres
akut yang terkait:
F23.JC0 Tanpa stres akut yang terkait
F23jc1 Dengan stres akut yang terkait
104
Pendahuluan
Skizofrenia adalah gangguan yang paling lazim dan paling penting dalam
kelompok ini. Gangguan skizotipal memiliki banyak ciri khas dari gang
guan skizofrenik dan mungkin berkaitan secara genetik dengan skizofrenia;
namun demikian, halusinasi, waham, dan gangguan perilaku yang besar
dari skizofrenia sendiri tidak terdapat pada gangguan skizotipal dan kare-
nanya gangguan ini tidak selalu menjadi perhatian medis. Kebanyakan
gangguan waham mungkin tidak berkaitan dengan skizofrenia, walaupun
keduanya mungkin sukar dibedakan secara klinis, terutama pada stadium
awalnya. Keduanya merupakan suatu kumpulan gangguan yang heterogen
dan sukar sekali dimengerti, yang untuk mudahnya saja dibagi berdasarkan
lamanya perjalanan penyakit yang karakteristik menjadi sekelompok
gangguan waham yang menetap, dan sekelompok lainnya yang lebih besar
yaitu gangguan psikotik akut dan sementara (transient). Terutama kelom
pok yang terakhir, tampaknya lazim dijumpai di negara-negara berkem-
bang. Subdivisi yang diberikw di sini hams dianggap sebagai bersifat
sementara. Gangguan skizoafektif tetap dipertahankan dalam seksi ini
walaupun ada sifat-sifatnya yang kontroversial.
F20 Skizofrenia
105
y
mempenganihi pikiran dan perbuatan penderita dengan cara-cara
yang sering tidak masuk akal atau bizarre. Individu mungkin meng-
anggap dirinya sebagai pusat segala-galanya yang terjadi. Halusina-
si, terutama auditorik, lazim dijumpai dan mungkin memberi komen-
tar tentang perilaku dan pikiran individu itu. Persepsi sering ter-
ganggu secara lain pula: warna-warna atau suara-suara berubah
menjadi amat intensif atau berubah daiam kualitasnya, dan gambaran
yang tidak relevan mengenai benda atau hal yang biasa (sehari-hari)
dapat tampak menjadi lebih penting daripada objek atau situasi
keseluruhannya. Kebingungan (perplexity)juga lazim dijumpai pada
awal penyakit dan sering mengakibatkan keyakinan bahwa situasi
sehari-hari itu benar memiliki suatu makna khusus, biasanya bemada
seram atau mengancam, yang ditujukan secara khas pada individu
tersebut. Pada gangguan berpikir skizofrenik yang karakteristik,
ciri-ciri yang hanya bersifat perifer dan tidak relevan dari suatu
konsep berpikir yang menyeluruh, yang selalu dihambat dalam akti-
vitas mental yang normal ditampilkan ke muka dan menggantikan
gambaran yang relevan dan sesuai untuk situasi yang nyata itu.
Dengan demikian maka pikiran menjadi samar-samar, berbehtuk
"bulat panjang" dan "lonjong" (elliptical) dan samar-samar
(obscure), dan ekspresinya dalam pembicaraan kadang-kadang tidak
dapat dipahami. Sering arus pikiran menjadi terputus-putus (breaks)
dan mengalami interpolasi (sisipan-sisipan), dan pikiran tersebut
mungkin terasa "tersedot" atau tertarik oleh sesuatu dari luar.
Suasana perasaan tampak dangkal, c^at berubah-ubah (capricious),
fltaii tidak serasi (incongruous). Ambivalensi dan gangguan kemauan
(volition) dapat tampak sebagai inersia, negativisme, atau stupor.
Mungkin terdapat katatonia. Onset dapat bersifat akut, dengan peri
laku yang amat terganggu, atau bersifat tersembunyi/diam-diam
(insidious), dengan perkembangan berbagai gagasan dan tingkah
laku yang aneh secara bertahap. Perjalanan penyakit menunjukkan
juga variasi yang luas tetapi tidak selalu bersifat kronis atau mem-
buruk (deteriorating), hal mana dinyatakan dalam kategori lima
karakter. Pada sebagian kasus, yang bisa berbeda pada budaya dan
106
populasi yang berbeda, dapat menghasilkan kesembuhan secara
menyelunih atau hampir menyeluruh. Pria dan wanita kira-kira terke-
na secara sama seringnya tetapi onset pada wanita cenderung terjadi
pada usia yang lebih tua.
107
(f) arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (inter-
polasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
(g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),
sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negati-
visme, mutisme, dan stupor;
(h) gejala-gejala "negatif seperti sikap sangat masa bodo (apatis),
pembicaraan yang terhenti, dan respons emosiona! yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergauian sosial dan menurunnya kinerja
sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak dise-
babkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
(i) suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseiuruhan dari beberapa aspek periiaku perorangan, berma-
nifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas,
sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri
secara sosial.
Pedoman Diagnostik
Persyaratan yang normal untuk diagnosis skizofrenia ialah harus ada
sedikitnya satu gejala tersebut di atas yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas) dari gejala yang termasuk salah satu dari kelompok
gejala (a) sampai (d) tersebut di atas, atau paling sedikit dua gejala
dari kelompok (e) sampai (h), yang harus selalu ada secara jelas
selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang
memenuhi persyaratan gejala tersebut tetapi yang lamanya kurang
dari satu bulan (balk diobati atau tidak) harus didiagnosis pertama
kali sebagai gangguan psikotik lir-skizoffenia akut (F23.2) dan bam
diklasifikasi ulang kalau gejala-gejala tersebut menetap selama kumn
waktu yang lebih lama.
108
kehilangan minat dalam bekerja, dalam aktivitas sosial (pergaulan
sosial), penelantaran penampilan pribadi dan perawatan diri, bersa-
ma dengan kecemasan yang menyeluruh serta depresi dan preokupa-
si yang berderajat ringan, mendahului onset (mulainya) gejala-gejala
psikptik selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Karena
sulitnya menentukan onset, kriteria lamanya 1 bulan berlaku hanya
untuk gejala-gejala khas tersebut di atas dan tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodromal.
F20j(0 Berkelanjutan
F20jcl Episodik dengan kemunduran progresif
F20jc2 Episodik dengan kemunduran stabil
F20jc3 Episodik berulang
F20.;c4 Remisi tak sempuma
F20.JCS Remisi sempuma
F20.:c8 Lainnya
F20.;c9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun
F20.0 Skizofrenia Paranoid
Ini adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara
mana pun. Gambaran klinis didominasi oleh waham-waham yang
secara relatif stabil, sering kali bersifat paranoid, biasanya disertai
oleh halusinasi-halusinasi, terutama halusinasi pendengaran, dan
gangguan-gangguan persepsi. Gangguan afektif, dorongan kehen-
dak (volition) dan pembicaraan serta gejala-gejala katatonik tidak
menonjol.
110
Psrjalanan penyakit skizofr6nia paranoid dapat tcrjadi sscara
6pisodik, dengan remisi sebagian atau sempurna, atau bersifat
kronis. Pada kasus-kasus yang kronis, gejala yang nyata menetap
selama bertahun-tahun dan sukar untuk membedakan episode-
episode yang terpisah. Onset cenderung terjadi pada usia yang
iebih tua daripada bentuk-bentuk hebefrenik dan katatonik.
Pedoman Diagnostik
Kriteria umum diagnosis skizofrenia (lihat pendahuluan F20 di
atas) hams dipenuhi. Sebagai tambahan, haiusinasi dan/atau
waham harus menonjoi, sedangkan gangguan afektif, dorongan
kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif
tidak nyata. Haiusinasi biasanya seperti yang diuraikan dalam butir
0^) dan (c) tersebut di atas. Waham dapat berupa hampir setiap
jenis tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi (influence), atau
passivity , dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam
adalah yang paling khas.
Diagnosis Banding
Adalah penting untuk menyingkirkan diagnosis epilepsi dan psiko-
sis yang diinduksi oleh obat-obatan dan harus diingat bahwa
waham kejaran mungkin hanya mempunyai bobot diagnostik yang
tak berarti pada orang-orang yang berasal dari negara atau budaya
tertentu.
ill
yang tak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
umumnya mannerisme. Suasana perasaan (mood)pasien dangkal
dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan
(giggling) atau perasaan puas-diri (self-satisfied), senyum sendiri
(self-absorbed smiling), atau oleh sikap yang angkuh/agung Oofty
manner); tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli
secara bersenda gurau (pranks), keluhan yang hipokondrik, dan
ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases). Proses pikir
mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling)
serta inkoheren: Ada kecenderungan untuk tetap menyendiri (soli
tary), dan perilaku tampak hampa tujuan dan hampa perasaan.
Bentuk skizofrenia ini biasanya mulai antara umur 15 dan 25
tahun, cenderung mempunyai prognosis yang buruk akibat ber-
kembangnya secara cepat gejala "negatif", terutama mendatarnya
afek dan semakin berkurangnya dorongan kehendak (loss of voli
tion).
Pedoman Diagnostik
Kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia (lihat pendahuluan
untuk F20 di atas) hams dipenuhi. Biasanya diagnosis hebefrenia
untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa
muda. Kepribadian pramorbid secara khas, tetapi tidak selalu,
pemalu dan menyendiri (solitary). Untuk diagnosis hebefrenia yang
meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2
112
atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa perilaku yang khas
seperti diuraikan di atas memang benar bertahan.
Pedoman Diagnostik
Kriteria umum untuk suatu diagnosis skizofrenia (lihat pendahu-
luan untuk F20 di atas) harus dipenuhi. Gejala katatonik terpisah
yang bersifat sementara dapat terjadi pada setiap subtipe skizofre
nia, tetapi untuk diagnosis skizofrenia katatonik satu atau iebih dari
perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya:
113
(d) negativisme (perlawanan yang jelas tidak bermotif terhadap
semua instniksi atau upaya untuk digerakkan, atau bergerak ke
arah yang berlawanan);
(e) rigiditas (rigidity: mempertahankan sikap tubuh yang kaku
melawan upaya untuk menggerakkannya);
(f) "waxy flexibility" (mempertahankan posisi anggota gerak dan
tubuh yang dilakukan dari luar); dan
(g) gejala-gejala lain seperti otomatisme terhadap perintah
(command automatism: ketaatan secara otomatis terhadap
perintah), dan perseverasi kata-kata serta kalimat-kalimat.
114
atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa perilaku yang khas
seperti diuraikan di atas memang benar bertahan.
Pedoman Diagnostik
Kriteria umum untuk suatu diagnosis skizofrenia (lihat pendahu-
luan untuk F20 di atas) harus dipenuhi. Gejala katatonik terpisah
yang bersifat sementara ds^at terjadi pada setiap subtipe skizofre
nia, tetapi untuk diagnosis skizofrenia katatonik satu atau lebih dari
perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya:
113
(d) negativisme (perlawanan yang jelas tidak bermotif terhadap
semua iiistruksi atau upaya untuk digerakkan» atau bergerak ke
arah yang berlawanan);
(e) rigiditas (rigidity: mempertahankan sikap tubuh yang kaku
melawan upaya untuk menggerakkannya);
(f) "waxy flexibility" (mempertahankan posisi anggota gerak dan
tubuh yang dilakukan dari luar); dan
(g) gejala-gejala lain seperti otomatisme terhadap perintah
(command automatism: ketaatan secara otomatis terhadap
perintah), dan perseverasi kata-kata serta kalimat-kalimat.
114
klasifikasikan kondisi tersebut ke dalam salah satu dari 3 kategori
sebelum ini.
Pedoman Diagnostik
Kategori ini hams disediakan imtuk gangguan yang:
(a) memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia;
(b) tidak memenuhi kriteria untuk skizofirenia paranoid, hebefrenik
atau katatonik;
(c) tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi
pasca-skizofrenia.
115
Pedoman Diagnostik
Diagnosis ini hams ditegakkan hanya kalau:
(a) pasien telah menderita penyakit skizofrenia yang memenuhi
kriteria umum skizofrenia (iihat pendahuluan untuk F20 di
atas) selama 12 bulan terakhir;
(b) beberapa gejala skizoffenik m^ih tetap ada; dan
(c) gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi
sedikitnya kriteria untuk suatu episode depresif (F32.-) dan
telah ada untuk waktu sedikitnya 2 minggu.
Pedoman Diagnostik
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini
hams dipenuhi:
(a) gejala "negatir skizofrenia yang menonjol, misalnya perlam-
batan psikomotor, aktivitas menumn, afek yang menumpul,
sikap^pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas
atau isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang bumk seperti
dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan sikap
tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang bumk;
(b) sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa
lampau yang memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia;
116
(c) sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun di mana
intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan
halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul
sindrom "negatir skizofrenia;
(d) tidak terdapat demensia atau penyakit/gangguan otak organik
lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelas-
kan hendaya negatif tersebut.
117
/
\/
Pedoman Diagnostik
Skizofrenia simpleks adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat
secara meyakinkan, karena tergantung pada pemastian perkem-
bangan yang berjalan perlahan, progresif dari gejala "negatir yang
khas dari skizofrenia residual (lihat F20.S di atas) tanpa riwayat
halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang adanya suatu
episode psikotik sebelumnya, dan disertai dengan perubahan-
perubahan yang bermakna pada perilaku perorangan, yang berma-
nifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, kemalasan dan
penarikandiri secara sosial.
118
(b) perilaku atau penampakan yang aneh, eksentrik atau ganjil;
(c) hubungan sosial yang buruk dengan orang lain dan tendensi
menarik diri;
(d) kepercayaan yang aneh atau pikiran bersifat magis, yang
mempengaruhi perilaku dan tidak serasi dengan norma-norma
budaya;
(e) kecurigaan atau ide paranoid;
(f) pikiran obsesif yang direnungkan dan tak terkendali, sering
dengan isi yang bersifat dismorfofobik (dysmorphophobic),
seksual atau agresif;
(g) persepsi-persepsi pancaihdera yang luar biasa termasuk
mengenai tubuh (somatosensory) atau ilusi-ilusi lain, deperso-
nalisasi atau derealisasi;
(h) pemikiran yang bersifat^amar-samar (vague), sirkumstansial
(circumstantial), penuh kiasan (metaforis), sangat terinci dan
ruwet, ataii stereotipik, yang dimanifestasikan dalam pembica-
raan yang aneh atau cara lain, tanpa inkoherensi yang jelas
atau nyata;
(i) sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadaan psikotik yang
bersifat sementara dengan ilusi yang kuat, halusinasi auditorik
atau lainnya, dan gagasan yang mirip waham, biasanya terjadi
tanpa provokasi dari luar.
Pedoman Diagnostik.
Rubrik diagnostik ini tidak dianjurkan untuk digunakan secara
umum karena tidak dibatasi secara jelas dengan skizofrenia sim-
pleks atau dengan gangguan kepribadian skizoid atau paranoid.
119
Bila istilah itu dipakai, tiga atau empat gejala khas tersebut di atas
hams sudah ada, secara tems-menems atau secara episodik, sedi-
kitnya untuk 2 tahun lamanya. Individu harus tidak pernah
memenuhi kriteria skizofrenia itu sendiri. Suatu riwayat skizofre-
nia pada salah seorang anggota keluarga terdekat memberikan
bobot tambahan untuk diagnosis ini, tetapi bukan mempakan suatu
prasyarat.
120
Waham-waham itu beraneka ragam sekali isinya. Sering berupa
waham kejaran, hipokondrik atau waham kebesaran, tetapi berhu-
bungan dengan suatu perkara pengadilan, atau kecemburuan, atau
menyatakan keyakinan bahwa tubuh orang itu dibentuk secara
abnormal, atau bahwa orang lain berpendapat dirinya berbau atau
adalah homoseks. Adalah khas bahwa tidak terdapat psikopatologi
lain, tetapi gejala depresif dapat dijumpai secara intermiten, serta
pada beberapa kasus mungkin dijumpai halusinasi olfaktorik atau
taktil. Halusinasi auditorik (suara) yang jelas dan menetap, gejala-
gejala skizofrenik seperti waham dikendalikan dan penumpulan
afek yang amat Jelas, serta bukti-bukti yang pasti tentang adanya
penyakit otak, sangat tidak sesuai dengan diagnosis ini. Walaupun
demikian, halusinasi auditorik yang timbul sewaktu-waktu dan
bersifat sementara, terutama pada pasien usia lanjut, tidak me-
nyingkirkan diagnosis ini, asal saja gejala itu tidak bersifat khas
skizofrenia dan hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan
gambaran klinisnya. Onset gangguan ini biasanya pada usia per-
tengahan tetapi kadang-kadang, terutama pada kasus yang ber-
kaitan dengan keyakinan tentang bentuk tubuh yang salah, dijum
pai pada usia dewasa muda. Isi waham tersebut dan waktu timbul-
nya sering dapat dihubungkan dengan situasi kehidupan individu
tersebut, misalnya waham kejaran pada anggota kdompok minori-
tas. Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang berhubungan
langsung dengan waham atau sistem wahamnya, afek, pembicaraan
dan perilaku orang itu adalah normal.
Pedoman Diagnostik
Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala
yang paling mencolok. Waham-waham tersebut hams sudah ada
sedikitnya 3 bulan lamanya dan hams bersifat khas pribadi (per
sonal) dan bukan subkultural. Gejala-gejala depresif atau bahkan
suatu episode depresif yang selengkapnya (fiill-blown)(F32.-)
mungkin terjadi secara intermiten dengan syarat bahwa waham-
121
waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan
suasana perasaan (mood). Tidak boleh ada bukti-bukti penyakit
otak, tidak boleh terdapat halusinasi atau hanya kadang-kadang
saja, dan tanpa ada riwayat gejala skizofrenik (waham dikendali-
kan, siaran pikiran (thought broadcasting), dsb.).
Termasuk: paranoia
psikosis paranoid
keadaan paranoid
parairenia (lanjut)
Beziehungswahn yang lebih peka
122
\. '
F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
(a) onset yang akut (dalam masa 2 minggu) sebagai ciri khas yang
menentukan selumh kelompok;
(b) adanya sindrom yang khas;
(c) adanya stres akut yang terkait.
123
Sindrom yang khas yang telah dipilih pertama, keadaan yang
beraneka-ragam dan berubah cepat, yang di sini dinamakan
"polimorfik", yang telah ditonjolkan dalam keadaan-keadaan psiko-
tik akut di beberapa negara, dan kedua, adanya gejala-gejala skizo-
firenlk yang khas.
Stres akut yang terkait dengan gangguan ini juga dapat ditentukan,
dengan karakter kelima bila diinginkan, yang secara lazim berhu-
bungan dengan terjadinya psikosis akut. Bukti-bukti terbatas yang
tersedia, bagaimana pun juga, menunjukkan bahwa suatu bagian
yang cukup besar dari gangguan psikotik akut itu timbu! tanpa
adanya stres, dan karenanya telah disediakan sarana untuk penca-
tatan tentang ada atau tidaknya stres itu. Stres akut terkait tersebut
berarti bahwa gejala psikotik yang pertama terjadi dalam waktu
kira-kira 2 minggu sesudah satu kejadian atau lebih yang dianggap
menekan bagi kebanyakan orang dalam situasi yang sama dan
dalam lingkungan budaya yang sama pula. Kejadian-kejadian yang
khas adalah kesedihan, kehilangan mitra atau pekerjaan secara tak
terduga, percerai^n, atau trauma psikologis karena peperangan,
terorisme dan penyiksaan. Kesulitan-kesulitan atau problem yang
berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stres
dalam konteks ini.
124
j
minggu sesudah onset gangguan ini, tanpa mengetahui untuk
berapa lama gangguan ini akan berlangsung. Karenanya sejumlah
hai yang mengingatkan tentang batas waktu dan transisi dari satu
gangguan ke gangguan yang lainnya telah dimasukkan, dengan
maksud agar para pencatat diagnosis mewaspadai untuk perlunya
menjaga agar data tetap "up to date".
Pedoman Diagmstik
Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria
baik untuk episode manik (F30.-) maupun depresif(F32.-), walau-
pun perubahan emosional dan gejaia-gejala afektif individual dapat
menonjol dari waktu ke waktu.
125
yang terjadi akhir-akhir ini tanpa adanya bukti intoksikasi atau
disorientasi yang berat, tidak menghapuskan kemungkinan diagno
sis salah satu gangguan psikotik akut ini.
126
(F20.-) tidak dipenuhi. Penyakit ini terutama cendening mem-
punyai onset yang mendadak (dalam 48 jam) dan gejala-gejalanya
cepat niereda; pada sebagian besar kasus tidak terdapat stres pence-
tus yang jelas. Apabila gejala-gejala tersebut menetap untuk jangka
waktu yang lebih dari 3 bulan, maka diagnosis harus diubah.
Gangguan waham menetap (F22.-) atau gangguan psikotik nonor-
ganik lainnya (F28) mungkin merupakan diagnosis yang paling
cocok.
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti:
127
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti, kriteria (a),(b), dan (c) yang khas di atas
untuk gangguan psikotik polimorfik akut harus dipenuhi; sebagai
tambahan, gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia
(F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak muncul-
nya gambaran klinis psikotik itu secara jeias.
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti:
(a) onset gejala psikotik harus akut (dua minggu atau kurang dari
suatu keadaan nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas psiko
tik);
(b) gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-)
harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak berkem-
bangnya gambaran klinis yang jelas psikotik;
(c) kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi.
128
Termasuk: skizofrenia akut (tak terinci)
gangguan skizofireniform singkat
psikosis skizofreniform singkat
oneirofrenia
reaksi sklzofrenik
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti:
(a) onset dari gejala psikotik hams akut (dua minggu atau kurang
dari keadaan nonpsikotik sampai jelas psikotik);
(b) waham dan halusinasi hams sudah ada dalam sebagian besar
waktu sejak berkembangnya keadaan psikotik yang jelas; dan
(c) baik kriteria untuk skizofrenia (F20.-) maupun untuk gangguan
psikotik polimorfik akut(F23.0) tidak terpenuhi.
129
F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya
Gangguan psikotik akut Iain yang tidak dapat diklasifilrasikan ke
dalam kategori mana pun dalam F23 (seperti keadaan psikotik akut
dengan waham dan halusinasi jelas ada, tetapi menetap hanya
untuk sebagian kecil waktu) hams dimasukkan dalam kode ini.
Keadaan-keadaan gaduh gelisah tak khas hams juga dimasukkan
dalam kode ini kalau informasi yang lebih rinci tentang keadaan
mental pasien tidak dapat diperoleh, dengan syarat bahwa tidak
terdapat tanda-tanda suatu penyebab organik.
Suatu gangguan waham yang jarang terjadi yang dialami oleh dua
orang atau kadang-kadang lebih, yang mempunyai hubungan
emosional erat. Hanya seorang individu saja yang menderita
gangguan psikotik yang sesungguhnya; waham tersebut terinduksi
(mempengaruhi) pada yang lainnya, dan biasanya menghilang
apabila orang-orang tersebut dipisahkan. Psikosis pada individu
yang:dominan paling umum adalah ;skizofrenik, tetapi tidak perlu
selalu demikian. Baik waham yang orisinil (asli) pada orang yang
dominan maupun waham yang diinduksikan biasanya bersifat
; kronis dan baik bersifat kejaran atau kebesaran. K^yakinan-
keyakinan waham yang ditransmisikan secara demikian itu hanya
dalam keadaan yangiluar biasa (jar-ang). Hampir selalu, orang-
orang yang terlibat mempunyai hubungan yang sangat dekat/akrab
dan terisolasi dari orang lain baik oleh karena bahasa, budaya, atau
letak geografik. Indivhlu yang mengalami induksi waham biasanya
tergantung pada atau -berada di bawah kekuasaan individu yang
menderita psikosis yang sebenaroya.
130
Pedoman Diagnostik
Diagnosis gangguan waham karena induksi hams dibuat hanya
jika:
(a) dua orang atau lebih mengalami waham atau sistem waham
yang sama, dan saling mendukimg dalam keyakinan itu;
(b) mereka mempunyai hubungan yang luar biasa dekatnya seperti
diuraikan di atas;
(c) ada bukti dalam konteks waktu atau lainnya bahwa waham
tersebut diinduksi pada anggota/anggota-anggota dari pasangan
atau kelompok yang menerima (pasif) melalui kontak dengan
pasangan atau anggota kelompoknya yang aktif.
131
dan gangguan skizofrenik (F20-F24) yang khas tidak jelas. Gang-
guan ini diberikan kategori yang terpisah karena cukup sering
dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-
kondisi lain dengan gejaia-gejala afektif saling bertumpang tindih
dengan atau membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah
ada, atau di mana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau
secara bergantian dengan gangguan-gangguan waham menetap
jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuai dalam F20-
F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana pera-
saan (mood) pada gang^an afektif (F30.2; F31.2; F31.5; F32.3,
atau F33.3) tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gang
guan skizoafektif.
Pedoman Diagnostik
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat s^abila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektifsama-sama menon-
jol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan
bilamana sebagai konsekuensinya, episode penyakit tidak meme-
nuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Istilah tersebut tidak boleh dipakai untuk pasien-pasien yang
menunjukkan gejala-gejala skizofrenik dan afektif tetapi dalam
episode-episode yang berbeda. Adalah umum, misalnya jika seo-
rang pasien skizofrenik menunjukkan gejala-gejala depresif sebagai
akibat remisi sesudah suatu episode psikotik (lihat depresi pasca-
skizofrenia (F20.4)). Sebagian di antara para pasien mengalami
episode skizoafektif berulang, baik yang bertipe manik maupun
depresif atau campuran dari keduanya. Pasien lain mengalami satu
atau dua episode skizoafektif terselip di antara episode-episode
132
manik atau depresif. Pada kasus terdahulu, gangguan skizoafektif
adalah diagnosis yang tepat. Pada kasus yang terakhir, episode
skizoafektif yang kadang-kadang terjadi itu tidak menghapuskan
keabsahan diagnosis gangguan afektif bipolar atau gangguan depre
sif berulang kalau gambaran klinis lainnya bersifat khas dalam hal
ini.
133
Pedoman Diagnostik
Suasana perasaan harus meningkat secara menonjol atau ada
peningkatan suasana perasaan yang tak begitu mencolok dikom-
binasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang meningkat. Dalam
episode yang sama harus jeias ada sedikitnya satu, atau lebih baik
lagi dua, gejala skizofrenik yang khas (sebagaimana ditetapkan
untuk skizofrenia (F20.-), pedoman diagnostik (a)- (d)).
134
depresif biasanya kurang beraneka ragam dan menakutkan diban-
dingkan dengan episode skizoafektif tipe manik tetapi cendening
berlangsung lebih lama dan prognosisnya kurang balk. Waiaupun
sebagian besar pasien sembuh secara sempuma, ada sebagian lain
yang akhimya berkembang menjadi defek skizofrenik.
Pedoman Diagnostik
Harus ada depresi yang menonjol, disertai oleh sedikitnya dua
gejala depresif yang khas atau kelainan perilaku terkait seperti
tercantum dalam uraian untuk episode depresif(F32,-); dalam
episode yang sama, sedikitnya hams jelas ada satu dan sebaiknya
ada dua gejala skizofrenik yang khas (sebagaimana ditetapkan
untuk pedoman diagnostik skizofrenia (F20.-)» (a) sampai (d)).
135
F28 Gangguan Psikotik Ndnorganik Laiiinya
136
F30 - F39
Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])
137
F32 Episode depresif
F32.0 Episode depresif ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
/ F32.1 Episode depresif sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode depresif lainnya
F32.9 Episode depresif YTT
138
V
F38 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) lainnya
F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal
lainnya
.(X) Episode afektif campuran
F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) berulang
lainnya
.10 Gangguan depresif singkat berulang
F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) lainnya YDT
139
Pendahuluan
140
sendiri. Klasifikasi diatur sedemikian rupa sehingga gejala somatik ini
dapat dicatat bila memang mau dicatat, tetapi dapatjuga diabaikan tanpa
kehilangan infonnasi lain.
Istilah "mania" dan "depresi berat" digunakan dalam klasifikasi ini untuk
menunjukkan kedua ujung yang berlawanan dalam spektrum afektif;
"hipomania" digunakan untuk menunjukkan suatu keadaan pertengahan
tanpa waham, halusinasi, atau kekacauan menyeluruh dari aktivitais
normal, yang sering (meskipun tidak semata-mata) dijumpai pada pasien
yang berkembang ke arah mania atau dalam penyembuhan dari mania.
F30.0 Hipomania
Hipomania ialah derajat yang lebih ringan daripada mania (F30.1),
yang kelainan suasana perasaan (mood) dan perilakunya terlalu
menetap dan menonjol sehingga tidak dapat dimasukkan dalam
siklotimia (F34.0), namun tidak disertai halusinasi atau waham.
141
Yang ada ialah peningkatan ringan dari suasana perasaan (mood)
yang menetap (sekurang-kurangnya selama beberapa hari berturut-
turut), peningkatan enersi dan aktivitas, dan biasanya perasaan
sejahtera yang mencolok dan efisiensi baik fisikmaupun mental.
Sering ada peningkatan kemampuan untuk bergaul, bercakap,
keakraban yang berlebihan, peningkatan enersi seksuai, dan
pengurangan kebutuhan tidur; namun tidak sampai menjurus
kepada kekacauan berat dalam pekerjaan atau penolakan oleh
masyarakat. Lebih sering ini bersifat pergauian sosial euforik,
meskipun kadang-kadang lekas marah, sombong, dan perilaku
yang tidak sopan dan mengesalkan (bualan dan lawakan murah
yang berlebihan).
Pedoman Diagnostik
Beberapa di antara sifat-sifat tersebut di atas, sesuai dengan
suasana perasaan (mood) yang meninggi atau berubah dan
peningkatan aktivitas, seharusnya ada selama sekurang-kurangnya
beberapa hari berturut-turut, pada Suatu derajat intensitas dan
yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia
(F34.0). Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas
sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi
apabila kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis
mania (F30.1 atau F30.2) hams ditegakkan.
Diagnosis Banding
Hipomania meliputi jenjang gangguan suasana perasaan (mood)
dan tingkat aktivitas antara siklotimia (F34.0) dan mania (F30.1
dan F30.2). Aktivitas yang meningkat dan kegelisahan (dan sering
142
kali juga penuninan berat badan) hanis dibedakan dari gejala sama
yang dapat timbul pada hipertiroidi dan anoreksia nervpsa; masa
dini dari "depresi agitatif", khususnya pada usia pertengahan,
dapat sekadar menyerupai hipomania jenis iritabel. Pjasien dengan
gejala obsesif berat mungkin aktif pada sebagian waktu
malamnya, untuk melaksanakan ritual pembersihan rumah, akan
tetapi afeknya biasanya berlawanan dengan apa yang dikemukakan
di sini.
143
yang tidak tepat. Suasana perasaan (mood) yang tampil pada be-
berapa episode manik iebih banyak mudah tersinggung dan curiga,
daripada elasi. Serangan pertama paling banyak muncul pada usia
antara 15 dan 30 tahun, namun dapat terjadi pada setiap usia antara
akhir masa kanak sampai dasawarsa ketujuh atau kedelapan.
Pedonum Diagnostik
Episode seharusnya berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu
dan cukup berat sehingga mengacaukan seluruh atau hampir
seiuruh pekerjaan biasa dan aktivitas sosial. Penibahan suasana
perasaan (mood) seharusnya disertai dengan enersi yang meninggi
dan beberapa gejala yang disebut di atas (khususnya percepatan
berbicara, kebutuhan tidur yang berkurang, grandiositas, dan
terialu optimistis).
144
Diagnosis Banding
Salah satu masalah yang paling lazim ialah pembedaan gangguan
ini dari skizoitenia, tenitama bila fase perkembangannya melalui
hipomania terlewati dan pasien dijumpai hanya pada puncak
penyakitnya ketika waham yang banyak, pembicaraan kacau, dan
eksitasi kekerasan mengaburkan gangguan dasar afektif. Pasien
yang menderita mania yang berubah berkat medikasi neuroleptika
pun dapat merupakan masalah diagnostik pada masa mereka pulih
pada tingkat aktivitas fisik dan mental namun masih berwaham dan
berhalusinasi. Halusinasi atau waham yang timbul sekali-sekali
seperti yang dicantumkan untuk skizofrenia (F20.-) dapat juga
digolongkan sebagai tidak serasi dengan afek, akan tetapi jika
gejala ini mencolok dan menetap, maka diagnosis gangguan ski-
zoafektif(F25.-) mungkin lebih tepat (libat juga catatan di halaman
' 16).
145
khas ialah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode, dan Insidensi pada kedua jenis keiamin kurang lebih sama
dibanding dengan gangguan suasana perasaan (mood)lainnya.
Daiam perbandingan, jarang ditemukan pasien yang menderita
hanya episode mania yang berulang-ulang; dan karena pasien-
pasien tersebut menyerupai(dalam riwayat keluarga, kepribadian
pramorbid, usia onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang
mempunyai juga episode depresi sekaii-sekali, maka pasien itu
digoiongkan sebagai bipolar (F 31.8).
146
F31.0 Gangguan Afdctif Bipolar, Episode Kini Hipomanik
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
147
Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai
serasi atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood)(lihat
F30.2)
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
148
F3L5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Herat dengan
Gejala Psikotik
PedomanDiagnostik
Pedoman Diagnostik
Meskipun bentuk gangguan bipolar yang paling khas terdiri dari
pergantian antar episode manik dan depresif yang diselingi periode
suasana perasaan (mood) normal; namun tak jarang suasana pera-
saan (mood) depresif selama berhari-hari atau berminggu-minggu
disertai aktivitas berlebihan dan kegesitan berbicara, atau suasana
perasaan (mood) yang manik dan grandiositas disertai agitasi dan
kehilangan enersi dan libido. Gejala depresif dan gejala dari
hipomania atau mania dapat juga bergantjan dengan cepat, dari
hari ke hari bahkan dari jam ke jam. Diagnosis gangguan afektif
bipolar campuran hendaknya ditegakkan hanya jika kedua kelom-
pok gejala sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode
penyakit yang sekarang, dan jika episode ini telah berlangsung
selama sekurang-kurangnya 2 minggu.
149
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, KinI dalam Remlsi
Fasten pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif
manik, hipomanik, atau campuran di masa lampau, ditambah
dengan sekurang-kurangnya satu lagi episode afektif hipomanik,
manik, depresif atau campuran, akan tetapi pada waktu sekarang
tidak menderita sesuatu gangguan afektif yang nyata dan juga tidak
menderitanya selama beberapa bulan terakhir ini. Namun pasien
mungkin sedang mendapat pengobatan untuk mengurangi risiko
timbulnya episode di masa mendatang.
Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum
di bawah ini: ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2
dan F32.3), individu biasanya menderita suasana perasaan (mood)
yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurang-
nya enersi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata sesudah
kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah:
150
Suasana perasaan (mood) yang menurun itu berubah sedikit dari
hari ke hari, dan sering kali tak terpenganih oieh keadaan sekitar-
nya, namun dapat memperlihatkan variasi diurnal yang khas se-
iring berlaiunya waktu. Sebagaimana pada episode manik, gam-
baran klinisnya juga menunjukkan variasi individual yang menco-
lok, dan gambaran tak khas adalah lumrah, terutama di masa
remaja. Pada beberapa kasus, anxietas, kegelisahan dan agitasi
motorik mungkin pada waktu-waktu tertentu lebih menonjol dari-
pada depresinya, dan perubahan suasana perasaan (mood) mungkin
juga terselubung oleh ciri tambahan seperti iritabilitas, minum
alkohol berlebih, perilaku histrionik, dan eksaserbasi gejala fobik
atau obsesif yang sudah ada sebelumnya, atau oleh preokupasi
hipokondrik. Untuk episode depresif dari ketiga-tiganya tingkat
keparahan, biasanya diperlukan masa sekurang-kurangnya 2
minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan ber-
langsung cepat.
151
Kategpri episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat
(F32.2) yang dirinci di bawah in! hendaknya digunakan hanya
untuk episode depresif tunggal (pertama). Episode depresif beri-
kutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu subdivisi gangguan
depresif berulang (F33.-).
152
akan tetapi kesukaran komunikasi mungkin membuat kita untuk
mengandalkan gejala somatik yang diamati secara objektif dalam
menegakkan diagnosis; gejala itu misalnya retardasi psikomotor,
kehilangan nafsu makan dan berat badan, serta gangguan tidur.
Pedoman Diagnostik
153
//
F32.01 Dengan gejala somatik
Kriteria untuk episode depresif ringan telah dipenuhi, dan empat
atau lebih gejala somatik juga ditemukan. (Jika hanya dua atau tiga
gejala somatik ditemukan tetapi luar biasa beratnya, maka penggu-
naan kategori ini mungkin dapat dibenarkan.)
Pedoman Diagnostik
154
F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan
ketegangan atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali apabila
retardasi merupakan ciri terkemuka. Kehilangan harga diri dan
perasaan dirinya tak berguna mungkin mencolok, dan bunuh diri
merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus berat.
Anggapan di sini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada
pada episode depresif berat.
Pedoman Diagnostik
Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresif
ringan dan sedang (F32.0, F32.1)harus ada, ditambah sekurang-
kurangnya empat gejala lainnya, dan beberapa di antaranya harus
berintensitas berat. Namun, apabila gejala penting (misalnya agita-
si atau retardasi) menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau
tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara terinci.
Dalam hal demikian, penentuan menyeluruh dalam subkategori
episode berat masih dapat dibenarkan. Episode depresif biasanya
seharusnya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi
jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka mungkin
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari
2 minggu.
155
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Diagnosis Banding
Stupor depresif perlu diperbedakan dari skizofrenia katatonik
(F20.2), stupor disosiatif (F44.2) dan bentuk stupor organik lain-
nya. Kategori ini hendaknya hanya digunakan untuk episode depre
sif berat tunggal dengan gejala psikotik; untuk episode selanjutnya
harus digunakan subkategori gangguan depresif berulang (F33.-).
156
Termasuk: depresi tak khas
episode tunggal depresi "terselubung" YTT
157
Bagaimana pun seringnya seseorang pasien gangguan depresif
berulang mengalami episode depresif sebagai penderitaan, tidak
mustahil baginya akan mengalami episode manik. Jika ternyata
terjadi episode manik, maka diagnosis seharusnya diubah menjadi
gangguan afektif bipolar.
Pedoman Diagnostik
158
\
Kalau tidak, maka diagnosis seharusnya gangguan suasana pera-
saan (mood [afektif]) benilang lainnya (F38.i).
Pedoman Diagnostik
159
F33.10 Tanpa gejala somatik
(lihat F32.10)
Pedoman Diagnostik
160
\
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan
Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
161
(b) sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan suasana perasaan (mood) yang bermak-
na.
162
gangguan suasana perasaan(mood)dengan hasil yang sama. Ada
bentuk-bentuk siklotimia dan distimia yang beronset dini dan
beronset lambat; dua-duanya disebut di bawah ini, dan hams diten-
tukan demikian jika dikehendaki.
F34.0 Siklotimia
Ketidakstabilan suasana perasaan (mood) yang menetap, bempa
banyak episode depresi ringan dan eiasi ringan. Ketidakstabilan ini
biasanya mulai berkembang dini dalam kehidupan dewasa dan
berlangsung secara kronis, meskipun sekali-sekali suasana pera
saan (mood) mungkin normal dan stabil selama berbulan-bulan
sekaligus. Individu biasanya memandang alunan suasana perasaan
(mood) itu tidak berkaitan dengan peristiwa hidup. Diagnosis ini
sukar ditegakkan tanpa masajengamatan yang cukup lama atau
iaporan yang sangat lengkap tentang perilaku individu di masa
iampau. Siklotimia sering kali luput dari perhat^an medis karena
alunan suasana perasaan (mood) relatif ringan dan masa pening-
katan suasana perasaan (mood) mungkin bersifat menyenangkan.
Pada beberapa kasus tertentu ini mungkin oleh karena meskipun
terjadi perubahan suasana perasaan (mood), tetapi tidak begitu
menonjol dibanding dengan perubahan siklik dalam kegiatan,
kepercayaan-diri, kesukaan bergaul, atau perilaku yang antusias.
Jika dikehendaki, usia onset dapat ditentukan sebagai dini (usia
akhir belasan tahun atau dua puluhan) atau lanjut.
Pedoman Diagnostik
Ciri esensial ialah ketidakstabilan menetap suasana perasaan
(mood), meliputi banyak periode depresi ringan dan elasi ringan,
di antaranya tak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk
memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar (F31.-) atau gangguan
depresif berulang (F33.-). Ini berarti pula, bahwa setiap episode
alunan suasana perasaan (mood) tidak memenuhi kriteria untuk
kategori mana pun yang disebut menumt episode manik (F30.-)
atau episode depresif(F32.-).
163
Termasuk: gangguan kepribadian afektif
kepribadian sikloid
kepribadian siklotimik
Diagnosis Banding
Gangguan ini lumrah dijumpai di antara anggota keluarga pasien
gangguan afektif bipolar (F31.-); ada juga individu dengan
siklotimia yang kemudian mengembangkan sendiri gangguan afek
tif bipolar. Ini dapat menetap sepanjang masa kehidupan dewasa,
berhenti sementara atau untuk selama-lamanya» atau berkembang
menjadi alunan suasana perasaan yang lebih parah sampai meme-
nuhi kriteria gangguan afektif bipolar (F31.-) atau gangguan
depresif berulang (F33.-)
F34.1 Distimia
Suatu depresi kronis dari suasana perasaan (mood) yang pada saat
sekarang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan depresif beru
lang, ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1) menurut keparahan-
nya atau lamanya berlangsung setiap episode, meskipun kriteria
untuk episode depresif ringan mungkin pernah terpenuhi di masa
lampau, terutama pada onset gangguan ini. Proporsi antara
masing-masing fase depresi ringan dan masa-masa yang agak
normal dibanding dengan depresinya yang menyelanginya, adalah
sangat bervariasi. Biasanya, penderita mengalami periode berhari-
hari atau berminggu-minggu yang dilaporkan sebagai sehat, akan
tetapi kebanyakan (sering kali selama berbulan-bulan berturut-
turut) mereka merasa lelah dan tertekan; segala pengalaman hidup-
nya merupakan upaya yang berat dan tak ada yang dinikmati.
Mereka memikirkan dan mengeluh, tidak dapat tidur nyenyak dan
merasa kurang mampu, namun biasanya masih sanggup mengunis
keperluan hidupnya sehari-hari. Karena itu, ada banyak kesamaan
antara distimia dan konsep neurosis depresif dan depresi neurotik.
Jika dikehendaki, usia onset dapat ditentukan sebagai dini (usia
akhir belasan tahun atau dua puluhan) atau lanjut.
164
V
Pedoman DiagnosUk
Ciri esensial ialah depresi suasana perasaan (mood) yang berlang-
sung sangat lama yang tak pernah atau jarang sekali cukup parah
untuk memenuhi kriteria gangguan depresif benilang ringan atau
sedang (F33.0 atau F33.1). Biasanya mulai dini dalam masa
kehidupan dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa
tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidakterbatas. Jika
onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini sering kali menipa-
kan kelanjutan suatu ^isode d^resif tersendiri (F32.-) dan berhu-
bungan dengan masa berkabung atau stres nyata iainnya.
165
F38 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])
Lainnya
Diagnosis Banding
Berbeda dengan penderita distimia (F34.1), untuk sebagian besar
waktunya pasien tidak depresif. Apabila episode depresif itu hanya
terjadi dalam kaitan dengan siklus menstruasi, maka penggunaan
F38.8 harus disertai dengan kode kedua untuk penyebab yang
mendasarinya (N94.8, kondisi tertentu lain yang berhubungan
dengan alat kelamin wanita dan siklus menstruasi).
166
F39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])
YTT
Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir, jika tak ada istilah
lain yang dapat digunakan.
167
F40 - F48
Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan
Gangguan yang Berkaitan dengan Stres
168
F43.2 Gangguan penyesuaian
.20 Reaksi depresif singkat
.21 Reaksi depresif berkepanjangan
.22 Reaksi campuran anxietas dan depresif
.23 Dengan predominan gangguan emosi lainnya
.24 Dengan predominan gangguan tingkah laku
.25 Dengan gangguan campuran dari emosi dan tingkah
laku
.28 Dengan gejala predominan lainnya YDT
F43.8 Reaksi terhadap stres berat lainnya
F43.9 Reaksi terhadap stres berat YTT
169
.30 Jantung dan sistem kardiovaskular
.31 Saluran pencemaan bagian atas
.32 Saluran pencemaan bagian bawah
.33 Sistem peraapasan
.34 Sistem genitourinaria
.38 Sistem atau organ lainnya
F45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap
F4S.8 Gangguan somatoform lainnya
F45.9 Gangguan somatoform YTT
170
Pendahuluan
171
mau pingsan dan sering kali disertai dengan perasaan takut mati,
takut kdiilangan kendali atau takut menjadi gila. Anxietas tersebut
tidak berkurang meskipun ia mengetahui bahwa orang lain tidak
menganggap situasi yang dihadapi tersebut berbahaya atau me-
ngancam. Membayangkan menghadapi situasi fobik itu saja
umumnya sudah dapat menimbulkan anxietas sebeiunmya.
172
Dalam klasifikasi ini, suatu serangan panik (F41.0) yang terjadi
pada kondisi fobik yang sudah ada, dianggap sebagai petunjuk
akan beratnya keadaan fobia, maka diagnosis fobia hams diutama-
kan. Gangguan panik hanya didiagnosis bilamana tidak ada salah
satu fobia yang termasuk dalam kategori F40.-.
F40.0 Agorafobia
Istilah "agorafobia" di sini digunakan dengan pengertian yang lebih
luas daripada pengertian dahulu. Sekarang pengertiannya menca-
kup tidak hanya takut akan mang terbuka akan tetapi juga aspek
terkait lainnya seperti orang banyak dan kesulitan untuk segera
menyingkir ke tempat aman (biasanya mmahnya). Dengan demiki-
an istilah tersebut mencakup keterkaitan dan tumpang tindih antara
berbagai kelompok fobia misalnya takut meninggalkan mmah,
takut pergi belanja, takut tempat ramai, takut ke tempat-tempat
umum, takut bepergian sendiri dengan kereta-api, bus atau pun
pesawat. Meskipun keparahan dari anxietas dan perilaku menghin-
dar bervariasi, hal-hal tersebut di atas merupakan kendala utama
bagi penderita gangguan fobik, sebagian dari mereka menjadi
terpaku di mmah, sebagian menjadi ketakutan dengan bayangan
akan pingsan dan ditinggalkan tak berdaya di tengah orang banyak.
Tidak tersedianya kemungkinan untuk segera bisa keluar dari suatu
lingkungan tertentu merupakan salah satu masalah penting bagi
kebanyakan penderita agorafobia. Kebanyakan penderita adalah
wanita dan onset biasanya pada usia dewasa muda. Gejala depresif,
obsesi dan fobia sosial mungkin juga menyertai keadaan tersebut
meskipun tidak mendominasi gambaran klinisnya. Tanpa pengo-
batan yang efektif, agorafobia sering kali menjadi kronis, meski
pun biasanya berfluktuasi.
Pedoman Diagnostik
Semua kriteria di bawah ini hams dipenuhi untuk suatu diagnosis
pasti:
173
(a) gejala psikologis atau pun otonomik yang timbul hams mem-
pakan manifestasi primer dari anxietas dan bukan merupakan
sekunder dari adanya gejala lain seperti waham atau pikiran
obsesif;
(b) anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi
daiam) sekurangnya dua dari situasi berikut: banyak orang,
tempat-tempat umum, bepergian keluar mmah, dan bepergian
sendiri; dan
(c) menghindari situasi fobik hams atau sudah mempakan gam-
baran yang menonjoi.
Diagnosis Banding
Perlu diingat bahwa sebagian penderita agorafobia hanya menga-
iami sedikit anxietas karena mereka secara konsisten dapat meng
hindari objek atau situasi fobik. Adanya gejala lain seperti depresi,
depersonalisasi, obsesi, dan fobia sosial, tidak mengubah diagnosis
tersebut, asalkan gejala ini tidak mendominasi gambaran klinisnya.
Namun demikian, bilamana pasien tersebut jelas sudah mengalami
depresi pada saat gejala fobik tersebut pertama kali timbul, maka
lebih tepat untuk mendiagnosis sebagai episode depresif; hal ini
lebih lazim terjadi pada kasus dengan onset lambat.
174
F40.1 FobiaSosial
Fobia sosial sering kali mulai pada usia remaja dan terpusat pada
rasa takut diperhatikan oleh orang lain dalam kelompok yang relatif
kecil (berlawanan dengan orang banyak)-, yang menjurus kepada
penghindaran terhadap situasi sosial. Tidalq seperti fobia lainnya,
fobia sosial ffekuensinya kurang lehib^sama pada-laki-laki dan
wanita. Gambarannya dapat sangat jelasi(misalnya, hanya terbatas
pada makan di tempat umum, atau berbicara di depan umum, atau
menghadapi jenis kelamin lain), atau dapat pula kabur (diffiis),
yang mencakup hampir semua situasi sosial di luar lingkungan
keluarga. Perasaan takut muntah di tempat umum dapat merupakan
hal penting. Pada berbagai latarfbelakang budaya terteiitu^ pan-
dangan mata secara langsiing dapat merupakan haf yang mene-
gangkan. Fobia sosial biasanya disertai dengan harga-diri yang
rendah dan takut akan kritik. Dapat juga tercetus sebagai keluhan
malu (muka merah), tangan gemetar, mual, ingin buang air kecil,
dan kadang-kadang individu bersangkutan merasa yakin bahwa
salah satu dari manifestasi gejala sekunder dari anxietas ini meru
pakan masalah utamanya; dalam hal demikian gejalanya dapat
berkembang menjadi serangan panik. Kecenderungan menghindar
sering kali tampak jelas dan dalam keadaan ekstrem dapat menju
rus ke isolasi sosial yang total.
Pedoman Diagnostik
Semua kriteria di bawah ini hams dipenuhi untuk suatu diagnosis
pasti:
175
Termasuk: antropofobia
neurosis soslal
Diagnosis Banding
Gangguan depresif dan agorafobia sering kail menonjol dan kedua-
nya dapat mendjadl penyebab penderitanya untuk takut keluar
rumah. Jika pembedaan antara fobia sosial dengan agorafobia
sangat sulit, hendaknya diutamakan diagnosis agorafobia, suatu
diagnosis depresi jangan ditegakkan kecuali ditemukan sindrom
depresif yang lengkap dengan jelas.
Pedoman Diagnostik
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk suatu diagnosis
pasti:
176
(b) anxietas harus terbatas pada adanya objek atau sitiiasi fobik
tertentu; dan
(c) situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarihya;
Termasuk: 2k£oio\i\2i • w:
fbbiabinatang , >
klaustrofobia
fobia ujian
.fbbia^sedeichana
Diagnosis Banding
Pada fobia khas,ini bmanya tidak ada gejaia psikiatrik lain, tidak
seperti pada agoraifobia dan fobia sosial. Berbeda dari yang lain,
fobia terhadap.darah dan luka menyebabkan terjadinya bradikardi
dan kadang-kadang pingsan, dap bukaimya tal^ikar;di. Ketakutan
terhadap penyakit tertentu seperti kanker, sakit jantung, atau
penyakit infeksi kelamin, haras dikl^ifikasikan di bawah gang-
guan hipokondrik ^45.2), kecu^i bila ketakutannya berhubungan
dengan situasi spesifik di mana penyakit tersebut memang ke-
niungkinan diperoleh. Apabila keyakinan akan adanya penyakit
sudah mencapai taraf waham, maka diagnosis haras menjadi
gangguan waham (F22.0). Individu yang yakin bahwa dirinya
mengalami kelainan atau kerusakan bentuk pada bagian tubuh yang
spesifik (sering kali mengenai wajah), yang tidak terlihat secara
objektif oleh orang lain (kadang-kadang dihamakan
dismorfofobia), harus diklasifikasikan sebagai gangguan hipokon
drik (F45.2) atau sebagai gangguan waham (F22.d), tergantung
pada keteguhan dan ketetapan dari keyakinahnya.
177
F41 Gangguan Anxietas Lainnya
178
Pedoman Diagnostik
Di dalam klasifikasi ini, suatu serangan panik yang terjadi pada
suaUi situasi fobik yang sudah ada dianggap sebagai ekspresi dari
keparahan fobia tersebut. Gangguan panik baru menjadi diagnosis
utama bilamana tidak ditemukan adanya salah satu gangguan fobia
seperti yang tercakup dalam F40.-
Diagnosis Banding
Gangguan panik hams dibedakan dari serangan panik yang terjadi
sebagai bagian dari gangguan fobik yang sudah ada sebagaimana
telah dikemukakan. Serangan panik dapat mempakan hal sekunder
dari gangguan depresif, terutama pada laki-laki, dan jikalau pada
saat yang sama kriteria gangguan depresif dipenuhi, maka gang
guan panik jangan dijadikan diagnosis utama.
179
juga pada gangguan-gangguan anxietas yang lain, gejala yang
dominan sangat bervariasi, tetapi keiuhan tegang yang berkepan-
jangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa
ringan, palpitasi, pusing kepala dan keiuhan epigastrik, adalah
keluhan-keluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya
atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan menga-
lami kecelakaan daiam waktu dekat, merupakan keiuhan yang
sering kali diungkapkan, bersamaan dengan berbagai kekhawatiran
dan 'firasat' lain. Gangguan ini lebih lazim terjadi pada wanita,
dan sering kali berkaitan dengan adanya stres lingkungan yang
kronis. Perjalanan penyakitnya bervariasi, tetapi cenderung ber-
fiuktuasi dan kronis.
Pedoman Diagnostik
Penderita hams menunjukkan gejala primer anxietas yang berlang-
sung hampir setiap hari selama beberapa minggu, bahkan biasanya
sampai beberapa bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-
hal berikut:
180
nuhi kriteria lengkap dar! episode depresif (F32.-), gangguan
anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau gangguan
obsesif-kompulsif(F42.-).
181
banyak lag! kasus yang ada di masyarakat yang tidak pernah
datang ke dokter atau psikiater.
Ciri utama dari gangguan ini adalah adanya pikiran obsesif atau
tindakan kompulsif yang berulang.(Untuk ringkasnya, "obsesio-
182
nal" akan dipakai selanjutnya sebagai pengganti "obsesif-kompul-
sif" kalau merujuk kepada gejala). Pikiran obsesional adalah
gagasan, bayangan pikiran atau impuls yang timbul dalam pikiran
individu secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama. Umum-
nya hal tersebut dirasakan mengganggu (karena umumnya berupa
hal-hal yang bersifat kekerasan, menjijikkan atau merupakan hal
sepele yang tak berarti) dan penderita sering kali mencoba menghi-
langkannya tanpa basil. Meskipun terjadinya secara involuter dan
sering kali tidak dikehendaki, pikiran tersebut dikenali sebagai
pikiran individu sendiri. Tindakan atau ritual yang kompulsif
merupakan perilaku yang stereotipik, yang diulang berkali-kali.
Hal tersebut tidak mengenakkan dan tidak menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat. Biasanya, walaupun tidak selalu, individu
menyadari bahwa perilaku tersebut tidak ada tujuannya atau tidak
ada manfaatnya dan berupaya berulang kali untuk menentangnya;
pada kasus yang sudah berlangsung sangat lama, resistensi sudah
menjadi minimal. Meskipun sering kali terlihat gejala otonomik
dari anxietas, bisa juga terjadi perasaan tertekan dan ketegangan
psikis tanpa disertai gejala otonomik yang jelas. Ada kaitan erat
antara gejala obsesional, terutama pikiran obsesional, dengan
depresi. Individu dengan gangguan obsesif-kompulsif sering kali
juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya pasien dengan
gangguan depresif berulang (F33.-) dapat mengembangkan pikiran-
pikiran obsesional selama episode depresinya. Dalam situasi mana
pun dari keduanya, peningkatan atau penurunan keparahan gejala
depresif umumnya disertai oleh perubahan yang sejajar dalam
keparahan gejala obsesionalnya.
183
Pedontan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesional atau
tindakan kompuisif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap
hari selama sedikitnya dua minggu bertunit-turut, dan merupakan
sumber distres atau gangguan aktivitas. Gejala-gejala obsesional
harus memiliki ciri-ciri berikut:
Diagnosis Banding
Untuk membedakan gangguan obsesif-kompulsif dengan gangguan
depresif mungkin sulit, karena gejala-gejala dari kedua jenis terse
but sering kali terjadi bersamaan. Dalam suatu episode akut dari
gangguan, maka harus diutamakan gejala-gejala yang timbul lebih
dahulu; apabila kedua jenis ada tetapi tidak ada yang menonjol,
maka biasanya yang terbaik adalah untuk menganggap depresi
sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan yang kronis, maka
prioritas diberikan pada gejala yang paling sering bertahan saat
gejala yang lain menghilang.
184
Serangan panik atau gejala fobik ringan yang hanya teijadi sekali-
sekali saja, tidak hams didiagnosis. Namun demikian, gejala obse-
sional yang terjadi/berkembang pada gangguan skizofirenia, sin-
drom Tourette, atau gangguan mental organik, hams dianggap
sebagai bagian dari kondisi-kondisi tersebut.
185
F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif[Obsessional Ritual]
Mayoritas tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khu-
susnya mencuci tangan), memeriksa berulang untuk menyakinkan
bahwa suatu situasi yang dianggapnya berpotensi bahaya tidak
dibiarkan terjadi, atau masalah kerapian dan keteraturan. Perilaku
ini dilandasi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam
dirinya atau yang bersumber d^i dirinya, dan tindakan ritual yang
dilakukan merupakan ikhtiar simbolik atau sia-sia untuk menghin-
dari bahaya tersebut. Tindakan ritual kompulsif tersebut bisa
menyita banyak waktu sampai beberapa jam setiap hari dan ka-
dang-kadang disertai dengan ketidakmampuan mengambil kepu-
tusan dan kelambanan yang mencolok. Secara keseluruhan gejala-
gejala tersebut di atas terjadi secara seimbang pada laki-laki
dengan perempuan, tetapi ritual mencuci tangan lebih lazim pada
wahita dan kelambanan tanpa pengulangan lebih lazim pada pria.
186
F43 Reaksi Terhadap Stres Berat dan Gangguan
Penyesuaian
187
Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respons maladaptif
terhadap stres berat atau berkepanjangan, dalam arti mengganggu
mekanisme penyesuaian yang baik dan dengan demikian menjunis
kepada problem dalam fungsi sosialnya.
188
secara ikhas mencakuj) suatu tahap permulaan berupa reaksi terpa-
ku (bengong - "daze-'), dengan sedikit penyempitan dari perhatian
dan lapangan kesadarani tidak mampu memahami rangsangan dan
disorientasi. Keadaan ini mungkin diikuti oleh penarikan diri dari
situasi lingkungan (dapat sampai tingkat stupor disosiatif - lihat
F44.2), atau oleh agitasi dan aktivitas berlebih (flightreaction or
fugue). Gejala otonomik dari anxietas panik (takikardi, berkeri-
ngat, muka merah) lazimnya terjadi. Gejala-gejala itu biasanya
timbul dalam beberapa menit setelah kejadian atau stimulus yang
merupakan stres dan menghilang dalam 2-3 hari (sering kali dalam
beberapa jam). Amnesia parsial atau lengkap (lihat F44.0) dapat
terjadi pada episode tersebut.
Pedoman Diagnostik
Hams ada kaitan waktu yang iangsung dan jelas antara terjadinya
pengalaman stresor luar biasa dengan onset dari gejala; onset
biasanya setelah beberapa menit atau bahkan segera setelah kejadi
an. Selain itu ditemukan gejala-gejala;
189
kan gejala-gejala yang memenuhi kriteria gangguan psikiatrik
lainnya, kecuali untuk kategori F60.- (gangguan kepribadian).
Meskipun demikian, adanya riwayat gangguan psikiatrik sebelum-
nya, tidak menghalangi digunakannya diagnosis ini.
190
pun jarang, kadang-kadang bisa terjadi reaksi yang dramatik,
mendadak ketakutan, panik atau agresif, yang dicetuskan oleh
stimulus yang mendadak mengingatkannya kembali pada trauma
yang dialaminya serta reaksi asli terhadap trauma itu.
Onset terjadi setelah terjadi trauma, dengan masa laten yang berki-
sar antara beberapa ming^ sampai beberapa bulan (j^^ng sampai
melampui 6 bulan). Perjalanan keadaan ini berfluktuasi dan pada
kebanyakan kasus dapat diharapkan kesembuhan. Pada sejumlah
kecil pasien, perjalanan penyakitnya dapat menjadi kronis sampai
beberapa tahun dan terjadi transisi menuju suatu perubahan kepri-
badian yang berlangsung lama (E62.0).
Pedoman Diagnostik
Gangguan ini tidak boleh secara umum didiagnosis kecuali ada
bukti bahwa timbulnya dalam waktu.6 bulan dari suatu peristiwa
traumatik yang luar biasa berat. Kemungkinan diagnosis masih
dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu antara terjadinya peris
tiwa dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asalkan manifes-
tasi klinisnya khas dan tidak didapat altematif lain yang memung-
kinkan dari gangguan ini (misalnya sebagai suatu gangguan anxie
tas atau gangguan obsesif-rkompulsif atau episode depresif). Seba
gai tambahan, bukti adanya trauma, harus selalu ada dalam ingat-
an, bayangan atau mimpi mengenai peristiwa tersebut secara
berulang-ulang. Sering kali terjadi penarikan diri secara emosio-
nal, penumpulan perasaan, dan penghindaran terhadap stimulus
yang mungkin mengingatkan kembali akan traumanya, akan tetapi
191
hal ini tidak esensial untuk diagnosis. Gangguan otonomik, gang-
guan suasana perasaan dan kelainan perilaku semuanya mempenga-
ruhi diagnosis tersebut tetapi bukan menipakan hal yang terlalu
penting.
Suatu sekuele kronis terlambat setelah suatu stres yang luar biasa,
misalnya yang timbul beberapa puluh tahun setelah trauma, hams
diklasifikasikan dalam kategori F62.'0.
192
jarang terjadi. Namun demikian, tenitama pada remaja gangguan
tingkah laku (misalnya perilaku agresif atau dissosial) dapat
merupakan ciri yang menyertai gangguan ini. Tidak ada satu pun
dari gejala tersebut yang cukup parah atau menonjol, sehingga
dapat membenarkan suatu diagnosis yang lebih spesifik. Pada
anak-anak, fenomena regresif seperti kembali ngompol, bicara
kekanak-kanakan, atau mengisap jempol sering kali merupakan
bagian dari pola gejalanya. Jika ciri-ciri ini menonjol, maka
dimasukkan dalam kategori F43.23.
Pedoman Diagnostik
Diagnosis tergantung pada suatu evaluasi yang teliti terhadap
hubungan antara:
193
(a) bentuk, isi, dan keparahan gejala;
(b) riwayat dan kepribadian sebelumnya; dan
(c) kejadian atau situasi yang penuh stres (stressful), atau krisis
kehidupan.
194
lebih berat dari yang dijumpai pada gangguan campuran anxietas
dan depresif (F41.2) atau gangguan anxietas campuran lainnya
(F41.3).
195
F44 Gangguan Disosiatif(Konversi)
196
\
Onset dan berakhirnya keadaan disosiatif sering kali berlangsung
mendadak, akan tetapi jarang sekali dapat dilihat kecuali dalam
interaksi atau prosedur teknik-teknik tertentu seperti hipnosis atau
abreaksi. Penibahan dalam atau hilangnya keadaan disosiatif dapat
terbatas pada lamanya prosedur seperti di atas dilaksanakan.
Semua bentuk keadaan disosiatif cenderung berakhir setelah be-
berapa minggu atau bulan, khususnya bila onsetnya berkaitan
dengan kejadian traumatik dalam kehidupan. Keadaan-keadaan
yang lebih kronis khususnya paralisis dan anestesi dapat terjadi
(kadang-kadang lebih lambat) apabila berkaitan dengan kesulitan
interpersonal atau problem yang tidak terselesaikan. Keadaan
disosiatif yang sudah berlangsung lebih dari 1 atau 2 tahun sebe-
lum berobat ke psikiater biasanya resisten terhadap terapi.
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti maka hal-hal berikut ini hams ada:
197
fill" atau hubungan interpersonal yang terganggu (meskipun
hal tersebut disangkal ol^ pasien).
198
\
Kondisi afektif yang menyertai amnesia juga sangat bervariasi,
akan tetapi depresi berat jarang terlihat. Kebingungan, distres, dan
berbagai taraf perilaku mencari perhatian dapat merupakan bagian
dari gejala, di lain pihak juga dapat terjadi sikap yang menerima
keadaanya dengan tenang. Dewasa muda paling lazim terkena,
keadaan yang paling eksb'em biasanya terjadi pada pria yang sering
alami stres karena pertempuran. Keadaan disosiatif nonorganik
jarang pada usia lanjut. Berjalan berkeliling di satu tempat tanpa
tujuan dapat terjadi, biasanya disertai gejala pengaburan diri dan
jarang berlangsung melebihi satu atau dua hari.
Pedoman Diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan:
Diagnosis Banding
Pada gangguan mental organik, biasanya terdapat tanda-tanda lain
dari gangguan susunan saraf, di samping tanda-tanda yang jelas
dan konsisten berupa adanya kesadaran berkabut, disorientasi dan
taraf kesadaran yang berfluktuasi. Kehilangan daya ingat mengenai
hal-hal baru adalah lebih khas pada kondisi organik, tanpa tergan-
tung pada kemungkinan adanya problem atau peristiwa traumatik!
Pingsan ("blackouts") yang disebabkan oleh penyalahgunaan
alkohol atau obat-obatan erat kaitannya dengan saat penyalahgu
naan, dan ingatan yang hilang tidak akan bisa dipulihkan (diingat
kembali). Kehilangan daya ingat jangka pendek pada keadaan
amnesik (sindrom Korsakov), di mana ingatan segera (immediate
recall) adalah normal, akan tetapi ingatan setelah 2-3 menit hilang,
tidak ditemukan pada anmesia disosiatif.
Amnesia setelah komosio atau trauma kepala berat biasanya bersi-
£at retrograde meskipun pada keadaan yang parah dapat juga ante-
rograde amnesia disosiatif biasanya predominan retrograd. Hanya
amnesia disosiatif yang dapat diubah dengan menggunakan hipno-
sis atau abreaksi. Amnesia pasca-serangan/pasca-kejang pada
penderita epilespi dan keadaan-keadaan stupor lain atau mutisme
yang kadang-kadang terdapat pada penderita skizofrenia atau
gannguan depresif biasanya dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri
Iain dari penyakit yang mendasarinya.
200
menakjubkan. Perjalanan yang terorganisasi mungkin ke tempat-
tempat yang sudah dikenal oleh yang bersangkutan dan yang
mempunyai makna emosional. Meskipun terdapat amnssia sclama
periode fugue, perilaku dari penderita selama kurun waktu ini
mungkin tampak sama sekali normal bagi pengamat lain.
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti hams ada:
Diagnosis Banding
Pembedaan dengan fugue pasca-serangan yang terjadi temtama
setelah epilepsi lobus temporalis, biasanya jelas, sebab ada riwayat
epilepsi, tidak adanya problem atau kejadian yang penuh stres, dan
kurang jelasnya (fragmented) tujuan dan sasaran kepergian serta
kegiatan dari pasien epilepsi.
201
penuh stres atau pun problem sosial atau interpersonal yang
menonjoi.
PedomanDiagnostik
Untuk diagnosis pasti hams ada:
Diagnosis Banding
Stupor disosiatif hams dibedakan dari stupor katatonik dan stupor
depresif atau stupor manik. Stupor pada skizofrenia katatonik
sering kali didahului oleh gejala-gejala atau perilaku yang menju-
ms kepada skizofrenia. Stupor depresif dan stupor manik biasanya
berkembang lambat, sehingga perlu adanya informasi dari orang
lain untuk dapat memastikannya. Stupor depresif dan stupor manik
keduanya semakin jarang terlihat di banyak negara, sebagai akibat
semakin meluasnya penanganan yang lebih dini dari gangguan
afektif.
202
F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan
Adalah gangguan-gangguan yang menunjukkan adanya kehilangan
sementara penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap
lingkungannya; dalam beberapa kejadian, individii tersebut berperi-
laku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib,
malaikat atau "kekuatan" lain. Perhatian dan kewaspadaan menjadi
terbatas atau terpiisat pada satu atau dua aspek yang ada di ling
kungannya dan sering kali gerakan-gerakan, posisi tubuh dan
ungkapan kata-katanya juga terbatas dan diulang-ulang. Hanya
gangguan trans yang involunter atau tak dikehendaki, dan yang
muncul dalam aktivitas yang biasa, yang timbul di luar (atau
merupakan kelanjutan dari), kegiatan keagamaan atau pun peristi-
wa yang bisa diterima oleh budayanya, yang boleh dimasukkan di
sini.
203
Meskipun problem atau konflik terlihat oleh orang lain, pasien sering
menyangkal adanya problem atau konflik dan mempersalahkan
setiap perasaan distres sebagai akibat dari gejala atau disabilitas
yang diakibatkannya.
204
\
lui sistem saraf otonom, dimasukkan dalam gangguan somatoform
(F45.-).
Pedoman Diagnostik
Diagnosis hams ditegakkan dengan sangat hati-hati apabila terda-
pat gangguan sistem saraf, atau pada individu yang tadinya menun-
jukkan kemampuan penyesuaian yang baik dengan hubungan
keluarga dan sosial yang normal.
Diagnosis Banding
Tahap dini dari suatu gangguan neurplogis yang progresif, khusus-
nya sklerosis multipel dan lupus eritematosus sistemik, dapat disa-
lahtafsirkan sebagai gangguan disosiatif dari gerakan dan perasaan.
Apabila pasien yang bereaksi terhadap sklerosis multipel dengan
memperlihatkan distres dan perilaku mencari perhatian menimbul-
kan problem yang sulit; maka akan memerlukan waktu penilaian
dan observasi yang lebih lama sebelum kemungkinan diagnostik
menjadi jelas.
205
Keluhan-keluhan somatik yang multipel dan tidak jelas batasannya
hams diklasifikasikan di tempat lain, dl bawah kategori gangguan
somatoform (F45.-) atau neurastenia (F48.0).
206
urin (ngompol), tidak dijumpai kehilangan kesadarah tetapi diganti
dengan keadaan seperti stupor atau trans.
207
F44.81 Gangguan kepribadian multipel
Gangguan ini jarang ditemukan dan masih terdapat kontroversi
mengenai apakah keadaan ini bersifat iatrogenik ataukah spesifik-
budaya. Ciri utama adalah adanya dua atau lebih kepribadian yang
jelas pada satu individu dan hanya satu yang tampil untuk setiap
saatnya. Masing-masing kepribadian tersebut adalah lengkap,
dalam arti memiliki ingatan, perilaku dan kesenangan sendiri-
sendiri, yang mungkin sangat berbeda dengan kepribadian pramor-
bidnya.
208
F45 Gangguan Somatoform
Diagnosis Banding
Untuk membedakan dengan waham-waham hipokondrik biasanya
memerlukan pendekatan yang baik terhadap pasien. Meskipun
keyakinan akan keluhannya tersebut sudah berlangsung lama dan
tampaknya dipertahankan meskipun tidak didukung oleh alasan
yang memadai, sampai taraf tertentu dan dalam jangka pendek
keuletan dalam mempertahankan keyakinan tersebut biasanya dapat
dipengaruhi oleh argumentasi, dukungan moril atau dengan dilaku-
kannya lagi pemeriksaan medis lain. Di samping itu, adanya
keluhan fisik yang tidak enak dan menakutkan dapat dianggap
sebagai penjelasan yang wajar dan dapat diterima untuk timbulnya
dan menetapnya suatu keyakinan akan adanya penyakit fisik.
209
Tak Termasuk: gangguan disosiatif(F44.-)
mencabut rambut (hair-plucking)(F98.4)
"lalling" (F80.0)
"lisping" (F80.8)
menggigit kuku (nail-biting)(F98.8)
faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan
dengan gangguan atau penyakit YDK (F54)
disfungsi seksual yang bukan disebabkan oleh
gangguan atau penyakit organik (FS2.-)
mengisap jempol (F98.8)
gangguan tic( pada masa kanak dan remaja )
(F95.-)
sindrom Tourette (F95.2)
trikotilomania (F63.3)
210
Perjalanan gangguan ini bersifat menahun dan berfluktuasi, dan
sering kali disertai dengan ketidakserasian dari perilaku sosial,
interpersonal dan keluarga yang berkepanjangan. Gangguan ini
jauh lebih sering terjadi pada wanita daripada pria, dan biasanya
mulai pada usia dewasa muda.
Pedoman Diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut: .
(a) ada banyak dan berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelas-
kan adanya dasar kelainan fisik yang memadai» yang sudah
berlangsung sekurangnya 2 tahun;
(b) selalu tidak mau menerima nasihat atau penjelasan dari bebe-
rapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menje-
jaskan keluhan-keluhannya;
(c) terdapat hendaya dalam taraf tertentu dalam berfungsinya di
masyarakat dan keluarga yang berkaitan dengan sifat keluhan-
keluhannya dan dampak pada perilakunya.
Diagnosis Banding
Dalam mendiagnosis gangguan somatisasi, adalah esensial pembe-
daan dengan berbagai gangguan di bawah ini:
211
saan atau konsultasi lebih lanjut harus dipertimbangkan bilamana
terjadi peralihan tekanan atau stabilitas dari keluhan fisik itu yang
mengarah pada perkiraan adanya penyakit fisik.
212
F45.1 Gangguan Somatoform llEik Terinci
Bilamana keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap,
akan tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan
somatisasi tidak ter penuhi, sebaiknya digunakan kategori ini.
Misalnya saja cara mengemukakan keluhan-keluhan tidak dramatis
dan tidak kuat, keluhan-keluhannya tidak terlalu banyak, atau tidak
ada gangguan pada fiingsi sosial dan fungsi keluarganya. Kategori
ini kemungkinan ada atau tidak ada dasar faktor penyebab psikolo-
gis, akan tetapi tidak boleh ada dasar fisik untuk keluhan-
keluhannya yang digunakan sebagai dasar diagnosis psikiatrik.
Diagnosis Banding
Seperti yang tersebut pada sindrom gangguan somatisasi (F45.0).
213
beberapa konsultasi. Pasien biasanya masih juga mengajukan
kemungkinah bahwa ada gangguan fisik lain atau tambahan, di
samping apa yang sudah dikemukakan sebelumnya.
Depresi dan anxietas yang berat sering kali menonjol, dan mung-
kin memenuhi syarat untuk suatu diagnosis tambahan. Gangguan
ini jarang timbu! untuk pertama kali sesudah usia 50 tahun, dan
perkembangan gejala dan disabilitas biasanya kronis dan berfluk-
tuasi. Tidak boleh ada waham yang menetap mengenai gangguan
fungsi atau bentuk badan. Ketakutan akan adanya satu atau lebih
penyakit (nosofobia) hams dimasukkan dalam kategori ini.
Sindrom ini dapat terjadi pada pria mau pun wanita dan tidak ada
karakteristik khusus mengenai keluarga (berbeda dari gangguan
somatisasi).
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti, kedua hal tersebut di bawah ini hams ada:
214
adanya preokupasi yang menetap terhadap adanya deformitas
atau perubahan bentuk/penampakan.
(b) penolakan yang menetap dan tidak mau menerima nasihat atau
dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak dite-
mukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi kelu-
han-keluhannya.
Diagnosis Banding
Perlu dibedakan dari gangguan-gangguan tersebut di bawah ini:
215
peoampUan yang kurang menyenangkan atau memiliki kejanggalan
fisik, hams diklasifikasikan dalam gangguan waham (F22.-).
216
Pada banyak pasien dengan gangguan ini juga akan ditemukan
bukti adanya stres psikoiogis, atau kesuliUn atau problem yang
tampaknya berkaitan dengan gangguan ini; namun, tidak demikian
halnya dengan sebagian besar pasien yang bagaimana pun juga
jelas memenuhi kriteria untuk gangguan ini.
Pedoman Diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
Diagnosis Banding
Membedakan dengan gangguan anxietas menyeluruh didasarkan
atas adanya dominasi dari komponen psikologis dari bangkitan
otonomik seperti ketakutan dan firasat yang mencemaskan pada
gangguan anxietas menyeluruh serta tiadanya fokus pada aspek
fisik yang menetap untuk keluhan-keluhan lainnya. Pada gangguan
somatisasi, gejala-gejala otonomik dapat terjadi, akan tetapi tidak
217
y
menonjoi dan tidak menetap bila dibandingkan dengan keluhan-
keluhan yang Iain yang mengenai perasaan dan penginderaan, dan
gejalanya juga tidak tenis-menerus dikaitkan dengan organ atau
sistem tertentu.
218
s:
F45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap
Keluhan yang predominan adalah nyeri berat, menyiksa, dan
menetap, yang tidak dapat dijelaskan s^enuhnya atas dasar proses
fisiologis maupun adanya gangguan fisik. Nyeri timbul dalam
hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem psikoso-
sial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempe-
ngaruhi terjadinya gangguan tersebut. Dampaknya adalah mening-
katnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis untuk
yang bersangkutan.
Termasuk: psikalgia
nyeri punggung atau nyeri kepala psikogenik
gangguan nyeri somatoform
Diagnosis Banding
Problem yang paling lazim dalam diagnosis banding adalah dengan
elaborasi histrionik dari nyeri oleh sebab organik. Pasien dengan
nyeri organik yang diagnosisnya belum dapat ditegakkan dengan
pasti sering kali mudah menjadi takut dan sangat peka, dengan
akibat terjadi perilaku mencari perhatian. Bermacam-macam rasa
sakit dan nyeri lazim terjadi pada gangguan somatisasi, akan tetapi
tidak terlalu dominan atau menetap dibanding dengan keluhan-
keluhannya yang lain.
219
Tak Termasuk: nyeri punggung YTT (M54.9)
nyeri YTT (akut/kronik)(R52.-)
nyeri kepala tipe ketegangan (G44.2)
220
F45.9 Gangguan Somatoform YTT
Pedoman Diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan hal-hal berikut:
221
(b) paling sedikit ada dua dari hal-hal tersebut di bawah ini:
- perasaan sakit dan nyeri 6tot-otot
- pusing kepala
- nyeri kepala (tension headaches)
- gangguan tidur
- tidak bisa bersantai
- peka/mudah tersinggung
- dispepsia;
(c) setiap gejala otonomik atau pun depresif yang ada, tidak cukup
berat atau mantap untuk dapat memenuhi kriteria salah satu dari
gangguan yang lebih khas di dalam klasifikasi ini.
Diagnosis Banding
Di banyak negara neurastenia tidak digunakan secara umum seba-
gai suatu kategori diagnostik. Banyak kasus.yang dulu didiagnosis
sebagai neurastenia, akan memenuhi kriteria sekarang untuk
gangguan depresif atau gangguan anxietas. Meskipun demikian,
masih ada kasus yang lebih sesuai dengan deskripsi neurastenia
daripada sindrom neurotik yang lain, dan kasus demikian tampak-
nya lebih sering di lingkungan budaya tertentu daripada budaya
yang lain. Jika menggunakan kategori diagnostik untuk neuraste
nia, maka hams diusahakan terlebih dahulu untuk menyingkirkan
kemungkinan gangguan depresif atau gangguan anxietas. Ciri khas
dari sindrom ini adalah penekanan pasien pada kelelahan dan
kelemahan dan kekhawatiran perihal penumnan efisiensi mental
dan fisik (sebaliknya pada gangguan somatoform, keluhan fisik dan
preokupasi adanya penyakit fisik mendominansi gambaran klinis-
nya). Apabila sindrom neurastenik terjadi segera setelah mengala-
mi penyakit fisik (temtama influenza, hepatitis viral, mononukleo-
sis infeksiosa), maka diagnosis dari keadaan-keadaan tersebut juga
hams dicantumkan.
222
Tak Termasuk: astenia YTT(R53)
kehabisan tenaga (bum-out)(Z73.0)
malaise dan fatigue(R53)
sindrom kelelahan pasca-vinis (G93.3)
psikastenia (F48.8)
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti, hams ada salah satu atau keduanya dari (a)
dan (b), ditambah (c) dan (d):
223
(a) gejala depersonalisasi, yaitu individu merasa bahwa perasaan-
nya dan/atau pengalamannya terasa seperti terlepas dari dirinya
(detached),jauh, bukan dari dirinya, hilang, dsb.;
(b) gejala derealisasi, yaitu objek, orang dan/atau lingkungannya
menjadi seperti tidak riil (nyata), jauh, semu, tanpa warna,
tidak hidup, dsb.;
(c) memahami bahwa hal tersebut merupakan perubahan spontan
dan subjektif, dan bukan disebabkan oleh kekuatan dari luar
atau orang lain (insight);
(d) penginderaan tidak terganggu dan tidak ada keadaan kebi-
ngungan toksik atau epilepsi.
Diagnosis Banding
Gangguan ini hams dibedakan dari ganguan-gangguan lain di mana
"pembahan kepribadian" dialami atau terjadi, seperti pada skizo-
frenia(waham transformasi atau pengalaman pasif dan dikendali-
kan), gangguan disosiatif(dalam hal mana perubahan tidak disa-
dari), dan beberapa kejadian permulaan demensia. Aura pra-se-
rangan dari epilepsi lobus temporalis dan beberapa keadaan pasca-
serangan dapat menunjukkan sindrom depersonalisasi dan dereali
sasi sebagai fenomena sekunder.
224
tertarik kedalam rongga penit dan menyebabkan kematian) dan
latah (perilaku imitatif dan respons otomatis). Hubungan yang kuat
antara sindrom-sindrom ini dengan kepercayaan-kepercayaan
budaya dan pola perilaku yang diterima masyarakat setempat
mengisyaratkan bahwa keadaan tersebut sebaiknya tidak dianggap
sebagai waham.
225
J
F50-F59
Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan
Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik
226
F52.3 Disfiingsi orgasme
FS2.4 Eyakulasi dini
F52.5 Vaginismus nonorganik
F52.6 Dispareunia nonorganik
FS2.7 Dorongan seksual yang berlebihan
FS2.8 DIsfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan oleh gangguan
atau penyakit organik
F52.9 Disfiingsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan
atau penyakit organik
227
F50 Gangguan Makan
228
Meskipun penyebab hakiki dari anoreksia nervosa masih merupa-
kan teka-teki, terdapat banyak bukti bahwa interaksi sosiokultural
dan faktor bioiogis berperan sebagai penyebabnya, demikian puia
mekanisme psikologis dan kepribadian yang lemah. Gangguan ini
disertai oleh kekurangan gizi dengan berbagai tingkat keparahan,
yang mengakibatkan gangguan hormon dan metabolisme sekunder
serta gangguan fungsi tubuh. Masih terdapat beberapa hal yang
beium jelas tentang gangguan endokrin yang khas itu apakah
sepenuhnya merupakan akibat kurang gizi dan efek iangsung dari
berbagai gangguan perilaku (misalnya pemilihan diet yang terba-
tas, olah raga yang berlebihan dan perubahan komposisi tubuh,
menginduksi muntah dan menyebabkan pengeluaran makanan
dengan akibat gangguan elektrolit) atau juga oleh beberapa faktor
lain yang tak menentu.
Pedoman DiagnosHk
Untuk diagnosis pasti, dibutuhkan semua hal berikut:
1 ,., ^^ berat(kg)
Indeks massa tubuh =
[tinggi(m)r
229
(d) Adanya gangguan yang luas pada endokrin yang meliputi poros
hipotalamus-hipofisis-gonad, dengan manifestasi pada wanita
sebagai amenore dan pada pria sebagai kehilangan minat
seksual dan potensi. (Suatu perkecualian adalah perdarahan
pada vagina yang menetap pada wanita yang anoreksia yang
memperoleh terapi hormonal pengganti, umumnya sebagai pil
kontraseptif). Juga dapat terjadi kenaikan hormon pertum-
buhan, naiknya kadar kortisol, pembahan metabolisme peri-
feral pada hormon tiroid, dan sekresi insulin abnormal.
(e) Jika onset terjadi pada masa pra-pubertas, perkembangan
pubertas tertunda, atau bahkan tertahan (pertumbuhan berhen-
ti; pada anak perempuan buah dadanya tidak berkembang dan
terd^at ^enore primer; pada anak laki-laki genitalianya tetap
kecil). Dengan kesembuhan, pubertas sering tercapai atau
diakhiri secara normal, tetapi menark^ terlambat.
Diagnosis Banding
Gangguan ini mungkin disertai gejala d^resif atau obsesif, selain
juga tanda-tanda dari suatu gangguan kepribadian, sehingga
menjadi sulit untuk membedakannya dan/atau memerlukan lebih
dari satu kode diagnostik. Kehilangan berat badan oleh penyebab
somatik pada pasien muda yang hams dibedakan meliputi penyakit
sOmatik berat yang kronis, tumor otak, dan gangguan intestinal
seperti penyakit Crohn atau suatu sindrom malabsorpsi.
230
Pasien demikian biasanya ditemukan secara kebetulan di pelayanan
psikiatrik di nimah sakit umum atau di pelayanan kesehatan dasar.
Pasien yang mempunyai semua gejala utama, tetapi hanya taraf
ringan dapatjuga dimasukkan daiam kelompok ini. Istilah ini tidak
boleh digunakan untuk gangguan makan yang menyerupai anorek-
sia nervosa tetapi yang diakibatkan oleh penyakit fisik yang diketa-
hui.
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti, dibutuhkan semua hal berikut:
231
(b) Pasien berusaha melawan efek "menggemukkan" dari makanan
dengan salah satu atau lebih cara berikut ini: sengaja merang-
sang muntah, pemakaian pencahar berlebihan, puasa berkala,
menggunakan obat seperti penekan nafsu makan, pemakaian
pr^arat tiroid atau diuretika. Jika bulimia terjadi pada pasien
diabetes, mereka mungkin memillih untuk mengabaikan
pengobatan insuiinnya.
(c) Psikopatologi terdiri dari rasa khawatir luar biasa terhadap
kegemukan, mereka menentukan suatu batas ambang berat
badan tertentu yang jauh di bawah berat badan yang optimal
atau berat badan normal menurut pandangan dokter. Sering,
tapi tidak selalu, diawali oleh episode anoreksia nervosa,
dengan interval antara kedua penyakit berkisar antara beberapa
bulan sampai beberapa tahun. Episode dini ini dapat terlihat
secara penuh, atau suatu bentuk yang samar dengan k^ilangan
berat badan yang sedang dan/atau suatu fase singkat dari
amenore.
Diagnosis Banding
Bulimia nervosa hams dibedakan dari:
232
F50J Bulimia Nerrosa Tkk Khas
Istilah ini digunakan pada individu dengan satu atau lebih ciri
utama gejaia bulimia nervosa (F50.2) tidak ditemukan, tetapi yang
seharusnya memberikan gambaran klinis yang cukup khas. Paling
lazim hal ini ditujukan k^ada orang yang mempunyai berat badan
yang normal atau bahkan berlebihan tetapi dengan periode khas
makan berlebih yang diikuti oleh muntah atau pencaharan. Sin-
drom parsial dengan gejaia depresifjuga tidak jarang, tetapi bila
gejaia depresif dapat dinyatakan sebagai diagnosis terpisah suatu
gangguan depresif, maka perlu dibuat dua diagnosis terpisah.
233
Obesitas sebagai suatu efek tak diinginkan dari pengobatan jaiigka
panjang dengan antid^resiva neuroleptik atau obat lain sebaiknya
tidak diberi kode di sini, tetapi di baw^ E66.1 (obesitas akibat
obat) ditambah kode lain dari Bab XX (kausa eksteraal) dari ICD-
10, untuk mengidentifikasi obatnya.
234
F50.8 Gangguan Makan Lainnya
235
terhambatnya kematangan pengendalian kandung kencing waktu
tidur, dicantumkan dalam Bab XVllI dari ICD-10 di antara gejala-
gejala yang mengenai sistem urinaria.
236
tidur yang buruk, sedangkan kuantitas tiduraya secara subjektif
dan/atau objektif dinilai berada dalam batas-batas nonnal.
237
Pedoman Diagnostik
Berikut ini adalah gambaran klinis esensial untuk diagnosis pasti:
238
hanya sebagai satu dari kelompok gejala suatu gang^an jiwa atau
kelainan fisik, yaitu tidak mendominasi gambaran klinis» maka
diagnosis hams dibatasi hanya pada gangguan fisik atau gangguan
jiwa yang mendasarinya. Lagi pula, diagnosis suatu gangguan tidur
lain seperti mimpi bumk, gangguan Jaduai tidur, apne waktu tidur
dan mioklonus nokturnal hams dibuat hanya apabila gangguan-
gangguan ini menjurus pada penurunan kuantitas atau kualitas
tidur. Namun demikian, pada semua keadaan tersebut di atas,
apabila insomnia mempakan salah satu keluhan utama dan dirasa-
kan sebagai satu keadaan tersendiri, maka kode ini hams ditam-
bahkan sesudah diagnosis utama.
239
Beberapa pasien menghubungkan antara tendensi mereka untuk
tertidur pada waktu yang tak sesuai, dengan pengalaman tertentu
yang tak menyenangkan pada siang hari. Yang lain akan menyang-
kal adanya hubungan demikian sekali pun seorang dokter yang
trampil menunjukkan adanya pengalaman demikian. Pada kasus
lain, tidak ada faktor emosional atau faktor psikologis lainnya yang
segera dapat dikenali, akan tetapi tiadanya l^or organik menga-
rah bahwa hipersomnia disebabkan oleh sebab psikogenik.
Pedoman Diagnostik
Gambaran klinis berikut ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
(a) tidur siang hari yang berlebihan atau serangan kantuk yang
hebat pada siang hari, yang bukan disebabkan oleh kurang
tidur, dan/atau membutuhkan tenggang waktu yang lebih lama
untuk mencapai keadaan siaga penuh saat bangun tidur (mabuk
tidur);
0>) gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan
atau gangguan yang berulang yang berlangsung relatif singkat,
yang menyebabkan keadaan yang tak menyenangkan atau
menyebabkan gangguan yang nyata pada fungsi sosial atau
pekerjaan;
(c) tak ada gejala tambahan dari narkolepsi (katapleksi, paralisis
noktumal, halusinasi hipnagogik) atau bukti klinis apne waktu
tidur ((sleep apnoea) penghentian napas, suara mendengkur
yang khas secara intermiten dll.);
(d) tak ada gangguan medis atau neurologis yang mengakibatkan
somnolensi pada waktu siang hari.
240
dominan pada pasien dengan gangguan jiwa lainnya. Bila diagnosis
lain tidak dapat ditegakkan, maka hams digunakan kode ini saja.
Diagnosis Banding
Membedakan hipersomnia dari narkolepsi adalah hal yang esensial.
Pada narkolepsi (G47.4) biasanya terdapat satu atau beberapa
gejala tambahan seperti katapleksi, paralisis nokturoal dan halusi-
nasi hipnagogik; serangan kantuk yang tidak tertahankan dan lebih
menyegarkan; dan tidur malam yang lebih sitigkat serta terputus-
putus yang berlawanan, adalah serangan kantuk siang hari pada
hipersomnia yang biasanya serangannya lebih jarang dalam sehari,
walaupun setiap serangan berlangsung lebih lama; pasien sering
dapat mencegah terjadinya keadaan ini; tidur malam biasanya
memanjang, dan ada kesulitan untuk mencapai keadaan siaga
sempurna saat terbangun dari tidur (mabuk tidur)
241
dengan adanya faktor organik yang mengganggu, terbukti dari
gejala klinis dan basil pemeriksaan laboratorium.
242
Pedoman Diagnostik
Gambaran klinis berikut ini adalah esensial untuk diagnosis past!:
(a) pola jaduai tidur individu yang berbeda dengan jadual tidur
yang dianggap normal di masyarakat dan keadaan budaya
sekitamya;
(b) adanya insomnia pada waktii orang tidur dan hipersomnia pada
waktu kebanyakan orang bangun, dan hal ini telah berlangsung
seiama sekurang-kurangnya 1 buian atau secara berulang
dengan periode yang iebih singkat;
(c) tidur kurang memuaskan dalam kuantitas, .kualitas maupun
waktunya, sehingga menyebabkan terganggunya fungsi sosial
dan pekerjaan.
Bilamana tidak ada kausa psikiatrik atau fisik dari gangguan, maka
kode ini harus dipakai tersendiri. Walaupun demikian, adanya
gejaia psikiatrik seperti anxietas, depresi atau hipomania tidak
menyingkirkan diagnosis suatu gahgguan jadual tidur nonorganik,
asalkan gangguan ini menonjol dalam gambaran klinis pasien.
Apabila ada gejaia psikiatrik lain yang cukup jelas dan menetap,
maka harus didiagnosis sebagai gangguan jiwa yang khusus secara
terpisah.
F5U Somnambulisme
Somnambulisme adalah suatu keadaan perubahan dari kesadaran,
di mana fenomena tidur dan bangun bercampur pada saat sama.
Seiama episode somnambulisme berlangsung, individu bangun dari
243
tempat tidur, biasanya terjadi selama sepertiga awal dari tidur
malam dan berjalan, memperlihatkan tingkat kesadaran, reaktivi-
tas, dan kemampuan motorik yang rendah. Penderita kadang-
kadang meninggalkan kamar dan suatu saat dapat keluar rumah,
dengan demikian berisiko tinggi mengalami kecelakaan selama
episode ini berlangsung. Namun demikian, paling sering mereka
akan kembali dengan tenang ke tempat tidur, baik tanpa maupu
dengan bantuan orang lain. Pada waktu bangun dari episode
sonmambulisme atau keesokan harinya, penderita biasanya tidak
ingat akan peristiwa itu.
244
Pedoman Diagnostik
Gambaran klinis berikut ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
(a) gambaran utamanya adalah satu atau iebih episode bangun dari
tempat tidur, biasanya pada sepertiga awai malam, laiu berja-
lan;
(b) seiama episode itu, individu tersebut pandangannya kosong,
muka menatap ke depan, tak responsif pada berbagai rang-
sangan, tak dapat berkomunikasi, dan hanya dengan susah
payah dapat dibangunkan dari tidumya;
(c) pada waktu bangun, baik dari satu episode atau pun keesokan
harinya, individu tak ingat mengenai episode tersebut;
(d) dalam waktu beberapa menit seteiah bangun dari episode
somnambulisme, tidak terjadi gangguan aktivitas mental atau
perilaku, walaupun mula-mula mungkin ada periode singkat
berupa kebingungan dan disorientasi;
(e) tak ada bukti terdapatnya gangguan mental organik seperti
demensia, atau suatu gangguan fisik seperti epilepsi.
Diagnosis Banding
Sonmambulisme hams dibedakan dari serangan epileptik psikomo-
tor. Epilepsi psikomotor sangat jarang hanya terjadi pada malam
hari. Seiama serangan epileptik individu sama sekali tidak mem-
beri respons terhadap rangsangan lingkungannya, dan gerakan
berulang seperti menelan dan menggosok tangan mempakan hal
yang lazim. Adanya letupan epileptik pada BEG memastikan
diagnosis, meskipun suatu serangan kejang tidak menyingkirkan
keberadaan somnambulisme.
245
F51.4 Teror Tidur (Teror Malam]
Teror tidur atau teror malam adalah episode di malam hari yang
ditandai oleh rasa tercekam dan panik yang hebat dengan cetusan
teriakan, motilitas dan pel^pasan otonomik yang hebat. Individu
terduduk.atau terbangun dengan teriakan panik, biasanya terjadi
pada sepertiga awal tidur malam, sering lari ke pintu seolah mau
melarikan diri, walaupun mereka jarang meninggalkan kamar
tidur. Upaya orang lain untuk meredakan teror tidur ini justru bisa
menyebabkan ketakutan yang lebih hebat, karena individu tersebut
tidak saja relatif tidak bereaksi terhadap upaya demikian, tetapi
justru mengalami disorientasi untuk beberapa menit. Pada saat
terbangun bias.anya ia tidak ingat mengenai episode itu. Karena ciri
klinis yang demikian, individu mempunyai risiko besar mendapat
cedera selama episode teror tidur terjadi.
Pedoman Diagnostik
Gambaran klinis berikut ini adalah esensial untuk diagnosis pasti;
246
bahkan dapat menyebabkan disorientasi dan gerakan persevera-
tif untuk beberapa menit;
(d) bila dapat ingat peristiwanya, hanya minimal (biasanya hanya
terbatas pada satu atau dua bayang-bayang mental yang firag-
mentaris);
(e) tak ada tanda suatu gangguan fisik, seperti tumor otak atau
epilepsi.
Diagnosis Banding
Teror tidur harus dibedakan dari mimpi bunik (nightmare) yang
disertai dengan sedikit berguman dan gerakan badan. Perbedaan
dengan teror tidur, mimpi buruk terjadi setiap saat di malam hari,
dan individu mudah untuk dibangunkan, dan sangat terinci dan
gamblang mengingat kejadiannya.
247
Pada anak, tidak ada gangguan psikologis yang secara tetap
menyertai, karena mimpi buruk masa kanak biasanya berkaitan
dengan fase yang khas dari perkembangan emosional. Sebaliknya,
orang dewasa dengan mimpi buruk ternyata sering ada gangguan
psikologis yang bermakna» biasanya dalam bentuk gangguan kepri-
badian. Penggunaan psikotropika tertentu seperti reserpin, tiorida-
zin, antidepresiva trisiklik dan benzodiazepin ternyata sering dapat
menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Penghentian mendadak dari
obat-obatan, seperti hipnotika non-benzodiazepin, yang menekan
tidur REM (stadium tidur yang berkaitan dengan mimpi) dapat
menjurus kepada peningkatan mimpi dan mimpi buruk melalui
"rebound REM".
Pedoman Diagnostik
Gambaran klinis berikut ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
(a) terbangun dari tidur malam, atau tidur siang dengan mimpi
yang terperinci» jelas dan menakutkan, biasanya termasuk
ancaman terhadap kehidupan, keamanan dan harga diri; ter
bangun dapat terjadi kapan saja pada saat tidur, tetapi biasanya
pada fase akhir tidur;
(b) saat terbangun dari mimpi menakutkan, pasien siaga penuh dan
baik orientasinya;
(c) pengalaman mimpi itu dan akibat gangguan tidur yang terjadi
menyebabkan pasien merasa tidak enak.
Diagnosis Banding
Sangat penting untuk membedakan mimpi buruk dari teror tidur.
Pada peristiwa yang kedua, episodenya terjadi selama sepertiga
awal tidur dan ditandai oleh kecemasan yang hebat, teriakan panik,
gerakan badan yang berlebihan dan cetusan otonomik yang eks-
trem. Selain itu, pada teror tidur tidak ada ingatan secara terinci
tentang mimpi itu, baik segera sesudah episode atau saat terbangun
keesokan paginya.
248
F51.8 Gangguan Tidur Nonorganik Lainnya
249
lainnya» dan karenanya akan banyak kehilangan gairah seksual.
Laki-laki, di lain pihak, mesklpun mengeluh adanya kegagalan dari
respons spesifik seperti ereksi atau eyakulasi, sering melaporkan
adanya dorongan seksual yang berkelanjutan. Karena itu perlu
untuk mencari di luar keluhan yang ada demi menemukan kategori
diagnosis yang paling sesuai.
Termasuk: frigiditas
gangguan nafsu seksual hipoaktif
250
F52.2 Kegagalan dari Respons Genital
Pada pria, masalah utama adalah disfiingsi ereksi, misalnya kesu-
karan untuk terjadinya atau mempertahankan ereksi yang memadai
untuk sanggama yang memuaskan. Bila ereksi terjadi normal pada
situasi tertentu, misalnya selama masturbasi atau di waktu tidur
atau dengan partner lain, maka biasanya penyebabnya adalah
psikogenik. Bila tidak, diagnosis yang benar dari disfiingsi ereksi
nonorganik bergantung pada pemeriksaan khusus (misalnya pengu-
kuran dari ketegangan penis pada malam hari) atau respons terha-
dap pengobatan psikologis.
251
gangguan organik, misalnya kegagalan ereksi atau nyeri ereksi.
Eyakulasi prekoks dapat pula terjadi bila ereksi memeriukan stimu-
iasi yang lama, yang menyebabkan waktu antara ereksi dengan
eyakulasi menjadi pendek; dalam hal ini masalah primer adalah
ereksi yang lambat terjadi.
Termasuk: nimfomania
satyriasis
252
F52.8 Disfunsi Seksual Lainnya, Bukan Disebabkan oleh Gangguan
atau Penyakit Organik
253
F53.8 Gangguan Jiwa dan Perilaku Lainnya yang Berhubungan
dengan Masa Nifas YTK
254
¥55 Penyalahgunaan Zat yang Tidak Menyebabkan
Ketergantungan
Bermacam variasi obat-jadi, obat generik dan jamu atau obat tradi-
sional dapat digunakan, tetapi yang tersering adalah 3 kelompok;
obat psikotropik yang tidak menyebabkan ketergantungan seperti
antidepresiva; pencahar; dan analgetika yang dapat diperoleh tanpa
resep dokter seperti aspirin dan parasetamol. Walaupun obat ini
awal mulanya direkomendasikan oldi dokter, akan tetapi kemudian
diperpanjang secara tidak perlu, bahkan penggandaan dengan dosis
berlebihan, terutama karena tersedianya zat tsb. dan mudahnya
diperoleh tanpa resep dokter.
Pemakaian yang menetap dan tidak tepat dari zat ini biasanya
berakibat pengeluaran biaya, dan sering melibatkan tenaga kese-
hatan atau stafnya yang tidak perlu, yang kadang ditandai oleh
akibat fisik yang merugikan dari zat tersebut. Usaha untuk mence-
gah atau melarang penggunaan zat tsb. sering ditentang, terutama
untuk pencahar dan analgetika walau diperingatkan tentang (atau
timbulnya) gejala fisik seperti disfimgsi ginjal atau gangguan elek-
trolit. Walau jelas pasien mempunyai motivasi yang kuat untuk
menggunakan zat tsb., ternyata tidak timbul ketergantungan
(Fl*.2) atau gejala putus obat (F1jc.3) seperti pada kasus zat psi-
koaktif yang disebut pada F10-F19.
F55.0 Antidepresiva
(seperti antidepresiva trisiklik dan tetrasiklik serta inhibitor monoa-
min oksidase)
F55.1 Pencahar
255
F55^ Analgetika
(seperti aspirin, parasetamol, fenasetin, yang tidak ditentukan
sebagai psikoaktif pada F10-F19)
F553 Antasida
F55.4 Vitamin
F55.9 YTT
256
F60 - F69
Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa
257
/
F63 Gangguan kebiasaan dan impuls
F63.0 Judi patologis
F63.1 Bakar patologis (piromania)
F63.2 Curl patologis (kleptomania)
F63.3 Trikotilomania
F63.8 Gangguan kebiasaan dan impuls lainnya
F63.9 Gangguan kebiasaan dan impuls YTT
258
Karakter kelima dapat digunakan untuk menunjukkan kaitannya dengan:
.jcO Heteroseksualitas
.xl Homoseksualitas
.x2 Biseksualitas
jc8 Lainnya, termasuk prapubertas
259
Pendahuluan
Blok ini mencakup berbagai keadaan dan pola perilaku yang klinis ber-
makna yang cenderung menetap dan merupakan ekspresi dari gaya hidup
yang khas dari indlvidu serta cara berhubungan dengan diri sendiri dan
orang lain. Beberapa dari keadaan dan pola perilaku ini timbul secara dini
dalam masa pertumbuhan atau perkembangan individu, sebagai basil dari
baik faktor konstitusional maupun pengalaman sosial, sementara lainnya
didapat pada masa kehidupan selanjutnya.
Tipe keadaan ini terdiri dari pola perilaku yang tertanam dalam dan ber
langsung lama, muncul sebagai respons yang kaku terhadap rentangan
situasi pribadi dan sosial yang luas. Hal ini menggambarkan deviasi
ekstrem maupun deviasi bermakna dari cara individu pada umumnya dalam
suatu budaya tertentu memandang, memikirkan, merasakan dan khususnya
berhubungan dengan orang lain. Pola perilaku demikian cenderung stabil
dan meliputi bermacam-macam perilaku dan fungsi psikologis. Keba-
nyakan, tetapi tidak selalu, berhubungan dengan berbagai derajat penderi-
taan pribadi dan masalah dalam fungsi sosial dan penampilan.
260
Setiap keadaan dalam kelompok ini dapat diklasifikasikan menunit ma-
nifestasi perilaku yang predominan. Namun demikian, klasifikasi seperti
ini umumnya terbatas pada deskripsi dari serangkaian tipe dan subtipe yang
tidak saling menyisihkan dan bahkan dapat bertumpang tindih pada be-
berapa ciri khasnya.
Karena itu gangguan kepribadian dibagi lagi menunit kelompok dari sifat
yang menyerupai manifestasi perilaku yang paling sering atau yang paling
menonjol. Jadi subtipe yang digambarkan mudah dikenal sebagai bentuk
ywg utama dari deviasi kepribadian. Dalam membuat diagnosis gangguan
kepribadian, klinisi hams mempertimbangkan semua aspek fiingsi pribadi,
meskipun untuk kemudahan dan eflsiensi formulasi diagnostik, akan
memjuk hanya pada dimensi atau sifat yang mencapai ambang keparahan
penyakit.
261
mendahului atau mengikuti suatu gangguan psikiatrik yang terbatas waktu-
nya atau kronis, keduanya hams dimasukkani dalam diagnosis. Penggunaan
diagnosis multiaksial bersama dengan klasifikasi inti dari gangguan jiwa
dan faktor psikososial akan mempermudah perekaman berbagai keadaan
dan gangguan demikian.
Pedoman Diagnostik
Keadaan yang tidak disebabkan langsung oleh kerusakan atau
penyakit otak berat, atau gangguan jiwa lain, tetapi memenuhi
kriteria berikut:
262
(a) sikap dan perilaku yang amat tak serasi yang meliputi biasanya
beberapa bidang fungsi, misalnya: afek, kesadaran, pengenda-
lian impuls, cara memandang dan berpikir, serta gaya berhu-
bungan dengan orang lain;
(b) pola perilaku abnormal berlangsung lama» berjangka panjang
dan tidak terbatas pada ^isode penyakit jiwa;
(c) pola perilaku abnormalnya pervasif dan jelas maladaptif terha-
dap berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas;
(d) manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja
dan berlanjut sampai usia dewasa;
(e) gangguannya menjurus kepada.penderitaan pribadi yang
berarti, tetapi hal ini mungkin hanya menjadi nyata kemudian
dalam perjalanan penyakitnya;
(f) gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berhubungan secara
bermakna dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial.
263
(d) mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan keiaiatan fisik
tentang hak pribadinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya;
(e) kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan
- seksual dari pasangannya;
(f) kecendeningan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan
yang dinyatakan dalam sikap menyangkut-diri yang menetap;
(g) dirundung oleh rasa persekongkolan dari suatu peristiwa terha-
dap balk diri pasien maupun dunia pada umumnya tanpa bukti.
(a) h^ya sedikit saja, bila ada, aktivitas yang memberikan keba-
hagiaan;
(b) emosi dingin, afek datar;
(c) kuramg mampu untuk menyatakan kehangatan, keiembutan,
atau kemarahan terhadap orang lain;
(d) ketidakpedulian yang nyata terhadap pujian atau kecaman;
(e) kurang tertarik untuk menjalin pengalaman seksual dengan
orang lain (dengan memperhitungkan iimumya);
(f) hampir selalu memilih aktivitas yang menyendiri;
(g) dirundung oleh fantasi dan introspeksi yang berlebihan;
(h) tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang
akrab (kalau ada hanya satu) dan keinginan untuk mempunyai
hubungan seperti itu;
(i) sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang
berlaku.
264
Tak Temasuk: sindrom Asperger (F84.5)
gangguan waham (F22.0)
gangguan skizoid masa kanak (F84.S)
skizofirenia (F20.-)
gangguan skizotipal (F21)
265
F60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
Suatu gangguan kepribadian di mana terdapat kecenderungan yang
mencolok untuk bertindak secara impuisif tanpa mempertimbang-
kan konsekuensi, bersamaan dengan ketidakstabilan afek. Kemam-
puan merencanakan sesuatu mungkin minimal dan ledakan kema-
rahan yang hebat sering kali dapat menjurus kepada kekerasan atau
"ledakan perilaku"; hal ini mudah ditimbulkan jika kegiatan impui
sif dikritik atau dihalangi oleh orang lain. Dua varian dari gang
guan kepribadian ini telah ditentukan dan keduanya mempunyai
persamaan motif umum berupa impulsivitas dan kekurangan
pengendalian diri.
266
F60.4 Gangguan Kepribadian Histrionik
Gangguan kepribadian yang ditwdai oleh:
267
(g) pemaksaan secara tidak masuk akal agar orang lain meiakukan
sesuatu menurut caranya, atau keengganan yang tak masuk
akal untuk mengizinkan orang lain meiakukan sesuatu;
(h) mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang bersifat
memaksa atau yang tidak disukai.
268
(b) meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada orang lain
pada siapa ia bergantung, dan kerelaan yang tidak semestinya
terbadap keinginan mereka;
(c) keengganan untuk mengajukan tuntutan yang layak kepada
orang pada siapa ia bergantung;
(d) perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabiia sendirian,
karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmam-
puan mengurus diri sendiri;
(e) terpaku pada ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang
dekat dengannya dan ditinggalkan agar mengurus diri sendiri;
(f) keterbatasan kemampuan untuk membuat keputusan sehari-
hari tanpa mendapat nasihat yang berlebihan dan diyakinkan
oleh orang Iain.
269
F61 Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya
270
nosis ini harus dibuat hanya apabila ada bukti yang pasti dan
perubahan yang berlangsung lama pada pola seseorang dalam hal
menerima, berhubungan dengan atau berpikir tentang lingkungan
dan dirinya sendiri. Perubahan kepribadiah harus bermakna dan
disertai dengan perilaku yang tidak fleksibel dan maladaptif yang
tidak ada sebeium kejadian yang patogenik. Perubahan tidak boleh
merupakan manifestasi dari gangguan jiwa lainnya, atau sebagai
gejaia residual dari suatu gangguan jiwa sebelumnya. Perubahan
kepribadian yang berlangsung lama seperti ini paling sering
menyusul suatu pengalaman traumatik yang dahsyat» tetapi mung-
kin juga berkembang kemudian mengikuti suatu gangguan jiwa
yang berat, berulang dan berkepanjangan. Kemungkinan sukar
untuk membedakan ahtara perubahan kepribadian yang didapat
dengan eksaserbasi atau tampilnya suatu gangguan kepribadian
yang sudah ada akibat stres, ketegangan atau pengalaman psikotik.
Perubahan kepribadian yang berlangsung lama, harus didiagnosis
hanya apabila perubahan merupakan penanipakan dari suatu kea-
daan yang permanen dan berlainan, yang secara etiologis dapat
ditelusuri kenabali pada adanya pengalaman yang nyata dan sangat
ekstrem. Diagnosis tidak boleh dibuat apabila gangguan kepribadi
an itu sekunder karena kerusakan atau penyakit ptak (kategori
F07.0 harus digunakan dalam hal ini).
271
(misalnya penyanderaan, penahanan dalam waktu yang iama dengan
kemungkinan ancaman dibunuh). Gangguan stres pasca-trauma
(F43.1) dapat mendahului jenis penibahan kepribadian ini, yang
dapat dilihat sebagai sekuele yang ireversibel dan kronis dari suatu
gangguan stres. Namun demikian, pada keadaan lain, perubahan
kepribadian yang berlangsung lama yang memenuhi uraian di
bawah ini dapat berkembang tanpa suatu fase sementara berupa
gangguan stres pasca-trauma yang manifest (nyata). Tetapi peru
bahan kepribadian yang berlangsung lama yang mengikuti suatu
pengalaman ancaman maut jangka pendek seperti kecelakaan
kendars^, tidak boleh dimasukkan dalam kategori ini, sebab riset
yang ter^ddiir menunjukkan bahwa perkembangan demikian tergan-
tung pada kerentanan psikologis y^g sebelumnya sudah ada.
Pedoman Diagnostik
Perubahan kepribadian hams berlangsung lama dan muncul seba
gai gambaran yang tidak fleksibel dan maladaptif yang menjurus
kepada kegagalan dalam fiingsi interpersonal, sosial dan pekerjaan.
Biasanya perubahan kepribadian harus dipastikan berdasarkan
keterangan yang dapat diandalkan. Untuk menegakkan diagnosis,
adalah esensial untuk memastikan gambaran yang tidak tampak
sebelunmya, seperti:
272
Termasuk: Perubahan kepribadian setelah suatu pengalaman di
kamp konsentrasi, bencana, berada dalam sekapan
yang berkepanjangan yang disertai ancaman ke-
mungkinan dibunuh, berada dalam keadaan ancaman
maut secara berkepanjangan seperti manjadi korban
terorisme atau penyiksaan
Pedoman Diagnostik
Pembahan kepribadian hams berlangsung lama dan tampil sebagai
pola yang tidak fleksibel dan maladaftif dalam fiingsi dan penga-
lamannya, yang mengarah kepada problem yang berkepanjangan
dalam fiingsi interpersonal, sosial atau pekerjaan dan penderitaan
subjektif. Tidak boleh ada tanda bahwa sebelumnya sudah ada
gangguan kepribadian yang akan menjelaskan terjadinya pembahan-
kepribadian itu, dan diagnosis tidak boleh berdasarkan suatu gejala
residual gangguan jiwa sebelumnya. Perubahan kepribadian
berkembang mengikuti penyembuhan klinis suatu gangguan jiwa
yang hams telah dialami sebagai sangat menekan secara emosio-
nal, dan menghancurkan citra-diri pasien. Sikap atau reaksi orang
lain terhadap pasien sesudah penyakit itu adalah penting dalam
menentukan dan memperkuat persepsi pasien terhadap derajat
stres. Tipe perubahan kepribadian ini tidak dapat dimengerti
sepenuhnya tanpa mempertimbangkan pengalaman emosional yang
subjektif dan kepribadian sebelumnya, penyesuaian dirinya dan
kerentanan khasnya.
273
Tanda diagnostik untuk jenis perubahan kepribadian ini harus
mencakup gambaran klinis sebagai berikut:
(a) sikap ketergantungan pada dan sikap menuntut dari orang lain
yang berlebihan;
(b) tuduhan bahwa dirinya berubah atau cacat oleh karena penyakit
terdahulu, menjums k^ada ketidakmampuan merobentuk dan
mempertahankan hubungan pribadi yang dekat dan terpercaya
serta isolasi sosial;
(c) pasif, minat berkurang dan menuninnya keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi;
(d) selalu mengeluh sakit, yang mungkin disertai dengan keluhan
hipokondrik dan perilaku sakit;
(e) disforia atau suasana perasaan yang labil, yang tidak disebab-
kan oleh adanya gangguan jiwa saat ini atau gangguan jiwa
sebelunmya dengan gejala afektif residual;
(f) hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan
dibandingkan dengan keadaan sebelum sakit.
274
F63 Gangguan Kebiasaan dan Impuls
275
Pedoman Diagnostik
Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah berjudi secara
berulang yang menetap, yang berlanjut dan sering meningkat
meskipun ada konsekuensi sosial yang merugikan, seperti kemis-
kinan, kegagalan nimah tangga, kekacauan kehidupan pribadi.
Diagnosis Banding
Judi patologis hams dibedakan dari:
Pedoman Diagnostik
Gambaran yang esensial adalah:
276
(a) berulang-ulang melakukan pembakaran tanpa motif yang jelas,
misalnya untuk mendapatkan uang, balas dendam atau alasan
poiitis;
(b) sangat tertarik menonton peristiwa kebakaran;
(c) perasaan tegang sebeium kejadian dan sangat puas segera
setelah berhasil dilaksanakan.
Diagnosis Banding
Bakar patologis hams dibedakan dari:
277
F(>3.2 Curi Patologis (Kleptomania)
Gangguan ini ditandai oleh kegagalan menahan dorongan yang
benilang-ulang untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau
tidak menghasilkan uang. Barang itu kemudian dibuang, diberikan
kepada orang lain atau dikumpulkan.
Pedoman Diagnostik
Terdapat peningkatan ketegangan sebelum melakukan aksi» dan
merasa puas pada saat melakukan aksi dan segera sesudahnya.
Meskipun upaya untuk menyembunyikan dilakukan, tetapi tidak
setiap kesempatan yang ada digunakan. Pencurian ini biasanya
merupakan aksi soliter dan tidak dibantu oleh kaki-tangan. Indivi-
du mungkin tampak gelisah, murung dan bersalah di antara epi
sode pencurian di toko (atau kesempatan lain), tetapi hal ini tidak
menghentikannya mengulangi pencurian. Kasus yang hanya
memenuhi uraian ini dan tidak sekunder terhadap salah satu
gangguan di bawah ini, adalah tidak lazim.
Diagnosis Banding
Curi patologis hams dibedakan dari:
278
F63.3 Trikotilomania
Suatu gangguan yang ditandai oleh kerontokan rambut kepala
akibat berulangkali gagal menahan diri terhadap impuls untuk
mencabut rambut. Pencabutan rambut biasanya didahului oleh
ketegangan yang memuncak dan diikuti rasa lega atau puas.
Diagnosis ini jangan dibuat apabila sebelumnya ada inflamasi kulit
atau apabila pencabutan rambut dilakukan akibat suatu waham atau
halusinasi.
F64.0 Transseksualisme
Suatu hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelom-
pok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan tidak enak atau
tidak sesuai dengan anatomi seksualnya dan menginginkan untuk
memperoleh terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat
tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.
279
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis ini, identitas transseksual harus
sudah menetap selama minimal 2 tahun, dan harus bukan merupa-
kan gejala dari gangguan jiwa lain seperti skizofirenia, atau disertai
oleh suatu kelainan interseks, genetik atau kromosom seks.
280
tidak cukup. Diagnosis tidak dapat dibuat apabila anak telah
mencapai pubertas.
Fedoman IHagnostik
Gambaran diagnostik esensial adalah keinginan anak yang pervasif
dan menetap untuk menjadi (atau keteguhan bahwa dirinya adalah)
jenis kelamin lawan jenisnya, disertai penolakan terhadap perilaku,
atribut dan/atau pakaian yang sesuai untuk jenis k^ainunnya. Ahng
khas adalah bahwa manifestasi pertama timbul selama lisia prase-
kolah; untuk menegakkan diagnosis, gangguan hams sudah tanspak
sebelum pubertas. Untuk semua jenis kelamin, mungkin add pehb-
lakan terhadap stmktur anatomi jenis seksualnya sendiri, tetapi hal
ini tidak lazim, mungkin jarang terjadi. Yang karakteristik adalah
anak dengan gangguan identitas jenis kelamin, menyai^g^'bahwa
dirinya terganggu, meskipun mereka mungkin terteliftd bh kon-
flik dengan keinginan orang-tua atau kawan sebayaii^^^an oleh
ejekan dan/atau penolakan yang mungkin mereka alami.
281
:^£dan;pi]toqak]^^{^d!aipeiDte^i^ahaisi|iianiaMDaJcV'deBgi^ menga-
lami ejekan-ejekan dari anak laki- laki.iiaiiQsdS^bag^dli^ar perila-
ku feminin bisa berkurang pada usia remaja, tetapi studi lanjutan
i dengan
orienta-
demiki-
an, sedikit sekali menunjukkan Pil^iipia dewasa
(meski kebanyakan orang dewasa dengan transseksualisme mela-
porkan bahwa mereka mempunyai r|»{^g%£9aS9ia]^itotitas jenis
|e)^niRr^ad32;(l|aSd>k{£Gi£yiOV' :!iit?or[5;5iL' nG-a>«n^KD
ii'/iijiifo awnivG ibii(nf:.ra osb
;lEii r^!iP^dft;safflnp!?lMnik,iigJaJggu^^jnidenlti]^em anak
d3P^?lb!S^jsek;sj^>:iniqugg!i)^95lto^^l9i^^ Pada
ijjq;,}..; {^inafe p,^rgipp]|i^rsej^erti#^^^;;?n biasapy^'iJ^dgj manifes-
,ibJas^4ifli.%ei3^pifefeest;Qpji.enffl^p^fil^
b a if;E.ia^isngiiy9,^l§Yif3MSQis)niy kh^^y ian^fepsr§pap#an dengan
' i Lb), :!gMgg»ap;,inhmenjp^nyjai.|^flian-fflamjI^^^ dftR-mepunjukkan
' V : Ldfe^Hjsptt-y^jmencoloJc pgda^l?(h.Eag»^a%p^?iip3ft keras
i ^laa kasar;qme^eka tidafejtentarito pada,bgpkgj;atau ipQran wanita
ibdial^,bOTaip4biapafeibwr|^ perem-
puapj;ei^aR^igang^aPTidsntitas^jmi^S^.ifeMlS untuk
tidak mengalami pengasingan sosial seperti yang dialami anak laki-
; roesMpjpxB|ereica dapat roenderitattoMai^dsle^^ masa
:■ . ;.v(lapj»t.ka0atoau3f§iqaia,uKe^^ |iesthentiib.eiilakw:dan ber-
;. ; bi pakaiapiaspertf analf;JUikihlaIa,ketfe tetapi
u,i L r; tbebgrapa te^p^pwmp^rtabaiycanridi^ntifikasiisebaga dan
u ix i laiijut.v5aenwijpjkap iOxifintasi.bomosek&walvi iinra .- q
■n.ti'i U-.U'v;;yS nnjEOi/iiXi^;?
: itiii V,! i „ T^xkad^jag/;^a»gguan(4deiittte^^ k:fttoinjnjungkin disertai
iant; L'j4aPgaiVjp0jnyang]!salanqyang#epet^^d.a0c?tcidctur}anatQroi seksual-
V a ? vj n jijyai i Padai ap^pefpmppapiJjaJi ioi;J9nnigIjindakanud*n^aw
i:id nstdepgjptpaP^asansbeiiuliang-id^aitgebfflhivasmefiekariniQniliki atau
akatij$amblibipedisbyj^danjmenQlak>ux$^kikejDoitigidalam posisi
2^
jongkok, atau menyatakan tidak ingin tumbuh buah dadanya atau
tidak ingin menstruasi. Pada anak iaki-iaki, mereka akan menegas-
kan berulang-ulang bahwa mereka secara fisik akan tumbuh seba-
gai seorang wanita» bahwa penis dan testes adalah menjijikkan dan
nanti akan hilang dan/atau mungkin lebih baik kalau tidak mem-
punyai penis atau testes.
Termasuk: parafilia
F65.0 Festishisme
Pengandalan pada benda mati sebagai suatu stimulus yang dapat
membangkitkan gairah seksual dan memberikan kq>uasan seksual.
Banyak objek fetish merupakan ekstensi dari tubuh manusia, seper-
ti pakaian atau sepatu. Beberapa contoh lain yang lazim ditandai
oldi beberapa bentuk atau ujud tertentu seperti karet, plastik atau
kulit. Objek fetish bervariasi pentingnya bagi individu: dalam
kasus tertentu mereka hanya bermanfaat secara sederhana untuk
meningkatkan kepuasan seksual yang dapat dicapai dengan cara
biasa (misalnya dengan partnernya memakai pakaian tertentu).
283
Pedoman Diagnostik
Fetishisme harus didiagnosis hanya apabila fetish merupakan
somber yang paling penting dari stimulasi seksual atau esensial
untuk respons seksual yang memuaskan.
Pedoman Diagnostik
Gangguan ini dibedakan dari fetishisme simpleks di mana pakaian
sebagai barang fetishistik bukan hanya sekadar dikenakan, tetapi
dikenakan juga untuk menciptakan penampilan seseorang dari
lawan jenis. Biasanya lebih dari satu barang yang dikenakan dan
sering kali suatu perlengkapan menyeluruh, termasuk rambut palsu
dan tata rias wajah. Transvestisme fetishistik dibedakan dari
tranvestisme transseksual oleh adanya hubungan yang jelas dalam
membangkitkan gairah seksual dan keinginan/hasrat yang kuat
untuk melepaskan baju tersebut apabila orgasme sudah terjadi dan
gairah seksual menurun. Adanya riwayat transvestisme fetishistik
biasanya dilaporkan sebagai suatu fase awal oleh para penderita
transseksualisme dan mungkin merupakan suatu stadium dalam
perkembangan transseksualisme pada kasus demikian.
284
F65.2 Ekshibisionisme
Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan
alat kelamin kepada orang asing (biasanya lawan jenis) atau kepada
orang banyak di tempat umum tanpa ajakan atau niat untuk berhu-
bungan lebih akrab. Biasanya, tetapi tidak selaiu, terdapat ke-
puasan seksual pada saat memamerkan dan aksi ini lazim diikuti
dengan masturbasi. Kecenderungan ini mungkin tampak hanya
pada saat stres/krisis emosional diseiingi kurun waktu yang lama
tanpa timbulnya perilaku overt demikian.
Pedoman Diagnostik
Ekshibisionisme hampir sama sekali terbatas pada laki-laki hetero-
seksuai yang memamerkan kepada wanita, remaja atau dewasa,
biasanya menghadap mereka dalam jarak yang aman di tempat
umum. Pada beberapa penderita, ekshibisionisme merupakan satu-
satunya penyaluran seksual, tetapi pada penderita lainnya kebia-
saan ini dilanjutkan secara simultan dengan kehidupan seks yang
aktif dalam hubungan jangka panjang, meskipun dorongan tersebut
mungkin menjadi lebih menekan pada saat adanya konflik dalam
hubungan tersebut. Kebanyakan ekshibisionis mendapatkan kesu-
litan mengendalikan dorongan tersebut dan bersifat ego-alien.
Kalau penonton yang melihat tampak kaget, takut, atau terkesan,
maka kenikmatan ekshibisionis akan makin meningkat.
F653 Voyeurisme
Suatu kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat
orang yang berhubungan seksual atau berperilaku intim seperti
menanggalkan pakaian. Hal ini biasanya menjurus kepada pe-
muasan seksual dan masturbasi yang dilaksanakan tanpa orang
yang diintip menyadarinya.
F65.4 Pedofllia
Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya prapubertas atau
awal masa pubertas. Beberapa pedofilis tertarik hanya pada anak
285
perempuan, yang lainnya hanya pada anak laki-Iaki, yang lain lag!
menyukai keduanya.
F(i5.5 Sadomasokisme
Suatu preferensi terhadap aktivitas seksual yang meliputi peng-
ikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan. Jikalau in-
dividu lebih suka untuk menjadi resipien dari perangsangan demi-
kian, maka disebut masokisme, jika sebagai pelaku disebut sa-
disme. Sering kali individu memperoleh kepuasan seksual dari
kedua aktivitas, baik sadisme maupun masokisme.
286
Sadisme seksual kadang-kadang sukar dibedakan dari kekejaman
pada hubungan seksual atau kemarahan yang tidak berhubungan
dengan erotisisme. Oleh karena kekerasan dlperlukan untuk
membangkitkan birahi, maka diagnosis dapat ditentukan dengan
jelas.
Termasuk: masokisme
sadisme
287
Termasuk: frotteurisme
nekrofilia
F66jc0 Heteroseksualitas
F66jc1 Homoseksualitas
F66.x2 Biseksualitas
Hanya digunakan apabila terbukti jelas adanya ketertarikan secara
seksual kepada kedua jenis kelamin.
288
sual dalam orientasi, atau pada individu yang sesudah suatu pe-
riode orientasi seksual yang tampak stabil, sering kali setelah
hubungan yang berlangsung lama, ternyata menemukan bahwa
dirinya mengalami perubahan orientasi seksual.
289
puasan terhadap hasil terapi atau pemeriksaan atau kekecewaan
terhadap perhatian pribadi yang diperoleh di bangsal dan di klinik
mungkin menipakan suatu faktor motivasi. Beberapa kasus tam-
paknya jelas dimotivasi oleh kemungkinan untuk memperoleh
kompensasi finansial, akibat kecelakaan atau trauma, tetapi sin-
drom tersebut tidak perlu cepat menghilang walaupun sesudah
peradilan yang sukses.
290
memperoleh obat terlarang, menghindari wajib militer atau tugas
militer yang berbahaya, dan upaya untuk memperoleh keuntungan
karena sakit atau untuk mendapat perbaikan taraf hidup seperti
perumahan. Malingering secara komparatif lazim dalam ling-
kungan hukum dan di lingkungan militer, dan tidak lazim dalam
kehidupan sipil biasa.
291
F70 - F79
Retardasi Mental
292
Pendahuluan
Bila penyebab retardasi mental diketahui, maka suatu kode tambahan dari
ICD-10 hams digunakan (misalnya F72 retardasi mental berat ditambah
£00.-(sindrom defisiensi yodium kongenital).
293
7
Tefdapatnya retardasi mental tidak menyingkirkan diagnosis tambahan
yang tercantum dalam buku ini. Namun demikian, kesukaran komunikasi
cenderung menyebabkan kita dalam mengdiagnosis hams lebih mengandal-
kan gejala objektif yang dapat diamati seperti pada kasus episode depresif,
retardasi psikomotor, kehilangan nafsu makan dan berat badan serta
gangguan tidur.
Pedoman Diagnostik
A
294
ik^kub lmeinandaQgi,keabsahaii'ip[e]!BiaBatahad;JiQtas£biid^i3 Kategori
rd^bk^^>ftiiSi4AQrupakiani<|iembai^£iii(>busi^0lafiifaiatdikontimiiirn kom-
diten-
'^i1cad''i)^fa^d^Hir;kfiKes^^'^Mf§dH]^^yafk?pyaii^kl'^aieii^^ffitungkan
'ddfdia^t^l]%dk||^aaip kdtdifi^ktl^aii^yiygg tingkat
'Ml^i^iidi'^fdd'dkii'iki^akn fre(6kckfan^s'^^ii%^yai%^adkf^hTi§i^ masalah
"p(^b|unJWiiii^^bkfe'asaJ^fiferfda|j^''^gnaebfe'kratf;'^t^t6M Skala
maturitas dan hams
dilengkapi apabila memungkinkan dengan melakukan wawancara orang-tua
atah ^p^ii^kufi^'^aing'iil^ahalrfi tei^ai® dklaifi^hidupan
seian^fa^i! ii^i^^dfk|nMi^fJS)ut hams
qj.iifn fiifi*;il nil;:Ki;'; ti.^rit;(ii iiul) hirirar] Jni ^juinu niisnu:^ub
dianggap sebagai perkiraan s^mentara saja. ^
/.;(,-i..(ii ii;D iivxis!?:n:jyi iBfniur/ j^nsv tjA^'ibm ofisnsb
■o;jd ;';v];jfi iiiji^iini iaiibiiitiii §nfcbriu^(ai;q hah
,S ^RiP . berpa-
hg'O ig'M??;.
m
tidak memerlukan ketrampilan atau hanya memerlukan sedikit
ketrampiian saja. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan
sedikit prestasi akademik, sampai tingkat teitentu dari retardasi
mental ringan tidak menunjukkan masalah. Namun demikian, bila
juga terdapat immaturitas emosional dan sosial yang nyata, maka
tampak akibat kecacatannya misalnya ketidakmampuan mengatasi
tuntutan pemikahan atau pengasuhan anak, atau kesulitan menye-
suaikan diri dengan harapan dan tradisi budaya.
Pedoman Diagnostik
Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ 50 sampai 69
menunjukkan retardasi ringan. Pemahaman dan penggunaan bahasa
eenderihig terlambat pada berbagai tingkat, dan masalah kemam-
puw berbicara resmi akan mengganggu perkembangan kemandiri-
annya yang mungkin menetap sampai usia dewasa. Etiologi orga
nik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil pasien. Keadaan
lain yang menyertainya seperti autisme, gangguan perkembangan
lain, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik dapat
ditemukan dalam berbagai proporsi. Bila terdapat gangguan demi-
kian, maka harus diberi kode tersendiri.
296
F71 Retardasi Mental Sedang
Pedoman Diagnostik
IQ biasanya berada dalam rentang 35 sampai 49. Biasanya mereka
menunjukkan penampilan kemampuan yang tidak sesuai, beberapa
dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam ketrampilan visuo-
spasial daripada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa, se-
dangkan yang lainnya sangat canggung tetapi dapat mengadakan
interaksi sosial dan percakapan sederhana. Tingkat perkembangan
bahasa bervariasi: ada yang dapat mengikuti percakapan sederha
na, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya
untuk kebutuhan dasar mereka. Ada yang tidak pernah belajar
menggunakan bahasa, meskipun mereka mungkin dapat mengerti
instruksi sederhana dan belajar menggunakan isyarat tangan untuk
kompensasi disabilitas berbicara mereka. Suatu etiologi organik
297
dapat diidentifikasi'pada mayoritas penyandang retardasi mental
sedang. Autisme masa kanak atau gangguan perkembangan perva-
sif lainnya terdapat pada sebagian kecil kasus, dan mempunyai
pengaruh besar pada gambaran klinis dan tipe penatalaksanaan
yang dibutuhkan. Epilepsi, disabilitas neuroiogis dan fisik juga
lazim ditemukan meskipun kebanyakan penyandang retardasi
mental sedang mampu berjalan tanpa bantuan. Kadang-kadang
mungkin mengidentifikasi kondisi psikiatrik lainnya, tetapi karena
tingkat perkembangan bahasanya yang terbatas sehingga sulit
menegakkan diagnosis dan hams tergantung dari informasi yang
diperoleh dari orang lain yang mengenalnya. Setiap gangguan
penyerta demikian, hams diberi kode tersendiri.
Termasuk: imbesil
subnormalitas mental sedang
oligofrenia sedang
Pedoman Diagnostik
IQ biasanya berada dalam rentang 20 sampai 34.
298
F73 Retardasi Mental Sangat Berat
Pedoman Diagnostik
IQ di bawah 20. Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas,
paling banter mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan
sederhana. Ketrampilan visuo-spasial yang paling dasar dan seder-
hana tentang memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapai-
nya, dan dengan pengawasan dan petunjuk yang tepat penyandang
mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas rumah tangga dan
praktis. Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian
besar kasus. Biasanya ada disabilitas neurologis dan fisik lain yang
berat yang mempengaruhi mobilitas, seperti epilepsi dan hendaya
daya lihat dan daya dengar. Sering ada gangguan perkembangan
pervasif dalam bentuk sangat berat khususnya autisme yang tidak
khas (atypical), terutama pada penyandang yang dapat bergerak.
Termasuk: idiot
subnormalitas mental sangat berat
oligofrenia sangat berat
299
F78 Retardasi Mental Lainnya
300
F80 - F89
Gangguan Perkembangan Psikplogis
301
■/
F84.5 Sindrom Asperger
F84.8 Gangguan perkembangan pervasif lainnya
F84.9 Gangguan perkembangan pervasif YTT
302
\
Pendahuluan
303
perjalanannya mempunyai banyak kesamaan dengan kelompok gangguan
perkembangan; selain itu tidak diketahui bahwa etiologinya berbeda.
Kedua, ada gangguan yang secara primer lebih sering didefmisi dengan
istilah deviance (penyimpangan) daripada kelambatan pada fungsi
perkembangan; hal ini terutama pada autisme. Gangguan autistik
dimasukkan daiam bagian ini karena waiaupun termasuk penyimpangan,
kelambatan perkembangan pada beberapa tingkatan hampir tidak berbeda.
Lebih lanjut, terdapat tumpang tindih dengan gangguan perkembangan
lainnya mengenai gambaran dari kasus individual dan kelompok yang
lazim.
Diagnosis Banding
Seperti pada gangguan perkembangan yang lain, kesulitan utama
dalam diagnosis adalah membedakannya dari variasi perkem
bangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar pada
usia saat mereka pertama kali belajar berbicara dan trampil berba
hasa. Variasi normal secara klinis sedikit atau tidak berarti sebab
sebagian besar oraog yang "lambat berbicara" (slow speakers)
akan berkembang menjadi normal. Sebaliknya, anak dengan
gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa, meskipun
'akhirnya sebagian terbesar mencapai tingkat normal dari ketram-
pilan berbahasa, mereka mempunyai banyak masalah yang menyer-
tainya. Kelambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam
304
membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungsm interpersonal,
serta gangguan emosional dan perilaku. Jadi, diagnosis dini dan
tepat dari gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa
amat penting. Tidak ada batas pemisah yang jelas dari kondisi
ekstrem dari variasi normal, tetapi terdapat empat kriteria utama
yang berguna dalam memberi kesan terjadinya suatu gangguan
klinis yang nyata: keparahannya, perjalanan penyakitnya, polanya,
dan masalah yang menyertainya.
305
yang pada pokoknya IQ di bawah rata-rata juga akan memper-
lihatkan perkembangan berbahasa yang agaknya di bawah rata-
rata. Diagnosis suatu gangguan perkenibangan khas menyatakan
bahwa kelambatan yang khks ini tidak menyimpahg dari tingkat
rata-rata umum flingsi kognitif. Jadi, bila suatu kelambatan berba
hasa hanya merupakan bagian dari retardasi mental yang lebih
pervasif atau kelambatan perkembangan global, maka harus
menggunakan kode retardasi mental ^70-F79), bukan kode F80.
Namun demikian, umunmya retardasi mental disertai dengan pola
prestasi intelektual yang tidak merata, dan terutama hendaya
berbahasa yang lebih berat daripada retardasi ketrampilan nonver
bal. Bila tingkat perbedaan ini menyolok sehingga jelas dalam
fungsinya sehari-hari, maka suatu kode gangguan perkembangan
khas berbicara dan berbahasa harus ditambdhkan pada kode retar
dasi mental (F70-F79).
306
disartri yang diakibatkan oleh cerebral palsy harus dikeluarkan dari
kelompok ini. Di lain pihak, adanya kelainan neurologis yang tidak
kentara yang tidak dapat secara langsung menyebabkan
kelambatan berbicara atau berbahasa bukan merupakan alasan
untuk mengeluarkannya.
Pedoman Diagnostik
Usia kemahiran bersuara untuk berbicara dan cara suara ini
berkembang, amat bervariasi pada orang-perorangan.
Perkembangan Normal
Pada usia 4 tahun biasa terjadi kesalahan pengungkapan suara
bicara, tetapi anak itu dapat dimengerti dengan mudah oleh orang
lain. Pada usia 6-7 tahun, sebagian besar suara untuk berbahasa
akan diperoleh. Meskipun kesulitan dapat menetap dengan kom-
binasi suara t^rtentu, tetapi hal ini tidak harus menyebabkan
masalah komunikasi. Pada usia 11-12 tahun, penguasaan dari
hampir semua suara untuk berbicara harus dicapai.
307
reseptif dalam batas normal; kelainan artikulasi tidak langsung
diakibatkan oleh suatu kelainan sensorik, struktur atau neurologik;
dan salah-ucap jelas abnormal dalam konteks pemakaian bahasa
percakapan sehari-hari dl lingkungan budaya anak.
Pedoman Diagnostik
Meskipun terdapat variasi individual yang luas dalam perkem
bangan bahasa yang normal, tidak adanya kata atau beberapa kata
yang muncul pada usia 2 tahun, dan ketidakmampuan dalam
mengerti kata majemuk sederhana pada usia 3 tahun, dapat diambil
sebagai tanda yang bermakna dari kelambatan. Kesulitan yang
308
tampak belakangan tennasuk: perkembangan kosakata yang terba-
tas, kesulitan dalam memilih dan mengganti kata-kata yang tepat,
penggunaan berlebihan dari sekelompok kecil kata-kata umum,
memendekkan ucapan yang panjang, stniktur kalimat yang mentah,
kesalahan kalimat (syntactical), kehilangan awalan atau akhiran
yang khas, dan salah atau gagal dalam menggunakan aturan tata
bahasa seperti kata penghubung, kata ganti, artikel, dan kata kerja
dan kata benda yang terinfleksi (berubah). Dapat dijumpai genera-
lisasi berlebihan yang tidak tepat dari aturan tata bahasa, seperti
kekurangan dalam pengucapan kalimat dan kesulitan mengurut
kejadian yang telah lewat.
309
J
sebagai penyebab hams,dicatat pada kode Z yang sesuai dari Bab
XXI dari lCD-10. Hendaya dalam bahasa lisan hams disertai bukti
semasa bay! tanpa fase yang lama dari penggunaan bahasa normal.
Namun demikian, riwayat penggunaan dari kata secara
normal dengan jelas, yang diikuti dengan kemunduran atau kega-
galan, tidak jarang ditemukan.
Pedoman Diagnostik
Ketidakmampuan dalam memberi respons terhadap nama benda
yang umum (tanpa benda itu) pada ulang tahun yang pertama,
ketidakmampuan dalam identifikasi beberapa objek yang sederhana
dalam usia 18 bulan, atau kegagalan dalam mengikuti instmksi
sederhana pada usia 2 tahun dapat dianggap sebagai tanda dari
kelambatan. Kesulitan di masa mendatang termasuk pengertian
struktur tata bahasa (bentuk kalimat-negatif, -pertanyaan,
-perbandingan dsb.) dan kurang mengerti aspek kehalusan bahasa
(nada suara, gerakan tubuh dsb.).
310
Diagnosis ditegakkan hanya jika tingkat kelambatan dalam bahasa
reseptif berada di luar batas variasi normal rata-rata usia mental
anak, dan jika kriteria dari gangguan perkembangan pervasif tidak
dijumpai. Pada hampir semua kasus, perkembangan dari bahasa
ekspresifjuga terlambat dengan suara ucapan yang abnormal. Dari
semua variasi gangguan perkembangan khas berbicara dan berba-
hasa, ini mempunyai tingkat hubungan yang tinggi dengan gang
guan sosio-emosional-perilaku. Gangguan seperti ini tidak meng-
ambil bentuk yang khas, tetapi sering terdapat hiperaktivitas,
kurang perhatian, kecanggungan sosial, dan isolasi dari teman dan
anxietas, sensitivitas, atau malu yang tidak wajar. Anak dengan
gangguan berbahasa reseptif berat biasanya disertai dengan kelam
batan dalam perkembangan sosial, dapat mengulang kata yang
tidak mereka mengerti, dan menunjukkan pola perhatian yang
terbatas. Namun demikian,> mereka berbeda dari anak autistik
dalam hal interaksi sosial yang lebih normal, permainan imajinasi
yang normal, pemanfaatan orang-tua untuk berlindung normal,
penggunaan gerak tubuh yang hampir normal, dan hanya sedikit
kesulitan dalam komunikasi. Kehilangan pendengaran terhadap
frekuensi tinggi dapat ditemukan, tetapi tingkat ketulian tidak
cukup untuk menimbulkan hendaya berbahasa.
311
F80.3 Afasia yang Didapat dengan Epilepsi [Sindrom Landau-
Kleffner]
Satu gangguan yang didahului oleh perkembangan berbahasa yang
normal, kemudian kehilangan kedua kemampuan berbahasa
ekspresif dan reseptif, sedangkan tetap normal dalam inteligensia
umum. Onset gangguan disertai dengan abnormalitas paroksismal
pada EEC (hampir selalu dari lobus temporalis, biasanya bilateral,
namun sering dengan kelainan yang luas), dan dalam banyak kasus
disertai kejang epileptik. Umunmya onset pada usia 3-7 tahun,
tetapi dapat juga muncul lebih awal atau lebih lambat. Pada seper-
empat jumlah kasus terjadi kehilangan berbahasa secara perlahan-
lahan dalam beberapa bulan, tetapi dapat juga mendadak dalam
beberapa hari atau minggu. Hubungan temporal antara onset
kejang dengan kehilangan berbahasa bervariasi, biasanya salah satu
mendahului yang lain dalam< beberapa bulan sampai 2 tahun. Yang
sangat khas adalah hendaya berbahasa reseptif yang sangat berat,
dengan kesulitan dalam pengertian melalui pendengaran yang
sering merupakan manifestasi pertama dari kondisi ini. Beberapa
anak menjadi membisu, sedangkan lainnya dapat mengeluarkan
suara ulang yang tak berarti, dan beberapa menunjukkan keku-
ranglancaran berbahasa dan ucapannya sering ada misartikulasi.
Pada beberapa kasus kualitas suara yang terganggu, dengan hi-
langnya alunan suara yang normal. Kadang-kadang gangguan
berbahasa timbul-hilang dalam fase awal dari gangguan ini.
Gangguan emosional dan perilaku sering menyusul beberapa bulan
setelah gangguan berbahasa, tetapi hal itu cenderung membaik
pada saat anak mampu berkomunikasi.
Penyebab kondisi ini tidak diketahui tetapi dari ciri khas klinis
diperkirakan oleh proses radang otak. Perjalanan penyakit ini
cukup bervariasi: kira-kira dua pertiga dari anak-anak ini akan
tetap kurang mampu dalam bahasa reseptif, satu pertiganya dapat
sembuh sempuma.
312
Tak Termasuk: afasia yang didapat akibat trauma otak, tumor atau
proses penyakit yang diketahui lainnya
autisme (F84.0, F84.1)
gangguan desintegratif masa kanak lainnya (F84.3)
313
Ada 5 jenis kesulitan dalam diagnosis yaitu: Pertama, perlu diag
nosis banding dengan variasi normal dalam prestasi sekolah.
Pertimbangannya sama dengan gangguan berbahasa dan kriteria
yang sama diusulkan untuk penentuan abnormalitas (dengan modi-
fikasi seperlunya, yang lebih banyak muncul dalam evaluasi pres
tasi sekolah dibandingkan dengan kemampuan berbahasa). Kedua,
perlu dipertimbangkan perjalanan dari taraf perkembangan. Ini
dianggap penting mengingat 2 alasan:
314
makin rumit oleh karena gangguan membaca mungkin disebabkan
oleh lebih dari satu tipe gangguan kognitif. Kelima, terdapat keti-
dakpastian yang tenis-menerus tentang cara terbaik untiik penggo-
longan gangguan perkembangan khas dari kemampuan skoiastik.
315
Etiologi dari gangguan perkembangan belajar khas tidak diketahui,
tetapi diduga bahwa manifestasi gangguan ini disebabkan oleh
faktor biologis yang berinteraksi dengan faktor nonbiologis (seperti
kesempatan belajar dan kualitas pengajaran). Walaupun gangguan
ini dihubungkan dengan kematangan biologis, tetapi tidak dimak-
sudkan bahwa anak dengan gangguan ini berada pada batas bawah
dari suatu kontinum normal), dan oleh karena itu, akan dapat
menysusul di kemudian hari. Dalam banyak hal, sebagian kasus
mungkin berlangsung sampai remaja atau dewasa muda. Di sam-
ping itu, ada gambaran diagnostik yang penting bahwa gangguan
ini muncul dalam beberapa bentuk saat tahun-tahun pertama seko-
lah. Anak-anak dapat tertinggal di bawah prestasi sekolahnya pada
stadium akhir dari jenjang pendidikannya (oleh karena kurang
minat, pengajaran yang buruk, gangguan emosional, peningkatan
atau perubahan pola kurikulum dsb.)» namun masalah tersebut
tidak merupakan bagian dari konsep gangguan perkembangan
belajar khas.
Pedoman Diagnostik
Terdapat beberapa syarat dasar untuk diagnosis gangguan perkem
bangan belajar khas. Pertama, secara klinis terdapat hendaya yang
bermakna dalam ketrampilan skolastik tertentu. Keparahan ke-
lainan ditentukan berdasarkan istilah skolastik (misalnya derajat
ketrampilan yang diharapkan berada di bawah dari 3% anak seko-
lah), beratnya gangguan perkembangan yang mendahului (kesulitan
skolastik didahului oleh keterlambatan atau penyimpangan dalam
perkembangan - terutama dalam berbicara atau berbahasa - pada
usia prasekolah), pada masalah yang terkait (seperti minat yang
menurun, aktivitas berlebihan, gangguan emosional atau kelainan
tingkah laku), pada pola (yaitu adanya abnormalitas kualitatif yang
bukan merupakan bagian dari perkembangan normal), dan pada
respons (yaitu kesulitan skolastik tidak segera dan membaik
dengan meningkatnya pengajaran tambahan di rumah dan/atau di
sekolah).
316
Kedua, hendayanya hams khusus dalam arti bahwa tidak semata-
mata karena adanya retardasi mental atau hendaya ringan pada
inteligensia umum. Oleh karena IQ dan prestasi sekolah tidak
selaiu sejajar, maka perbedaan tersebut hanya dapat dibuktikan
berdasarkan hasll prestasi tes individual yang baku dan IQ yang
sesuai dan reievan dengan budaya serta sistem pendidikan setem-
pat. Tes tersebut hams dipakai bersama dengan tabel statistik yang
menyediakan data taraf rata-rata pencapaian yang diharapkan untuk
berbagai tingkat IQ pada berbagai usia kronologis. Syarat yang
disebut terakhir ini perlu oleh karena pentingnya efek regresi statis
tik: diagnosis yang berdasarkan pengurangan umur prestasi dari
umur mental cenderung salah besar. Pada praktek klinis yang
rutin, syarat pemeriksaan ini jarang dapat dipenuhi. Dengan
demikian, pedoman klinis digunakan yang sederhana saja yaitu
tingkat pencapaian anak hams jauh di bawah prestasi yang diha
rapkan pada anak bemmur mental yang sebaya.
Keempat, hams tidak ada faktor luar yang menjadi alasan untuk
kesulitan skolastik. Seperti disebutkan di atas, diagnosis gangguan
perkembangan belajar khas hams benar- benar berdasarkan bukti
gangguan secara klinis yang nyata dalam prestasi skolastik, yang
berhubungan dengan faktos intrinsik dalam perkembangan anafc.
Untuk dapat belajar dengan efektif, anak hams memiliki kesem-
patan belajar yang memadai. Oleh karena itu, bila jelas-jelas pres
tasi sekolah bumk berhubungan dengan absen sekolah yang pan-
jang tanpa pengajaran tambahan di mmah, atau akibat pendidikan
yang tidak memadai, gangguan tersebut tidak dapat digolongkan di
sini. Absen yang sering dari sekolah atau putus pengajaran karena
pindah sekolah, tidak cukup untuk menegakkan diagnosis gang
guan perkembangan belajar khas. Namun pendidikan yang bumk
317
dapat menyulitkan atau menambah masalah, dalam hal ini faktor
sekolah hams diberi kode Z dari Bab XXI lCD-10.
Diagnosis Banding
Secara klinis penting untuk dib^akan antara gangguan perkem
bangan belajar khas yang muncul tanpa gangguan neurologis,
dengan yang sekunder akibat beberapa kondisi neurologis seperti
"cerebral palsy". Dalam praktek perbedaan ini sering kali sulit
dibuat (oleh karena ketidakpastian dari tanda-tanda neurologis
samar yang multipel), dan penemuan riset tidak memperlihatkan
perbedaan yang jelas pola atau perjalanan penyakit gangguan
perkembangan belajar khas menumt ada atau tidaknya disfiingsi
neurologis yang jelas. Walaupun tidak merupakan bagian dari
kriteria diagnostik, diperlukan kode terpisah yang sesuai dengan
kondisi neurologis pada klasifikasi.
318
akademik; absen dari sekolah dan masalah penyesuaian sosial
menipakan kesulitan yang sering dijumpai, terutama sekali pada
akhir pendidikan dasar dan menengah pertama. Kondisi ini dijum-
pai pada semua bahasa, tetapi terdapat ketidakpastian hal-ihwal
frekuensj kejadiannya dipengaruhi oleh hakikat bahasanya atau
tulisannya.
Pedoman Diagnostik
Kemampuan membaca anak hams secara bermakna lebih rendah
tingkatannya daripada kemampuan yang diharapkan pada usianya,
inteligensia umum, penempatan sekolahnya. Kemampuan ini ter-
baik dinilai dengan alat tes kemampuan ketepatan baca dengan
pengertian yang baku. Hakikat yang tepat dari masalah membaca
ini bergantung pada taraf yang diharapkan dari kemampuan
membaca, berbahasa dan tuiisan. Namun dalam tahap awal dari
belajar membaca abjad, mungkin terdapat kesulitan mengucapkan
huruf abjad, menyebut suara huruf abjad dalam membunyikan
irama pada kata sederhana, dan dalam menganalisis atau meng-
kategorikan bunyi humf(meskipun ketajaman pendengaran nor
mal). Akhirnya mungkin ada beberapa kesalahan dalam kemam
puan membaca secara lisan seperti yang digambarkan dengan:
319
Pada akhir masa kanak dan masa dewasa, biasanya kesulitan
mengeja lebih parah daripada kesulitan membaca. Kesulitan
mengeja sering mencjdnip kesalahan fonetik, dan tampaknya kedua
masalah mengeja dan membaca berasal dari hendaya dalam analisis
fonologis. Sedikit sekali diketahui mengenai sifat atau frekuensi
kesalahan mengeja pada anak yang harus membaca bahasa non-
fonetik, dan sedikit sekali diketahui tentang tipe kesalahan dalam
naskah "non-alfabetik".
320
Termasuk: "membaca terbalik"
disleksia perkembangan
retardasi membaca yang khas
kesulitan mengeja yang berhubungan dengan gangguan
membaca
Pedoman Diagnostik
Kemampuan mengeja anak harus secara bermakna di bawah ting-
kat yang seharusnya sesuai dengan usianya, inteligensia umum,
dan tingkat sekolahnya, dan terbaik dinilai dengan cara pemerik-
saan untuk kemampuan mengeja yang baku. Kemampuan membaca
anak (dengan perhatian terhadap ketelitian dan pengertian) harus
dalam batas normal dan harus tidak ada riwayat sebelunmya yang
bermakna tentang kesulitan membaca. Kesultian dalam mengeja
bukan sebagai akibat cara pengajaran yang tidak adekuat atau
321
karena kekurangan daya penglihatan, pendengaran atau fungsi
neurologis, dan bukan didapat sebagai akibat gangguan neurologis,
psikiatrik atau lainnya.
Pedoman Diagnostik
Kemampuan berhitung anak harus secara bermakna lebih rendah
daripada tingkat yang seharusnya dicapai sesuai dengan usianya,
inteligensia umum, tingkat sekolahnya, dan terbaik dinilai dengan
cara pemeriksaan untuk kemampuan berhitung yang baku. Ke-
trampilan membaca dan mengeja harus dalam batas normal sesuai
dengan umur mental anak, lebih baik bila dilakukan penilaian yang
322
diberikan secara perorangan dan keabsahan dari alat pemeriksaan
yang baku itu. Kesulitan daiam berhitung tidak hanya karena
pengajaran yang tidak adekuat, atau efek langsung dari gangguan
daya penglihatan, pendengaran atau fiingsi neurologis, dan tidak
didapat akibat gangguan neuroiogis, psikiatrik atau lainnya.
323
TakTermasuk: gangguan berhitung yang didapat (acalculia)
(R48;8)
kesulitan berhitung yang berhubungan dengan
gangguan membaca atau mengeja (F81.1)
kesulitan berhitung karena pengajaran yang tidak
adekuat (Z5S.8)
324
F82 Gangguan Perkembangan Motorik Khas
Pedontan Diagnostik
Koordinasi motorik anak, dalam gerak halus atau kasar, harus
secara bermakna di bawah rata-rata kemampuan dari anak dalam
usia mentalnya berupa inteligensia umunmya. Keadaan ini terbaik
dinilai dengan tes baku dari koordinasi motorik halus dan kasar.
Kesulitan dalam koordinasi haruslah tampak dalam fase perkem
bangan awal (bukan merupakan hendaya yang didapat), dan juga
bukan akibat langsung dari gangguan penglihatan atau pendengaran
atau dari gangguan neurologis lainnya.
325
Pada kebanyakan kasus pemeriksaan klinis yang teliti menunjukkan
kelambatan perkembangan neurologis, seperti gerakan koreiform
dari anggota gerak, atau gerakan serupa bayangan cermin (mirror
movements) dan gerakan motorik lain yang terkait, demikian juga
terdapat tanda buruknya koordinasi gerakan motorik halus dan
kasar (biasanya disebut sebagai "soft neurological signs anak
normal juga demikian dan tak bernilai menunjukkan lokasi lesi).
Refleks tendon meningkat atau menurun secara bilateral, tetapi
tidak akan asimetrik.
326
F83 Gangguan Perkembangan Khas Campuran
327
dijumpai. Namun demikian, gangguan ini harus didiagnosis berda-
sarkan pada gambaran perilaku, tanpa mempedulikan ada atau
tidaknya suatu kondisi medis; kondisi ini hams, diberi kode diag
nosis sendiri. Jika dijumpai retardasi mental, penting untiik diberi-
k-an nomor kode terpisah, dai^ kelompok F70-F79, karena bukan
mempakan gambaran umum dari gangguan perkembangan perva-
sif.
Pedoman Diagnostik
Biasanya tak ada riwayat perkembangan abnormal yang jelas,
tetapi jika dijumpai, abnormalitas tampak sebelum usia 3 tahun.
Selalu dijumpai hendaya kualitatif dalam interaksi sosialnya. Ini
berbentuk tiadanya apresiasi adekuat terhadap isyarat sosio-emo-
sional, yang tampak sebagai kurangnya respons terhadap emosi
orang lain dan/atau kurangnya modulasi terhadap perilaku dalam
konteks sosial; bumk dalam menggunakan isyarat sosial dan lemah
dalam integrasi perilaku sosial, emosional, dan komunikatif; dan
khususnya, kurangnya respons timbal balik sosio-emosional.
Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi. Ini
berbentuk kurangnya penggunaan sosial dari kemampuan bahasa
yang ada; hendaya dalam permainan iniaginatif dan imitasi sosial;
buruknya keserasian dan kurangnya interaksi timbal balik dalam
percakapan; buruknya fleksibilitas dalam bahasa ekspresif dan
relatif kurang dalam kreativitas dan fantasi dalam proses pikir;
kurangnya respons emosional terhadap ungkapan verbal dan
nonverbal orang lain; hendaya dalam menggunakan variasi irama
328
atau tekanan modulasi komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh
untuk menekankan atau mengartikan komunikasi lisan.
Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan kegiatan
yang terbatas, pengulangan dan stereotipik. Ini berbentuk kecende-
rungan untuk bersikap kaku dan rutin dalam aspek kehidupan
sehari-hari; ini biasanya berlakii untuk kegiatan baru atau kebia-
saan sehari-hari yang rutin dan pola bermain. Terutama sekali
dalam masa dini kanak, terdapat kelekatan yang aneh terhadap
benda yang tak lembut. Anak dapat memaksakan suatu kegiatan
rutin seperti upacara dari kegiatan yang sebetulnya tidak perlu;.
dapat menjadi preokupasi yang stereotipik dengan perhatian pada
tanggal, rute dan jadiial; serihg terdapat stereotipi motorik; sering
menunjukkan perhatian yang khusus terhadap unsur s^pingan
dari benda (seperti bau dan rasa); dan terdapat penolakan terhadap
perubahan dari rutinitas atau dalam tata ruang dari lingkungan
pribadi (seperti perpindahan dari mebel atau hiasan dalam rumah).
329
Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam hubungannya dengan
autisme» tetapi ditemui retardasi mental yang bennakna pada tiga-
perempat kasus.
Diagnosis Banding
Selain dari variasi gangguan perkembangan pervasif yang lain,
penting untuk diperhatikan: gangguan perkembangan khas berba-
hasa reseptif(F80.2) dengan masalah sosio-emosional sekunder;
gangguan kelekatan (attachment) reaktif (F94.1) atau gangguan
kelekatan yang tak terkendali (F94.2); retardasi mental (F70-F79)
dengan gangguan emosional/perilaku; skizofrenia(F20.-)dengan
onset dini; dan sindrom Rett(F84.2)
330
bahasa reseptif yang berat. Jadi autisme tak khas secara bermakna
menipakan kondisi yang terpisah dari autisme.
Pedoman Diagnostik
Pada sebagian besar kasus onset penyakit terjadi pada usia 7-24
bulan. Gejala khas yang paling menonjol adalah hilangnya kemm-
puan gerakan tangan yang bertujuan dan ketrampilan motorik
manipulatif yang telah terlatih. Disertai kehilangan atau hambatan
seluruh atau sebagian kemampuan berbahasa, gerakan seperti
mencuci tangan yang stereotipik, dengan fleksi lengan di depan
dada atau dagu, membasahi tangan secara stereotipik dengan sali-
331
va, hambatan dalam flingsi mengunyah makanan, sering terjadi
episode hiperventilasi, hampir selaiu gagal dalam pengaturan
buang air besar (b.a.b) dan buang air kecil (b.a.k), sering terdapat
penonjolan lidah dan air liur yang menetes, serta kehilangan
hubungan sosial. Secara khas tampak anak tetap dapat senyum
sosiai, melihat pada atau menembus orang, tetapi tidak terjadi
interaksi sosial dengan mereka pada awal masa kanak (walaupun
interaksi sosial dapat berkembang kemudian). Cara berdiri dan
berjalan cenderung untuk melebar, otot hipotonik, koordinasi
gerak tubuh membunik, serta skoliosis atau kifoskoliosis yang
berkembang kemudian. Atrofi spinal, dengan hendaya motorik
berat muncul pada saat remaja atau dewasa pada kurang lebih 50%
kasus. Kemudian muncul spastisitas dan rigiditas, yang biasanya
lebih banyak terjadi pada ekstremitas bawah daripada ekstremitas
atas. Serangan epileptik yang mendadak biasanya dalam bentuk
kecil, dengan onset serangan umumnya sebelum usia 8 tahun dan
hal ini terjadi pada sebagian besar kasus. Berbeda sekali dengan
autisme, di sini jarang terjadi perilaku mencederai diri secara
sengaja serta preokupasi stereotipik kompleks atau rutin.
Diagnosis Banding
Pada awalnya Sindrom Rett dibedakan secara primer berdasarkan
hilangnya atau berkurangnya kemampuan gerakan tangan bertu-
juan,-perlambatan pertumbuhan kepala, ataksia, gerakan mencuci
tangan yang stereotipik, dan hilangnya kemampuan mengunyah
yang benar. Perjalanan penyakit yang disebut sebagai deteriorasi
motorik progresif memastikan diagnosis.
332
tas yang khas dari fungsi sosial, komunikasi, dan perilaku. Kadang
ada periode prodromal berupa keadaan sakit yang samar-samar,
anak menjadi gelisah, mudah tersinggung, cemas, dan overaktif.
Yang diikuti dengan adanya kemiskinan dan kemudian kehilangan
kemampuan berbicara dan berbahasa, disertai dengan desintegrasi
perilaku. Pada beberapa kasus hilangnya ketrampilan terjadi secara
progresif dan menetap (biasanya bila gangguan tersebut berkaitan
dengan suatu kondisi neurologis progresif), tetapi lebih sering
bahwa penurunan yang terjadi sesudah beberapa bulan akan mene
tap (plateau) dan kemudian terdapat perbaikan yang terbatas.
Prognosis biasanya amat buruk, dan sebagian penderita akan
mengalami retardasi mental berat. Terdapat ketidakpastian tentang
arah perluasan kondisi im yang berbeda dengan keadaan autisme.
Pada beberapa kasus gangguan ini terlihat sebagai akibat dari
ensefalopati, tetapi diagnosis harus dibuat pada gejala perilaku.
Setiap keterkaitan dengan kondisi neurologis harus diberi kode
secara terpisah.
Pedoman Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan suatu perkembangan normal
sampai usia minimal 2 tahun, yang diikuti dengan kehilangan yang
nyata dari ketrampilan yang terlatih, disertai dengan abnormalitas
yang kualitatif dari fungsi sosial. Kemudian akan terjadi regresi
yang jelas atau kehilangan kemampuan berbicara, bermain, ke
trampilan sosial dan perilaku penyesuaian diri, serta sering dengan
hilangnya pengendalian fungsi buang air besar (b.a.b)dan buang
air kecil (b.a.k), terkadang dengan deteriorasi pengendalian fungsi
motorik. Yang khas adalah hilangnya secara menyeluruh perhatian
terhadap lingkungan, adanya manerisme yang stereotipik dan beru-
lang, serta hendaya dalam interaksi sosial dan komunikasi yang
mirip dengan autisme. Pada beberapa segi sindrom ini mirip
dengan kondisi demensia pada orang dewasa, tetapi berbeda dalam
tiga hal: tidak adanya bukti penyakit atau cedera organik yang
dapat dikenali (walaupun kadang diduga sebagai beberapa bentuk
333
disfungsi otak organik); hilangnya ketrampilan mungkin diikuti
dengan beberapa derajat perbaikan; hendaya pada fiingsi sosial dan
komunikasi mempunyai kualitas lebih berciri autistik dibandingkan
dengan suatu kemunduran intelektUal. Karena beberapa alasan
tersebut maka sindrom ini dimasukkan pada kategori ini dan tidak
masuk pada kategori FOO - F09.
334
Arab selanjutnya pola perilaku sebagai fungsi dari rendahnya IQ
atau adanya cedera otak organik tidaklah diketahui. Dan juga tidak
jelas apakah penderita dengan IQ sedang yang menderita sindrom
hiperkinetik dapat dikategorikan di sini atau pada F90.-, saat ini
gangguan tersebut tennasuk pada F90.-.
Pedoman Diagnostik
Diagnosis tergantung kepada kombinasi antara perkembangan yang
tidak serasi dari overaktivitas yang berat, stereotipi motorik dan
retardasi mental berat; ketiganya harus ada untuk menegakkan
diagnosis. Bila kriteria diagnostik untuk F84.0, F84.1 atau F84.2
dipenuhi, maka kondisi itu harus didiagnosis.
335
Pedoman Diagnostik
Diagnosis berdasarkan kombinasi antara hambatan umum yang
klinis jelas merupakan keterlambatan berbahasa atau perkem-
bangan kognitif, disertai gejaia seperti pada autisme yaitu defisien-
si kuaiitatif fiingsi interaksi sosial yang timbal balik dengan poia
perilaku perhatian dan aktivitas yang terbatas, benilang dan ste-
reotipik. Mungkin terdapat atau tidak adanya masalah komunikasi
yang sama seperti pada autisme, tetapi terdapatnya retardasi
kemampuan berbahasa yang jelas akan memastikan diagnosis.
336
J.
F90-F98
Gangguan Perilaku dan Emosionai dengan Onset
Biasanya pada Masa Kanak dan Remaja
337
F94 Gangguan fungsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan
rems^a
F94.0 Mutisme elektif
F94.1 Gangguan kelekatan reaktif masa kanak
F94.2 Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak
F94.8 Gangguan fungsi sosial masa kanak lainnya
F94.9 Gangguan fungsi sosial masa kanak YTT
338
F90 Gangguan Hiperkinetik
339
tindakan indisipliner karena secara tidak sengaja(dan bukan karena
mereka bersikap menentang) mereka melanggar peraturan tata
tertib. Dalam hubungannya dengan orang dewasa mereka sering
kali bersikap di luar batas kesopanan, disertai kurangnya sikap
berhati-hati dan rasa sungkan yang wajar; mereka kurang
disenangi oleh anak lainnya, sehingga mereka akan terkucil.
Biasanya terdapat hendaya kognitif, dan sering terjadi kelambanan
dalam perkembangan motorik dan dalam kepandaian bercakap/
berbahasa.
Pedoman Diagnostik
Ciri utama ialah berkurangnya perhatian dengan aktivitas
berlebihan: kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis
dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di
rumah, di kelas, di klinik).
340
biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan perhatian ini
seharusnya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak
dengan usia atau IQ yang sama.
341
Masalah perilaku yang khas hanislah tampil dengan onset dini
(sebelum usia 6 tahun) dan bierlangsung lama. Namun, sebeium
usia masuk sekolah hiperaktivitas sulit diketahui karena luasnya
variasi normal: hanya gejala pada tingkat ekstrem yang dapat
mengarah kepada diagnosis itu pada anak usia prasekolah.
Diagnosis Banding
Sering terjadi gangguan yang berbauran dan bila terdapat gangguan
perkembangan pervasif haruslah diprioritaskan. Masalah dalam
menegakkan diagnosis terjadi pada pembedaan dari gangguan
tingkah laku, yaitu: bilamana terpenuhi kriterianya, diagnosis
gangguan hiperkinetik dengan prioritas terhadap gangguan tingkah
laku. Bagaimana pun hiperaktivitas dan kekurangan perhatian yang
lebih ringan lazim terdapat pada gangguan tingkah laku. Bila ciri-
ciri dari hiperaktivitas dan gangguan tingkah laku terdapat dua-
duanya serta hiperaktivitas itu bersifat pervasif dan hebat, maka
haruslah didiagnosis sebagai "gangguan tingkah laku hiperkinetik"
(F90.1)
342
agitatif janganlah mengarahkan diagnosis pada gangguan
hiperkinetik. Demikian pula, kegelisahan yang sering menipakan
bagian dari anxietas berat jangan didiagnosis adanya gangguan
hiperkinetik. Bilamana kriteria dari salah satu gangguan anxietas
(F40,-, F41.-, F43.-, atau F93.-) terpenuhi, ini hams diutamakan
daripada diagnosis gangguan hiperkinetik, kecuali bila memang
terdapat bukti, selain dari kegelisahan yang menyertai anxietas,
terayata terdapat juga gangguan hiperkinetik. Demikian pula, jika
dipenuhi kriteria bagi gangguan afektif (F30-F39), maka tidak
boleh ditambahkan diagnosis gangguan hiperkinetik semata-mata
karena daya konsentrasi terganggu dan terdapat agitasi psikomotor.
Diagnosis ganda hanya boleh dibuat apabila gejalanya bukan hanya
mempakan bagian dari suatu gangguan afektif, tapi dengan jelas
menunjukkan adanya gangguan hiperkinetik.
343
(F90.-) dipenuhi, tetapi tidak seluruh kriteria untuk F91.-
(gangguan tingkah laku) dipenuhi.
Gangguan tingkah laku berciri khas adanya suatu pola tingkah laku
dissosial, agresif atau menentang, yang bemlang dan menetap.
Perilaku ini, dalam bentuk ekstremnya berupa pelanggaran berat
dari norma sosial yang terdapat pada anak seusia itu, dan karena
itu pelanggarannya bersifat menetap dan lebih parah daripada
kenakalan anak atau sikap memberontak remaja lazimnya. Tingkah
344
laku dissosial atau kriminal yang tunggal bukanlah dasar untuk
diagnosis.
Pedoman Diagnostik
Pemastian adanya gangguan tingkah laku perlu memperhitungkan
pula tingkat perkembangan si anak. Sebagai contoh mengadat
(temper tantmm), mempakan gejala normal pada anak bemsia tiga
tahun, dan adanya gejala ini bukan mempakan dasar bagi diagnosis
ini. Begitu pula, pelanggaran terhadap hak orang lain (seperti pada
tindak pidana dengan kekerasan) tidak termasuk kemampuan anak
bemsia 7 tahun dan dengan demikian bukan mempakan kriteria
diagnostik bagi anak kelompok usia tersebut.
345
ini, namun demikian perbuatan dissosial yang tunggal bukan
menipakan alasan yang Icuat.
Diagnosis Banding
Gangguan tingkah laku sering kali bertumpang tindih dengan
kondisi lain. Berdampingan dengan aneka gangguan emosional
lainnya masa kanak (F93.-) akan mengarah pada diagnosis
campuran gangguan tingkah laku dan emosi (F92.-). Bila suatu
kasus juga memenuhi kriteria untuk gangguan hiperkinetik (F90.-),
maka kondisi inilah yang hendaknya didiagnosis. Namun, keadaan
aktivitas yang berlebihan dan kurangnya pemusatan perhatian yang
lebih ringan atau pun yang lebih spesifik untuk situasi tertentu,
lazim terdapat pada anak-anak yang menderita gangguan tingkah
laku, seperti halnya sifat kurang harga diri dan gangguan
emosional ringan; kedua-duanya itu tidak menyisihkan diagnosis
ini,
346
meliputi perilaku dissosial atau agresif (dan bukan hanya perilaku
menentang, membangkang, dan menisak), hampir seluruhnya,
terjadi di lingkungan rumah dan/atau terbatas pada interaksi
dengan keluarga inti saja atau lingkungan rumah tangga. Gangguan
semacam in! menghendaki agar seluruh kriteria untuk F91
dipenuhi; bahkan hubungan orangtua-anak yang sangat terganggu
tidaklah merupakan alasan cukup bag! diagnosis ini. Mungkin dia
mencuri dari rumah sendiri, dan sering kali yang khusus
diincarnya ialah uang atau harta anggota keluarga tertentu. Ini
mungkin disertai dengan perilaku yang merusak, yang juga
ditujukan kepada anggota keluarga tertentu — misalnya merusak
mainan atau hiasan mereka, mencabik-cabik pakaian, menggores-
gores mebel, atau merusak milik yang berharga. Tindak kekerasan
terhadap anggota keluarga (tetapi tidak terhadap pihak lain) dan
dengan sengaja mengakibatkan kebakaran pada rumah sendiri juga
dapat dijadikan alasan untuk diagnosis ini.
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis ini disyaratkan bahwa tidak ada gangguan tingkah
laku yang berarti di luar lingkungan keluarga dan bahwa hubungan
sosial anak itu di luar lingkungan keluarga masih berada dalam
batas normal.
347
F91.1 Gangguan Tiiigkah Laku Tak Berkelompok
Ciri khas dari gangguan tingkah laku tak berkelompok ini ialah
adanya kombinasi mengenai perilaku dissosial dan agresif
berkelanjutan (yang memenuhi seluruh kriteria untuk F91 dan
tidak terbatas hanya pada perilaku membangkang, menentang dan
merusak), dengan sifat kelainan yang pervasif dan berarti dalam
hubungan anak yang bersangkutan dengan anak lainnya.
Pedoman Diagnostik
Tiadanya keterpaduan yang efektif dengan kelompok sebaya
merupakan perbedaan penting dengan gangguan tingkah laku yang
"berkelompok (socialized)" dan ini diutamakan di atas segala
perbedaan lainnya. Rusaknya hubungan dengan kelompok sebaya
terutama dibuktikan oleh keterkucilan dari dan/atau penolakan
oleh, atau kurang disenanginya oleh anak sebayanya, dan karena ia
tidak mempunyai sahabat karib atau hubungan empatik, hubungan
timbal balik yang langgeng dengan anak dalam kelompok usianya.
Hubungan dengan orang dewasa pun ditandai oleh perselisihan,
rasa bermusuhan, dan dendam. Hubungan balk dengan orang
dewasa dapat terjalin (sekali pun biasanya kurang bersifat akrab
dan percaya), dan seandainya ada, tidak menyisihkan kemungkinan
diagnosis ini. Sering kali, namun tidak selalu, ada suatu gangguan
emosional yang berkaitan (tetapi, bila gangguan itu cukup meme
nuhi kriteria gangguan campuran, hendaknya digunakan kode
F92.-).
348
yang terisolasi, juga terlibat dalam tindak kejahatan berkeiompok.
Maka jenis kejahatan yang dilakukan tidaklah penting dalam
menegakkan diagnosis, yang lebih penting adalah sea! kualitas
hubungan personalnya.
Pedoman Diagnostik
Kunci perbedaan terpenting ialah terdapatnya ikatan persahabatan
langgeng dengan anak yang seusia. Sering kali, namun tidak
selalu, kelompok sebaya itu terdiri atas anak-anak yang juga
terlibat dalam kegiatan kejahatan atau dissosial (tingkah laku anak
yang tak dibenarkan masyarakat justru dibenarkan oleh kelompok
sebayanya itu dan diatur oleh subkultur yang menyambutnya
dengan baik). Namun, hal ini bukan merupakan syarat mutlak
untuk diagnosisnya; bisa saja anak itu menjadi warga kelompok
sebaya yang tidak terlibat dalam tindak kejahatan sementara
perilaku dissosial dilakukannya di luar lingkungan kelompok itu.
Bila perilaku dissosial itu pada khususnya, merupakan pelecehan
terhadap anak lain, boleh jadi hubungan dengan korbannya atau
beberapa anak lain tergangggu. Perlu ditegaskan lagi, bahwa hal
ini tidak membatalkan diagnosisnya, asal saja anak itu memang
termasuk dalam suatu kelompok sebaya dan ia merupakan anggota
yang setia dan mengadakan ikatan persahabatan yang langgeng.
349
- ..; vv- Hubiingannya dengan orang dewasa yaiig berfcuasa'cenderung
: kufahg akrab^ nairnih demikian mungkin saja terdapat hubungan
' akrab dengan orang deW^sa lainnya. Gangguan emosional
lazimnya minimal. Gangguan tingkah laku mungkin meiiieakup atau
mungkin juga tidak mencakup lingkungan keluarganya tetapi bila
gangguan ini hsuiya terbatas'pada lirigkungaii kelu^ga aaja, maka
tidak dibuat diagnosis itu.' Sering kali gtogguan itu paling nyata di
luar lingkungan keluarganya dan khususnya di lingkungan sekolah
(atau pun lingkungan liiW di li^r keldi^ untuk
diagnosis ini.
350
memastikan sifat perbedaannya secara kualitatif atau kuantitatif.
Beberapa basil penelitian member! kesan bila toh berbeda, ini
hanya berlaku untuk anak yang lebih muda usianya. Karena itu klta
peril! waspada dalam menggunakan kategori ini, khususnya
berkenaan dengan kasus anak yang berusia lebih tua. Gangguan
tingkah laku pada anak yang lebih tua usianya secara klinis
lazimnya disertai secara bermakna oleh perilaku yang dissosial,
atau agresif, yang melampaui sekadar menentang, tidak patuh atau
merusak, walaupun, tidak jarang ia didahului oleh gangguan sikap
menentang pada usia lebih dini. Kategori ini dimasukkan di sini
guna mencerminkan kelaziman diagnostik umum dan sekadar
mempermudah klasifikasi untuk gangguan yang terjadi pada anak
usia dini.
Pedoman Diagnostik
Ciri khas terpenting dalam gangguan jenis ini iaiah adanya pola
perilaku negativistik, bermusuhan, menentang, provokatif, dan
merusak secara berkelanjutan, yang jelas sekali melampaui rentang
perilaku normal bag! anak pada kelompok usia yang sama dalam
lingkungan sosial-budaya yang serupa, dan tidak mencakup
pelanggaran yang lebih serius terhadap hak orang lain sebagaimana
tercermin oleh perilaku yang agresif dan dissosial seperti yang
dirinci untuk kategori F91.0 dan F91.2. Anak dengan gangguan ini
cenderung sering kali dan secara aktif membangkang terhadap
permintaan atau peraturan dari orang dewasa serta dengan sengaja
mengusik orang lain. Lazimnya mereka bersikap marah, benci dan
mudah terganggu oleh orang lain yang dipersalahkan atas kekeli-
ruan dan kesulitan yang mereka lakukan sendiri. Mereka umunmya
mempunyai daya toleransi terhadap irustrasi yang rendah dan cepat
hilang kesabarannya. Lazimnya sikap menentangnya itu bersifat
provokatif, sehingga mereka mengawali konffontasi dan sering kali
menunjukkan sifat kasar sekali, kurang suka bekerjasama, dan
menentang kekuasaan.
351
Sering, perilaku itu paling jelas tampak dalam interaksi dengan
orang dewasa atau pun sesama anak yang dikenalnya dengan balk,
dan tanda gangguan in! mungkin tidak akan tampak pada saat
wawancara di klinik.
352
F92 Gangguan Campuran Tingkah Laku dan Emosi
Ciri khas dari kelompok gangguan ini iaiah adanya gabungan dari
perilaku agresif, dissosial, atau menentang yang menetap dengan
gajala yang nyata dari depresi, anxietas atau gangguan emosional
lainnya.
Pedoman Diagnostik
Gangguan ini harus cukup berat untuk dapat memenuhi kriteria
baik mengenai gangguan tingkah laku pada masa kanak (F91.-) dan
gangguan emosional pada masa kanak (F93.-) atau bentuk
gangguan neurotik masa dewasa(F40-49) atau gangguan suasana
perasaan (mood)(F30-F39).
353
F92.8 Gangguan Campuran Tingkah Laku dan Emosi Lainnya
Kategori ini memerlukan kombinasi gangguan tingkah laku masa
kanak (F91.-) dengan gejala emosional yang nyata dan menetap
seperti anxietas, takut, obsesi atau kompulsi, depersonalisasi atau
derealisasi, berbagai fobia, atau hipokondriasis. Amarah dan
kebencian lebih menipakan ciri gangguan tingkah laku daripada
gangguan emosional; dan tidaklah menolak atau pun mendukung
diagnosisnya.
354
kecenderungan perkembangan normal yang agak berlebihan,
daripada fenomena yang secara kuaiitatif abnormal dalam diri
mereka sendiri. Ketiga, berkaitan dengan pertimbangan terdahulu,
sering terdapat asumsi teoretis bahwa mekanisme mental yang
berkaitan dengan gangguan emosional pada masa kanak mungkin
tidak sama dengan neurosis pada orang dewasa. Keempat,
gangguan emosional pada masa kanak tidak begitu jelas
pembatasannya yang dipandang spesifik seperti gangguan fobik,
atau gangguan obsesif.
355
dibedakan dari anxietas perpisahan biasa tetapi mencapai taraf
yang hebat yang secara statistik tidak lazim (termasuk bertahannya
hal tersebut melampaui kurun usia yang lazim) dan apabila hal ini
juga berhubungan dengan fiingsi sosial yang bermasalah. Diagno
sis ini mensyaratkan tiadanya gangguan umum pada perkembangan
fungsi kepribadian; bila ada, pemberian kode F40-F49 haruslah
dipertimbangkan. Anxietas perpisahan yang timbul pada usia
perkembangan yang tidak sesuai (seperti pada usia remaja)jangan-
lah diberi kode ini kecuali bila ia merupakan kelanjutan dari
abnormalitas gangguan anxietas perpisahan sesuai taraf perkem
bangan sebelunmya.
Pedoman Diagnostik
Ciri diagnostik yang terpenting ialah anxietas yang berlebihan yang
terfokus dan berkaitan dengan perpisahan dari tokoh yang akrab
hubungannya dengan si anak (lazimnya orang-tua atau kerabat
akrab lainnya), yang bukan hanya bagian dari anxietas umum
berkenaan dengan aneka situasi. Anxietas dapat berbentuk sebagai
berikut:
356
(e) terus-menenis taicut yang tak wajar untuk ditinggalkan seorang
diri, atau tanpa ditemani orang yang akrab di nimah pada siang
hari;
(f) benilang mimpi buruk tentang perpisahan;
(g) sering timbulnya gejala fisik (rasa mual, sakit perut, sakit
kepala, muntah-muntah dsb.) pada peristiwa perpisahan dari
tokoh yang akrab dengan dirinya, seperti keiuar rumah untuk
pergi sekoiah;
(h) mengaiami rasa susah berlebihan (yang tampak dari anxietas^
menangis, mengadat, merana, apati, atau pengunduran sosial),
pada saat sebeium, seiama atau sehabis berlangsungnya perpi
sahan dengan tokoh yang akrab dengannya.
357^
F93.1 Gangguan Anxietas Fobik Masa Kanak
Anak seperti juga halnya orang dewasa, dapat mengalami rasa
takut terhadap beraneka macam objek atau situasi. Beberapa di
antara ketakutan (atau fobia) itu misalnya agorafobia, bukanlah
merupakan bagian normal dari suatu perkembangan psikososial.
Bila rasa takut itu timbul pada masa kanak, la perlu diberi kode
sesuai dengan kategorinya yang tepat pada kode F40-F48. Namun,
ada rasa takut yang khas timbul pada suatu fase perkembangan
tertentu pada anak; seperti rasa takut terhadap hewan di usia pra-
sekolah.
Pedoman Diagnostik
Kategori ini hanya berlaku terhadap rasa takut pada fase
perkembangan yang spesifik bila memenuhi pula kriteria tambahan
yang berlaku bagi seluruh gangguan yang termasuk dalam F93,
yaitu bahwa:
358
Pedoman Diagnostik
Anak dengan gangguan ini senantiasa dan benilang kali mengalami
rasa waswas dan takut dan menghindari orang yang tak dikenal;
rasa takutnya itu dapat timbul hanya terhadap orang dewasa, atau
hanya dengan teman sebaya atau dengan kedua kelompok itu. Rasa
takut itu berhubungan dengan kelekatan yang selektif dengan orang-
tuanya atau dengan orang lain yang akrab. Kecenderungan
menghindar atau rasa takut terhadap perpisahan sosial melebihi
batas normal bagi anak seusia itu dan berhubungan dengan masalah
fiingsi sosial yang secara klinis bermakna.
Pedoman Diagnostik
Ciri khas dari gangguan ini mencakup gabungan dari:
359
ditandai oleh perasaan negatif yang berlebihan. Dalam kasus yang
berat persaingan ini mungkin disertai oleh rasa permusuhan yang
terbuka, trauma fisik dan/atau sikap jahat, dan upaya menjegal
saudaranya. Dalam kasus yang ringan, rasa persaingan/iri hati itu
dapat terlihat dari keengganan berbagi-bagi, kurangnya pandangan
positif» dan langkanya interaksi yang ramah.
360
F93.9 Gangguan Emosional Masa Kanak YTT
361
Pedoman Diagnostik
Untiik diagnosis ini diperlukan:
Namun ada sebagian kecil dari anak dengan gangguan semacam ini
yang mempunyai riwayat tertundanya kemampuan bertutur kata
atau yang mengalami masalah dalam pengucapan kata (artikulasi).
Diagnosisnya dapat ditegakkan walaupun ada masalah semacam
ini, asal saja terdapat kemampuan berbahasa yang cukup untuk
berkomunikasi secara efektif dan terdapat kesenjangan besar dalam
penggunaan bahasa sesuai dengan konteks sosialnya, sedemikian
sehingga anak itu dapat berbicara lancar dalam beberapa situasi
tertentu namun membisu atau hampir membisu dalam situasi
lainnya. Juga harus terdapat kegagalan berbicara dalam situasi
sosial tertentu, tetapi tidak pada situasi lainnya. Untuk diagnosis
ini perlu bahwa kegagalan berbicara itu berkelanjutan cukup lama
serta terdapat konsistensi dan dapat diramalkan situasi anak itu
mau atau tidak mau bertutur kata.
362
Tak Termasuk: gangguan perkembangan pervasif(F84.-)
skizofrenia (F20.-)
gangguan perkembangan khas berbicara dan
berbahasa (F80.-)
mutisme sementara sebagai bagian dari anxietas
perpisahan masa kanak (F93.0)
Pedoman Diagnostik
Cirinya yang terpenting ialah adanya pola abnormal dalam
hubungan anak dengan para pengasuhnya yang timbul sebelum usia
5 tahun, yang meliputi ciri maladaptif yang lazinmya tidak dilihat
pada anak yang normal, dan yang tetap berlanjut namun reaktif
terhadap pembahan yang cukup jelas pada pola asuh.
363
Anak usia dini yang memperlihatkan sindrom ini menunjukkan
respons sosial yang bertentangan atau ambivalen yang paling nyata
pada saat perpisahan serta pertemuan kembali. Demikianlah, anak
kecil akan membuang muka bila ia diangkat, atau menanggapi
pengasuh dengan sikap campuran antara mendekat, menghindar
dan melawan upaya yang menyejukkan hatinya. Gangguan emo-
sional itu mungkin diperlihatkan dalam sikap merana, kurang
tanggap secara emosional, reaksi menarik diri seperti membungkuk
di lantai, dan/atau menanggapi secara agresif ketika berhadapan
dengan kesusahan yang dialaminya sendiri atau yang dialami orang
lain. Sikap takut atau kewaspadaan berlebihan (yang kadang-
kadang disebut "frozen watchfulness"), yang tidak responsif terha-
dap upaya orang yang berusaha menyenangkannya terjadi dalam
berbagai kasus. Dalam kebanyakan kasus, anak ini menunjukkan
minat terhadap interaksi dengan sesama kelompok anak, namun
permainan sosial akan terhambat oleh respons emosional yang
negatif. Gangguan kelekatan ini dapat pula disertai dengan kega-
galan untuk berkembang secara fisik dan karena terhambatnya
pertumbuhan fisik (yang hams diberi kode dengan kategori soma-
tik yang sesuai, (R62)).
364
Terdapat lima ciri yang membedakan kondisi ini dari kelompok
gangguan perkembangan pervasif (pervasive developmental disor
der). Pertama, anak dengan gangguan kelekatan reaktif tetap
mempunyai kemampuan normal untuk mengadakan hubungan
sosial timbal balik dan serba tanggap, sedangkan anak dengan
gangguan perkembangan pervasif tidak mempuyai kemampuan
tersebut. Kedua, walaupun pola tanggap sosial yang abnormal pada
anak dengan gangguan kelekatan reaktif itu pada mulanya merupa-
kan suatu ciri umum perilaku anak dalam bermacam-macam situa-
si, tapi pola itu akan sirna bila anak itu dipulihkan kepada ling-
kungan asuh yang normal, yang menjamin kesinambungan peng-
asuhan yang responsif (continuity in responsive care-giving). Hal
ini tidak terjadi pada anak dengan gangguan perkembangan perva
sif. Ketiga, sekali pun anak dengan gangguan kelekatan reaktif itu
mungkin menunjukkan perkembangan bahasa yang terganggu
(sejenis yang dijelaskan pada F80.4), mereka tidak menunjukkan
kelainan dalam komunikasi yang khas dari autisme. Keempat,
berbeda dengan autisme, gangguan kelekatan reaktif tidaklah
berkaitan dengan defisit kognitif yang berkelanjutan dan berat yang
tidak responsif terhadap perubahan yang nyata dalam lingkungan.
Kelima, pola perilaku, minat, dan kegiatan yang serba terbatas,
berulang-ulang serta stereotipik bukanlah merupakan suatu ciri dari
gangguan kelekatan reaktif.
365
kehadiran lingkungan yang bunik dan menyimpang itu bukanlah
suatu syarat untuk diagnosis ini. Namun, perlu kewaspadaan dalam
membuat diagnosis ini bila tidak terdapat bukti tentang peng-
aniayaan atau penelantaran anak. Sebaliknya, diagnosis ini jangan-
lah diadakan secara otomatis hanya atas dasar adanya peng-
aniayaan atau penelantaran itu; tidak semua anak yang mengalami
penganiayaan atau penelantaran memperlihatkan gangguan ini.
366
patan untuk membina kelekatan selektif sebagai akibat oleh terlam-
pau seringnya berganti-ganti pengasuh. Keseragaman konseptual
dari sindrom ini ditentukan oleh onset dini dari kelekatan yang
kabur (diffuse), interaksi sosial yang kurang dan terjadinya ke-
khasan situasi.
Pedoman Diagnostik
Diagnosis hanislah didasarkan pada kenyataan bahwa anak menun-
jukkan kelekatan selektif yang kabur selama 5 tahun pertama dan
umumnya berhubungan dengan perilaku melekat sewaktu masih bayi
dan/atau perangai ramah terhadap semua orang, dan perilaku
menarik perhatian pada masa dini atau pertengahan kanak. Biasa-
nya akan mengalami kesulitan dalam membina hubungan akrab,
dan saling percaya dengan kelompok teman sebaya. Mungkin juga
terdapat gangguan emosional atau perilaku yang menyertai (seba-
gian bergahtung pada keadaan anak saat itu). Kebanyakan terdapat
riwayat pengasuh yang berganti-ganti, dari satu keluarga asuh
pindah ke keluarga asuh yang lain).
367
F95 Gangguan "Tic"
368
Pedoman DiagnosHk
Ciri khas terpenting yang membedakan tic dari gangguan motorik
lainnya ialah gerakan yang mendadak, cepat, sekejab dan terbatas,
tanpa bukti gangguan neurologis yang mendasari; sifatnya beru-
lang; (biasanya) terhenti saat tidur; dan mudahnya gejala itu ditim-
bulkan kembali atau ditekan dengan kemauan. Kurang beriramanya
tic itu membedakannya dari gerakan yang stereotipik berulang
yang tampak pada beberapa kasus autisme dan retardasi mental.
Aktivitas motorik manneristik yang tampak pada gangguan ini
cenderung mencakup gerakan yang lebih rumit serta lebih berva-
riasi daripada gejala tic. Gerakan obsesif-kompulsif sering me-
nyerupai tic yang kompleks namun berbeda karena seolah bertu-
Juan (misalnya menyentuh atau memutar benda secara berulang),
namun kadang-kadang sulit Juga untuk membedakannya.
369
F95.1 Gangguan "Tic" Motorik atau Vokal Kronik
Umumnya memenuhi kriteria umum suatu gangguan tic motorik
atau vokal (namun bukan kedua-duanya); tic mungkin tunggal atau
multipel (tetapi biasanya multipel), dan berlangsung selama lebih
dari setahun.
370
F98 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset
Biasanya pada Masa Kanak dan Rem^a
371
lainnya, atau kedua-duanya enuresis dan gangguan emosional/
perilaku itu mungkin timbul secara sejajar akibat faktor etiologis
yang terkait. Tidak ada cara yang tepat dan pasti yang tidak
mendua untuk menetapkan pilihan antara kedua altematif tersebut
pada suatu kasus, dan diagnosis ditegakkan atas dasar tipe gang
guan utamanya (enuresis atau gangguan emosional/perilaku).
Pedoman Diagnostik
Tidak.terdapat garis pemisah yang tegas antara gangguan enuresis
dan variasi normal usia seorang anak berhasil mencapai kemam-
puan mengendalikan kandung kemihnya. Namun demikian, enure
sis tidak lazim didiagnosis terhadap anak di bawah umur 5 tahun
atau dengan usia mental kurang dari 4 tahun. Bila enuresis ini
berhubungan dengan suatu (pelbagai) gangguan emosional atau
perilaku, lazim merupakan diagnosis utama, hanya bila terjadi
sedikitnya beberapa kali dalam seminggu dan bila gejala lainnya
menunjuk kaitan temporal dengan enuresis itu. Enuresis adakala-
nya timbul bersamaan dengan enkopresis; dalam hal ini, diagnosis
enkopresis yang diutamakan.
372
\
F98.1 Enkdpresis Nonorganik
Mengeluarkan tinja (buang air besar) yang dikehendaki atau tidak
secara berulang, dengan konsistensi tinja yang normal atau hampir
normal, di tempat yang kurang layak di lingkungan sosiokultural
anak. Kondisi ini mungkin merupakan lanjutan dari kelainan inkon-
tinensia masa bayi, mungkin pula merupakan hilangnya pengenda-
lian setelah anak mencapai kemampuan pengendalian buang air
besar, atau ia dengan sengaja meletakkan tinja di tempat yang tidak
wajar, sekali pun sudah mempunyai kemampuan untuk mengenda-
likan buang air besarnya. Kondisi ini mungkin timbul sebagai
suatu gangguan monosimtomatik, atau merupakan bagian dari
suatu gangguan lebih luas, khususnya gangguan emosional (F93.-)
atau gangguan tingkah laku (F91.-)
Pedoman Diagnostik
Ciri diagnostik yang menentukan ialah pengeluaran tinja secara
tidak layak. Kondisi ini dapat timbul dengan berbagai cara. Perta-
ma, mungkin menggambarkan kurang adekuatnya latihan keber-
sihan (toilet training), atau kurang responsifnya anak terhadap
latihan itu, dengan riwayat kegagalan terus-menerus untuk mem-
peroleh kemampuan mengendalikan gerakan usus. Kedua, mung
kin mencerminkan suatu gangguan psikologis dengan pengendalian
fisiologis buang air besar normal, tetapi, karena suatu alasan,
terdapat keengganan, perlawanan, atau kegagalan untuk menye-
suaikan diri dengan norma sosial untuk buang air besar di tempat
yang layak. Ketiga, mungkin akibat retensi fisiologis, yang bertum-
puk dan peletakan tinja di tempat yang tidak layak. Retensi seperti
itu mungkin timbul sebagai akibat pertentangan antara orang-tua
dan anak mengenai latihan buang air besar, atau akibat menahan
tinja karena nyeri saat buang air (misalnya akibat fisura ani), atau
karena sebab lain.
373
agak jarang, ulah mengcongkel dubur dengan jari atau masturbasi
anal. Umumnya terdapat gangguan emosional/perilaku yang
menyertainya. Tidak terdapat garis pemisah yang jelas antara
enkopresis yang disertai dengan gangguan emosional/perilaku dan
gangguan psikiatrik lain dengan enkopresis sebagai gejala sam-
pingan. Pedoman yang digariskan ialah untuk memberi kode
enkopresis bila hal tersebut merupakan fenomena yang predo-
minan, dan kode gangguan lain apabila enkropesis bukan merupa
kan fenomena yang predominan (atau bila enkropresis itu hanya
terjadi kurang dari sekali sebulan). Enkopresis dan enuresis tidak
jarang pula saling berhubungan dan bila hal ini terjadi, pemberian
kode enkopresis haruslah diprioritaskan. Enkopresis adakalanya
timbul menyusul suatu kondisi organik, seperti fisura ani atau
suatu infeksi gastrointestinal; maka kondisi organik itu hams dija-
dikan kode yang utama bila kondisi itu mempakan alasan yang
cukup bagi pengeluaran tinja itu, tetapi bila kondisi organik itu
hanya merupakan suatu akibat, namun bukan sebagai penyebab
yang cukup memadai, perlu diberi kode enkopresis (di samping
kondisi somatiknya).
Diagnosis Banding
Penting juga agar dipertimbangkan hal berikut:
374
F98.2 Gangguan Makan Masa Bayi dan Kanak
Gangguan makan dengan berbagai manifestasi biasanya spesifik
pada masa bayi dan masa dini kanak. Pada umumnya meliputi
penolakan makanan dan rewel menghadapi makanan yang mema-
dai dari pengasuh yang baik tanpa penyakit organik. Keadaan ini
mungkin terkait dengan regurgitasi berulang tanpa nausea atau
penyakit gastrointestinal.
Pedoman Diagnostik
Kesulitan kecil dalam makan adalah lazim pada masa bayi dan
masa kanak (dalam bentuk penolakan seolah kurang makan atau
kebanyakan makan). Ulah itu sendiri tidak perlu dipandang sebagai
indikasi adanya gangguan. Suatu gangguan barulah perlu didiagno-
sis bila kesulitan ini jelas melampaui batas normal, bila mutu
makannya abnormal, atau bila berat badan anak tidak bertambah,
atau berat badan menurun dalam masa sebulan.
Diagnosis Banding
Penting untuk membedakan gangguan ini dengan:
375
gangguan psikiatrik yang luas (seperti autisme), atau sebagai peri-
laku psikopatologis yang tunggal; hanya dalam keadaan yang
disebut belakangan ini dapat digunakan kode ini. Fenomena ini
paling sering terdapat pada anak dengan retardasi mental; bila
terdapat retardasi mental, hams diberi kode (F70-F79). Namun
demikian, pika dapat juga terjadi pada anak (biasanya pada usia
dini) yang mempunyai inteligensia normal.
376
V
Tak Termasuk: gerakan abnormal tak berkehendak (R25.-)
gangguan gerak akibat penyebab organik (G20-
G26)
menggigit kuku, mengorek hidung, mengisap
jempol (F98.8)
gangguan obsesif-kompulsif(F42.-)
stereotipi yang merupakan bagian dari suatu
kondisi psikiatrik yang lebih luas (seperti
gangguan perkembangan pervasii)
gangguan "tic" (F95.-)
trikotilomania (F63.3)
377
F98.6 "Cluttering"
Cara berbicara cepat dengan gangguan kelancaran alurnya, namun
tanpa pengulangan atau kegugupan, s^ingga menyebabkan kurang
jelasnya uc£^an. Bicaranya kurang menentu dan kurang berirama,
dengan letupan c^at, tersendat-sendat yang biasanya meliputi pola
pengungkapan yang keliru (antara lain berbicara cepat lalu tersen
dat-sendat silih berganti, mengucapkan kelompok kata yang kurang
sesuai susunan tata bahasanya).
378
LAM PIRAN
Bab I
Penyakit infeksi dan parasit tertentu (A00-B99)
379
B22 Penyakit HIV (Human immunodeficiency virus) yang mengaki-
batkan penyakit spesifik lain
B22.0 Penyakit HIV yang mengakibatkan ensefalopati
Bab II
Neoplasma (C00-D48)
C72.- Neoplasma maligna dari medula spinalis, saraf otak dan bagian
lain dari susunan saraf pusat
D33.- Neoplasma benigna dari otak dan bagian lain dari susunan saraf
pusat(SSP)
D43.- Neoplasma otak dan susunan saraf pusat (SSP) yang perangai
nya tidak diketahui dan tidak menentu
Bab IV
Penyakit endokrin, nutrisi dan metabolik (E00-E90)
380
£02 Hipotiroidi deflsiensi yodium yang subklinis
£66.- Obesitas
381
E70 Gangguan dari metabolisme asam amino aromatik
E70.0 Fenilketonuria klasik
Bab VI
Penyakit susunan saraf (G00-G99)
Gll.-Ataksia heriditer
382
G21 Parkinsonisme sekunder
G21.0 Sindrom neuroleptika maligna
G21.1 Parkinsonisme sekunder akibat chat lain
G21.2 Parkinsonisme sekunder akibat bahan luar lainnya
G21.3 Parkinsonisme pasca-ensefalitis
G24 Distonia
Termasuk: Diskinesia
383
Termasuk: ataksia dan degenerasi serebelar akibat aikohol, dege-
nerasi dan ensefalopati serebral; disfungsi dari
susunan saraf otonom akibat alkohol
G40 Epilepsi
G40.0 Epilepsi idiopatik yang berkaitan dengan lokalisasi (fokal)
(parsial) dan sindrom epileptik dengan kejang yang mulainya
terlokalisasi
384
G40.2 Epilepsi simtomatik yang berkaitan dengan lokalisasi (fokai)
(parsial) dan sindrom epileptik dengan kejang pai^sial yang
kompleks
G40.8 Kejang Grand mal YTT (dengan atau tanpa petit mal)
G40.9 Petit mal YTT, tanpa kejang grand mal
G41.-Status epileptikus
G43.- Migren
385
G70 Miastenia gravis dan gangguan mioneural lainnya
G70.0 Miastenia gravis
G91.-Hidrosefalus
Bab VII
Penyakit mata dan adneksa (H00-H59I
H40 Glaukoma
> H40.6 Glaukoma sekunder akibat obat
Bab VIII
Penyakit tellnga dan proses mastold (H60-H95)
386
Bab IX
Penyakit sistem sirkulasi I10Q-199)
161.-Perdarahan intraserebral
195 Hipotensi
195.2 Hipotensi akibat obat • '
387
BabX
Penyakit sistem pernapasan (J00-J99)
J43 Emfisema
J45.- Asma
Bab XI
Penyakit sistem pencernaan (K00-K93)
K25 Tukaklambung
K30 Dispepsia
388
K70.- Penyakit had alkoholik
Bab XII
Penyakit kullt dan jaringan subkutan (L00-L99)
L20.- Dermatitis atopik
Bab XIII
Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan Ikat
(M00-M99)
M54.-Dorsalgia
Bab XIV
Penyakit sistem genltourlnaria (N00-N99)
389
N91.- Menstniasi yang jarang, sedikit dan tidak ada/absen
N94 Nyeri dan kondisi lain yang berhubungan dengan alat kelamin
wanlta dan siklus menstniasi
N94.3 Sindrom ketegangan pramenstniasi (Premenstrual tension
syndrome)
N94.4 Dismenore primer
N94.5 Dismenore sekunder
N94.6 Dismenore YTT
Bab XV
Kehamilan, kelahiran anak dan masa nifas
(000-099)
390
Bab XVII
MalformasI kongenltal, deformasi, dan kelainan
kromosom (Q00-Q99)
Q02 MikrosefaU
QOS.-Hidrosefalus kongenital
QOS.-Splna bifida
391
Q96.- Sindrom Turner
BabXVm
Gejala, tanda dan penemuan klinis dan laboratorium
yang abnormal YTK (R00-R99)
392
R63.1 Polidipsia
R63.4 Kdiilangan berat badan yang abnormal
R63.S Penambahan berat badan yang abnormal
R78.- Penemuan dari obat dan zat lain, yang blasanya tidak terdapat
dalam darah
Bab XIX
Cedera, keracunan dan akibat lain yang tertentu
dart kausa eksternal (S00T98)
393
Bab XX
Kausa eksternal dari morbiditas dan mortalitas
(V01-Y98)
Xd3 Peracunan diri dengan sengaja dengan memakai obat lain yang
mempengaruhi susunan saraf otonom
X64 Peracunan diri dengan sengaja dengan memakai obat lain dan
yang tidak ditentukan dan zat biologis
394
X66 Peracunan diri dengan sengaja dengan memakai cairan pela-
rut (solvent) organlk dan hidrokarbon yang berhalogen dan
uapnya
X67 Peracunan dIri dengan sengaja dengan memakai gas dan uap
lalnnya
X76 Pembahayaan diri dengan sengsga dengan api dan nyala api
395
X77 Pembahayaan diri dengan sengaja dengan uap panas, asap
panas dan benda panas
Penyerangan (X85-Y09)
396
YOO Penyerangan dengan benda tiunpul
397:
Y49.8 Obat psikotropik laiimya YTK
Y49.9 Obat psikotropik YTT
Bab XXI
Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan
berhubungan dengan pelayanan kesehatan
(Z00-Z99)
398
Z04 Pemeriksaan dan observasi untuk alasan lain
399
Z60.1 Situasi drang-tua yang tidak normal (Atypical parenting
situation)
Z60.2 Hidup sendirian
Z60.3 Kesulitan akulturasi (acculturation difficulty)
Z60.4 Pengucilan dan penolakan oleh lingkungan (social exclusion
and rejection)
Z60.5 Sasaran diskriminasi dan penganiayaan
Z60.8 Problem yang berkaitan dengan lingkungan sosial lainnya
YDT
400
Z62.3 Permusuhan dan pengambinghitaman terhadap anak
'Z62.4 Penelantaran anak secara emosional
Z62.S Problem lain yang berkaitan dengan penelantaran dalam
pengasuhan -
Z62.6 Tekanan orang-tua yang tidak sepatutnya dan kualitas
pengasuhan lain yang abnormal
Z62.8 Problem yang berkaitan dengan pengasuhan lainnya YDT
401
Z65 Problem yang berkaitan dengan keadaan psikososial lainnya
Z65.0 Hukuman dalam perkara perdata dan pidana tanpa hukuman
penjara
Z6S.1 Hukuman penjara dan penahanan lainnya
Z65.2 Problem yang berkaitan dengan pembebasan dari penjara
Z6S.3 Problem yang berkaitan dengan hukum lainnya
402
Z72.8 Problem lainnya yang berkaitan dengan gaya hidup
403
Z81.3 Riwayat keiuarga dengan penyalahgunaan zat psikoaktif
lainnya
Z81.8 Riwayat keiuarga dengan gangguan jiwa dan perilaku
lainnya
I. PEMBICARA
NO. NA M A INSTANSI
II. PEMBAHAS
NO. N A M A INSTANSI
405
ni. PESERTA DAERAH(RSJ PEMERlNTAm
NO. N A M A JABATAN
406
IV. PESERTA PUSAT DITJENYANMED & UTBANGKES
NO. N A M A JABATAN
407
V. PESERTA FK UNIVERSITAS NEGERI
NO. N A M A JABATAN
NO. N A M A JABATAN
408
EDITORIAL BOARD PPDGJ-IH DAN SEKRETARIAT
409
' a^o^.)}\l^uy] :'rI ^ !ii-uA;:T<) a;i;>A;7 .;/.; • 'mKP
JJ'i.v
The ICD-10
Classification
of Mental and
V ^ Behavioural
Disorders
O Clinical
descriptions
and diagnostic
guidelines
The World Health Organization welcomes requests for permission to reproduce or translate its
publications, in part or in full. Applications and enquiries shotild be addressed to the Office
of Publications, World Health Organization, Geneva, Switzerland, which will be glad to provide
the latest information on any changes made to the text, plans for new editions, and reprints
and translations already available.
Publications of the World Health Organization enjoy copyright protection in accordance with
the provisions of Protocol 2 of the Universal Copyright Convention. All rights reserved.
The designations employed and the presentation of the material in this publication do not imply
the expression of any opinion whatsoever on the part of the Secretariat of the World Health
Organization concerning the-legal status of any country, territory, city or area or of its authorities,
or concerning the ddimitation of its frontiers or boundaries.
The mention of speciHc companies or of certain manufacturers' products does not imply that
they are endorsed or recommended by the World Health Organization in preference to others
of a similar nature that are not mentioned. Errors and omissions excepted, the names of pro
prietary products are distinguished by initial capital letters.
Printed in Switzerland
Preface
IX
Acknowledgements
1
Introduction
List of categories
Index 326
111
- av'^bv, .
LVi
'ii
Preface
In the early 1960s, the Mental Health Programme of the World Health Organiza
tion(WHO)became actively engaged in a programme aiming to improve the
diagnosis and classification of mental disorders. At that time, WHO convened
a series of meetings to review knowledge, actively involving representatives
of different disciplines, various schools of thought in psychiatry, and all parts
of the world in the progranune. It stimulated and conducted research on criteria
for classification and for reliability of diagnosis, and produced and promulgated
procedures for joint rating of videotaped interviews and other useful research
methods. Numerous proposals to improve the classification of mental disorders
resulted from the extensive consultation process, and these were used in draf
ting the Eighth Revision of the International Classification of Diseases(ICD-8).
A glossary defining each category of mental disorder in ICD-8 was also
developed. The programme activities also resulted in the establishment of a
network of individuals and centres who continued to work on issues related
to the improvement of psychiatric classification (7, 2).
In 1978, WHO entered into a long-term collaborative project with the Alcohol,
Drug Abuse and Mental Health Administration(ADAMHA)in the USA,aim
ing to facilitate further improvements in the classification and diagnosis of
mental disorders, and alcohol- and drug-related problems (5). A series of
workshops brought together scientists from a number of different psychiatric
traditions and cultures, reviewed knowledge in specified areas, and developed
recommendations for future research. A major international conference on
classification and diagnosis was held in Copenhagen, Denmark, in 1982 to
review the recommendations that emerged from these workshops and to outline
a research agenda and guidelines for future work {4).
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
In addition, several lexicons have been, or are being, prepared to provide clear
definitions of terms (8). A mutually beneficial relationship evolved between
these projects and the work on definitions of mental and behavioural disorders
in the Tenth Revision of the International Classification of Diseases and Related
Health Problems (ICD-10)(P). Converting diagnostic criteria into diagnostic
algorithms incorporated in the assessment instruments was useful in uncover
ing inconsistencies, ambiguities and overlap and allowing their removal. The
work on refining the ICD-10 also helped to shape the assessment instruments.
The final result was a clear set of criteria for ICD-10 and assessment instruments
which can produce data necessary for the classification of disorders according
to the criteria included in Chapter V (F) of ICD-10.
The Copenhagen conference also recommended that the viewpoints of the dif
ferent psychiatric traditions be presented in publications describing the origins
of the classification in the ICD-10. This resulted in several major publications,
including a volume that contains a series of presentations highlighting the origins
of classification in contemporary psychiatry (JO).
This work is the first of a series of publications developed from Chapter V(F)
of ICD-10. Other texts will include diagnostic criteria for researchers, a ver
sion for use by general health care workers, a multiaxial presentation, and
vi
PREFACE
Norman Sartorius
Director, Division of Mental Health
World Health Organization
References
vui
V
Acknowledgements
The individuals who produced the initial drafts of the classification and
guidelines are included in the list of principal investigators on pages 312 — 325:
their names are marked by an asterisk. Dr A. Jablensky, then Senior Medical
Officer in the Division of Mental Health of WHO, in Geneva, coordinated
this part of the programme and thus made a major contribution to the pro
posals. Once the proposals for the classification were assembled and circulated
for comment to WHO expert panels and many other individuals, including
those listed below, an amended version of the classification was produced for
field tests. These were conducted according to a protocol produced by WHO
staff with the help of Dr J. Burke, Dr J.E. Cooper, and Dr J. Mezzich and
involved a large number of centres, whose work was coordinated by Field
Trial Coordinating Centres (FTCCs). The FTCCs (listed on pages xi-xii)
also undertook the task of producing equivalent translations of the ICD in
the languages used in their countries.
Throughout the phase of field testing and subsequently, Dr J.E. Cooper acted
as chief consultant to the project and provided invaluable guidance and help
to the WHO coordinating team. Among the team members were Dr J. van
Drimmelen, who has worked with WHO from the beginning of the process
of developing ICD-10 proposals, and Mrs J. Wilson, who conscientiously and
efficiently handled the innumerable administrative tasks linked to the field
tests and other activities related to the projects. Mr A. L'Hours provided
ix
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Among the agencies whose help was of vital importance were the Alcohol,
Drug Abuse and Mental Health Administration in the USA, which provided
generous support to the activities preparatory to the drafting of ICD-10, and
which ensured effective and productive consultation between groups working
on ICD-10 and those working on the fourth revision of the American Psychiatric
Association's Diagnostic Statistical Manual(DSM-IV)classification; the WHO
Advisory Committee on ICD-10, chaired by Dr E. Strdmgren; and the World
Psychiatric Association which, through its President, Dr C. Stefanis, and the
special committee on classification, assembled comments of numerous
psychiatrists in its member- associations and gave most valuable advice
during both the field trials and the finalization of the proposals. Other
nongovernmental organizations in official and working relations with WHO,
including the World Federation for Mental Health, the World Association
for Psychosocial Rehabilitation, the World Association of Social Psychiatry,
the World Federation of Neurology, and the International Union of
Psychological Societies, helped in many ways, as did the WHO Collaborating
Centres for Research and Training in Mental Health, located in some 40
countries.
The ICD-10 proposals are thus a product of collaboration, in the true sense
of the word, between very many individuals and agencies in numerous coun
tries. They were produced in the hope that they will serve as a strong support
to the work of the many who are concerned with caring for the mentally ill
and their families, worldwide.
ACKNOWLEDGEMENTS
Numerous publications have arisen from Field Trial Centres describing results
of their studies in connection with ICD-10. A full list of these publications
and reprints of the articles can be obtained from Division of Mental Health,
World Health Organization, 1211 Geneva 27, Switzerland.
xi
MENTAL AND BEHAVIOURAL OfSOROERS
xu
Introduction
Layout
It is important that users study this general introduction, and also read care
fully the additional introductory and explanatory texts at the beginning of
several of the individual categories. This is particularly important for F23.-
(Acute and transient psychotic disorders), and for the block F30-F39(Mood
[affective] disorders). Because of the long-standing and notoriously difficult
problems associated with the description and classification of these disorders,
special care has been taken to explain how the classiflcation has been
approached.
For each disorder, a description is provided of the main clinical features, and
also of any important but less specific associated features. "Diagnostic
guidelines" are then provided in most cases, indicating the number and balance
of symptoms usually required before a confident diagnosis can be made. The
guidelines are worded so that a degree of flexibility is retained for diagnostic
decisions in clinical work, particularly in the situation where provisional
diagnosis may have to be made before the clinical picture is entirely clear or
information is complete. To avoid repetition, clinical descriptions and some
1
MENTAL AND BEHAVIOURAL DiSORDERS
When the requirements laid down in the diagnostic guidelines are clearly fulfilled,
the diagnosis can be regarded as "confident". When the requirements are only
partially fulfilled, it is nevertheless useful to record a diagnosis for most pur
poses. It is then for the diagnostician and other users of the diagnostic statements
to decide whether to record the lesser degrees of confidence (such as "provi
sional" if more information is yet to come, or "tentative" if more information
is unlikely to become available) that are implied in these circumstances.
Statements about the duration of symptoms are also intended as general
guidelines rather than strict requirements; clinicians should use their own judge
ment,about the appropriateness of choosing diagnoses when the duration of
particular symptoms is slightly longer or shorter than that specified.
The diagnostic guidelines should also provide a useful stimulus for clinical
teaching, since they serve as a reminder about points of clinical practice that
can be found in a fuller form in most textbooks of psychiatry. They may
also be suitable for some types of research projects, where the greater precision
(and therefore restriction)of the diagnostic criteria for research are not required.
ICD-10 is much larger than ICD-9. Numeric codes (001 -999) were used in
ICD-9, whereas an alphanumeric coding scheme, based on codes with a single
letter followed by two numbers at the three-character level (AOO—Z99), has
been adopted in ICD-10. This has significantly enlarged the number of categories
available for the classification. Further detail is then provided by means of
decimal numeric subdivisions at the four-character level.
INTRODUCTION
The chapter that dealt with mental disorders in ICD-9 had only 30 three-character
categories (290-319); Chapter V(F) of TCD-10 has 100 such categories. A
proportion of these categories has been left unused for the time being, so as
to allow the introduction of changes into the classification without the need
to redesign the entire system.
All disorders attributable to an organic cause are grouped together in the block
F00-F09, which makes the use of this part of the classification easier than
the arrangement in the ICD-9.
Some further comments about changes between the provisions for;the coding
of disorders specific to childhood and mental retardation can be found on
pages 18-20.
Problems of terminology
Disorder
The term "psychogenic" has not been used in the titles of categories, in'view
of its different meanings in different languages and psychiatric traditions^ It
still occurs occasionally in the text, and should be taken to indicate that the
diagnostician regards obvious life events or difficulties as playing an important
role in the genesis of the disorder.
"Psychosomatic" is not used for similar reasons and also because use of this
term might be taken to imply that psychological factors play no role in the
occurrence, course and outcome of other diseases that are not so described.
Disorders described as psychosomatic in other classifications can be found
here in F45.- (somatoform disorders), F50. — (eating disorders), F52. — (sexual
dysfunction), and F54. — (psychological or behavioural factors associated with
disorders or diseases classified elsewhere). It is particularly important to note
category F54. — (category 316 in ICD-9)and to remember to use it for specify
ing the association of physical disorders, coded elsewhere in ICD-10, with an
emotional causation. A common example would be the recording of psychogenic
asthma or eczema by means of both F54 from Chapter V(F)and the appropriate
code for the physical condition from other chapters in ICD-10.
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
The use of other chapters of the ICD-10 system in addition to Chapter V(F)
is strongly recommended. The categories most relevant to mental health
services are listed in the Annex to this book.
Notes on selected categories
in the classification of mental and
behavioural disorders in iCD-10
8
NOTES ON SELECTED CATEGORIES
Prodromal states
is the extent to which such prodromes can be distinguished from schizoid and
paranoid personality disorders.
Given the present lack of knowledge about both schizophrenia and these more
acute disorders, it was considered that the best option for ICD-10 would be
to allow sufficient time for the symptoms of the acute disorders to appear,
be recognized, and largely subside, before a diagnosis of schizophrenia was
made. Most clinical reports and authorities suggest that, in the large majority
of patients with these acute psychoses, onset of psychotic symptoms occurs
over a few days, or over 1-2 weeks at most, and that many patients recover
with or without medication within 2— 3 weeks. It therefore seems appropriate
to specify 1 month as the transition point between the acute disorders in which
symptoms of the schizophrenic type have been a feature and schizophrenia
itself. For patients with psychotic, but non-schizophrenic, symptoms that per
sist beyond the 1-month point, there is no need to change the diagnosis until
the duration requirement of delusional disorder (F22.0)is reached (3 months,
as discussed below).
10
NOTES ON SELECTED CATEGORIES
There has also been considerable debate about the most appropriate duration
of symptoms to specify as necessary for the diagnosis of persistent delusional
disorder(F22.-). Three months was finally chosen as being the least unsatisfac
tory, since to delay the decision point to 6 months or more makes it necessary
to introduce another intermediate category between acute and transient psychotic
disorders (F23.-) and persistent delusional disorder. The whole subject of
the relationship between the disorders under discussion awaits more and better
information than is at present available; a comparatively simple solution, which
gives precedence to the acute and transient states, seemed the best option,
and perhaps one that will stimulate research.
' The international pilot study ofschizophrenia. Geneva, World Health Organization,
1973 (Offset Publication, No. 2).
Sartorius, N. et al. Early manifestations and first contact incidence of schizophrenia
in different cultures. A preliminary report on the initial evaluation phase ofthe WHO
Collaborative Study on Determinants of Outcome of Severe Mental Disorders.
Psychological medicine, 16: 909-928 (1986).
11
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
The term "schizophreniform" has not been used for a defined disorder in
this classification. This is because it has been applied to several different clinical
concepts over the last few decades, and associated with various mixtures of
characteristics such as acute onset, comparatively brief duration, atypical symp
toms or mixtures of symptoms, and a comparatively good outcome. There
is no evidence to suggest a preferred choice for its usage, so the case for its
inclusion as a diagnostic term was considered to be weak. Moreover, the need
for an intermediate category of this type is obviated by the use of F23.—
(acute and transient psychotic disorders) and its subdivisions, together with
the requirement of 1 month of psychotic symptoms for a diagnosis of
schizophrenia. As guidance for those who do use schizophreniform as a
diagnostic term, it has been inserted in several places as an inclusion term
relevant to those disorders that have the most overlap with the meanings it
has acquired. These are: "schizophreniform attack or psychosis, NOS"in F20.8
(other schizophrenia), and "brief schizophreniform disorder or psychosis"
in F23.2 (acute schizophrenia-like psychotic disorder).
The 1987 draft of ICD-10 used in the field trials had the merit of simplicity,
containing, for example, only mild and severe depressive episodes, no separa
tion of hypomania from mania, and no recommendation to specify the presence
or absence of familiarly clinical concepts, such as the "somatic" syndrome
or affective hallucinations and delusions. However, feedback from many of
the clinicians involved in the field trials, and other comments received from
a variety of sources, indicated a widespread demand for opportunities to specify
several grades of depression and the other features noted above. In addition,
it is clear from the preliminary analysis of field trial data that in many centres
the category of "mild depressive episode" often had a comparatively low inter-
rater reliability.
It has also become evident that the views of clinicians on the required number
of subdivisions of depression are strongly influenced by the types of patient
they encounter most frequently. Those working in primary care, outpatient
clinics and liaison settings need ways of describing patients with mild but
clinically significant states of depression, whereas those whose work is mainly
with inpatients frequently need to use the more extreme categories.
Unsolved problems remain about how best to define and make diagnostic use
of the incongruence of delusions with mood. There would seem to be both
enough evidence and sufficient clinical demand for the inclusion of provisions
for mood-congruent or mood-incongruent delusions to be included, at least
as an "optional extra".
The term "hysteria" has not been used in the title for any disorder in Chapter
V(F) of ICD-10 because of its many and varied shades of meaning. Instead,
"dissociative" has been preferred, to bring together disorders previously
termed hysteria, of both dissociative and conversion types. This is largely
because patients with the dissociative and conversion varieties often share a
number of other characteristics, and in addition they frequently exhibit both
varieties at the same or different times. It also seems reasonable to presume
that the same(or very similar) psychological mechanisms are common to both
types of symptoms.
Neurasthenia
Other category but does meet all the criteria specified for a syndrome of
neurasthenia. It is hoped that further research on neurasthenia will be stimulated
by its inclusion as a separate category.
Culture-specific disorders
The need for a separate category for disorders such as latah, amok, koro,
and a variety of other possibly culture-specific disorders has been expressed
less often in recent years. Attempts to identify sound descriptive studies,
preferably with an epidemiological basis, that would strengthen the case for
these inclusions as disorders clinically distinguishable from others already in
the classification have failed, so they have not been separately classified. Descrip
tions of these disorders currently available in the literature suggest that they
may be regarded as local variants'of anxiety, depression, somatoform disorder,
or adjustment disorder; the nearest equivalent code should therefore be used
if required, together with an additional note of which culture-specific disorder
is involved. There may also be prominent elements of attention-seeking
behaviour or adoption of the sick role akin to that described in F68.1 (inten
tional production or feigning of symptoms or disabilities), which can also be
recorded.
The inclusion of this category should not be taken to imply that, given ade
quate information, a significant proportion of cases of postpartum mental
illness cannot be classified in other categories. Most experts in this field are
of the opinion that a clinical picture of puerperal psychosis is so rarely (if
16
NOTES ON SELECTED CATEGORIES
Two categories that have been included here but were not present in ICD-9
are F68.0, elaboration of physical symptoms for psychological reasons, and
F68.1, intentional production or feigning of symptoms or disabilities, either
physical or psychological [factitious disorder]. Since these are, strictly speak
ing, disorders of role or illness behaviour, it should be convenient for
psychiatrists to have them grouped with other disorders of adult behaviour.
Together with malingering (Z76.5), which has always been outside Chapter V
of the ICD,the disorders from a trio of diagnoses often need to be considered
together. The crucial difference between the first two and malingering is that
the motivation for malingering is obvious and usually confined to situations
where personal danger, criminal sentencing, or large sums of money are involved.
17
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
18
NOTES ON SELECTED CATEGORIES
indicates that the criteria for both hyperkinetic disorder (F90.-)and conduct
disorder (F91.-)are fulfilled. These few exceptions to the general rule were
considered justified on the grounds of clinical convenience in view of the fre
quent coexistence of those disorders and the demonstrated later importance
of the mixed syndrome. However, it is likely that The ICD-10 Classification
ofMental and BehaviouralDisorders:Diagnostic criteriafor research(DCR-10)
will reconunend that, for research purposes, individual cases in these categories
be described in terms of hyperactivity, emotional disturbance, and severity
of conduct disorder (in addition to the combination category being used as
an overall diagnosis).
Oppositional defiant disorder(F91.3) was not in ICD-9, but has been included
in ICD-10 because of evidence of its predictive potential for later conduct
problems. There is, however, a cautionary note recommending its use mainly
for younger children.
In spite of its name, the new category F94.- (disorders of social functioning
with onset specific to childhood and adolescence)does not go against the general
rule for ICD-10 of not using interference with social roles as a diagnostic
criterion. The abnormalities of social functioning involved in F94. — are of
a limited number and contained within the parent — child relationship and the
immediate family; these relationships do not have the same connotations or
show the same cultural variations as those formed in the context of work or
of providing for the family, which are excluded from use as diagnostic criteria.
19
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Users of blocks F80- F89 and F90- F98 also need to be aware of the contents
of the neurological chapter of ICD-10 (Chapter VI(G)). This contains syn
dromes with predominantly physical manifestations and clear "organic"
etiology, of which the Kleine-Levin syndrome(G47.8)is of particular interest
to child psychiatrists.
The process of consultation and reviews of the literature that preceded the
drafting of Chapter V(F) of ICD-10 resulted in numerous proposals for
changes. Decisions on whether to accept or reject proposals were influenced
by a number of factors. These included the results of the field tests of the
classification, consultations with heads of WHO collaborative centres,- results
of collaboration with nongovernmental organizations, advice from members
of WHO expert advisory panels, results of translations of the classification,
and the constraints of the rules governing the structure of the ICD as a whole.
It was normally easy to reject proposals that were idiosyncratic and unsup
ported by evidence, and to accept others that were accompanied by sound
justification. Some proposals, although reasonable when considered in
20
NOTES ON SELECTED CATEGORIES
21
List of categories
F00-F09
Organic, including symptomatic, mental disorders
FOO Dementia In Alzheimer's disease
FOO.O Dementia in Alzheimer's disease with early onset
FOO.l Dementia in Alzheimer's disease with late onset
F00.2 Dementia in Alzheimer's disease, atypical or mixed type
F00.9 Dementia in Alzheimer's disease, unspecified
22
LIST OF CATEGORIES
F06 Other mental disorders due to brain damage and dysfunction and
to physical disease
F06.0 Organic hallucinosis
F06.1 Organic catatonic disorder
F06.2 Organic delusional [schizophrenia-like] disorder
F06.3 Organic mood [affective] disorders
.30 Oranic manic disorder
.31 Organic bipolar disorder
.32 Organic depressive ,disorder
.33 Organic mixed affective disorder
F06.4 Organic anxiety disorder
F06.5 Organic dissociative disorder
F06.6 Organic emotionally labile [asthenic] disorder
F06.7 Mild cognitive disorder
F06.8 Other specified mental disorders due to brain damage and dysfunc
tion and to physical disease
F06.9 Unspecified mental disorder due to brain damage and dysfunction
and to physical disease
F10-F19
Mental and behavioural disorders due to
psychoactive substance use
F19.- Mental and behavioural disorders due to multiple drug use and
use of other psychoactive substances
24
LIST OF CATEGORIES
F20-F29
Schizophrenia, schizotypai and delusionai disorders
F20 Schizophrenia
F20.0 Paranoid schizophrenia
F20.1 Hebephrenic schizophrenia
F20.2 Catatonic schizophrenia
F20.3 Undifferentiated schizophrenia
F20.4 Post-schizophrenic depression
F20.S Residual schizophrenia
F20.6 Simple schizophrenia
F20.8 Other schizophrenia
F20.9 Schizophrenia, unspecified
26
LIST OF CATEGORIES
27
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F30-F39
Mood [affective] disorders
28 .
LIST OF CATEGORIES
29
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F40-F48
Neurotic, stress-related and somatoform disorders
30
LIST OF CATEGORIES
31
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F50-F59
Behavioural syndromes associated with physioiogicai
disturbances and physicai factors
32
LIST OF CATEGORIES
33
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F60-F69
Disorders of adult personality and behaviour
34
LIST OF CATEGORIES
35
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F70-F79
Mental retardation
36
LIST OF CATEGORIES
F80-F89
Disorders of psychological development
F80 Specific developmental disorders of speech and language
F80.0 Specific speech articulation disorder
F80.1 Expressive language disorder
F80.2 Receptive language disorder
F80.3 Acquired aphasia with epilepsy [Landau-Kleffner syndrome]
F80.8 Other developmental disorders of speech and language
F80.9 Developmental disorder of speech and language, unspecified
37
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F90-F98
Behavioural and emotional disorders with onset
usually occurring in childhood and adolescence
F90 Hyperkinetic disorders
F90.0 Disturbance of activity and attention
F90.1 Hyperkinetic conduct disorder
F90.8 Other hyperkinetic disorders
F90.9 Hyperkinetic disorder, unspecified
38
LIST OF CATEGORIES
39
MENTAL ANO BEHAVIOURAL DISORDERS
F99
Unspecified mental disorder
40
Clinical descriptions
and
diagnostic guideiines
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F00-F09
Organic, including symptomatic, mental disorders
Overview of this block
F04 Organic amnesic syndrome, not induced by alcohol and other psycho-
active substances
42
V I
F00-F09 ORQANIC MENTAL DISORDERS
F06 Other mental disorders due to brain damage and dysfunction and to
physical disease
F06.0 Organic hallucinosis
F06.1 Organic catatonic disorder
F06.2 Organic delusional [schizophrenia-like] disorder
F06.3 Organic mood [affective] disorders
.30 Organic manic disorder
.31 Organic bipolar disorder
.32 Organic depressive disorder
.33 Organic mixed affective disorder
F06.4 Organic anxiety disorder
F06.5 Organic dissociative disorder
F06.6 Organic emotionally labile [asthenic] disorder
F06.7 Mild cognitive disorder
F06.8 Other specified mental disorders due to brain damage and
dysfunction and to physical disease
F06.9 Unspecified mental disorder due to brain damage and dysfunction
and to physical disease
F07 Personality and behavioural disorders due to brain disease, damage and
dysfunction
F07.0 Organic personality disorder
F07.1 Postencephalitic syndrome
F07.2 Postconcussional syndrome
F07.8 Other organic personality and behavioural disorders due to brain
disease, damage and dysfunction
F07.9 Unspecified organic personality and behavioural disorders due to
brain disease, damage and dysfunction
43
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Introduction
The majority of the disorders in this block can, at least theoretically, have
their onset at any age, except perhaps early childhood. In practice, most tend
to start in adiilt life or old age. While some of these disorders are seemingly
irreversible and progressive,others are transient or respond to currently available
treatments.
Use of the term *'organic" does not imply that conditions elsewhere in this
classification are "nonorganic" in the sense of having no cerebral substrate.
In the present context, the term "organic" means simply that the syndrome
so classiried can be attributed to an independently diagnosable cerebral or
44
F00-F09 ORGANIC MENTAL DISORDERS
systemic disease or disorder. The term "symptomatic** is used for those organic
mental disorders in which cerebral involvement is secondary to a systemic
extracerebral disease or disorder.
It foUows from the foregoing that, in the majority of cases, the recording
of a diagnosis of any one of the disorders in this block will require the use
of two codes: one for the psychoimthological syndrome and another for the
underlying disorder. The etiological code should be selected from the relevant
chapter of the overall lCD-10 dassification.
Dementia
45
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
If depressive symptoms are present but the criteria for depressive episode
(F32.0-F32.3) are not fulfilled, they can be recorded by means of a fifth
character. The presence of hallucinations or delusions may be treated similarly.
Diagnostic guidelines
The primary requirement for diagnosis is evidence of a decline in both memory
and thinking which is sufHcient to impair personal activities of daily living,
as described above. The impairment of memory typically affects the registra
tion, storage, and retrieval of new information, but previously learned and
familiar material may also be lost, particularly in the later stages. Dementia
is more than dysmnesia: there is also impairment of thinking and of reasoning
capacity, and a reduction in the flow of ideas. The processing of incoming
information is impaired, in that the individual finds it increasingly difficult
to attend to more than one stimulus at a time, such as taking part in a conver
sation with several persons, and to shift the focus of attention from one topic
to another. If dementia is the sole diagnosis, evidence of clear consciousness
is required. However, a double diagnosis of delirium superimposed upon
dementia is common (F05.1). The above symptoms and impairments should
have been evident for at least 6 months for a conHdent clinical diagnosis of
dementia to be made.
Dementia mzyfollow any other organic mental disorder classified in this block,
or coexist with some of them, notably delirium (see F05.1).
46
F00-F09 ORGANIC MENTAL DISORDERS
47
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The following features are essential for a definite diagnosis:
(a) Presence of a dementia as described above.
(b) Insidious onset with slow deterioration. While the onset usually
seems difficult to pinpoint in time, realization by others that
the defects exist may come suddenly. An apparent plateau may
occur in the progression.
(c) Absence of clinical evidence, or findings from special investiga
tions, to suggest that the mental state may be due to other systemic
or brain disease which can induce a dementia (e.g. hypo-
thyroidism, hypercalcaemia, vitamin Bjj deficiency, niacin
deficiency, neurosyphilis, normal pressure hydrocephalus, or
subdural haematoma).
(d) Absence of a sudden, apoplectic onset, or of neurological signs
of focal damage such as hemiparesis, sensory loss, visual field
defects, and incoordination occurring early in the illness(although
these phenomena may be superimposed later).
48
FCG-F09 ORGANIC MENTAL DISORDERS
Diagnostic guideUnes
As for dementia, described above, with attention to the presence
or absence of features differentiating the disorder from the early-
onset subtype (FOO.O).
49
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Vascular dementia
Diagnostic guidelines
The diagnosis presupposes the.presence of a dementia as described
above. Impairment of cognitive function is commonly uneven, so
that there may be memory loss, intellectual impairment, and focal
neurological signs. Insight and judgement may be relatively well
preserved. An abrupt onset or a stepwise deterioration, as well as
the presence of focal neurological signs and symptoms,increases the
probability of the diagnosis; in some cases, conHrmation can be
provided only by computerized axial tomography or, ultimately,
neuropathological examination.
50
F0O-FO9 ORGANIC MENTAL DISORDERS
51
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Presence of a dementia as described above; presence of features
characteristic of one of the specified syndromes, as set out in the
following categories.
Diagnostic guidelines
The following features are required for a definite diagnosis:
(a) a progressive dementia;
(b) a predominance of frontal lobe features with euphoria, emotional
blunting, and coarsening of social behaviour, disinhibition, and
either apathy or restlessness;
(c) behavioural manifestations, which commonly precede frank
memory impairment.
Frontal lobe features are more marked than temporal and parietal,
unlike Alzheimer's disease.
J
F00-F09 ORGANIC MENTAL OiSOROERS
decade, but may be at any adult age. The course is subacute, leading
to death within 1-2 years.
Diagnostic guidelines
Creutzfeldt-Jakob disease should be suspected in all cases of a
dementia that progresses fairly rapidly over months to 1 or 2 years
and that is accompanied or followed by multiple neurological
symptoms. In some cases, such as the so-called amyotrophic form,
the neurological signs may precede the onset of the dementia.
Diagnostic guidelines
The association of choreiform movement disorder, dementia, and
family history of Huntington's disease is highly suggestive of the
diagnosis, though sporadic cases undoubtedly occur.
53
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Dementia developing in an individual with advanced, usually severe,
Parkinson's disease.
54
F0O-F09 ORGANIC MENTAL DISORDERS
56
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Unspecified dementia
This category should be used when the general criteria for the diagnosis
of dementia are satisfied, but when it is not possible to identify one
of the specific types (FOO.O—F02.9).
Diagnostic guidelines
For a definitive diagnosis it is necessary to establish:
(a) presence of a memory impairment manifest in a defect of recent
memory (impaired learning of new material); anterograde and
retrograde anmesia, and a reduced ability to recall past experiences
in reverse order of their occurrence;
(b) history or objective evidence of an insult to, or a disease of,
the brain (especially with bilateral involvement of the diencephalic
and medial temporal structures);
(c) absence of a defect in immediate recall (as tested, for example,
by the digit span), of disturbances of attention and consciousness,
and of global intellectual impairment.
57
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
For a deHnite diagnosis, symptoms, mild or severe, should be present
in each one of the following areas:
(a) impairment of consciousness and attention(on a continuum from
clouding to coma; r^uced ability to direct, focus, sustain, and
shift attention);
(b) global disturbance of cognition (perceptual distortions, illusions
and hallucinations — most often visual; impairment of abstract
thinking and comprehension, with or without transient delusions,
but typically with some degree of incoherence; impairment of
immediate recall and of recent memory but with relatively intact
remote memory; disorientation for time as well as,in more severe
cases; for place and person);
(c) psychomotor disturbances (hypo- or hyperactivity and unpre
dictable shifts from one to the other; increased reaction time;
increased or decreased flow of speech; enhanced startle reaction);
(d) disturbance of the sleep-wake cycle(insomnia or,in severe cases,
total sleep loss or reversal of the sleep-wake cycle; daytime
drowsiness; nocturnal worsening of symptoms; disturbing dreams
or nightmares, which may continue as hallucinations after
awakening);
(e) emotional disturbances, e.g. depression, anxiety or fear, irri
tability, euphoria, apathy, or wondering perplexity.
58
F00-F09 ORGANIC MENTAL DISORDERS
The onset is usuaUy rapid, the course diurnally fluctuating, and the
total duration of the condition less than 6 months. The above clinical
picture is so characteristic that a fairly confident diagnosis of delirium
can be made even if the underlying cause is not clearly established.
In addition to a history of an underlying physical or brain disease,
evidence of cerebral dysfunction (e.g. an abnormal electroen
cephalogram, usually but not invariably showing a slowing of the
background activity) may be required if the diagnosis is in doubt.
59
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
The following are among the conditions known to increase the relative
risk for the syndromes classified here: epilepsy; limbic encephalitis;
Huntington's disease; head trauma; brain neoplasms; extracranial
neoplasms with remote CNS effects (especially carcinoma of the
60
F00-F09 ORGANIC MENTAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
In addition to the general criteria in the introduction to F06 above,
there should be evidence of persistent or recurrent hallucinations in
any modality; no clouding of consciousness; no significant intellec
tual decline; no predominant disturbance of mood; and no
predominance of delusions.
Includes: Dermatozoenwahn
organic hallucinatory state (nonalcoholic)
61
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The general criteria for assuming organic etiology, laid down in the
introduction to F06, must be met. In addition, there should be one
of the following:
(a) stupor (diminution or complete absence of spontaneous move
ment with partial or complete mutism, negativism, and rigid
posturing);
(b) excitement (gross hypermotility with or without a tendency to
assaultiveness);
(c) both (shifting rapidly and unpredictably from hypo- to hyper-
activity).
Diagnostic guidelines
The general criteria for assuming an organic etiology, laid down in
the introduction to F()6, must be met. In addition, there should be
delusions(persecutory, of bodily change,jealousy, disease, or death
of the subject or another person). Hallucinations, thought disorder,
or isolated catatonic phenomena may be present. Consciousness and
memory must not be affected. This diagnosis should not be made
if the presumed evidence of organic causation is nonspecific or limited
to findings such as enlarged cerebral ventricles (visualized on
computerized axial tomography) or **soft" neurological signs.
62
F00-F09 ORGANIC MENTAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
In addition to the general criteria for assuming organic etiology,
laid down in the introduction to F06, the condition must meet
the requirements for a diagnosis of one of the disorders listed
under F30-F33.
64
F00-F09 ORGANIC MENTAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The main feature is a decline in cognitive performance. This may
include memory impairment, learning or concentration difficulties.
Objective tests usually indicate abnormality. The symptoms are such
that a diagnosis of dementia(FOO-F03), organic amnesic syndrome
(F04) or delirium (F05.-) cannot be made.
65
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
In addition to an established history or other evidence of brain disease,
damage, or dysfunction, a definitive diagnosis requires the presence
of two or more of the following features:
(a) consistently reduced ability to persevere with goal-directed
activities, especially those involving longer periods of time and
postponed gratification;
(b) altered emotional behaviour, characterized by emotional labili
ty,shallow and unwarranted cheerfulness(euphoria, inappropriate
jocularity), and easy change to irritability or short-lived outbursts
of anger and aggression; in some instances apathy may be a more
prominent feature;
(c) expression of needs and impulses without consideration of con
sequences or social convention (the patient may engage in dissocial
acts, such as stealing, inappropriate sexual advances, or voracious
eating, or may exhibit disregard for personal hygiene);
(d) cognitive disturbances, in the form of suspiciousness or paranoid
ideation, and/or excessive preoccupation with a single, usually
abstract, theme (e.g. religion, "right" and "wrong");
(e) marked alteration of the rate and flow of language production,
with features such as circumstantiality, over-inclusiveness,
viscosity, and hypergraphia;
(f) altered sexual behaviour (hyposexuality or change of sexual
preference).
66
F00-F09 ORGANIC MENTAL DISORDERS
Diagnostic guidettnes
The manifestations may include general malaise, apathy or irritability,
some lowering of cognitive functioning Geaming difficulties), altered
sleep and eating patterns, and changes in sexuality and in social
judgement. There may be a variety of residual neurological dysfunc
tions such as paralysis, deafness, aphasia, constructional apraxia,
and acalculia.
67
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
At least three of the features described above should be present for
a definite diagnosis. Careful evaluation with laboratory techniques
(electroencephalography, brain stem evoked potentials, brain
imaging, oculonystagmography) may yield objective evidence to
substantiate the symptoms but results are often negative. The
complaints are not necessarily associated with compensation motives.
68
F00-F09 ORGANIC MENTAL DISORDERS
69
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F10-F19
Mental and behavioural disorders due to psychoactive
substance use
Four- and five-character codes may be used to specify the clinical conditions,
as follows:
70
F10-F19 DISORDERS DUE TO PSYCHOACTIVE SUBSTANCE USE
71
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Introduction
This block contains a wide variety of disorders that differ in severity (from
uncomplicated intoxication and harmful use to obvious psychotic disorders
and dementia), but that are all attributable to the use of one or more psycho-
active substances (which may or may not have been medically prescribed).
The substance involved is indicated by means of the second and third characters
(i.e. the first two digits after the letter F), and the fourth and fifth characters
specify the clinical states. To save space, all the psychoactive substances are
listed first, followed by the four-character codes; these should be used, as
required, for each substance specified, but it should be noted that not all four-
character codes are applicable to all substances.
Diagnostic guidelines
Identification of the psychoactive substance used may be made on the basis
of self-report data, objective analysis of specimens of urine, blood, etc., or
other evidence (presence of drug samples in the patient's possession, clinical
signs and symptoms, or reports from informed third parties). It is always
advisable to seek corroboration from more than one source of evidence relating
to substance use.
Many drug users take more than one type of drug, but the diagnosis of the
disorder should be classified, whenever possible, according to the most impor
tant single substwce (or class of substances) used. This may usually be done
with regard to the particular drug, or type of drug, causing the presenting
disorder. When in doubt, code the drug or type of drug most frequently
misused, particularly in those cases involving continuous or daily use.
72
F10-F19 DISORDERS DUE TO PSYCHOACTiVE SUBSTANCE USE
Cases in which mental disorders (particularly delirium in the elderly) are due
to psychoactive substances, but without the presence of one of the disorders
in this block (e.g. harmful.use or dependence syndrome), should be coded
in F00-F09. Where a state of delirium is superimposed upon such a disorder
in this block, it should be coded by means of Fljr.3 or Flx.4.
Diagnostic guidelines
Acute intoxication is usually closely related to dose levels(see ICD-10,
Chapter XX). Exceptions to this may occur in individuals with
certain underlying organic conditions (e.g. renal or hepatic insuffi
ciency)in whom small doses of a substance may produce a dispropor
tionately severe intoxicating effect. Disinhibition due to social context
should also be taken into account (e.g. behavioural disinhibition at
parties or carnivals). Acute intoxication is a transient phenomenon.
Intensity of intoxication lessens with time, and effects eventually
disappear in the absence of fiuther use of the substance. Recovery
is therefore complete except where tissue damage or another com
plication has arisen.
73
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The diagnosis requires that actual damage should have been caused
to the mental or physical health of the user.
Diagnostic guidelines
A definite diagnosis of dependence should usually be made only if
three or more of the following have been experienced or exhibited
at some time during the previous year:
(a) a strong desire or sense of compulsion to take the substance;
(b) difficulties in controlling substance-taking behaviour in terms of
its onset, termination, or levels of use;
75
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
76
F10-F19 DISORDERS DUE TO PSYCHOACTIVE SUBSTANCE USE
Diagnostic guidelines
Withdrawal state is one of the indicators of dependence syndrome
(see Flx.2) and this latter diagnosis should also be considered.
77
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
78
F10-F19 DISORDERS DUE TO PSYCHOACTIVE SUBSTANCE USE
Diagnostic guidelines
A psychotic disorder occurring during or immediately after drug use
(usually within 48 hoins) should be recorded here provided that
it is not a manifestation of drug withdrawal state with delirium
(see Flx4)or of late onset. Late-onset psychotic disorders(with onset
more than 2 weeks after substance use) may occur, but should be
coded as F1j:.75.
F1jr.56 Mixed
80
F10-F19 DISORDERS DUE TO PSYCHOACTIVE SUBSTANCE USE
Diagnostic guidelines
Amnesic syndrome induced by alcohol or other psychoactive
substances coded here should meet the general criteria for organic
amnesic syndrome (see F04). The primary requirements for this
diagnosis are:
(a) memory impairment as shown in impairment of recent memory
(learning of new material); disturbances of time sense(rearrange
ments of chronological sequence, telescoping of repeated events
into one, etc.);
(b) absence of defect in immediate recall, of impairment of con
sciousness, and of generalized cognitive impairment;
(c) history or objective evidence of chronic (and particularly high-
dose) use of alcohol or drugs.
81
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Onset of the disorder should be directly related to the use of alcohol
or a psychoactive substance. Cases in which initial onset occurs later
than episode(s) of substance use should be coded here only where
clear and strong evidence is available to attribute the state to the
residual effect of the substance. The disorder should represent a
change from or marked exaggeration of prior and normal state of
functioning.
The disorder should persist beyond any period of time during which
direct effects of the psychoactive substance might be assumed to be
operative (see FIa.O, acute intoxication). Alcohol- or psychoactive
substance-induced dementia is not always irreversible; after an
extended period of total abstinence, intellectual functions and memory
may improve.
82
F10-F19 DISORDERS DUE TO PSYCHOACTIVE SUBSTANCE USE
FIa-.TS Dementia
Meeting the general criteria for dementia as outlined in the introduc
tion to F00-F09.
83
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F20- F29
Schizophrenia, schizotypal and delusional disorders
Overview of this block
F20 Sphizophrenia
F20.0 Paranoid schizophrenia
F20.1 Hebephrenic schizophrenia
F20.2 Catatonic schizophrenia
F20.3 Undifferentiated schizophrenia
F20.4 Post-schizophrenic depression
F20.5 Residual schizophrenia
F20.6 Simple schizophrenia
F20.8 Other schizophrenia
F20.9 Schizophrenia, unspecified
Introduction
1201 Schizophrenia
B6
F20-F29 SCHIZOPHRENIA, SCHIZOTYPAL AND DELUSIONAL DISORDERS
87
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The normal requirement for a diagnosis of schizophrenia is that a
minimum of one very clear symptom (and usually two or more if
less clear-cut) belonging to any one of the groups listed as (a) to
(d) above, or symptoms from at least two of the groups referred
to as (e) to (h), should have been clearly present for most of the
time during a period of1 month or more. Conditions meeting such
symptomatic requirements but of duration less than 1 month(whether
treated or not) should be diagnosed in the first instance as acute
schizophrenia-like psychotic disorder (F23.2) and reclassified as
schizophrenia if the symptoms persist for longer periods.
88
F20-F29 SCHIZOPHRENIA, SCHIZOTYPAL AND DELUSIONAL DISORDERS
Pattern of course
The course of schizophrenic disorders can be classified by using the
following five-character codes:
F20.X0 Continuous
F20.X1 Episodic with progressive deficit
F20.X2 Episodic with stable deficit
F20.X3 Episodic remittent
F20.X4 Incomplete remission
F20.X5 Complete remission
F20.X8 Other
F20.X9 Period of observation less than one year
impaired volition are often present but do not dominate the clinical
picture.
Diagnostic guidelines
The general criteria for a diagnosis of schizophrenia (see introduc
tion to F20 above)must be satisfied. In addition, hallucinations and/or
delusions must be prominent, and disturbances of affect, volition
and speech, and catatonic symptoms must be relatively inconspicuous.
The hallucinations will usually be of the kind described in (b) and
(c) above. Delusions can be of almost any kind but delusions of
control, influence, or passivity, and persecutory beliefs of various
kinds are the most characteristic.
90
J
F20-F29 SCHIZOPHRENIA, SCHIZOTYPAL AND DELUSIONAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The general criteria for a diagnosis of schizophrenia (see introduc
tion to F20 above) must be satisfied. Hebephrenia should normally
be diagnosed for the first time only in adolescents or young adults.
The premorbid personality is characteristically, but not necessarily,
rather shy and solitary. For a confident diagnosis of hebephrenia,
a period of 2 or 3 months of continuous observation is usually
necessary, in order to ensure that the characteristic behaviours
described above are sustained.
Diagnostic guidelines
The general criteria for a diagnosis of schizophrenia (see introduc
tion to F20 above) must be satisfied. Transitory and isolated catatonic
symptoms may occur in the context of any other subtype of
91
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
92
F20-F29 SCHIZOPHRENIA, SCHIZOTYPAL AND DELUSIONAL DISORDERS
has been made to classify the condition into one of the three preceding
categories.
Diagnostic guidelines
This category should be reserved for disorders that:
(a) meet the diagnostic criteria for schizophrenia;
(b) do not satisfy the criteria for the paranoid, hebephrenic, or
catatonic subtypes;
(c) do not satisfy the criteria for residual schizophrenia or post-
schizophrenic depression.
Diagnostic guidelines
The diagnosis should be made only if:
(a) the patient has had a schizophrenic illness meeting the general
criteria for schizophrenia (see introduction to F20 above) within
the past 12 months;
(b) some schizophrenic symptoms are still present; and
(c) the depressive symptoms are prominent and distressing, fulfil
ling at least the criteria for a depressive episode (F32.-), and
have been present for at least 2 weeks.
93
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
For a confident diagnosis, the following requirements should be met:
(a) prominent "negative" schizophrenic symptoms,i.e. psychomotor
slowing, underactivity, blunting of affect, passivity and lack
of ihitiative, poverty of quantity or content of speech, poor
nonverbal communication by facial expression, eye contact, voice
modulation, and posture, poor self-care and social performance;
(b) evidence in the past of at least one clear-cut psychotic episode
meeting the diagnostic criteria for schizophrenia;
(c) a period of <7/ least 1 year during which the intensity and
frequency of florid symptoms such as delusions and hallucina
tions have been minimal or substantially reduced and the
"negative" schizophrenic syndrome has been present;
(d) absence of dementia or Other organic brain disease or disorder,
and of chronic depression or institutionalism sufficient to
explain the negative impairments.
94
F20-F29 SCHIZOPHRENIA, SCHIZOTYPAL AND DELUSIONAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Simple schizophrenia is a difHcult diagnosis to make with any
confidence because it depends on establishing the slowly progressive
development of the characteristic "negative" symptoms of residual
schizophrenia (see F20.5 above) without any history of hallucina
tions, delusions, or other manifestations of an earlier psychotic
episode, and with significant changes in personal behaviour, manifest
as a marked loss of interest, idleness, and social withdrawal.
95
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
This diagnostic rubric is not recommended for general use because
it is not clearly demarcated either from simple schizophrenia or from
schizoid or paranoid personality disorders. If the term is used, three
or four of the typical features listed above should have been present,
continuously or episodically, for at least 2years. The individual must
never have met criteria for schizophrenia itself. A history of
schizophrenia in a first-degree relative gives additional weight to the
diagnosis but is not a prerequisite.
96
1
F20-F29 SCHIZOPHRENIA, SCH1ZOTYPAL AND DELUSIONAL DISORDERS
pseudopsychopathic schizophrenia
schizotypal personality disorder
97
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Delusions constitute the most conspicuous or the only clinical
characteristic. They must be present for at least 3 months and
be clearly personal rather than subcultural. Depressive symptoms
or even a full-blown depressive episode (F32.-) may be present
intermittently, provided that the delusion persists at times when there
is no disturbance of mood. There must be no evidence of brain disease,
no or only occasional auditory hallucinations, and no history of
schizophrenic symptoms(delusions of control, thought broadcasting,
etc.).
Includes: paranoia
paranoid psychosis
paranoid state
paraphrenia (late)
sensitiver Beziehungswahn
98
F20-F29 SCHIZOPHRENIA, SCHIZOTYPAL AND DELUSIONAL DISORDERS
The typical syndromes that have been selected are first, the rapidly
changing and variable state, called here ''polymorphic", that has
been given prominence in acute psychotic states in several countries,
and second, the presence of typical schizophrenic symptoms.
99
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
None of the disorders in the group satisfies the criteria for either
manic(F30.-)or depressive (F32.-)episodes, although emotional
changes and individual affective symptoms may be prominent from
time to time.
It is important to note that the 48-hour and the 2-week criteria are
not put forward as the times of maximum severity and disturbance,
but as times by which the psychotic symptoms have become obvious
and disruptive of at least some aspects of daily life and work.
The peak disturbance may be reached later in both instances;
the symptoms and disturbance have only to be obvious by the
stated times, in the sense that they will usually have brought the
patient into contact with some form of helping or medical agency.
Prodromal periods of anxiety, depression, social withdrawal, or mildly
abnormal behaviour do not qualify for inclusion in these periods
of time.
101
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
For a definite diagnosis:
(a) the onset must be acute (from a nonpsychotic state to a clearly
psychotic state within 2 weeks or less);
(b) there must be several types of hallucination or delusion, changing
in both type and intensity from day to day or within the same day;
(c) there should be a similarly varying emotional state; and
(d) in spite of the variety of symptoms, none should be present with
sufficient consistency to fulfil the criteria for schizophrenia
(F20.-)or for manic or depressive episode (F30.- or F32.-).
Diagnostic guidelines
For a definite diagnosis, criteria (a), (b), and (c) specified for
acute polymorphic psychotic disorder (F23.0) must be fulfilled;
in addition, symptoms that fulfil the criteria for schizophrenia
(F20.-)must have been present for the majority of the time since
the establishment of an obviously psychotic clinical picture.
102
F20-F29 SCHIZOPHRENIA, SCHIZOTYPAL AND DELUSIONAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
For a definite diagnosis:
(a) the onset of psychotic symptoms must be acute (2 weeks or less
from a nonpsychotic to a clearly psychotic state);
(b) symptoms that fulfil the criteria for schizophrenia (F20.-)
must have been present for the majority of the time since the
establishment of an obviously psychotic clinical picture;
(c) the criteria for acute polymorphic psychotic disorder are not
fulfilled.
Diagnostic guidelines
For a definite diagnosis:
(a) the onset of psychotic symptoms must be acute (2 weeks or less
from a nonpsychotic to a clearly psychotic state);
103
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
104
F20-F29 SCHIZOPHRENIA. SCHIZOTYPAL AND DELUSIONAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
A diagnosis of induced delusional disorder should be made only if:
(a) two or more people share the same delusion or delusional system
and support one another in this belief;
(b) they have an unusually close relationship of the kind described
above;
(c) there is temporal or other contextual evidence that the delusion
was induced in the passive member(s) of the pair or group by
contact with the active member.
Schizoaffective disorders
105
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
depressive type, usually make a full recovery and only rarely develop
a defect state.
Diagnostic guidelines
A diagnosis of schizoaffective disorder should be made only when
both definite schizophrenic and deHnite affective symptoms are
prominent simultaneously, or within a few days of each other, within
the same episode of illness, and when, as a consequence of this,
the episode of illness does not meet criteria for either schizophrenia
or a depressive or manic episode. The term should not be applied
to patients who exhibit schizophrenic symptoms and affective
symptoms only in different episodes of illness. It is common, for
example, for a schizophrenic patient to present with depressive
symptoms in the aftermath of a psychotic episode (see post-
schizophrenic depression (F20.4)). Some patients have recurrent
schizoaffective episodes, which may be of the manic or depressive
type or a mixture of the two. Others have one or two schizoaffective
episodes interspersed between typical episodes of mania or depression.
In the former case, schizoaffective disorder is the appropriate
diagnosis. In the latter, the occurrence of an occasional schizoaffec
tive episode does not invalidate a diagnosis of bipolar affective
disorder or recurrent depressive disorder if the clinical picture is typical
in other respects.
106
F20-F29 SCHIZOPHRENIA, SCHIZOTYPAL AND DELUSIONAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
There must be a prominent elevation of mood, or a less obvious
elevation of mood combined with increased irritability or excitement.
Within the same episode, at least one and preferably two typically
schizophrenic symptoms (as specified for schizophrenia (F20.-),
diagnostic guidelines (a)-(d)) should be clearly present.
107
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
There must be prominent depression, accompanied by at least
two characteristic depressive symptoms or associated behavioural
abnormalities as listed for depressive episode (F32. —); within the
same episode, at least one and preferably two typically schizophrenic
symptoms (as specified for schizophrenia (F20.-), diagnostic
guidelines (a)-(d)) should be clearly present.
108
F20-F29 SCHIZOPHRENIA, SCHIZOTYPAL AND DELUSIONAL DISORDERS
109
MENTAL AND BEHAVIOURAL OlSOROERS
F30-F39
Mood [affective] disorders
Overview of this block
110
F30-F39 MOOD [AFFECTIVE] DISORDERS
111
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Introduction
The main criteria by which the affective disorders have been classified have
been chosen for practical reasons, in that they allow common clinical disorders
to be easily identified. Single episodes have been distinguished from bipolar
and other multiple episode disorders because substantial proportions of
patients have only one episode of illness, and severity is given prominence
because of implications for treatment and for provision of different levels of
service. It is acknowledged that the symptoms referred to here as "somatic"
could also have been called "melancholic", "vital", "biological", or "endogeno-
morphic", and that the scientific status of this syndrome is in any case
somewhat questionable. It is to be hoped that the result of its inclusion here
will be widespread critical appraisal of the usefulness of its separate identifi
cation. The classification is arranged so that this somatic syndrome can be
recorded by those who so wish, but can also be ignored without loss of any
other information.
The terms "mania" and "severe depression" are used in this classification
to denote the opposite ends of the affective spectrum; "hypomania" is used
to denote an intermediate state without delusions, hallucinations, or complete
disruption of normal activities, which is often (but not exclusively) seen as
patients develop or recover from mania.
112
F30-F39 MOOD [AFFECTiVig DISORDERS
Manic episode
F30.0 Hypomania
Hypomania is a lesser degree of mania(F30.1),in which abnormalities
of mood and behaviour are too persistent and marked to be included
under cyclothymia (F34.0) but are not accompanied by hallucina
tions or delusions. There is a persistent mild elevation of mood (for
at least several days on end), increased energy and activity, and usually
marked feelings of well-being and both physical and mental efficiency.
Increased sociability, talkativeness, overfamiliarity,increased sexual
energy, and a decreased need for sleep are often present but not
to the extent that they lead to severe disruption of work or result
in social rejection. Irritability, conceit, and boorish behaviour may
take the place of the more usual euphoric sociability.
Diagnostic guidelines
Several of the features mentioned above, consistent with elevated
or changed mood and increased activity, should be present for at
least several days on end, to a degree and with a persistence greater
than described for cyclothymia (F34.0). Considerable interference
with work or social activity is consistent with a diagnosis of
hypomania, but if disruption of these is severe or complete, mania
(F30.1 or F30.2) should be diagnosed.
Diagnostic guidelines
The episode should last for at least 1 week and should be severe
enough to disrupt ordinary work and social activities more or less
completely. The mood change should be accompanied by increased
energy and several of the symptoms referred to above (particularly
pressure of speech, decreased need for sleep, grandiosity, and ex
cessive optimism).
114
F30-F39 MOOD [AFFECTIVE] DISORDERS
115
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Manic episodes usually begin abruptly and last for between 2 weeks
and 4-5 months (median duration about 4 months). Depressions
tend to last longer (median length about 6 months), though rarely
for more than a year, except in the elderly. Episodes of both kinds
often follow stressful life events or other mental trauma, but the
presence of such stress is not essential for the diagnosis. The first
episode may occur at any age from childhood to old age. The
frequency of episodes and the pattern of remissions and relapses
are both very variable, though remissions tend to get shorter as time
goes on and depressions to become commoner and longer lasting
after middle age.
116
F30-F39 MOOD [AFFECTIVE] DISORDERS
117
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Although the most typical form of bipolar disorder consists of
alternating manic and depressive episodes separated by periods
of normal mood, it is not uncommon for depressive mood to be
accompanied for days or weeks on end by overactivity and pressure
of speech, or for a manic mood and grandiosity to be accompanied
by agitation and loss of energy and libido. Depressive symptoms
118
F30-F39 MOOD [AFFECTIVE] DISORDERS
The lowered mood varies little from day to day, and is often
unresponsive to circumstances, yet may show a characteristic diurnal
119
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
variation as the day goes on. As with manic episodes, the clinical
presentation shows marked individual variations, and atypical
presentations are particularly common in adolescence. In some cases,
anxiety, distress, and motor agitation may be more prominent at
times than the depression, and the mood change may also be masked
by added features such as irritability, excessive consumption of
alcohol, histrionic behaviour, and exacerbation of pre-existing phobic
or obsessional symptoms, or by hypochondriacal preoccupations.
For depressive episodes of all three grades of severity, a duration
of at least 2 weeks is usually required for diagnosis, but shorter periods
may be reasonable if symptoms are unusually severe and of rapid
onset.
120
F30-F39 MOOD [AFFECTIVE] DISORDERS
121
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
All three of the typical symptoms noted for mild and moderate
depressive episodes (F32.0, F32.1) should be present, plus at least
four other symptoms, some of which should be of severe intensity.
However, if important symptoms such as agitation or retardation
are marked, the patient may be unwilling or unable to describe many
symptoms in detail. An overall grading of severe episode may still
be justified in such instances. The depressive episode should usually
last at least 2 weeks, but if the symptoms are particularly severe
and of very rapid onset, it may be justified to make this diagnosis
after less than 2 weeks.
123
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
general, the first episode occurs later than in bipolar disorder, with
a mean age of onset in the fifth decade. Individual episodes also
last between 3 and 12 months (median duration about 6 months)
but recur less frequently. Recovery is usually complete between
episodes, but a minority of patients may develop a persistent
depression, mainly in old age (for which this category should still
be used). Individual episodes of any severity are often precipitated
by stressful life events; in many cultures, both individual episodes
and persistent depression are twice as common in women as in men.
The risk that a patient with recurrent depressive disorder will have
an episode of mania never disappears completely, however many
depressive episodes he or she has experienced. If a manic episode
does occur, the diagnosis should change to bipolar affective disorder.
125
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
126
F30-F39 MOOD [AFFECTIVE] DISORDERS
127
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
128
F30-F39 MOOD [AFFECTIVE] DISORDERS
F34.0 Cyclothymia
A persistent instability of mood,involving numerous periods of mild
depression and mild elation. This instability usually develops early
in adult life and pursues a chronic course, although at times the
mood may be normal and stable for months at a time. The mood
swings are usually perceived by the individual as being unrelated to
life events. The diagnosis is difficult to establish without a prolonged
period of observation or an unusually good account of the individual's
past behaviour. Because the mood swings are relatively mild and
the periods of mood elevation may be enjoyable, cyclothymia
frequently fails to come to medical attention. In some cases this may
be because the mood change, although present, is less prominent
than cyclical changes in activity, self-confidence, sociability, or
appetitive behaviour. If required, age of onset may be specified as
early (in late teenage or the twenties) or late.
Diagnostic guidelines
The essential feature is a persistent instability of mood, involving
numerous periods of mild depression and mild elation, none of which
has been sufficiently severe or prolonged to fulfil the criteria for
bipolar affective disorder (F31.-) or recurrent depressive disorder
(F33.-). This implies that individual episodes of mood swings do
not fulfil the criteria for any of the categories described under manic
episode (F30.-) or depressive episode (F32.-).
F34.1 Dysthymia
A chronic depression of mood which does not currently fulfil the
criteria for recurrent depressive disorder, mild or moderate severity
(F33.0 or F33.1),in terms of either severity or duration of individual
129
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
episodes, although the criteria for mild depressive episode may have
been fulfilled in the past, particularly at the onset of the disorder.
The balance between individual phases of mild depression and
intervening periods of comparative normality is very variable.
Sufferers usually have periods of days or weeks when they describe
themselves as well, but most of the time (often for months at a
time) they feel tired and depressed; everything is an effort and
nothing is enjoyed. They brood and complain, sleep badly and feel
inadequate, but are usually able to cope with the basic demands of
everyday life. Dysthymia therefore has much in common with the
concepts of depressive neurosis and neurotic depression. If required,
age of onset may be specified as early(in late teenage or the twenties)
or late.
Diagnostic guidelines
The essential feature is a very long-standing depression of mood which
is never, or only very rarely, severe enough to fulfil the criteria for
recurrent depressive disorder, mild or moderate severity (F33.0 or
F33.1). It usually begins early in adult life and lasts for at least several
years, sometimes indefinitely. When the onset is later in life, the
disorder is often the aftermath of a discrete depressive episode(F32.-)
and associated with bereavement or other obvious stress.
131
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F40-F48
Neurotic, stress-related and somatoform disorders
132
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
133
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Introduction
134
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Most phobic disorders other than social phobias are more common
in women than in men.
F40.0 Agoraphobia
The term "agoraphobia" is used here with a wider meaning than
it had when originally introduced and as it is still used in some
countries. It is now taken to include fears not only of open spaces
but also of related aspects such as the presence of crowds and the
difficulty of immediate easy escape to a safe place (usually home).
The term therefore refers to an interrelated and often overlapping
cluster of phobias embracing fears of leaving home: fear of entering
shops, crowds, and public places, or of travelling alone in trains,
buses, or planes. Although the severity of the anxiety and the extent
of avoidance behaviour are variable, this is the most incapacitating
of the phobic disorders and some sufferers become completely
housebound; many are terrified by the thought of collapsing and
being left helpless in public. The lack of an immediately available
exit is one of the key features of many of these agoraphobic
135
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
situations. Most sufferers are women and the onset is usually early
in adult life. Depressive and obsessional symptoms and social phobias
may also be present but do not dominate the clinical picture. In the
absence of effective treatment, agoraphobia often becomes chronic,
though usually fluctuating.
Diagnostic guidelines
All of the following criteria should be fulfilled for a deHnite diagnosis:
(a) the psychological or autonomic symptoms must be primarily
manifestations of anxiety and not secondary to other symptoms,
such as delusions or obsessional thoughts;
(b) the anxiety must be restricted to (or occur mainly in) at least
two of the following situations: crowds, public places, travelling
away from home, and travelling alone; and
(c) avoidance of the phobic situation must be, or have been, a
prominent feature.
Diagnostic guidelines
All of the following criteria should be fulfilled for a deHnite diagnosis:
(a) the psychological, behavioural, or autonomic symptoms must
be primarily manifestations of anxiety and not secondary to other
symptoms such as delusions or obsessional thoughts;
(b) the anxiety must be restricted to or predominate in particular
social situations; and
(c) avoidance of the phobic situations must be a prominent feature.
Includes: anthropophobia
social neurosis
137
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
life and can persist for decades if they remain untreated. The
seriousness of the resulting handicap depends on how easy it is for
the sufferer to avoid the phobic situation. Fear of the phobic
situation tends not to fluctuate, in contrast to agoraphobia. Radia
tion sickness and venereal infections and, more recently, AIDS are
common subjects of disease phobias.
Diagnostic guidelines
All of the following should be fulfilled for a definite diagnosis:
(a) the psychological or autonomic symptoms must be primary
manifestations of anxiety, and not secondary to other symptoms
such as delusion or obsessional thought;
(b) the anxiety must be restricted to the presence of the particular
phobic object or situation; and
(c) the phobic situation is avoided whenever possible.
Includes: acrophobia
animal phobias
claustrophobia
examination phobia
simple phobia
138
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Diagnostic guidelines
In this classification, a panic attack that occurs in an established
phobic situation is regarded as an expression of the severity of the
phobia, which should be given diagnostic precedence. Panic disorder
should be the main diagnosis only in the absence of any of the phobias
in F40.-.
139
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The sufferer must have primary symptoms of anxiety most days for
at least several weeks at a time, and usually for several months. These
symptoms should usually involve elements of:
(a) apprehension (worries about future misfortunes, feeling "on
edge", difficulty in concentrating, etc.);
(b) motor tension (restless fidgeting, tension headaches, trembling,
inability to relax); and
(c) autonomic overactivity (lightheadedness, sweating, tachycardia
or tachypnoea, epigastric discomfort, dizziness, dry mouth,etc.).
140
F40-F48 NEUROTIC. STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
141
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
142
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Diagnostic gitidelines
For a definite diagnosis, obsessional symptoms or compulsive acts,
or both, must be present on most days for at least 2 successive
weeks and be a source of distress or interference with activities. The
obsessional symptoms should have the following characteristics:
(a) they must be recognized as the individual's own thoughts or
impulses;
(b) there must be at least one thought or act that is still resisted
unsuccessfully, even though others may be present which the
sufferer no longer resists;
(c) the thought of carrying out the act must not in itself be pleasurable
(simple relief of tension or anxiety is not regarded as pleasure
in this sense);
(d) the thoughts,images, or impulses must be unpleasantly repetitive.
Compulsive ritual acts are less closely associated with depression than
obsessional thoughts and are more readily amenable tb behavioural
therapies.
145
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
146
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Diagnostic guidelines
There must be an immediate and clear temporal connection between
the impact of an exceptional stressor and the onset of symptoms;
onset is usually within a few minutes, if not immediate. In addition,
the symptoms:
(a) show a mixed and usually changing picture; in addition to the
initial state of "daze", depression, anxiety, anger, despair,
overactivity, and withdrawal may all be seen, but no one type
of symptom predominates for long;
(b) resolve rapidly (within a few hours at the most) in those cases
where removal from the stressful enviroiunent is possible; in cases
where the stress continues or cannot by its nature be reversed,
the symptoms usually begin to diminish after 24-48 hours and
are usually minimal after about 3 days.
147
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
The onset follows the trauma with a latency period which may range
from a few weeks to months (but rarely exceeds 6 months). The
course is fluctuating but recovery can be expected in the majority
of cases. In a small proportion of patients the condition may show
a chronic course over many years and a transition to an enduring
personality change (see F62.0).
Diagnostic guideiines
This disorder should not generally be diagnosed unless there is evidence
that it arose within 6 months of a traumatic event of exceptional
severity. A "probable" diagnosis might still be possible if the delay
between the event and the onset was longer than 6 months, provided
that the clinical manifestations are typical and no alternative iden
tification of the disorder (e.g. as an anxiety or obsessive-compulsive
disorder or depressive episode) is plausible. In addition to evidence
of trauma, there must be a repetitive, intrusive recollection or re-
enactment of the event in memories, daytime imagery, or dreams.
Conspicuous emotional detachment, numbing of feeling, and
avoidance of stimuli that might arouse recollection of the trauma
148
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
are often present but are not essential for the diagnosis. The autonomic
disturbances, mood disorder, and behavioural abnormalities all
contribute to the diagnosis but are not of prime importance.
149
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Diagnosis depends on a careful evaluation of the relationship between:
(a) form, content, and severity of symptoms;
(b) previous history and personality; and
(c) stressful event, situation, or life crisis.
If the criteria for adjustment disorder are satisfied, the clinical form
or predominant features can be specified by a fifth character:
150
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
151
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
152
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Diagnostic guideiines
For a definite diagnosis the following should be present:
(a) the clinical features as specified for the individual disorders in
F44.-;
(b) no evidence of a physical disorder that might explain the
symptoms;
(c) evidence for psychological causation, in the form of clear
association in time with stressful events and problems or
disturbed relationships (even if denied by the individual).
153
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
The affective states that accompany amnesia are very varied, but
severe depression is rare. Perplexity, distress, and varying degrees
of attention-seeking behaviour may be evident, but calm acceptance
is also sometimes striking. Young adults are most commonly affected,
the most extreme instances usually occurring in men subject to battle
stress. Nonorganic dissociative states are rare in the elderly.
Purposeless local wandering may occur; it is usually accompanied
by self-neglect and rarely lasts more than a day or two.
Diagnostic guidelines
A deHnite diagnosis requires:
(a) amnesia, either partial or complete, for recent events that are
of a traumatic or stressful nature(these aspects may emerge only
when other informants are available);
(b) absence of organic brain disorders, intoxication, or excessive
fatigue.
164
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Diagnostic guidelines
For a definite diagnosis there should be:
(a) the features of dissociative amnesia (F44.0);
(b) purposeful travel beyond the usual everyday range (the differentia
tion between travel and wandering must be made by those with
local knowledge); and
(c) maintenance of basic self-care (eating, washing, etc.) and simple
social interaction with strangers(such as buying tickets or petrol,
asking directions, ordering meals).
155
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
For a definite diagnosis there should be:
(a) stupor, as described above;
(b) absence of a physical or other psychiatric disorder that might
explain the stupor; and
(c) evidence of recent stressful events- or current problems.
156
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Diagnostic guidelines
The diagnosis should be made with great caution in the presence
of physical disorders of the nervous system, or in a previously well-
adjusted individual with normal family and social relationships.
158
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Dissociative deafness and anosmia are far less common than loss
of sensation or vision.
160
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Marked depression and anxiety are frequently present and may justify
specific treatment.
. Diagnostic guidelines
A definite diagnosis requires the presence of all of the following;
162
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATpFORM DISORDERS
163
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
164
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Marked depression and anxiety are often present, and may justify
additional diagnosis. The disorders rarely present for the first time
after the age of 50 years, and the course of both symptoms and
disability is usually chronic and fluctuating. There must be no fixed
delusions about bodily functions or shape. Fears of the presence of
one or more diseases (nosophobia) should be classified here.
This syndrome occurs in both men and women, and there are no
special familial characteristics(in contrast to somatization disorder).
Many individuals, especially those with milder forms of the disorder,
remain within primary care or nonpsychiatric medical specialties.
Psychiatric referral is often resented, unless accomplished early in
the development of the disorder and with tactful collaboration
between physician and psychiatrist. The degree of associated disability
is very variable; some individuals doniinate or manipulate family
and social networks as a result of their symptoms, in contrast to
a minority who function almost normally.
Diagnostic guidelines
For a definite diagnosis, both of the following should be present:
(a) persistent belief in the presence of at least one serious physical
illness underlying the presenting symptom or symptoms, even
though repeated investigations and examinations have identified
no adequate physical explanation, or a persistent preoccupation
with a presumed deformity or disfigurement;
(b) persistent refusal to accept the advice and reassurance of several
different doctors that there is no physical illness or abnormality
underlying the symptoms.
165
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
166
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Diagnostic guidelines
Definite diagnosis requires all of the following:
(a) symptoms of autonomic arousal, such as palpitations, sweating,
tremor, flushing, which are persistent and troublesome;
(b) additional subjective symptoms referred to a specific organ or
system;
(c) preoccupation with and distress about the possibility of a serious
(but often unspecified) disorder of the stated organ or system,
which does not respond to repeated explanation and reassurance
by doctors;
(d) no evidence of a significant disturbance of structure or,function
of the stated system or organ.
168
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
Includes: psychalgia
psychogenic backache or headache
somatoform pain disorder
169
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Definite diagnosis requires the following:
(a) either persistent and distressing complaints of increased fatigue
after mental effort, or persistent and distressing complaints of
bodily weakness and exhaustion after minimal effort;
170
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
171
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
For a definite diagnosis, there must be either or both of (a) and
(b), plus (c) and (d):
(a) depersonalization symptoms, i.e. the individual feels that his or
her own feelings and/or experiences are detached, distant, not
his or her own, lost, etc;
(b) derealization symptoms, i.e. objects, people, and/or surroun
dings seem unreal, distant, artiflcial, colourless, lifeless, etc;
(c) an acceptance that this is a subjective and spontaneous change,
not imposed by outside forces or other people (i.e. insight);
(d) a clear sensorium and absence of toxic confusional state or
epilepsy.
172
F40-F48 NEUROTIC, STRESS-RELATED AND SOMATOFORM DISORDERS
173
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F50-F59
Behavioural syndromes associated with physioiogical
disturbances and physical factors
Overview of this block
174
F50-F59 BEHAVIOURAL SYNDROMES
175
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
176
F50-F59 BEHAVIOURAL SYNDROMES
Diagnostic guidelmes
For a dennite diagnosis, all the following are required:
(a) Body weight is maintained at least 15% below that expected (either
lost or never achieved), or Quetelet's body-mass index' is 17.5
or less. Prepubertal patients may show failure to make the
expected weight gain during the period of growth.
(b) The weight loss is self-induced by avoidance of "fattening foods"
and one or more of the following: self-induced vomiting; self-
induced purging; excessive exercise; use of appetite suppressants
and/or diuretics.
(c) There is body-image distortion in the form of a specific
psychopathology whereby a dread of fatness persists as an
intrusive, overvalued idea and the patient imposes a low weight
threshold on himself or herself.
(d) A widespread endocrine disorder involving the hypothalaniic-
pituitary—gonadal axis is manifest in women as amenorrhoea
and in men as a loss of sexual interest and potency.(An apparent
exception is the persistence of vaginal bleeds in anorexic women
who are receiving replacement hormonal therapy, most commonly
taken as a contraceptive pill.) There may also be elevated levels
of growth hormone, raised levels of cortisol, changes in the
peripheral metabolism ofthe thyroid hormone, and abnormalities
of insulin secretion.
(e) If onset is prepubertal,the sequence of pubertal events is delayed
or even arrested(growth ceases; in girls the breasts do not develop
and there is a primary amenorrhoea; in boys the genitals remain
juvenile). With recovery, puberty is often completed normally,
but the menarche is late.
177
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
For a definite diagnosis, all the following are required:
(a) There is a persistent preoccupation with eating, and an
irresistible craving for food; the patient succumbs to episodes
of overeating in which large amounts of food are consumed in
short periods of time.
(b) The patient attempts to counteract the "fattening" effects of
food by one or more of the following: self-induced vomiting;
purgative abuse, alternating periods of starvation; use of drugs
178
F50-F59 BEHAVIOURAL SYNDROMES
179
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
180
F50-FS9 BEHAVIOURAL SYNDROMES
181
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
182
F50-F59 BEHAVIOURAL SYNDROMES
Diagnostic guidelines
The following are essential clinical features for a definite diagnosis:
(a) the complaint is either of difficulty falling asleep or maintaining
sleep, or of poor quality of sleep;
(b) the sleep disturbance has occurred at least three times per week
for at least 1 month;
(c) there is preoccupation with the sleeplessness and excessive con
cern over its consequences at night and during the day;
(d) the unsatisfactory quantity and/or quality of sleep either causes
marked distress or interferes with social and occupational
functioning.
183
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
184
F50-FS9 BEHAVIOURAL SYNDROMES
Diagnostic guidelines
The following clinical features are essential for a definite diagnosis:
(a) excessive daytime sleepiness or sleep attacks, not accounted for
by an inadequate amount of sleep, and/or prolonged transition
to the fully aroused state upon awakening (sleep drunkenness);
(b) sleep disturbance occurring daily for more than 1 month or for
recurrent periods of shorter duration, causing either marked
distress or interference with social or occupational functioning;
(c) absence of auxiliary symptoms of narcolepsy (cataplexy, sleep
paralysis, hypnagogic hallucinations) or of clinical evidence for
sleep apnoea(nocturnal breath cessation, typical intermittent snor
ting sounds, etc.);
(d) absence of any neurological or medical condition of which daytime
somnolence may be symptomatic.
185
MENTAL AND DEHAVIOURAL DISORDERS
The present code is reserved for those disorders of the sleep- wake
schedule in which psychological factors play the most important role,
whereas cases of presumed organic origin should be classified under
G47.2, i.e. as non-psychogenic disorders of the sleep-wake schedule.
Whether or not psychological factors are of primary importance and,
therefore, whether the present code or G47.2 should be used is a
matter for clinical judgement in each case.
186
F50-F59 BEHAVIOURAL SYNDROMES
Diagnostic guidelines
The following clinical features are essential for a definite diagnosis:
(a) the individual's sleep-wake pattern is out of synchrony with
the sleep- wake schedule that is normal for a particular society
and shared by most people in the same cultural environment;
(b) insomnia during the major sleep period and hypersomnia during
the waking period are experienced nearly every day for at least
1 month or recurrently for shorter periods of time;
(c) the unsatisfactory quantity, quality, and timing of sleep
cause marked distress or interfere with social or occupational
'functioning.
Sleepwalking and sleep terrors (F51.4) are very closely related. Both
are considered as disorders of arousal, particularly arousal from the
deepest stages of sleep (stages 3 and 4). Many individuals have a
187
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The following clinical features are essential for a definite diagnosis:
(a) the predominant symptom is one or more episodes of rising from
bed, usually during the first third of nocturnal sleep, and
walking about;
(b) during an episode, the individual has a blank, staring face, is
relatively unresponsive to the efforts of others to influence the
event or to communicate with him or her, and can be awakened
only with considerable difficulty;
(c) upon awakening (either from an episode or the next morning),
the individual has no recollection of the episode;
(d) within several minutes of awakening from the episode, there is
no impairment of mental activity or behaviour, although
there may initially be a short period of some confusion and
disorientation;
(e) there is no evidence of an organic mental disorder such as
dementia, or a physical disorder such as epilepsy.
188
F50-F59 BEHAVIOURAL SYNDROMES
Diagnostic guidelines
The following clinical features are essential for a definite diagnosis:
(a) the predominant symptom is that one or more episodes of
awakening from sleep begin with a panicky scream, and are
characterized by intense anxiety, body motility, and autonomic
hyperactivity, such as tachycardia, rapid breathing, dilated pupils,
and sweating;
(b) these repeated episodes typically last 1-10 minutes and usually
occur during the first third of nocturnal sleep;
(c) there is relative unresponsiveness to efforts of others to influence
the sleep terror event and such efforts are almost invariably
189
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F51.5 Nightmares
Nightmares are dream experiences loaded with anxiety or fear, of
which the individual has very detailed recall. The dream experiences
are extremely vivid and usually include themes involving threats to
survival, security, or self-esteem. Quite often there is a recurrence
of the same or similar frightening nightmare themes. During a typical
episode there is a degree of autonomic discharge but no appreciable
vocalization or body motility. Upon awakening, the individual rapidly
becomes alert and oriented. He or she can fully communicate with
others, usually giving a detailed account of the dream experience
both immediately and the next morning.
190
F50-F59 BEHAVIOURAL SYNDROMES
Diagnostic guidelines
The following clinical features are essential for a deHnite diagnosis:
(a) awakening from nocturnal sleep or naps with detailed and vivid
recall of intensely frightening dreams, usually involving threats
to survival, security, or seff-esteem; the awakening may occur
at any time during the sleep period, but typically during the
second half;
(b) upon awakening from the frightening dreams, the individual
rapidly becomes oriented and alert;
(c) the dream experience itself, and the resulting disturbance of sleep,
cause marked distress to the individual.
Includes: frigidity
hypoactive.sexual desire disorder
192
F50~F59 BEHAVIOURAL SYNDROMES
193
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Includes: nymphomania
satyriasis
194
F50-FS9 BEHAVIOURAL SYNDROMES
195
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Examples of the use of this category are: asthma (F54 plus J45.-);
dermatitis and eczema (F54 plus L23- L25); gastric ulcer (F54 plus
K25.-); mucous colitis(F54 plus K58.-); ulcerative colitis(F54 plus
K51.-); and urticaria (F54 plus L50.-).
196
F50-F59 BEHAVIOURAL SYNDROMES
F55.0 Antldepressants
(such as tricyclic and tetracyclic antidepressants and monamine
oxidase inhibitors)
F55.1 Laxatives
F55.2 Analgesics
(such as aspirin, paracetamol, phenacetin, not specified as psycho-
active in F10-F19)
F55.3 Antacids
F55.4 Vitamins
F55.9 Unspecified
Excludes: abuse of(dependence-producing) psychoactive substances
(F10-F19)
197
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F60-F69
Disorders of adult personality and behaviour
Overview of this block
F62 Enduring personality changes, not attributable to brain damage and disease
F62.0 Enduring personality change after catastrophic experience
F62.1 Enduring personality change after psychiatric illness
F62.8 Other enduring personality changes
F62.9 Enduring personality change, unspecified
198
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONALITY AND BEHAVIOUR
199
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Introduction
Personality disorders differ from personality change in their timing and the
mode of their emergence: they are developmental conditions, which appear
in childhood or adolescence and continue into adulthood. They are not
secondary to another mental disorder or brain disease, although they may
precede and coexist with other disorders. In contrast, personality change is
acquired, usually during adult life, following severe or prolonged stress,
extreme environmental deprivation, serious psychiatric disorder, or brain disease
or injury (see F07.-).
Each of the conditions in this group can be classified according to its pre
dominant behavioural manifestations. However, classirication in this area is
cmrently limited to the description of a series of types and subtypes, which
are not mutually exclusive and which overlap in some of their characteristics.
200
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONALITY AND BEHAVIOUR
201
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Conditions not directly attributable to gross brain damage or disease,
or to another psychiatric disorder, meeting the following criteria:
(a) markedly dysharmonious attitudes and behaviour, involving
usually several areas of functioning, e.g. affectivity, arousal,
impulse control, ways of perceiving and thinking, and style of
relating to others;
(b) the abnormal behaviour pattern is enduring, of long standing,
and not limited to episodes of mental illness;
(c) the abnormal behaviour pattern is pervasive and clearly
maladaptive to a broad range of personal and social situations;
(d) the above manifestations always appear during childhood or
adolescence and continue into adulthood;
(e) the disorder leads to considerable personal distress but this may
only become apparent late in its course;
(f) the disorder is usually, but not invariably, associated with
signiHcant problems in occupational and social performance.
202
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONALITY AND BEHAVIOUR
203
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
204
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONALITY AND BEHAVIOUR
205
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
206
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONALITY AND BEHAVIOUR
207
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
208
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONALITY AND BEHAVIOUR
Diagnostic guidelines
The personality change should be enduring and manifest as inflexible
and maladaptive features leading to an impairment in interpersonal,
social, and occupational functioning. Usually the personality change
has to be conErmed by a key informant. In order to make thi
diagnosis, it is essential to establish the presence of features noi
previously seen, such as:
Diagnostic guidelines
The personality change should be enduring and manifest as an
inflexible and maladaptive pattern of experiencing and functioning,
leading to long-standing problems in interpersonal, social, or
occupational functioning and subjective distress. There should be
no evidence of a pre-existing personality disorder that can explain
the personality change, and the diagnosis should not be based
on any residual symptoms of the antecedent mental disorder. The
change in personality develops following clinical recovery from a
mental disorder that must have been experienced as emotionally
extremely stressful and shattering to the patient's self-image. Other
people's attitudes or reactions to the patient following the illness
are important in determining and reinforcing his or her perceived
level of stress. This type of personality change cannot be fully
understood without taking into consideration the subjective emotional
•experience and the previous personality, its adjustment, and its specific
vulnerabilities.
Those who suffer from this disorder may put their jobs at risk,
acquire large debts, and lie or break the law to obtain money or
211
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The essential feature of the disorder is persistently repeated gambling,
which continues and often increases despite adverse social conse
quences such as impoverishment, impaired family relationships, and
disruption of personal life.
212
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONAUTY AND BEHAVIOUR
Diagnostic guidelines
The essential features are:
(a) repeated fire-setting without any obvious motive such as monetary
gain, revenge, or political extremism;
(b) an intense interest in watching fires bum; and
(c) reported feelings of increasing tension before the act, and
intense excitement immediately after it has been carried out.
Diagnostic guidelines
There is an increasing sense of tension before, and a sense of
gratification during and inunediately after, the act. Although some
213
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F63.3 Trichotlllomania
A disorder characterized by noticeable hair loss due to a recurrent'
failure to resist impulses to pull out hairs. The hair-pulling is usually
preceded by mounting tension and is followed by a sense of relief
or gratification. This diagnosis should not be made if there is a pre
existing inflammation of the skin, or if the hair-pulling is in response
to a delusion or a hallucination.
214
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONALITY AND BEHAVIOUR
F64.0 Transsexuaiism
A desire to live and be accepted as a member of the opposite sex,
usually accompanied by a sense of discomfort with, or inappro-
priateness of, one's anatomic sex and a wish to have hormonal
treatment and surgery to make one's body as congruent as possible
with the preferred sex.
Diagnostic guidelines
For this diagnosis to be made, the transsexual identity should have
been present persistently for at least 2 years, and must not be a
symptom of another mental disorder, such as schizophrenia, or
associated with any intersex, genetic, or sex chromosome abnormality.
215
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The essential diagnostic feature is the child's pervasive and persistent
desire to be (or insistence that he or she is of) the opposite sex to
that assigned, together with an intense rejection of the behaviour,
attributes, and/or attire of the assigned sex. Typically, this is first
manifest during the preschool years; for the diagnosis to be made,
the disorder must have been apparent before puberty. In both sexes,
there may be repudiation of the anatomical structures of their own
sex, but this is an uncommon, probably rare, manifestation.
Characteristically, children with a gender identity disorder deny
being disturbed by it, although they may be distressed by the conflict
with the expectations of their family or peers and by the teasing
and/or rejection to which they may be subjected.
216
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONALITY AND^EHAVIOUR
217
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F65.0 Fetishism
Reliance on some non-living object as a stimulus for sexual arousal
and sexual gratification. Many fetishes are extensions of the human
body, such as articles of clothing or footware. Other common
examples are characterized by some particular texture such as
rubber, plastic, or leather. Fetish objects vary in their importance
to the individual: in some cases they serve simply to enhance sexual
excitement achieved in ordinary ways (e.g. having the partner wear
a particular garment).
Diagnostic guidelines
Fetishism should be diagnosed only if the fetish is the most important
source of sexual stimulation or essential for satisfactory sexual
response.
Diagnostic guidelines
This disorder is to be distinguished from simple fetishism in that
the fetishistic articles of clothing are not only worn, but worn also
to create the appearance of a person of the opposite sex. Usually
more than one article is worn and often a complete outfit, plus wig
and makeup. Fetishistic transvestism is distinguished from transsexual
transvestism by its clear association with sexual arousal and the strong
desire to remove the clothing once orgasm occurs and sexual arousal
declines. A history of fetishistic transvestism is commonly reported
as an earlier phase by transsexuals and probably represents a stage
in the development of transsexualism in such cases. .
218
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONALITY AND BEHAVIOUR
F65.2 Exhibitionism
A recurrent or persistent tendency to expose the genitaiia to strangers
(usually of the opposite sex) or to people in public places, without
inviting or intending closer contact. There is usually, but not
invariably, sexual excitement at the time of the exposure and the
act is commonly followed by masturbation. This tendency may be
manifest only at times of emotional stress or crises, interspersed with
long periods without such overt behaviour.
Diagnostic guidelines
Exhibitionism is almost entirely limited to heterosexual males who
expose to females, adult or adolescent, usually confronting them from
a safe distance in some public place. For some, exhibitionism is their
only sexual outlet, but others continue the habit simultaneously with
an active sex life within long-standing relationships, although their
urges may become more pressing at times of conflict in those
relationships. Most exhibitionists find their urges difficult to control
and ego-alien. If the witness appears shocked, frightened, or
impressed, the exhibitionist's excitement is often heightened.
F65.3 Voyeurism
A recurrent or persistent tendency to look at people engaging in
sexual or intimate behaviour such as undressing. This usually leads
to sexual excitement and masturbation and is carried out without
the observed people being aware.
F65.4 Paedophilia
A sexual preference for children, usually of prepubertal or early
pubertal age. Some paedophiles are attracted only to girls, others
only to boys, and others again are interested in both sexes.
219
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F65.5 Sadomasochism
A preference for sexual activity that involves bondage or the
infliction of pain or humiliation. If the individual prefers to be
the recipient of such stimulation this is called masochism; if the
provider, sadism. Often an individual obtains sexual excitement from
both sadistic and masochistic activities.
Includes: masochism
sadism
Erotic practices are too diverse and many too rare or idiosyncratic
to justify a separate term for each. Swallowing urine, smearing faeces,
or piercing foreskin or nipples may be part of the behavioural
repertoire in sadomasochism. Mastui;batory rituals of various kinds ■
are common, but the more extreme practices, such as the insertion
220
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONALITY AND BEHAVIOUR
Includes: frotteurism
necrophilia
F66jir0 Heterosexual
F66jr1 Homosexual
F66jir2 Bisexual
To be used only when there is clear evidence of sexual attraction
to members of both sexes.
221
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
222
F60-F69 DISORDERS OF ADULT PERSONALITY AND BEHAVIOUR
223
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
224
F70-F79 MENTAL RETAROAtlON
F70-F79
Mental retardation
225
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Introduction
If the cause of the mental retardation is known,an additional code from ICD-10
should be used (e.g. F72 severe mental retardation plus EOO.- (congenital
iodine-deficiency syndrome)).
The presence of mental retardation does not rule out additional diagnoses
coded elsewhere in this book. However, communication difficulties are likely
to make it necessary to rely more than usual for the diagnosis upon objectively
observable symptoms such as, in the case of a depressive episode, psychomotor
retardation, loss of appetite and weight, and sleep disturbance.
Diagnostic guidelines
Intelligence is not a unitary characteristic but is assessed on the basis of a
large number of different, more-or-less specific skills. Although the general
tendency is for all these skills to develop to a similar level in each individual,
there can be large discrepancies, especially in persons who are mentally retard
ed. Such people may show severe impairments in one particular area (e.g.
language), or may have a particular area of higher skill (e.g. in simple visuo-
spatial tasks) against a background of severe mental retardation. This presents
226
F70-F79 MENTAL ISTARDATION
Mildly retarded people acquire language with some delay but most
achieve the ability to use speech for everyday purposes, to hold
conversations, and to engage in the clinical interview. Most of thmn
also achieve full independence in self-care(eating, washing,dressing,
bowel and bladder control)and in practical and domestic skills, even
if the rate of development is considerably slower than normal. The
mflin difficulties are usually seen in academic school work,and many
have particular problems in reading and writing. However, mildly
retarded people can be greatly helped by education designed to develop
their skills and compensate for their handicaps. Most of those in
the higher ranges of mild mental retardation are potentially capable
of work demanding practical rather than academic abilities, including
unskilled or semiskilled manual labour. In a sodocultural context
227
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
If the proper standardized IQ tests are used, the range 50 to 69 is
indicative of mild retardation. Understanding and use of language
tend to be delayed to a varying degree, and executive speech
problems that interfere with the development of independence may
persist into adult life. An organic etiology is identiriable in only a
minority of subjects. Associated conditions such as autism, other
developmental disorders, epilepsy, conduct disorders, or physical
disability are found in varying proportions. If such disorders are
present, they should be coded independently.
Includes: feeble-mindedness
mild mental subnormality
mild oligophrenia
moron
228
F70-F79 MENTAL RETARDATION
Diagnostic guidelines
The IQ is usually in the range 35 to 49. Discrepant profiles of abilities
are common in this group, with some individuals achieving higher
levels in visuo-spatial skills than in tasks dependent on language,
while others are markedly clumsy but enjoy social interaction and
simple conversation. The level of development oflanguage is variable:
some of those affected can take part in simple conversations while
others have only enough language to communicate their basic needs.
Some never leam to use language, though they may understand
simple instructions and may leam to use manual signs to compensate
to some extent for their speech disabilities. An organic etiology can
be identified in the majority of moderately mentally retarded people.
Childhood autism or other pervasive developmental disorders are
present in a substantial minority, and have a major effect upon the
clinical picture and the type of management needed. Epilepsy, and
neurological and physical disabilities are also common,although most
moderately retarded people are able to walk without assistance. It
is sometimes possible to identify other psychiatric conditions, but
the lumted level of language development may make diagnosis
difficult and dependent upon information obtained from others who
are familiar with the individual. Any such associated disorders should
be coded independently.
Includes: imbecility
moderate mental subnormality
moderate oligophrenia
Diagnostic guidelines
The IQ is usually in the range of 20 to 34.
Diagnostic guidelines
The IQ is under 20. Comprehension and use of language is limited
to, at best, understanding basic commands and making simple
requests. The most basic and simple visuo-spatial skills of sorting
and matching may be acquired, and the affected person may be able
with appropriate supervision and guidance to take a small part in
domestic and practical tasks. An organic etiology can be identified
in most cases. Severe neurological or other physical disabilities
affecting mobility are common, as are epilepsy and visual and
hearing impairments. Pervasive developmental disorders in their most
severe form, especially atypical autism, are particularly frequent,
especially in those who are mobile.
Includes: idiocy
profound mental subnormality
profound oligophrenia
230
F70-F79 MENTAL RETARDATION
231
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F80-F89
Disorders of psychological development
232
F80-F89 DISORDERS OF PSYCHOLOGICAL DEV^OPMENT
Introduction
233
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
234
F80-F89 DISORDERS OF PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT
Diagnostic guidelines
The age of acquisition of speech sounds, and the order in which
these sounds develop, show considerable individual variation.
236
F80-F89 DISORDERS OF PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT
Diagnostic guidelines
Although considerable individual variation occurs in normal language
development, the absence of single words(or word approximations)
by the age of 2 years, and the failure to generate simple two-word
phrases by 3 years, should be taken as significant signs of delay.
Later difficulties include: restricted vocabulary development; overuse
of a small set of general words, difficulties in selecting appropriate
words, and word substitutions; short utterance length; immature
sentence structure; syntactical errors, especially omissions of word
endings or prefixes; and misuse of or failure to use grammatical
features such as prepositions, pronouns, articles, and verb and noun
inflexions. Incorrect overgeneralizations of rules may also occur, as
may a lack of sentence fluency and difficulties in sequencing when
recounting past events.
The diagnosis should be made only when the severity of the delay
in the development of expressive language is outside the limits of
normal variation for the child's mental age, but receptive language
skills are within normal limits (although may often be somewhat
below average). The use of nonverbal cues(such as smiles and gesture)
and "internal" language as reflected in imaginative or make-believe
play should be relatively intact, and the ability to communicate socially
without words should be relatively unimpaired. The child will seek
to communicate in spite of the language impairment and will tend
to compensate for lack of speech by use of demonstration, gesture,
mime, or non-speech vocalizations. However, associated difficulties
in peer relationships, emotional disturbance, behavioural disruption,
and/or overactivity and inattention are not uncommon, particularly
in school-age children. In a minority of cases there may be some
associated partial (often selective) hearing loss, but this should not
be of a severity sufficient to account for the language delay.
Inadequate involvement in conversational interchanges, or more
general environmental privation, may play a major or contributory
role in the impaired development of expressive language. Where this
is the case, the environmental causal factor should be noted by means
of the appropriate Z code from Chapter XXI of ICD-10. The
impairment in spoken language should have been evident from
infancy without any clear prolonged phase of normal language usage.
However, a history of apparently normal first use of a few single
words, followed by a setback or failure to progress, is not uncommon.
Diagnostic guidelines
Failure to respond to familiar names (in the absence of nonverbal
clues) by the first birthday, inability to identify at least a few
common objects by 18 months, or failure to follow simple, routine
instructions by the age of 2 years should be taken as significant signs
of delay. Later difficulties include inability to understand grammatical
structures (negatives, questions, comparatives, etc.), and lack of
understanding of more subtle aspects of language (tone of voice,
gesture, etc.).
The diagnosis should be made only when the severity of the delay
in receptive language is outside the normal limits of variation for
the child's mental age, and when the criteria for a pervasive
developmental disorder are not met. In almost all cases, the
development of expressive language is also severely delayed and
abnormalities in word-sound production are common. Of all the
varieties of specific developmental disorders of speech and language,
this has the highest rate of associated socio-emotional-behavioural
disturbance. Such disturbances do not take any specific form, but
hyperactivity and inattention, social ineptness and isolation from
peers, and anxiety, sensitivity, or undue shyness are all relatively
frequent. Children with the most severe forms of receptive language
impairment may be somewhat delayed in their social development,
may echo language that they do not understand, and may show
somewhat restricted interest patterns. However, they differ from
autistic children in usually showing normal social reciprocity,
normal make-believe play, normal use of parents for comfort, near-
normal use of gesture, and only mild impairments in nonverbal
communication. Some degree of high-frequency hearing loss is not
infrequent, but the degree of deafness is not sufficient to account
for the language impairment.
240
F80-F89 DISORDERS OF PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT
242
F80-F89 DISORDERS OF PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT
Diagnostic guidelines
There are several basic requirements for the diagnosis of any of the
specific developmental disorders of scholastic skills. First, there must
be a clinically signiHcant degree of impairment in the specified
scholastic skill. This may be judged on the basis of severity as
defined in scholastic terms (i.e. a degree that may be expected
to occur in less than 3Vo of schoolchildren); on developmental
precursors (i.e. the scholastic difficulties were preceded by
developmental delays or deviance — most often in speech or language
— in the preschool years); on associated problems(such as inattention,
overactivity, emotional disturbance, or conduct difficulties); on
pattern (i.e. the presence of qualitative abnormalities that are not
usually part of normal development); and on response (i.e. the
243
MENTAL AND BEIMVIOUftAL DISORDERS
244
F80-F89 DISORDERS OF PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT
Diagnostic guidelines
The child's reading performance should be significantly below
the level expected on the basis of age, general intelligence, and
school placement. Performance is best assessed by means of an
individually administered, standardized test of reading accuracy and
comprehension. The precise nature of the reading problem depends
245
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The child's spelling performance should be significantly below the
level expected on the basis of his or her age, general intelligence,
and school placement, and is best assessed by means of an individually
administered, standardized test of spelling. The child's reading skills
247
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The child's arithmetical performance should be significantly below
the level expected on the basis of his or her age, general intelligence,
and school placement, and is best assessed by means of an individually
administered, standardized test of arithmetic. Reading and spelling
skills should be within the normal range expected for the child's mental
age, preferably as assessed on individually administered, appropriately
standardized tests. The difficulties in arithmetic should not be
mainly due to grossly inadequate teaching, or to the direct effects
of defects of visual, hearing, or neurological function, and should
248
F80-F89 DISORDERS OF PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT
The arithmetical difficulties that occur are various but may include:
failure to understand the concepts underlying particular arithmetical
operations; lack of understanding of mathematical terms or signs;
failure to recognize numerical symbols; difficulty in carrying out
standard arithmetical manipulations; difficulty in imderstanding which
numbers are relevant to the arithmetical problem being consider^;
difficulty in properly aligning numbers or in inserting decimal points
or symbols during calculations; poor spatial organization of
arithmetical calculations; and inability to learn multiplication tables
satisfactorily.
249
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The child's motor coordination, on fine or gross motor tasks, should
be significantly below the level expected on the basis of his or her
age and general intelligence. This is best assessed on the basis of
an individually administered, standardized test of fine and gross motor
coordination. The difficulties in co-ordination should have been
present since early in development (i.e. they should not constitute
an acquired deficit), and they should not be a direct result of any
defects of vision or hearing or of any diagnosable neurological
disorder.
The extent to which the disorder mainly involves fine or gross motor
coordination varies, and the particular pattern of motor disabilities
250
F80-F89 DISORDERS OF PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT
In some cases the disorders are associated with, and presumably due
to, some medical condition, of which infantile spasms, congenital
rubella, tuberous sclerosis, cerebral lipidosis, and the fragile X
chromosome anomaly are among the most common. However, the
disorder should be diagnosed on the basis of the behavioural features,
irrespective of the presence or absence of any associated medical
conditions; any such associated condition must, nevertheless, be
252
F80-F89 DISORDERS OF PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT
Diagnostic guidelines
Usually there is no prior period of unequivocally normal development
but, if there is, abnormalities become apparent before the age of
3 years. There are always qualitative impairments in reciprocal social
interaction. These take the form of an inadequate appreciation of
socio-emotional cues, as shown by a lack of responses to other
people's emotions and/or a lack of modulation of behaviour
according to social context; poor use of social signals and a weak
integration of social, emotional, and commimicative behaviours; and,
especially, a lack of sodo-emotional reciprocity. Similarly, qualitative
impairments in conununications are universal. These take the form
of a lack of social usage of whatever language skills are present;
impairment in make-believe and social imitative play; poor synchrony
and lack of reciprocity in conversational interchange; poor flexibility
in language expression and a relative lack of creativity and fantasy
in thought processes; lack of emotional response to other people's
verbal and nonverbal overtures; impaired use of variations in cadence
or emphasis to reflect communicative modulation; and a similar lack
of accompanying gesture to provide emphasis or aid meaning in
spoken conununication.
253
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
254
F80-F89 DISORDERS OF PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT
Diagnostic guidelines
In most cases onset is between 7 and 24 months of age. The most
characteristic feature is a loss of purposive hand movements and
acquired fine motor manipulative skills. This is accompanied by loss,
partial loss or lack of development of language; distinctive stereotyped
255
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Diagnosis is based on an apparently normal development up to the
age of at least 2 years, followed by a definite loss of previously
acquired skills; this is accompanied by qualitatively abnormal social
functioning. It is usual for there to be a profound regression in,
or loss of, language, a recession in the level of play, social skills,
and adaptive behaviour, and often a loss of bowel or bladder
control, sometimes with a deteriorating motor control. Typically,
this is accompanied by a general loss of interest in the environment,
by stereotyped, repetitive motor mannerisms, and by an autistic-like
impairment of social interaction and communication. In some
respects, the syndrome resembles dementia in adult life, but it differs
in three key resperts: there is usually no evidence of any identifiable
organic disease or damage (although orgamc brain dysfunction of
some type is usually inferred); the loss of skills may be followed
by a degree of recovery; and the impairment in socialization and
conununication has deviant qualities typical of autism rather than
of intellectual decline. For all these reasons the syndrome is included
here rather than under F00—F09.
%
Diagnostic guidelines
Diagnosis depends on the combination of developmentally inap
propriate severe overactivity, motor stereotypies, and severe mental
retardation; all three must be present for the diagnosis. If the
diagnostic criteria for F84.0, F84.1 or F84.2 are met, that condition
should be diagnosed instead.
258
F80-F89 DISORDERS OF PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT
Diagnostic guidelines
Diagnosis is based on the combination of a lack of any clinically
significant general delay in language or cognitive development plus,
as with autism, the presence of qualitative deficiencies in reciprocal
social interaction and restricted, repetitive, stereotyped patterns of
behaviour, interests, and activities. There may or may not be
problems in communication similar to those associated with autism,
but significant language retardation would rule out the diagnosis.
259
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
F90-F98
Behavioural and emotional disorders with onset usually
occurring in childhood and adolescence
260
F90-F98 DISORDERS OF CHILDHOOD AND ADOLESCENCE
F98 Other behavioural and emotional disorders with onset usually occurring
in childhood and adolescence
F98.0 Nonorganic enuresis
F98.1 Nonorganic encopresis
F98.2 Feeding disorder of infancy and childhood
F98.3 Pica of infancy and childhood
F98.4 Stereotyped movement disorders
F98.5 Stuttering [stanunering]
F98.6 Cluttering
F98.8 Other specified behavioural and emotional disorders with onset
usually occuring in childhood and adolescence
F98.9 Unspecified behavioural and emotional disorders with onset
usually occurring in childhood and adolescence
261
wentpj. and behavioural disorders
Hyperklnetic disorders
This group of disorders is characterized by: early onset; a conibi-
I^LroToveractive poorly modulated
mXtilaldlack of^rsistent behaviour
task involvement; and with
pm^^ marked
over situations and persistence over time of these behavioural
characteristacs.
Diagnostic guidelines
The cardinal features are impaired attention and overactivity: both
are necessary for the diagnosis and should be evident in more than
one situation (e.g. home, classroom, clinic).
The associated features are not sufficient for the diagnosis or even
necessary, but help to sustain it. Disinhibition in social relationships,
recklessness in situations involving some danger, and impulsive
flouting of social rules (as shown by intruding on or interrupting
others' activities, prematurely answering questions before they have
been completed, or difficulty in waiting turns) are all characteristic
of children with this disorder.
263
IVIENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
264
F90-F98 DISORDERS OF CHILDHOOD AND ADOLESCENCE
265
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Judgements concerning the presence of conduct disorder should take
into account the child's developmental level. Temper tantrums, for
example, are a normal part of a 3-year-old's development and their
mere presence would not be grounds for diagnosis. Equally, the
violation of other people's civic rights (as by violent crime) is not
within the capacity of most 7-year-olds and so is not a necessary
diagnostic criterion for that age group.
266
FS0-F98 DISORDERS OF CHILDHOOD AND ADOLESCENCE
267
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Diagnosis requires that there be no significant conduct disturbance
outside the family setting and that the child's social relationships
outside the family be within the normal range.'
Diagnostic guidelines
The lack of effective integration into a peer group constitutes the
key distinction from "socialized" conduct disorders and this has
precedence over all other differentiations. Disturbed peer relationships
are evidenced chiefly by isolation from and/or rejection by or
unpopularity with other children, and by a lack of close friends or
of lasting empathic, reciprocal relationships with others in the same
age group. Relationships with adults tend to be marked by discord,
hostility, and resentment. Good relationships with adults can occur
(although usually they lack a close, confiding quality) and, if
present, do not rule out the diagnosis. Frequently, but not always,
there is some associated emotional disturbance (but, if this is of a
268
FS0-F98 DISORDERS OF CHILDHOOD AND ADOLESCENCE
Diagnostic guidelines
The key differentiating feature is the presence of adequate, lasting
friendships with others of roughly the same age. Often, but not always,
the peer group will consist of other youngsters involved in delinquent
or dissocial activities (in which case the child's socially imacceptable
conduct may well be approved by the peer group and regulated by
the subculture to which it belongs). However, this is not a necessary
requirement for the diagnosis: the child may form part of a non-
delinquent peer group with his or her dissocial behaviour taking place
outside this context. If the dissocial behaviour involves bullying in
particular, there may be disturbed relationships with victims or some
other children. Again, this does not invalidate the diagnosis provided
that the child has some peer group to which he or she is loyal and
which involves lasting friendships.
269
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The essential feature of this disorder is a pattern of persistently
negativistic, hostile, defiant, provocative, and disruptive behaviour,
270
F90-F98 DISORDERS OF CHILDHOOD AND ADOLESCENCE
The key distinction from other types of conduct disorder is the absence
of behaviour that violates the law and the basic rights of others,
such as theft, cruelty, bullying, assault, and destructiveness. The
definite presence of any of the above would exclude the diagnosis.
However,oppositional defiant behaviour, as outlined in the paragraph
above, is often found in other types of conduct disorder. If another
type (F91.0-F91.2) is present, it should be coded in preference to
oppositional defiant disorder.
271
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The severity should be sufficient that the criteria for both conduct
disorders of childhood (F91.-)and emotional disorders of childhood
(F93.-), or for an adult-type neurotic disorder(F40-49) or mood
disorder (F30-39) are met.
rHjeWMUM? 'i.
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
therefore be used only for disorders that arise before the age of
6 years, that are both unusual in degree and accompanied by
problems in social functioning, and that are not part of some more
generalized emotional disturbance.
. Diagnostic guidelines
Ghildren with this disorder show a persistent or recurrent fear and/or
avoidance of strangers; such fear may occur mainly with adults,
mainly with peers, or with both. The fear is associated with a normal
degree of selective attachment to parents or to other familiar
persons. The avoidance or fear of social encounters is of a degree
that is outside the normal limits for the child's age and is associated
with clinically significant problems in social functioning.
Diagnostic guidelines
The disorder is characterized by the combination of:
(a) evidence of sibling rivalry and/pr jealousy;
(b) onset during the months following the birth of the younger
(usually immediately younger) sibling;
(c) emotional disturbance that is abnormal in degree and/or
persistence and associated with psychosocial problems.
276
F90-F98 DISORDERS OF CHILDHOOD AND ADOLESCENCE
277
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
The diagnosis presupposes:
(a) a normal, or near-normal, level of language comprehension;
(b) a level of competence in language expression that is sufflcient
for social communication;
(c) demonstrable evidence that the individual can and does speak
normally or almost normally in some situations.
278
F90-F98 DISORDERS OF CHILDHOOD AND ADOLESCENCE
Diagnostic guidelines
The key feature is an abnormal pattern of relationships with care-
givers that developed before the age of 5 years, that involves
maladaptive features not ordinarily seen in normal children, and that
is persistent yet reactive to sufficiently marked changes in patterns
of rearing.
279
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
280
F90-F96 DISORDERS OF CHILDHOOD AND ADOLESCENCE
281
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guidelines
Diagnosis should be based on evidence that the child showed an
unusual degree of diffuseness in selective attachments during the first
5 years andthex this was associated with generally clinging behaviour
in infancy and/or indiscriminately friendly, attention-seeking
behaviour in early or middle childhood. Usually there is difficulty
in forming close, confiding relationships with peers. There may
or may not be associated emotional or behavioural disturbance
(depending in part on the child^s current circumstances). In most
cases there will be a clear history of rearing in the first years that
involved marked discontinuities in care-givers or multiple changes
in family placements (as with multiple foster family placements).
282
F90-F98 DISORDERS OF CHILDHOOD AND AbOLESCENCE
Diagnostic guidelines
The major features distinguishing tics from other motor disorders
are the sudden, rapid, transient, and circumscribed nature of the
movements, together with the lack of evidence of underlying
neurological disorder; their repetitiveness; (usually) their disap
pearance during sleep; and the ease with which they may be
voluntarily reproduced or suppressed. The lack of rhythmicity
differentiates tics from the stereotyped repetitive movements seen
in some cases of autism or of mental retardation. Manneristic motor
activities seen in the same disorders tend to comprise more complex
and variable movements than those usually seen with tics. Obsessive-
compulsive activities sometimes resemble complex tics but differ in
that their form tends to be defined by their purpose(such as touching
some object or turning a number of times) rather than by the muscle
groups involved; however, the differentiation is sometimes difficult.
283
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
The vocal tics are often multiple with explosive repetitive vocalizations,
throat-clearing, and grunting, and there may be the use of obscene
words or phrases. Sometimes there is associated gestural echopraxia,
which also may be of an obscene nature(copropraxia). As with motor
tics, the vocal tics may be voluntarily suppressed for short periods,
be exacerbated by stress, and disappear during sleep.
284
Fg0-F98 DISORDERS OF CHILDHOOD AND ADOLESCENCE
285
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Diagnostic guideiines
There is no clear-cut demarcation between an enuresis disorder and
the normal variations in the age of acquisition of bladder control.
However, enuresis would not ordinarily be diagnosed in a child under
the age of 5 years or with a mental age under 4 years. If the enuresis
is associated with some (other) emotional or behavioural disorder,
enuresis would normally constitute the primary diagnosis only if the
involuntary voiding of urine occurred at least several times per
week and if the other symptoms showed some temporal covariation
with the enuresis. Enuresis sometimes occurs in conjunction with
encopresis; when this is the case, encopresis should be diagnosed.
286
F90-F98 DISORDERS OF CHILDHOOD AND ADOLESCENCE
Diagnostic guidelines
The crucial diagnostic feature is the inappropriate placement of faeces.
The condition may arise in several different ways. First, it may
represent a lack of adequate toilet-training or of adequate response
to training, with the history being one of continuous failure ever
to acquire adequate bowel control. Second, it may reflect a
psychologically determined disorder in which there is normal
physiological control over defecation but, for some reason, a
reluctance, resistance, or failure to conform to social norms in
defecating in acceptable places. Third, it may stem from physiological
retention, involving impaction of faeces, with secondary overflow
and deposition of faeces in inappropriate places. Such retention may
arise from parent/child battles over bowel-training, from withholding
of faeces because of painful defecation (e.g. as a consequence of
anal fissure), or for other reasons.
Diagnostic guidelines
Minor difficulties in eating are very common in infancy and childhood
(in the form of faddiness, supposed undereating, or supposed
overeating). In themselves, these should not be considered as indicative
Of disorder. Disorder should be diagnosed only if the difficulties
are clearly beyond the normal range, if the nature of the eating
problem is qualitatively abnormal in character, or if the child fails
to gain weight or loses weight over a period of at least 1 month.
(a) conditions where the child readily takes food from adults other
than the usual care-giver;
(b) organic disease sufficient to explain the food refusal;
(c) anorexia nervosa and other eating disorders (F50.-);
(d) broader psychiatric disorder;
(e) pica (F98.3);
(f) feeding difficulties and mismanagement (R63.3).
288
F90-F98 DISORDERS OF CHILDHOOD AND ADOLESCENCE
F98.6 Cluttering
A rapid rate of speech with breakdown in fluency, but no repetitions
or hesitations, of a severity to give rise to reduced speech intelligibility.
Speech is erratic and dysrhythmic, with rapid, jerky spurts that usually
involve faulty phrasing patterns (e.g. alternating pauses and bursts
of speech, producing groups of words unrelated to the grammatical
structure of the sentence).
290
F99 UNSPECIFIED MENTAL DISORDER
291
ANNEX
Chapter I
Certain Infectious and parasitic diseases (A00-B99)
292
ANNEX
Chapter II
Neoplasms (000-048)
C72.- Malignant neoplasm of spinal cord, cranial nerves and other parts
of central nervous system
D33.- Benign neoplasm of brain and other parts of central nervous system
Chapter IV
Endocrine, nutritional and metabolic diseases (BOO -E90)
293
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
E66.- Obesity
Chapter VI
Diseases of the nervous system (G00-G99)
294
ANNEX
G24 Dystonia
Includes: dyskinesia
295
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
G40 Epilepsy
G40.0 Localization-related (focal)(partial) idiopathic epilepsy and
epileptic syndromes with seizures of localized onset
Includes: benign childhood epilepsy with centrotemporal EEG spikes
or occipital EEG paroxysms
296
ANNEX
G43.- Migraine
G91.- Hydrocephalus
297
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Chapter VII
Diseases of the eye and adnexa (HOO r- H59)
H40 Glaucoma
H40.6 Glaucoma secondary to drugs
Chapter VIII
Diseases of the ear and mastoid process (H60-H95)
Chapter IX
Diseases of the circulatory system (100-199)
298
ANNEX
195 Hypotension
195.2 Hypotension due to drugs
Chapter X
Diseases of the respiratory system (J00-J99)
J43.- Emphysema
J45.- Asthma
Chapter XI
Diseases of the digestive system (KOO- K93)
K30 Dyspepsia
299
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Chapter XII
Diseases of the skin and subcutaneous tissue (L00-L99)
Chapter XIII
Diseases of the musculoskeletal system and connective
tissue (MOO-M99)
MS4.- Dorsalgia
Chapter XIV
Diseases of the genitourinary system (N00-N99)
300
ANNEX
N94 Pain and other conditions associated with female genital organs and
menstrual cycle
N94.3 Premenstrual tension syndrome
N94.4 Primary dysmenorrhoea
N94.5 Secondary dysmenorrhoea
N94.6 Dysmenorrhoea, unspecified
Chapter XV
Pregnancy, childbirth and the puerperium (000-099)
O04 Medical abortion
035 Maternal care for known or suspected fetal abnonnality and damage
035.4 Maternal care for (suspected) damage to fetus from alcohol
035.5 Maternal care for (suspected) damage to fetus by drugs
Chapter XVii
Congenitai maiformations, deformations, and chromosomai
abnormaiities (GOO-099)
Q02 Microcephaly
301
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
302
ANNEX
Chapter XVIII
Symptoms, signs and abnormal clinical and laboratory
findings, not elsewhere classified (R00-R99)
R55 Syncope and collapse
R56 Convulsions, not elsewhere classified
R56.0 Febrile convulsions
R56.S Other and unspecified convulsions
R78.- Findings of drugs and other substances, normally not found in blood
Includes: alcohol (R78.0); opiate drug (R78.1); cocaine (R78.2);
hallucinogen (R78.3); other drugs of addictive potential
(R78.4); psychotropic drug (R.78.5); abnormal level of
lithium (R78.8)
303
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Chapter XIX
injury, poisoning and certain other consequences
of external causes (S00-T98)
Chapter XX
External causes of morbidity and mortality (V0I-Y98)
304
ANNEX
305
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Assault (X85~Y09)
Includes: homicide; injuries inflicted by another person with intent
to injure or kill, by any means
Chapter XXI
Factors Influencing health status and contact with health
services (ZOO-Z99)
Z03 Medical observation and evaluation for suspected diseases and con
ditions
Z03.2 Observation for suspected mental and behavioural disorders
Includes: observation for dissocial behaviour, fire-setting, gang
activity, and shoplifting, without manifest psychiatric
disorder
307
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Z54 Convalescence
Z54.3 Convalescence following psychotherapy
308
ANNEX
309
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Z71 Persons encountering health services for other counselling and medical
advice, not elsewhere classified
Z71.4 Alcohol abuse counselling and surveillance
Z71.S Drug abuse counselling and surveillance
Z71.6 Tobacco abuse counselling
310
ANNEX
311
List of principal investigators
Field trials of the ICD-10 proposals involved researchers and clinicians in some
110 institutes in 40 countries. Their efforts and comments were of great impor
tance for the successive revisions of the first draft of the classification and
the clinical descriptions and diagnostic guidelines. All principal investigators
are named below. The individuals who produced the initial drafts of the
classification and guidelines are marked with an asterisk.
Australia Bahrain
312
LIST OF PRINCIPAL INVESTIGATORS
313
MENTAL.AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Denmark
Cote d'lvoire'
314
LIST OF PRINCIPAL INVESTIGATORS
315
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
316
LIST OF PRINCIPAL INVESTIGATORS
317
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Luxembourg Nigeria
Dr G. Chaillet (Luxembourg) *Dr R. Jegede (Ibadan)
318
LIST OF PRINCIPAL INVESTIGATORS
Dr M. Dehelean (Timisoara)
Peru
Dr P. Dehelean (Timisoara)
Dr J. Marietegui (Lima) Dr M. lenciu (Timisoara)
Dr A. Per ales (Lima) Dr M. Lazarescu (Timisoara)
Dr C. Sogi (Lima) Dr O. Nicoara (Timisoara)
319
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
320
LIST OF PRINCIPAL INVESTIGATORS
321
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
322
LIST OF PRINCIPAL INVESTIGATORS
323
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
324
LIST OF PRINaPAL INVESTIGATORS
Yugoslavia
Dr N. Bohacek (Zagreb)
Dr M. Kocmur (Ljubljana)
*Dr J. Lokar (Ljubljana)
Dr B. Milac (Ljubljana)
Dr M. Tomori (Ljubljana)
325
Index
Note: For those entries marked#see List of categories for additional fourth
or fifth character. The letters NEC stand for **not elsewhere classified"; they
are added after terms classified to residual categories, as a warning that specified
forms of the conditions are classified differently.
Acrophobia F40.2
326
INDEX
Agoraphobia
- with panic disorder F40.0I
- without panic disorder F40.(X)
Alcohol
- amnesic syndrome F10.5
- dependence F10.2#
- drunkenness, acute FIO.O#
- withdrawal state F10.3#
- - with delirium F10.4#
Alcoholic
- hallucinosis (acute) F10.5#
- jealousy F10.5#
- paranoia F10.5#
- psychosis F10.5#
Alcoholism
- chronic F10.2#
- Korsakov's F10.6 . .
* 1.'
Alzheimer's disease
- dementia in F00.9#
- - atypical type F00.2#
- - early onset FOO.O#
- - late onset FOO.1 # , .
- - mixed type F()0.2#
- - presenile F(X).0#
- - senile FOO.1 #
- type 1 FOO.l#
- type 2 FOO.O#
327
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Anthropophobia F40.]
Anxiety
- depression F41.2
- dream F51.5
- episodic paroxysmal F4I.0
- hysteria F41.8
- neurosis F41.1
- phobic, of childhood F93J
- reaction F41.1
- separation, of childhood F93.0
- social, of childhood F93.2
- state F41.1
Attention deficit
- hyperactivity disorder F90.0
- syndrome with hyperactivity F90.0
- wkhout hyperactivity F98.8
328
INDEX
Autism
- atypical F84.1
- childhood F84.0
- infantile F84.0
Autistic
- disorder F84.0 '
- psychopathy F84.5
Bouff^e d^lirante
- with symptoms of schizophrenia F23.1
- - with acute stress F23.il
- - without acute stress F23.10
- without symptoms of schizophrenia F23.0
- - with acute stress F23.01
- - without acute stress F23.00
Claustrophobia F40.2
329
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Cluttering F98.6
Conversion
- disorder F44.-
- hysteria F44.-
- reaction F44.-
Cyclothymia F34.0
330
INDEX
331
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Depression F32.9
- agitated, single episode F32.2
- anxiety
- - mild or not persistent F41.2
- - persistent (dysthymia) F34.1
- atypical F32.8
- endogenous F33.-
- major
- - single episode F32.-
- - recurrent F33.-
- masked F32.8
- monopolar F33.9
- neurotic (persistent) F34.1
- post-schizophrenic F20.4#
- postnatal F53.0
- postpartum F53.0
- psychogenic F32.-
- psychotic F32.3
- reactive F32.-
- vital, without psychotic symptoms F32.2
Depressive
- disorder {see Disorder, depressive)
- episode {see Episode, depressive)
332
'- ' IND«
Derealization F48.1
Dermatozoenwahn F06.0
Diarrhoea
- gas syndrome F45.32
- psychogenic F45.32
Dipsomania F10.2#
Disability
- knowledge acquisition NOS F81.9
- learning NOS F81.9
Disease
- Alzheimer's FOO.- #
- Creutzfeldt-Jakob F02.1#
- Huntington's F02.2#
- Parkinson's F02.3#
- Pick's F02.0#
Disorder (oD
- adjustment
- - anxiety and depressive reaction (mixed) F43.22
- - brief depressive reaction F43.20
- - prolonged depressive reaction F43.2i
- - with mixed disturbance of emotions and conduct F43.25
- - with other specified predominant symptoms F43.28
- - with predominant disturbance of conduct F43.24
- - with predominant disturbance of other emotions F43.23
- affective {see Disorder, mood)
- anxiety F41.9
- - and depressive, mixed F41.2
- - generalized F41.1
333
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
334
INDEX
335
_ /
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
336
INDEX
337
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
338
INDEX
339
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
340
INDEX
341
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Disorder (of)(continued)
- schizoid
- - of childhood F84.5
- - personality F60.1
- schizophreniform F20.8#
brief F23.23
- schizotypal personality F21
- scholastic skills, developmental F81.9
- - mixed F81.3
- - specified NEC F81.8
- seasonal affective F33.-
- sexual
- - desire, hypoactive F52,0
- - maturation F66.0#
- - preference F65.9
- - - specified NEC F65.8
- - relationship F66.2#
- sibling rivalry F93.3
- sleep
- - emotional F51.9
- - nonorganic F51.9
specified NEC F51.8
- social functioning
specified NEC F94.8
- - withdrawal and shyness due to social competence deficiencies F94.8
- somatization F45.0
- somatoform F45.9
- - pain, persistent F45.4
- — specified NEC F45.8 . f :<
- - undifferentiated F45.1
- spelling, specific F81.1
- stress, post-traumatic F43.1
- tic F95.9
- - chronic
- - — motor F95.1
- - - vocal F95.1
- - combined vocal and multiple motor F95.2
- - specified NEC F95.8
- - transient F95.0
- trance and possession F44.3
- unsocialized aggressive F91.1
342
INDEX
Disturbance (predominant) of
- activity and attention F90.0
- conduct in adjustment disorder F43.24
- emotions and conduct, mixed in adjustment disorder F43.25
- emotions, specified NEC in adjustment disorder F43.23
Dysfunction
- orgasmic F52.3
- sexual, not caused by organic disorder or disease F52.9
- - specked NEC F52.8
- somatoform autonomic (of) F45.3
- - genitourinary system F45.34
- - heart and cardiovascular system F45.30
- - lower gastrointestinal tract F45.32
- - respiratory system F45.33
- - specified organ NEC F45.38
- - upper gastrointestinal tract F45.31
Dysphasia, developmental
- expressive type F80.1
- receptive type F80.2
343
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Dyssomnia F51.-
Dysthymia F34.1
Encephalopathy
- HIV F02.4#
- postcontusional F07.2
Enuresis (primary)(secondary)
- functional F98.0
- nonorganic origin F98.0
- psychogenic F98.0
Episode
- depressive F32.9
mild F32.0
- - - with somatic symptoms F32.01
- - - without somatic symptoms F32.00
- - moderate F32.1
- - - with somatic symptoms F32.il
~ - without somatic symptoms F32.10
- - severe
344
INDEX
- manic F30.9
specified NEC F30.8
- - with psychotic symptoms F30.2
- - without psychotic symptoms F30.1
- mixed affective F38.00
- mood [affective], single, specified NEC F38.0
Exhibitionism F65.2
Fatigue
- combat F43.0
- syndrome F48.0
Fetishism ^F65.0
- transvestic F65.1
Frigidity F52.0
345
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Frotteurism F65.8
Gambling
- compulsive F63.0
- pathological F63.0
Hair-plucking F98.4
Hallucinatory
- psychosis, chronic F28
- state, organic F06.0
Hallucinosis
- alcoholic F10.5
- organic F06.0
Hebephrenia F20.1#
346
INDEX
HIV
- encephalitis, subacute F02.4#
- encephalopathy F02.4#
Hypochondriasis F4S.2
Hypomania F30.0
Hysteria F44#
- anxiety F41.8
- conversion F44#
Idiocy F73#
Imbecility F71#
347
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Jealousy
- alcoholic F10.5
- sibling F93.3
Kleptomania F63.2
Koro F48.8
Lack of sexuai
- desire F52.0
- enjoyment F52.il
LaUing F80.0
Latah F48.8
348
INDEX
Lisping F80.8
Loss of
- appetite, psychogenic FS0.8
- sexual desire F52.0
Mania F30.9
- with psychotic symptoms F30.2
~ without psychotic symptoms F30.1
Masochism FdS.S
Melancholia F32.9
Moron F70#
Mutism
- elective F94.0
- selective F94.0
Nail-biting F98.8
Necrophilia F65.8
Neurasthenia F48.0
Neurosis
- anankastic F42
- cardiac F45.30
349
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Neurosis {continued)
- character F60.9
- compensation F68.0
- depressive F34.1
- gastric F45.31
- hypochondriacal F45.2
- obsessional F42.-
- obsessive-compulsive F42.-
- occupational F48.8
- psychasthenic F48.8
- social F40.1
- traumatic F43.1
Nightmare F51.5
Nose-picking F98.8
Nosophobia F45.2
Nymphomania F52.7
Obsessional
- neurosis F42.-
- rituals F42.1
- ruminations F42.0
- thoughts F42.0
- thoughts and acts, mixed F42.2
Obsessive-compulsive
- disorder F42.9
- - speciHed NEC F42.8
- neurosis F42.-
350
INDEX
Oneirophrenia F23.2
Paedophilia F65.4
Panic
- attack F41.0
- disorder F41.0
Paralysis of limb(s)
- hysterical F44.4
- psychogenic F44.4
Paranoia F22.0
- alcoholic F10.5
- querulans F22.8
Paranoid
- personality F60.0
- psychosis F22.0
- schizophrenia F20.0#
- state F22.0
- - involutional F22.8
Paraphilia F6S.9
Parasoninia F51.-
351
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Pathological
- Hre-setting F63.1
- gambling F63.0
- stealing F63.2
Personality
- change (not due to brain damage or disease), enduring (after) F62.9
- - bereavement F62.8
- - catastrophic experience F62.0
- psychiatric illness F62.1
- - specified NEC F62.8
- disorder (see Disorder, personality)
- - troublesome F61.1
- syndrome, chronic pain F62.8
Phobia F40.9
- animal F40.2
- examination F40.2
- simple F40.2
- social F40.1
- specific (isolated) F40.2
Phobic
- smxiety (reaction) (disorder) F40.9
- - specified NEC F40.8
- states F40.9
Pica
- in adults, nonorganic origin FS0.8
- of infancy or childhood F98.3
352
INDEX
Postcontusionai
- encephalopathy F07.2
- syndrome F07.2
Psychaigia F45.4
Psychasthenia F48.8
Psychopathy
- affectionless (in childhood) F94.2
- autistic F84.5
Psychosis F29
- affective F38.9
- - specified NEC F38.8
- alcoholic F10.5
- childhood, atypical F84.1
- cycloid F23.0
- - with symptoms of schizophrenia F23.1
- - - with acute stress F23.il
without acute stress F23.10
- - without symptoms of schizophrenia F23.0
- - - with acute stress F23.01
- - - without acute stress F23.(X)
- disintegrative (of childhood) F84.3
- epileptic F06.8
- hallucinatory, chronic F28
353
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Psychosis {continued)
- hysterical F44.8
- induced F24
- infantile F84.0
- Korsakov*s (due to) {see also Syndrome, amnesic)
- - nonalcoholic F04
- - psychoactive substances F19.6
- mixed schizophrenic and affective F2S.2
- nonorganic F29
- organic F09
- paranoid F22.0
- presenile F03#
- psychogenic
- - depressive F32.3
- - paranoid F23.3#
- puerperal F53.1
- reactive depressive F32.3 ..f
- schizoaffective {see Disorder, schizoaffective)
- schizophrenia-like, in epilep§^y F06.2
- schizophreniform F20.8
- - and affective, mixed F25.2
brief F23.2
- - - with acute stress F23.21
- - - without acute stress F23.20 :-
- - depressive type F25.1
- - manic type F25.0
- senile F03#
- symbiotic F24
- - in childhood F84.3
- symptomatic F09
Pyromania F63.1 ^
Reaction
- adjustment (see Disorder, adjustment)
- anxiety F41.1
- crisis, acute F43.0
354
INDEX
- depressive
- - and anxiety, mixed F43.22
brief F43.20
- - prolonged F43.21
- grief F43.28
- hyperkinetic (of childhood or adolescence) F90.9
- paranoid F23.3#
- schizophrenic F32.2#
- severe stress F43.9
- - speclHed NEC F43.8
- stress, acute F43.0
Reading
- backward F81.0
- disorder, specific F81.0
- - with spelling difficulties F81.0
- retardation, speciEc F81.0
Retardation
- mental F79#
- - mild F70#
- - moderate F71#
- - profound F73#
- — severe F72#
- - specified NEC F78#
- - with autistic features F84.1
- speciHc reading F81.0
- specific spelling
- - with reading disorder F81.0
- - without reading disorder F81.1
Rivalry
- peer (non-sibling) F93.8
- sibling F93.3
355
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Rumination
- disorder of infancy F98.2
- obsessional F42.0
Sadomasocliism F65.5
Satyriasis F52.7
Schizoid
- disorder of childhood F84.5
- personality disorder F60.1
Schizophrenia F20.9#
- acute, undifferentiated F23.2#
- atypical F20.3#
- borderline F21
- catatonic F20.2#
- cenesthopathic F20.8#
- chronic, imdifferentiated F20.5#
- cyclic F25.2
- disorganized F20.1#
- hebephrenic F20.1#
- latent F21
- paranoid F20.0#
- paraphrenic F20.0#
- prepsychotic F21
- prodromal F21
- pseudoneurotic F21
- pseudopsychopathic F21
- residual F20.5#
- simple F20.6#
- simplex F20.6#
- speciHed NEC F20.8#
- undifferentiated F20.3#
356
INDEX
Schizophrenia-like
- acute psychotic disorder {see Disorder, psychotic)
- disorder, organic F06.2
Schizophrenic
- catalepsy F20.2#
- catatonia F20.2
- flexibilitas cerea F20.2
- reaction, latent F21
- Restzustand F20.5#
Sexual
- aversion F52.10
- desire, lack or loss F52.0
- drive, excessive F52.7
- enjoyment, lack of F52.il
- maturation disorder F66.0#
- orientation, egodystonic F66.1#
- preference disorder F65.9
- - multiple F65.9
- - specified NEC F65.8
- relationship disorder F66.2#
Shock
- culture F43.28
- psychic F43.0
Sleep
- disorder F51.9
- - specified NEC F51.8
- rhythm inversion, psychogenic F51.2
- terrors F51.4
Sleepwalking F51.3
357
/
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Somnambulism F51.3
Stammering F98.5
State
- anxiety F41.1
- crisis F43.0
- organic hallucinatory (nonalcoholic) F06.0
- panic F41.0
- paranoid F22.0
- - involutional F22.8
- - organic F06.2
- paranoid-hallucinatory F06.2
- twilight
- - dissociative F44.88
- - organic F06.5
- - psychogenic F44.88
- withdrawal
- - alcohol F10.3
- — - with delirium F10.4#
- - caffeine F15.3#
- - cannabinoids F12.3#
- - cocaine F14.3#
_ _ _ with delirium F14.4#
- - hallucinogens F16.3#
- - - with delirium F16.4#
- ~ hypnotics F13.3#
- - - with delirium F13.4#
358
INDEX
Stealing
~ in company (in conduct disorder) F91.2
- pathological F63.2 '
Stress
- reaction F43.9
- - acute F43.0
- - specified NEC F43.8
- disorder, post-traumatic F43.1
Stupor
- catatonic F20.2#
- depressive F32.3
- dissociative F44.2
- manic F30.2
Stuttering F98.5
Symptoms
- physical
- - elaboration of F68.0
- - feigning of F68.1
- psychological, feigning of F68.1
359
/
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Syndrome
- alcohol withdrawal F10.3#
- amnesic
- - cannabinoid-induced F12.6
- - hallucinogen-induced F16.6
- - hypnotic-induced F14.6
- - multiple drug-induced F19.6
- - opioid-induced FU.6
- - organic (nonalcoholic) F04
- - psychoactive substance-induced NEC F19.6
- - sedative-induced F13.6
- - stimulant-induced NEC F15.6
- volatile solvent-induced F18.6
- Asperger's F84.5
- behavioural, associated with physiological disturbances and physical
factors F59
- chronic pain personality F62.8
- clumsy child F82
- Da Costa's F45.30
- dependence
- - alcohol F10.2#
- - caffeine F15.2#
- - cannabinoids F12.2#
- - cocaine F14.2#
- - hallucinogens F16.2#
- - hypnotics F13.2#
- - multiple drugs F19.2#
- - opioids F11.2#
- - psychoactive substances NEC F19.2#
- - sedatives F13.2#
- - stimulants NEC F15.2#
- - tobacco F17.2#
- - volatile solvents F18.2#
- depersonalization -derealization F48.1
- Dhat F48.8
- diarrhoea gas F45.32
- fatigue F48.0
- frontal lobe F07.0
- Ganser's F44,80
360
INDEX
Thumb-sucking F98.8
Transsexualism F64.0
Transvestism
- dual-role F64.1
- fetishistic F65.1
Trichotillomania F(i3.3
361
MENTAL AND BEHAVIOURAL DISORDERS
Voyeurism F6S.3
Zoophobia F40.2
362