Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DEFENISI PDDGJ DAN HIRARKI PDDGJ

Disusun oleh

Wisye souisa

Cremona attiruhu

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKES RS PROF.DR.J.A.LATUMETEN AMBON

TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

1.2.1 Apa definisi dari PPDGJ-III?


1.2.2 Apa tujuan adanya PPDGJ?
1.2.3 Bagaimana perkembangan PPDGJ?
1.2.4 Bagaimana perbandingan diagnosis?
1.2.5 Bagaimana konsep gangguan jiwa?
1.2.6 Bagaimana penggolongan gangguan jiwa?
1.2.7 Bagaimana proses diagnosis gangguan jiwa?
1.2.8 Bagaimana urutan hierarki blok diagnosis?

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................................................

4.2 Saran ....................................................................................................................................................................


DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai emosi,


persepsi, kognisi dan perilaku. Sedangkan gangguan jiwa adalah suatu gangguan yang secara
klinis bermakna dan menimbulkan disfungsi dalam pekerjaan. Menurut arti dari PPDGJ III
gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologik yang secara klinis bermakna dan secara
khas berkaitan dengan gejala, penderitaan (distress) serta hendaya (impairment) dalam fungsi
psikososial. Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan
mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental
desease).

Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi gangguan yang
dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada tahun 1952 yang akhirnya
pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga kali revisi sejak tahun 1979. Di Indonesia,
pemerintah telah berhasil melahirkan klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan
kejiwaan yang disebut PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa,
yang saat ini telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan


yang akan dibahas sebagai berikut :

1.2.1 Apa definisi dari PPDGJ-III?


1.2.2 Apa tujuan adanya PPDGJ?
1.2.3 Bagaimana perkembangan PPDGJ?
1.2.4 Bagaimana perbandingan diagnosis?
1.2.5 Bagaimana konsep gangguan jiwa?
1.2.6 Bagaimana penggolongan gangguan jiwa?
1.2.7 Bagaimana proses diagnosis gangguan jiwa?
1.2.8 Bagaimana urutan hierarki blok diagnosis?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari PPDGJ-III
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan adanya PPDGJ
1.3.3 Untuk mengetahui perkembangan PPDGJ
1.3.4 Untuk mengetahui perbandingan diagnosis gangguan jiwa
1.3.5 Untuk mengetahui konsep gangguan jiwa
1.3.6 Untuk mengetahui penggolongan gangguan jiwa
1.3.7 Untuk mengetahui proses diagnosis gangguan jiwa
1.3.8 Untuk mengetahui urutan hierarki blok diagnosis

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai
sumber informasi dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Selain itu
makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dalam merancang desain
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Dosen


Manfaat makalah ini dapat mengembangkan kualitas pembelajaran
menjadi lebih menarik, dapat menjalankan tugas sebagai pendidik dengan baik
yaitu dengan merencanakan pembelajaran secara matang, dapat
mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh mahasiswa pada
pembelajaran juga dapat menciptakan kreativitas dan inovasi-inovasi dalam
pembelajaran salah satunya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran.

1.4.2.2 Bagi Mahasiswa

Manfaat makalah ini bagi siswa dapat meningkatkan semangat dan


motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan pendekatan
pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar
yang bermakna dan tidak membuat mahasiswa jenuh. Seslain itu kesulitan-
kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam memahami mata kuliah
Keperawatan Jiwa khususnya materi-materi yang terdapat dalam pembelajaran
subtema Penggolongan Gangguan Jiwa (PPDGJ dan Diagnostic and Statistic
Manual of Mental Disorder IV/DSM IV).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi PPDGJ-III

Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan mental
(mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental desease).

Gangguan jiwa merupakan kondisi terganggunya kejiwaan manusia sedemikian rupa


sehingga mengganggu kemampuan individu itu untuk berfungsi secara normal didalam
masyarakat maupun dalam menunaikan kewajibannya sebagai insan dalam masyarakat itu
(Dep Kes RI, 1997)

Gangguan jiwa adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk
akal, berlebihan, berlangsung lama dan menyebabkan kendala terhadap individu tersebut
atau orang lain. ( Suliswati, 2005)

2.2 Tujuan PPDGJ

Tujuan dari adanya pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di


Indonesia adalah:

1. Bidang pelayanan kesehatan (service and clinical use)

-Modifikasi penyakit atau gangguan untuk statistik kesehatan

-Keseragaman diagnosis klinis untuk tata laksana terapi

2. Bidang pendidikan kedokteran (educational use)


-Kesamaan konsep diagnosis gangguan jiwa untuk komunikasi akademik.

3. Bidang penelitian kesehatan (research use)

-Memberikan batasan dan kriteria operasional diagnosis gangguan jiwa yang


memungkinkan perbandingan data dan analisis ilmiah

2.3 Perkembangan PPDGJ

1. PPDGJ I
 Terbit tahun 1973
 Nomor kode dan diagnosis mengacu pada ICD 8 ( International Clasification
of Desease -8 ) yang diterbitkan oleh WHO chapter V, nomor 290-315 (sitem
numerik)
 Diagnosis : mono-aksial
2. PPDGJ II
 Diterbitkan pada tahun 1983
 Diagnosis multi aksial menurut DSM-III
 Nomor kode dan diagnosis :mengacu pada ICD-9 (sistem numerik )
 Konsep klasifikasi dengan kelas diagnosis memakai kriteria diagnosis DSM (
The Diagnosis statistical manual of mental disorder)
3. PPDGJ III
 Diterbitkan pada tahun 1993
 Diagnosis multi-aksial
 Nomor kode dan diagnosis merujuk pada ICD-10
 Konsep klasifikasi dengan hirarki blok memakai pedoman diagnosis ICD-10
 Diagnosis multi aksial menurut DSM-IV (APA,1994)

Pedoman Penggolongan Penyakit dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III)


merujuk pada standard dan sistem pengkodean dari International Classification of Disease
(ICD-10) dan system multiaksis dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM-IV). Berikut sedikit dijelaskan sekilas tentang DSM yang dikeluarkan oleh American
Psychiatric Association (APA) dan ICD yang dikeluarkan oleh WHO.

DSM-I telah selesai disusun pada tahun 1952 oleh APA (American Psychiatric
Association). Edisi kedua keluar pada tahun 1968, kemudaian disusul setelahnya edisi ke-13
pada tahun 1980, yang akhirnya dilakukan revisi kembali pada tahun1987(DSM-III R), dan
pada tahun 1994 APA mengeluarkan lagi DSM-IV, yang akhirnya di revisi kembali manjadi
DSM-IV TR(text revision) pada tahun 2000. DSM-IV dan DSM-IV TR dikeluarkan setelah
melalui persetujuan dengan ICD-9 CM (clinical modification).

ICD sudah digunakan lebih lama, dan pada saat ini infrastruktur ICD telah
menginvestasikan dalam pengembangan sistem pengkodean komputer, “case-mix”, dan
sistem diagnosis. Dari sumber lain berbahasa Indonesia dikatakan “DSM-IV didesain untuk
mendampingi ICD-10, disusun pada tahun 1992. Pada waktu itu terdapat konsensus yang
kuat bahwa sistem diagnosis di USA harus sesuai dgn klasifikasi penyakit internasional
(ICD-10) sedangkan ICD-10 merupakan sistem klasifikasi tertinggi yg digunakan di Eropa
& negara-negara lain di dunia.

Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi gangguan yang
dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada tahun 1952 yang akhirnya
pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga kali revisi sejak tahun 1979. Di Indonesia,
pemerintah telah berhasil melahirkan klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan
kejiwaan yang disebut PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa,
yang saat ini telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ.

2.4 Perbandingan Diagnosis

No PPDGJ-I PPDGJ-II PPDGJ-III


I 290-294 290-294 F00-F09

Psikosa organik Gg. Mental organic Gg. Mental organic


(psikotik-non psikotik) (termasuk Gg.
Mental simtomatik)

F10-F19

Gg. Mental dan


perilaku akibat zat
psiko aktif
II 295-299 295-299 F20-F29

Psikosa fungsional Gg. Psikotik lainnya Skizofrenia, Gg.


Skizotipal dan Gg.
Waham

F30-F39

Gg. Suasana
perasaan (“mood”
atau afektif )
III 300-309 300-316 F40-F48

Neurosa, Gg. Gg. Neurotik, Gg. Gg. Neurotik, Gg.


Kepribadian, Gg. Kepribadian dan Gg. Somatoform dan
Jiwa non psikosa Mental non psikotik Gg. Terkait stress
lainnya.
317 F50-F59
307.91-307.92
Kondisi yang terkait Sindrom perilaku
pada kebudayaan Fenomena dan sindrom berhubungan
setempat yang berkaitan dengan dengan Gg.
faktor sosial budaya di Fisiologis dan faktor
Indonesia fisik.
F60-F69

Gg. Kepribadian
dan perilaku masa
dewasa .
IV 310-315 317-319 F70-F79

Retardasi mental Retardasi mental Retardasi mental


V 308 307, 309, 312, 313, 314, F80-F89
315, dll
Gg. Tingkah laku Gg. Perkembangan
masa anak dan Gg. Yang biasanya psikologis
remaja mulai Nampak pada
F90-F98
masa bayi, kanak atau
remaja.
Gg. Perilaku dan
emosional dengan
konsep biasanya
pada masa kanak
dan remaja
Kode 316 dan 138 Kondisi yang tidak Kondisi lain yang
V tercantum sebagai menjadi focus
Kegagalan
gangguan jiwa, tetapi perhatian klinis.
penyesuaian sosial
menjadi pusat perhatian
tanpa Gg. Psikiatrik
atau terapi
yang nyata
2.5 Konsep Gangguan Jiwa
Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah “Gangguan Jiwa” atau “Gangguan Mental”
(mental disorder), tidak mengenal istilah “penyakit jiwa” (mental disease/mental illness).
Konsep Gangguan Jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III : Sindrom atau pola
prilaku, atau psikologis seseorang yang secara klinik cukup bermakna dan secara khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu
adalah disfungsi dalam segi prilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-
mata terletak di dalam hubungan antara oranng itu dengan masyarakat.

Konsep Gangguan Jiwa dari DSM-IV (yang merupakan rujukan dari PPDGJ-III): Mental
disorder is conceptualized as clinically significant behavioural or psychological syndrome or
pattern that occurs in an individual and that is associated with present distress or disability or
with a significant increased risk of suffering death, pain, disability, or an important loss of
freedom.

Konsep “Disabillity” dari “The ICD-10 Classification on Mental and Behaviour


Disorder”: Gangguan kinerja (Performance) dalam peran sosial dan pekerjaan tidak digunakan
sebagai komponen esensial untuk diagnosis gangguan jiwa, oleh karena hal ini berkaitan dengan
varias sosial-budaya yang ssangat luas. Yang diartikan sebagai “Disabillity” adalah
keterbatasan/kekurangan kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas pada tingkat personal,
yaitu melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil).

Dari konsep tersebut diatas, dapat dirumuskan bahwa di dalam Konsep Gangguan Jiwa
didapatkan butir-butir :

1. Adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom atau pola prilaku dan sindrom atau
pola psikologik.
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain dapat berupa rasa
nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.
3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability) dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup
(mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll)

2.6 Penggolongan Gangguan Jiwa

PPDGJ-III menganut pendekatan aerotik, yaitu tidak mengacu pada teori tertentu
berkenaan dengan etiologic atau proses patofisiologik, kecuali untuk gangguan-gangguan yang
sudah jelas dan disepakati penyebabnya, misalnya Gangguan Mental Organik, dimana factor
organic merupakan factor yang penting. Pendekatan ateoretik itu dilaksanakan dengan cara
mendeskripsikan (menguraikan dan melukiskan) secara menyeluruh apa manifestasi gangguan
jiwa (deskripsi gambaran klinis) dan jarang mengusahakan penjelasan bagaimana timbulnya
gangguan itu. Pengelompokkan diagnosis gangguan jiwa berdasarkan persamaan dalam
gambaran klinisnya.

PPDGJ-III tidak menganggap bahwa setiap gangguan jiwa adalah suatu kesatuan yang
tegas dengan batas-batas yang jelas antara gangguan jiwa tertentu dengan gangguan jiwa lainnya,
sebagaimana juga antara adanya gangguan jiwa dan tidak ada gangguan jiwa. Suatu anggapan
yang salah bahwa ppenggolongan gangguan jiwa menggolongkan orang-orang. Yang
digolongkan adalah gangguan-gangguan yang diderita oleh seseorang. Sehingga harus
dihindarkan pemakaian istilah seperti “seorang skizifrenik”, “seorang neurotic”, atau “seorang
pecandu”. Hendaklah dipakai istilah : seorang dengan skizofrenia, seorang dengan neurotic, atau
seorang dengan ketergantungan obat.

2.8 Urutan Hierarki Blok Diagnosis

Pada beberapa jenis gangguan jiwa (misalnya gangguan mental organic) terdapat
berbagai tanda dan gejala yang sangat luas. Pada beberapa jenis gangguan jiwa lainnya ( seperti
gangguan cemas) hanya terdapat beberapa tanda dan gejla yang sangat terbatas. Atas dasar ini,
dilakukan suatu penyusunan urutan blok-blok diagnosis yang berdasarkan suatu hierarki, dimana
suatu gangguan yang mempunyai cri-ciri dari gangguan yang terletak dalam hierarki lebih
rendah, tetapi tidak sebaliknya. Terdapat hubungan hierarki ini memungkinkan untuk penyajian
diagnosis bamding dari berbagai jenis gejala utama.

Suatu diagnosis atau kategori diagnosis baru dapat dipastikan setelah kemungkinan
kepastian diagnosis/diagnosis banding dalam blok diatasnya dapat ditiadakan secara pasti.

Urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ-III :

I : gangguan mental organic dan simtomatik (F00-F09).

: gangguan mental & prilaku abikat zat psikoaktif (F10-F19)

Ciri khas : etiologic organic/fisik jelas, primer/sekunder

II : skizofrenia, gangguan skixotipal & gangguan waham (F20-F29)

Ciri khas : gejala psikoaktif, etiologic organic tidak jelas

III : gangguan suasan perasaan (F30-F39)

Ciri khas : gejala gangguan afek

IV : gangguan neurotic, gangguan somatoform & gangguan stress (F40-48)

Ciri khas : gejala non-psikoaktif, etiologic non-organik

V : sindrom prilaku yg berhubungan dengan gangguan fisiologis (F50-F59)

Ciri khas : gejala disfungsi fisiologis, etiologic non-organik

VI : gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa (F60-F69)

Ciri khas : gejala prilaku, etiologic non-organik

VII : retardasi mental (F70-79)

Ciri khas : gejala perkembangan IQ , onset masa kanak


VIII : gangguan perkembangan psikologis (F80-F89)

Ciri khas : gejala perkembangan khusus, onset masa kanak

IX : gangguan prilaku dan emosional dengan onset masa kanak remaja (F90-98)

Ciri khas : gejala prilaku emosional, onset masa kanak

X : kondisi lain yang menjadu focus perhatian klinis (kode z)

Ciri khas : tidak tergolong gangguan jiwa.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan
mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental
desease).

Menurut PPDGJ II: Gangguan jiwa adalah sindrom atau perilaku tertentu atau
kondisi psikologis seseorang yang secara klinis cukup bermakna, dan secara khusus
berkaitan dengan distress (gejala penderitaan) dan disability (keterbatasan kemampuan
normal pada aktivitas normal pada tingkat personal).

Konsep gangguan jiwa dari DSM IV: Gangguan jiwa itu adalah perilaku penting
yang signifikan secara klinis atau sindrom psikologis atau pola acuan tertentu yang terjadi
pada individu yang dihubungkan dengan kondisi distress dan disability atau dihubungkan
dengan peningkatan resiko untuk menderita nyeri, disability, hilangnya kemampuan
bergerak bebas, bahkan kematian.

3.2 Saran

Adapun saran penulis sebagai mahasiswa yang berada dijenjang pendidikan, yaitu
menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami dengan baik,
sehingga kita dapat mengetahui tentang pengggolongan gangguan jiwa. Agar dapat menjadi
pedoman buat kita sebagai perawat serta dapat kita aplikasikan di dunia kerja nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Pedoman Penggolongan Diagnosis


Gangguan Jiwa, Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa

Departemen Kesehatan. 1993. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan


dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen
Kesehatan

Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Jakarta: PT. Nuh Jaya

Anda mungkin juga menyukai