Penulis:
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
2.1 Definisi........................................................................................... 4
dalamPelayananMedis/
Bedah 9
i
BAB I
PENDAHULUAN
tim-tim yang berkerja untuk pasien dirumah sakit. Psikiater Liaison bertugas untuk
disini menilai interaksi kondisi medic, psikiatri, gejala psikiatri dan memberikan
merupakan elemen penting dalam proses konsultasi. Komunikasi yang baik dapat
akurat, tepat waktu dan memberikan kemungkinan jenis penanganan lain yang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak hanya oleh
orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh
anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat disini ialah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
Pada tahun 1977 George Engel memperkenalkan suatu konsep baru dalam
adalah suatu konsep yang melibatkan interaksi antara faktor biologi, psikologis, dan
sosial dalam upaya memahami proses penyakit dan sakitnya seseorang yang
1
memandang pikiran dan tubuh sebagai satu kesatuan. Pendekatan tersebut tidak
hanya membawa pengertian bahwa kondisi sakit bukan saja segi medis fisik tetapi
juga dari kondisi psikologis yang dipengaruhi faktor lingkungan (Andri, 2011).
Psychiatry (CLP), suatu perkembangan lebih lanjut dari psikiatri klinik yang
kedokteran(Syamsulhadi, 2012).
secara berkebalikan dan bergantian dengan makna yang sama. Namun secara
sampai saat ini menggunakan istilah Liaison Psychiatry untuk merujuk kepada
2
3
Case Finding atau skrining merupakan langkah awal dalam proses liaison psikiatri.
Para dokter perlu pelatihan dan pendidikan praktis dalam diagnosis dan pengobatan
klinis gangguan jiwa, terutama dalam lingkungan medis dan bedah. Edukasi dokter
non psikiater dan tenaga kesehatan yang berkaitan mengenai masalah medis dan
psikiatri yang berhubungan dengan penyakit pasien merupakan hal penting dalam
proses case finding. Terapi dalam CLP dapat disimpulkan sebagai integrasi dalam
sistem organik dan elemen psikososial dan jumlah disiplin ilmu dan tipe pengobatan
meningkatkan hasil keluaran pasien yang dapat dilihat pada berkurangnya lama
masa rawat dan juga mengurangi biaya yang harus dibayarkan pasien. Walaupun
kenyataannya terdapat perbedaan angka pada negara maju, berkembang dan negara
Data pelaksanaan CLP di beberapa rumah sakit dan pusat kesehatan di Indonesia
belum ada angka yang pasti dan belum banyak diteliti, namun pelaksanaannya
sudah mulai sering dilakukan, monograf ini menampilkan serial kasus CLP yang
terjadi di bagian Obstetri dan gynekologi, bedah, rehabilitasi medik dan bagian
kardiologi dan kedokteran vaskuler di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah,
Denpasar.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
& Tiamson, 2003). CLP merujuk kepada keahlian dan pengetahuan dalam
mengevaluasi dan merawat kondisi yang berhubungan dengan emosi dan perilaku
pasien yang dirujuk dari bagian medis atau bedah (Leigh, 2007). Pelaksanaannya
dapat dalam lingkup rumah sakit atau pasien rawat jalan yang terdapat pasien sakit
secara medis, atau pasien merasa sakit secara medis namun tidak merasa ada
Medicine untuk CLP (Blumenfield & Tiamson, 2003). Terdapat beberapa definisi
2012):
Pelaksanaan CLP yang baik dimulai dengan penguasaan pengetahuan dan keahlian
psikiatri dasar dan kedokteran serta bedah. Pengetahuan dasar dan keahlian tentang
ekonomi kedokteran, geriatrik, dan forensik. Secara umum, tujuan dari konsultasi
b. Mengumpulkan riwayat dan data medis yang cukup dari sumber yang
Perubahan perilaku tim medis dapat juga dinilai dari angkarujukan. Beberapa
konsultasi meningkat namun pada kenyataan yang ada sebagian besar hasilnya
angka angka konsultasi sekitar 0,9% sampai 1,7%. Hasil yang rendah tersebut
disebabkan karena sebagian besar psikiater lebih bersikap pasif menunggu konsul
menghilangkan gejala, dan membantu tenaga medis dan bedah dalam menangani
pasien, terkadang mengambil beberapa atau seluruh tanggung jawab kepada pasien.
6
sendiri. Untuk semua dokter, aspek yang paling penting dari CLP adalah berurusan
psikiatri, diagnosis psikiatri, dan faktor lainnya. Beberapa hal yang sering terjadi
adalah pasien yang sering terlambat dikonsulkan adalah pasien tua dan pasien
mengatakan bahwa konsultasi psikiatri lebih awal akan mengurangi masa lama
Beberapa hal yang paling sering diharapkan dokter dari konsultan psikiatri adalah
1. Pelayanan medis
c. Evaluasi dan menolong dokter dan tenaga ruangan untuk mengerti aspek
2. Pelayanan bedah
a. Evaluasi kompetensi
4. Evaluasi dan menolong dokter dan tenaga ruangan untuk mengerti aspek
b. Pelayanan anak
5. Pelayanan Rehabilitasi
reaksi mereka terhadap kepribadian pasien dan stres yang dipicu oleh
prilaku pasien
penyakit pasien
8
Proses dari kegiatan CLP sering pararel dengan proses yang dilakukan selama
perjalanan psikoterapi. Informasi dan pola dari reaksi langsung selama kunjungan
follow-up dan pandangan baru yang berkembang yang sering tidak ditemukan pada
kunjungan awal. Ini merupakan salah satu alasan bahwa kunjungan follow-up
diperintahkan pada semua konsultasi psikiatri yang baik. CLP dapat membutuhkan
banyak waktu sebelum konsultan diterima dan dapat beradaptasi dengan praktisi
tenaga CLP. Dalam semua pelayanan medis, harus tersedia staf ahli untuk
pelayanan medis dan terpercaya dan legal di dalam institusi dimana konsultasi
meliputi awal konsultasi dan pemeriksaan follow-up. Pada pasien yang dirawat
dokter ahli yang merawat harus memastikan tidak terjadi kontra indikasi. Tidak
untuk sign of pada pasien dalam kaitannya dengan masalah transferen atau
kontratransferen dan reaksi positif atau negatif untuk penyembuhan permanen dari
gejala yang ada. Kedua, pasien yang mempunyi tanda dan gejala psikiatri
untuk mempertahankan kepercayaan tim medis atau bedah dan memperkuat CLP
selalu tersedia dan siap membantu dalam situasi klinis apapun(Syamsulhadi, 2012).
Hal yang perlu diperhatikan konsultan, sebelum bertemu dengan pasien saat akan
dan untuk memastikan apakah pasien mengetahui kalau dirinya akan dikonsulkan
mendapatkan hasil bahwa angka konsul lebih tinggi dari bagian penyakit dalam, hal
bagian yang lain. Dokter di bagian penyakit dalam memiliki sensitivitas dan akurasi
10
yang lebih baik dibandingkan dengan bidang lain dalam hal mengenali gangguan
Terdapat beberapa alasan yang membuat dokter bagian lain untuk melakukan
36. Psikosis
37. Fiksasi
38. Sexual abuse
39. Gangguan tidur
pemberian obat psikotropika. Pada penelitian yang dilakukan di Italia, sekitar 65%
dari pasien yang diberikan obat setelah dilakukan konsultasi ke psikiatri adalah
psikologis atau supportif juga sering diberikan sebesar 75% dari pasien yang
dikonsulkan. Dukungan psikologis yang diberikan lebih banyak kepada pasien saja,
sedangkan untuk staf sekitar 16,4% dan untuk keluarga sebesar 15,1%(Gala, et al.,
1999).
BAB III
12
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Umur : 23 tahun
Tanggal Lahir :-
Pendidikan : SMA
Agama : Hindu
Autoanamnesis
sering sesak dengan sebab yang tidak jelas. Pasien diwawancarai dalam posisi
berbaring di atas tempat tidur memakai baju putih berselimut. Tampak pasien
bernafas cepat dan terpasang canule oksigen. Selama wawancara pasien dapat
13
menjawab pertanyaan pemeriksa dengan jelas dan dengan bahasa yang dapat
dimengerti.
Pasien bisa menjawab dengan benar siapa namanya, sedang ada dimana, dan
siapa saja penunggunya. Pasien dibawa ke RSUP Sanglah karena sesak. Sesak
tersebut hilang timbul tidak pasti kapan. Sesak dirasakan sering muncul secara tiba-
tiba dan sangat mengganggu aktifitasnya. Kondisi sesak akan berkurang bila
diberikan oksigen di rumah sakit, sampai saat ini sudah lebih dari 3 kali pasien
cemas dengan sesak yang dialaminya terlebih dengan kondisinya yang sedang
hamil pertama, walaupun dikatakan sudah masuk hamil tua. Pikiran mengenai
kehamilannya yang disertai dengan sesak yang berulang sering muncul dan
membuatnya semakin khawatir dari hari kehari. Pasien menyangkal ada masalah
sebelumnya.
kehamilannya. Pasien tidak malu karena sejak pacaran sudah tingal bersama. Ketika
memikirkan ibu sendirian di kampung. Pasien selama ini memang dekat dan
dimanja oleh ayahnya dan sangat merasa kehilangan. Menurut suami, pasien mulai
mengalami cepat lelah, mudah sesak, kehilangan minat sejak sekitar 2 bulan setelah
ayah pasien meninggal mendadak. Sesak makin sering muncul 2 minggu ini,
awalnya bisa diatasi dengan duduk atau berhenti beraktifitas, diberi minyak angin
membaik, namun 1 minggu ini tidak membaik sehingga dibawa ke rumah sakit.
14
melihat bayangan yang tidak ada wujudnya. Saat ini sedang mengandung anak
pertama dengan usia kehamilan 30 minggu. Selama 2 minggu ini karena sesak,
tidurnya menjadi terganggu, namun makan masih biasa. Setiap teringat ayah, pasien
pasti menangis. Pasien orang yang supel, terbuka, hanya saja sejak hamil 3 bulan
mengkonsumsi alkohol dan kopi sebelum hamil berkaitan dengan kerja pasien di
Riwayat Keluarga
Riwayat Pengobatan
psikiater sebelumnya.
Pasien minum kopi sejak remaja 1 cangkir perhari dan beberapa kali minum
alkohol bila ada acara keluarga 1-2 sloki namun setelah hamil berhenti.
Faktor Premorbid
15
Pasien merupakan orang yang labil mudah emosi dan sedih, mudah terpengaruhi
oleh suasana, dan sering melebihkan perasaan yang dialami saat sebelum sakit.
dan Dyspnea
Status Interna
Status Psikiatri
Kesadaran : Jernih
Orientasi : Baik
Proses Pikir
16
Tilikan : VI
Pemeriksaan penunjang :
Diagnosis
(Z63.4)
Terapi Psikiatri :
Krisis Intervensi
Terapi Relaksasi
Terapi Obgyn :
17
MRS
Konservatif bedrest
1. Case finding (pasif) pada kasus ini pasien emergency Obgyn dengan G1P000 UK
mengalami gangguan psikiatri cemas, gangguan tidur dan kesedihan yang berulang.
a. Cemas
Pasien saat ini ditemukan dalam kondisi cemas terhadap sesak yang dialaminya, hal
ini juga diperburuk oleh kondisi kehamilan pasien yang sudah memasuki trimester
b. Stresor baru
Pasien baru saja di tinggalkan oleh ayah yang memiliki hubungan yang cukup
keluarga, pasien barusaja menikah dan tinggal di kediaman suami perlu waktu
untuk beradaptasi dengan keluarga baru dan sering memikirkan kondisi ibunya
18
setelah menikah, hal ini diperberat dengan kondisi ayahnya yang meninggal 2 bulan
yang lalu.
c. Masalah Farmakoterapi
Pasien saat sedang hamil 30 minggu dan sering mengalami kecemasan disertai
serangan sesak yang tidak jelas penyebabnya, untuk tatalaksana farmakoterapi dari
bagian psikiatri perlu pertimbangan melihat kondisi pasien yang sedang hamil
beberapa pilihan terapi yang mungkin diberikan masuk dalam kategori Cdan
pemeriksaan status interna, statsus mental dan pemeriksaan penunjang HDRS skor
(Breavement) (Z63.4)
pernafasan dan masalah yang muncul dalam waktu yang cukup dekat menyebabkan
b. ADVIS : Saat ini anda sebaiknya menjalani pengobatan yang sudah ditetapkan
dokter yang merawat, agar penyakit anda dan kehamilan anada membaik.
d. MENU : Untuk mengatasi gangguan psikologis yang saat ini menyertai sakit
yang anda derita saya akan membantu mensupport agar anda bisa tenang.
19
e. EMPATY : saya senang bisa membantu anda, semoga kondisi anda segera
membaik.
f. SELF EFIKASI : saya yakin ada dapat mengikuti semua anjuran pengobatan yang
diberikan.
4) Penatalaksanaan :
a. Cemas
was was, kekhawatiran dan cemas yang dalam manifestasi klinis sering membuat
perbandingan wanita dan pria 2:1. (Hawari,2011). Peran psikiater disini untuk
membantu pasien dari diagnosis awal sampai akhir pengobatan dan berkolaborasi
dan akibatnya mengurangi perasaan bersalah dan diskusi untuk menyatukan semua
tindakan yang menjaminpasien lebih baik kondisi psikologis dan somatic (Fawzy,
2003)
b. Stressor baru.
Pasien dihadapkan dengan kematian ayahnya yang terjadi secara mendadak yang
sebelumnya baru saja menikah dan mengalami perubahan fisiologis tubuh dan
hormonal karena hamil. Stresor baru yang muncul dapat membangkitkan reaksi
20
emosisonal yang lebih kuat sehingga pasien perlu didampingi untuk melalui fase
fase dalam menghadapi stesor baru yang berat. Fase yang akan dilalui oleh pasien
yaitu fase denial/ penyangkalan, fase angry/ kemarahan, fase bargaining/ tawar
menawar, fase despair/ menunjukkan respon emosional dan yang terakhir fase
formasi merupakan suatu MPE yang tidak matur sehingga perlu untuk diberikan
c. Masalah farmakotrapi
namun dapat dizinkan bila mengalami serangan panic atau stress yang
berkepanjangan seperti tirah baring ketat dengan tokolitik. Ibu maupun janin perlu
dilakukan monitor untuk mencegah efek sedasi pada janin yaitu dinilai dengan
besar pada trimester lanjut terutama seperti pada kasus ini bisa terjadi Floppy baby
syndrome ( berupa hipotonia, letargi, dan kesulitan dalam menghisap ASI). Dan
bisa juga muncul gejala putus zat seperti tremor, irritable, dan hipertonik.
sehingga pada pasien ini diberikan psikoterapi dan terapi pelatihan relaksasi singkat
5) Komunikasi
Identitas pasien
Umur : 35 tahun
Tanggal Lahir :-
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Autoanamnesis
Pasien diwawancara dalam posisi setengah duduk, tidak memakai baju dengan
bagian bawah tertutup kain putih, terpasang infus di depan bahu kanan, kedua
lengan terbungkus perban elastis. Selama wawancara pasien banyak menunduk dan
tampak berkeringat. Pasien mampu menyebutkan nama, sedang berada di mana dan
Pasien mengatakan perasaannya saat ini sedih. Sedih karena kondisinya saat ini.
Rasa khawatir juga dirasakan pasien karena memikirkan masa depan anaknya yang
baru berusia 5 tahun, sedangkan saat ini dia tidak bekerja dan kedua tangannya
sudah diamputasi. Pasien dapat bercerita dari awal kejadian dia sakit. Pasien
anaknya kado sebagai hadiah sunat anaknya. 1 bulan yang lalu pasien berangkat
bekerja ke Malaysia, beberapa waktu di sana pasien mendapat musibah, saat akan
mengambil sawit, pasien tersengat listrik melalui tongkat besi yang dia pegang. Saat
itu dalam keadaan hujan dan pasien merasa tenaga listriknya sangat kuat. Pasien
sadar dengan semua kejadian itu bahkan pasien dapat mengingat siapa yang
dan pasien menjalani operasi tangannya di Mataram. Pasien sejak musibah pasien
agak susah tidur pada malam hari, pasien mengeluh kakinya sering terasa nyeri.
bayangan. Nafsu makan baik. Pasien masih memiliki harapan yang besar untuk
Pasien merokok 5 – 10 batang perhari, minum kopi 2-3 gelas kecil, menyangkal
bulan yang lalu untuk bekerja, beberapa saat di sana pasien mengalami musibah
selama 5 hari, kemudian di Pontianak selama 3 hari dan di Lombok selama 18 hari.
Pasien dilakukan operasi tangannya di lombok kurang lebih 2 minggu yang lalu,
waktu itu pasien tidak sepenuhnya mau diamputasi tetapi dokter di Lombok
menjelaskan bahwa tangannya sudah mati jadi harus diamputasi. Saat akan
Pasien selama di RS selalu berkeringat banyak sehingga pasien menjadi sulit tidur.
Pasien dikatakan sebelum sakit adalah orang yang periang, mudah bergaul dengan
orang. Pasien bila menghadapi masalah sering memikirkan berulang-ulang dan jika
akan mengambil keputusan pasien selalu meminta pendapat istrinya terlebih dahulu
dan lebih sering menuruti kata-kata istrinya. Pasien telah menikah 7 tahun dan
Lombok
Riwayat Keluarga
Riwayat Pengobatan
psikiater sebelumnya.
Rokok sejak muda sampai sekarang 5 sampai 10 batang, minum kopi 2 sampai
Faktor Premorbid
Pasien bila menghadapi masalah sering memikirkan berulang-ulang dan jika akan
mengambil keputusan pasien selalu meminta pendapat istrinya terlebih dahulu dan
Status Interna
Status Psikiatri
Kesadaran : Jernih
Orientasi : Baik
Proses Pikir
Tilikan :V
Pemeriksaan penunjang :
Diagnosis
(F43.22)
Terapi Psikiatri :
Psikoterapi supportif
Psikoedukasi keluarga
MRS
Diet TKTP.
1. Case finding (pasif) pada kasus ini pasien perawatan paliatif operasi bedah
taruma dengan Combutio gr IIA-B post amputasi ektremitas atas yang mengalami
gangguan psikiatri kesedihan dan rasa putus asa dan kekhawatiran berulang akan
a. Amputasi
Amputasi bisa berasal dari berbagai penyebab medis, bedah dan atau kejiwaan.
Pada kasus ini penyebab amputasi adalah trauma kecelakaan kerja. Amputasi
traumatic sering di kaitkan dengan rasa takut yang berat, mengerikan, gambaran
dari korban lain dan suara mengejutkan yang muncul kembali selama fase
Ketika pasien dikabarkan oleh dokter untuk memerlukan amputasi, akan muncul
berbagai macam reaksi apakah amputasi tersebut telah direncanakan atau sifatnya
emergency akan sangat berpengaruh dengan reaksi pasien menanggapi hal tersebut.
Seandainya ada jeda waktu yang cukup lama sebelum diamputasi maka akan
tampak fase kehilangan yaitu fase yang akan dilalui oleh pasien meliputi fase
denial/ penyangkalan, fase angry/ kemarahan, fase bargaining/ tawar menawar, fase
penerimaan.
PTSD merupakan kasus yang paling sering muncul pada kasus amputasi emergency
karena kecelakaan atau peperangan. Nyeri residual dikaitkan dengan tingkat dari
28
kecemasan dan depresi yang lebih tinggi setelah amputasi traumatik. Sebuah studi
kohort pada subjek yang amputasi dan memiliki rasa nyeri yang tinggi memiliki
amputasi akan memiliki makna yang berbeda bila hal tersebut terjadi pada seorang
untuk menghadapi makna amputasi tersebut sangat dipengaruhi oleh rasa nyeri,
tingkat kecacatan, isu budaya, orang yang dicintai dan coping pasien saat
preamputasi (Lai,2000)
pemeriksaan status interna, statsus mental dan pemeriksaan penunjang HDRS skor
tindakan amputasi yang tidak dapat dihindari dengan waktu yang cukup dekat
b. ADVIS : Saat ini anda sebaiknya menjalani pengobatan yang sudah ditetapkan
dokter yang merawat, agar penyembuhan luka pasca amputasi segera membaik.
d. MENU : Untuk mengatasi gangguan psikologis yang saat ini menyertai sakit
yang anda derita saya akan membantu mensupport agar anda bisa tenang dan dapat
e. EMPATY : saya senang bisa membantu anda, semoga kondisi anda segera
membaik.
f. SELF EFIKASI : saya yakin ada dapat mengikuti semua anjuran pengobatan yang
diberikan.
4) Penatalaksanaan :
a. Amputasi
Ada beberapa cara yang sangat baik untuk memberikan ketahanan yang lebih pada
coping positif serta pengobatan atas gangguan jiwa yang muncul guna mengatasi
risiko prognosis yang yang buruk bagi kelangsungan hidup dan fungsi pasien pasca
amputasi. Peran psikiater disini untuk membantu pasien dari diagnosis awal sampai
emosi negative pasien dan mengatasinya secara terbuka dan menampilkannya pada
tim yang merawat pasien dan akibatnya mengurangi perasaan bersalah dan diskusi
untuk menyatukan semua tindakan yang menjamin pasien lebih baik kondisi
Pada kasus ini pasien menampilkan reaksi emosi berupa depresi dan cemas pada
fase penyesuain terhadap amputasi yang ia alami. Kecemasan dan depresi akan
30
tidur, merenung, penarikan social serta mudah marah) kecemasan dapat diarahkan
kepada anggota badan yang akan diamputasi atau membahas tentang phantom limb,
hal yang perlu diperhatikan oleh psikiater adalah perasaan sensitive biasanya
muncul dalam bentuk menolak bantuan orang lain atau reaksi acuh terhadap
pasien dapat menerima kondisi amputasinya dan memperbaiki reaksi depresi dapat
dengan bantuan tokoh agama, serta membantu dengan visualisasi hal-hal positif
seperti self hypnosis, olah raga atau obat-obat penghilang nyeri dapat membantu
Pada pasien amputasi karena penyakit kronis PTSD jarang terjadi (<5%) namun
PTSD sangat tinggi pada kasus trauma amputasi mencapai 34% sehingga perlu
disosialisasikan kepada spesialis terkait bila ada tanda re-experience seperti mimpi
buruk atau flashback, menghindar, atau mati rasa emosiaonal yang bertumpang
2006). Depresi setelah amputasi dapat merupakan akibat dari reaksi penyesuaian
setelah operasi dan cacat tiba-tiba. Hail ini dapat diatasi dengan psikoterapi
bulan. Walaupun jarang terjadi, depresi sering terjadi sebagai efek sekunder dari
Nyeri merupakan hal yang umum terjadi seperti sensasi phantom limb, hampir
semua pasien mengalami beberapa derajat sensasi phantom limb 55% sampai 85%
mengalami nyeri phantom limb. Memori nyeri memainkan peran penting dalam
nyeri post amputasi atau pada pasien dengan nyeri neuropatik. Analgetik opioid
merupakan terapi yang penting dalam nyeri akut dan penggunaan antidepresan,
Penampilan kosmetik tampak berperan besar dalam gejala sisa psikologis pasca
amputasi. Semakin tinggi tingkat amputasi maka akan semakin tinggi tingkat
kejadian PTSD. Perlu dipertimbangkan juga makna amputasi terkait makna pribadi
dan budaya, serta pandangan kecemasan dan pola koping sehingga perlu
5) Komunikasi
ini belum dilakukan Rapat TIM untuk penanganan secara paripurna. Hal yang perlu
mendapatkan perhatian penting adalah fase rehabilitasi paska amputasi dimana tim
Identitas pasien
Umur : 59 tahun
32
Tanggal Lahir :-
Pendidikan :-
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Hindu
Alamat : Karangasem
Autoanamnesis
berwarna putih dan celana pendek bercorak bunga bunga. Pasien sulit dimengerti
pembicaraannya dan hanya dapat dimengerti oleh suami pasien. Pasien tampak sulit
untuk berjalan hanya duduk dan butuh bantuan keluarga untuk berpidah dari kursi
Pasien mampu menyebutkan nama, siapa yang mengantar, namun saat ini
mengatakan ada di rumah pak Sadya (sepupunya di desa) dan waktu saat ini adalah
malam hari Beberapa kali pasien nampak mengelap air liur yang keluar dari
mulutnya, air liur tersebut lebih banyak keluar karena ada luka pada lidah pasien.
Pasien beberapa kali mengatakan kalau dirinya sulit untuk menenlan dan kemudian
Pasien mengatakan dengan suara yang kurang jelas bahwa kakinya sakit
kemudian beberapa saat mengatakan matanya sakit, hal ini membuatnya menjadi
karena sakit di kakinya. Kaki tersebut sudah pernah dibawa berobat namun muncul
kembali nyerinya. Beberapa saat setelah menceritakan kakinya yang nyeri pasien
mengatakan dia mau memotong ayam 200 ekor. Dan saat ditanya lebih lanjut untuk
apa memotong ayam dan kapan, pasien mengatakan kalau memotong ayam itu ada
dalam mimpinya.
Saat ditanya apakah pasien ada mendengar suara suara atau melihat bayangan
yang tidak ada wujudnya, pasien tidak jelas menjawab. Pasien datang diantar oleh
suami, anak dan menantu ke rumah sakit karena pasien sejak 3 hari yang lalu bicara
melantur tetapi saat ditanya jawabannya masih bisa dimengerti dan masih
nyambung meskipun pasien memiliki gangguan pendengaran. Tetapi sejak tadi pagi
Pasien juga seperti orang takut, mengatakan cucunya dibanting padahal tidak
ada kejadian seperti itu, takut ada petugas datang Sehari sebelum dibawa ke RS
pasien sempat mengompol di tempat tidur. Sejak 2 minggu yang lalu pasien sudah
mulai tidak mau giat bekerja seperti sebelumnya, dan lebih sering tinggal di kamar,
tidur pasien terganggu dan napsu makannya juga terganggu Sekitar 3 tahun yang
lalu pasien pernah di rawat di RSJ Provinsi Bali selama 1 bulan karena mengalami
keluhan nyeri pada badan yang berpindah pindah. Karena tidak ada perubahan
34
akhirnya pasien pulang dan dirawat oleh psikiater. Selama perawatan psikiater,
pasien dikatakan membaik dan tidak pernah bicara melantur seperti ini.
Pasien rutin diajak berobat psikiater, namun obat tidak diketahui karena
obatnya berbentuk kapsul Pasien sejak 10 hari terakhir tidak minum obat karena
tidak sempat diajak berobat ke psikiater, baru kemarin malam diajak berobat dan
Riwayat Keluarga
Riwayat Pengobatan
psikiater sebelumnya.
Faktor Premorbid
Pasien merupakan orang yang jarang bergaul dan lebih banyak memendam
Status Interna
35
Status Psikiatri
Kesadaran : Jernih
Orientasi : Baik
Proses Pikir
Tilikan :4
Pemeriksaan penunjang :
PANSS : P 25 N 18 G 30
Diagnosis
Terapi Psikiatri :
Latihan ROM
1. Case finding (aktif) pada kasus ini pasien emergency dengan Gangguan psikotik
(G25) disertai dengan kelemahan dan nyeri pada anggota gerak bawah .
Pasien saat ini dengan kondisi gelisah dengan gejala positif berupa gangguan proses
piker dan halusinasi auditorik dan visual, pasien mendapatkan terapi neuroleptik
Pasien mengalami nyeri dan kelemahan anggota gerak bawah sehingga sulit untuk
beraktivitas disertai dengan peningkatan berat badan yang cukup tinggi sehingga
c. Masalah Farmakoterapi
Pasien saat ini mengalami gangguan psikotik lir skizofrenia akut setelah mendapat
sebelumnya namun saat ini gejala positif pasien dominan sehingga perlu
a. FEEDBACK : Karena kondisi gangguan jiwa yang cukup lama dan tidak
melakukan aktivitas yang banyak mempengaruhi berat badan dan kondisi sendi
b. ADVIS : Saat ini anda sebaiknya menjalani pengobatan yang sudah ditetapkan
d. MENU : Untuk mengatasi gangguan psikologis yang saat ini anda derita saya
e. EMPATY : saya senang bisa membantu anda, semoga kondisi anda segera
membaik.
f. SELF EFIKASI : saya yakin ada dapat mengikuti semua anjuran pengobatan yang
diberikan.
4) Penatalaksanaan :
Pasien saat ini dengan kondisi gelisah dengan gejala positif berupa gangguan proses
piker dan halusinasi auditorik dan visual, pasien mendapatkan terapi neuroleptik
dapat menurunkan gejala dan memiliki efek samping yang rendah perlu
pergerakan namun clozapin memiliki efek yang paling ringan terhadap gangguan
Pasien mengalami nyeri dan kelemahan anggota gerak bawah sehingga sulit untuk
beraktivitas disertai dengan peningkatan berat badan yang cukup tinggi sehingga
anggota gerak sulit untuk menopang badan. Peningkatan berat badan sering terjadi
pada pasien skziofrenia yang merukan dampak dari pemberian antipsikotik atipikal.
intraabdominal tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan populasi kontrol yang
di sesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan gaya hidup. Peningkatan berat badan
c. Masalah Farmakoterapi
Pasien saat ini mengalami gangguan psikotik lir skizofrenia akut setelah mendapat
sebelumnya namun saat ini gejala positif pasien dominan sehingga perlu
diperhatikan pemilihan terapi yang relevan dengan kondisi pasien. Clozapine dan
peningkatan berat badan 4- 4,5 kg dalam 10 minggu namun memiliki efek rendah
40
regulasi kortisol yang disebabkan stress psikologis yang mengaktifkan HPA aksis.
Peningkatan berat badan juga bisa di sebabkan oleh psikofarmaka termasuk lithium.
5) Komunikasi
ini belum dilakukan Rapat TIM untuk penanganan secara paripurna. Perlu
dilakukan evaluasi secara menyeluruh pada pasien untuk mencari factor risiko lain
pada fisik untuk mencegah gangguan kardiovaskuler dan penyakit fisik lainnya
sehingga perlu dilakukan konsultasi pada TS lain yang terkait seperti penyakit
Identitas pasien
Umur : 77 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Autoanamnesis
mengenakan pakaian dan badan tertutup selimut, badan terpasang monitor jantung
dan terpasang infuse pada lengan kanan pasien. Tampak gelisah bergerak ke kiri
dan kekanan, bicara dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti lebih seperti
Pasien tidak menjawab ketika ditanya siapa nama, tidak mengenali siapa yang
pada malam hari. Pasien tidak mengetahui perasaannya saat ini hanya bergumam
malam sebelumnya pasien tidak tidur sama sekali karena infuse terlepas dan sulit
sekali untuk di pasang infuse sehingga harus dipasang beberapa kali. Hal ini
diperparah ketika pasien ingin BAB namun tidak mau di tempat tidur dan meminta
ke toilet namun tidak diberikan oleh keluarga dan paramedic. Semenjak tidak bisa
42
tidur pasuin menjadi gelisah dan beberapa kali mencoba untuk mencabut infusnya
termasuk alat monitor jantung yang terpasang di tubuh pasien. Oleh keluarga pasien
dikatakan tidak ada melihat bayangan ataupun mendengan suara yang aneh atau
tidak ada sumbernya. Pasien semenjak 3 hari ini mengalami penurunan nafsu
makan.
Pasien dikatakan memiliki riwayat pikun sejak beberapa tahun terakhir, lupa
apa kegiatan yang baru saja dilakukan namun masih ingat dengan anak dan masa
lampau pasien, pasein merupakan orang yang pekerja keras dan sering menabung
untuk membeli tanah dan sangat ketat dengan pengeluaran yang dilakuakan. Pasien
merupakan orang yang detail dalam mengelola sawahnya di jawa. Merupakan anak
ke 4 dari 6 bersaudara. Pasien saat ini memiliki 5 anak yang seluruhnya sudah
berkeluarga.
Riwayat Keluarga
Tidak terdapat sakit yang sama dengan pasien dalam keluarga, merupakan anak ke
4 dari 6 bersaudara. Pasien saat ini memiliki 5 anak yang seluruhnya sudah
berkeluarga.
43
Riwayat Pengobatan
psikiater sebelumnya.
Rokok sejak muda sampai 10 tahun yang lalu , rokok tembakau linting 20
batang sehari, kopi 1 cangkir sehari tanpa ada riwayat penggunaan alkohol.
Faktor Premorbid
Pasien merupakan orang yang detail dan perhitungan dalam hal ekonomi.
Status Interna
Status Psikiatri
Kesan Umum : penampilan tidak wajar, kontak verbal dan visual kurang.
Kesadaran : Fluktuatif
Proses Pikir
Tilikan :I
Pemeriksaan penunjang :
CAM : 4 (Delirium)
RASS : +2
Diagnosis
Terapi Psikiatri :
Psikoedukasi keluarga
Terapi TS Kardiologi :
MRS
Asetosal 80 mg @24jam
Clopidogrel 75 mg @ 24 jam
Captopril 25 mg @ 8 jam
Simvastatin 20 mg @ 24 jam
Amlodipin 10 mg @ 24 jam
Pantoprazole 40 mg @ 24 jam IV
Terapi TS Paru :
1. Case finding (pasif) pada kasus ini pasien kardiologi dan paru dengan UAP +
Hipertensi std II + CAP clas IV + sepsis + CKD std V yang mengalami gangguan
a. Delirium
Pasien saat ini pasien mengalami delirum yang bertumpang tindih dengan dimensia
yang banyak dipengaruhi oleh ketidak stabilan kondisi jantung dan sistem
pernafasan pasien yang mengalami infeksi hingga sepsis serta gagal ginjal.
b. Agitasi
Agitasi pada kasus kardiovaskuler yang disertai akan dilakukan tindakan invasive
sering menimbulkan kendala bagi dokter yang akan meberikan penanganan. Agitasi
bisa muncul sebagai suatu respon ancietas sehingga dapat pula bermanifestasi pada
denyut jantung dan tekanan darah. Gangguan irama jantung juga dapat muncul
yaitu oleh stimulasi vagal yang dapat secara langsung mengakibatkan variabilitas
denyut jantung dan penyebab kedua karena arousal sistem saraf otonom yang dapat
meningkatkan katekolamin yang dapat berefek pada miokardium atau secara tidak
c. Masalah Farmakoterapi
Pasien saat ini dengan UAP + Hipertensi std II + CAP clas IV + sepsis + CKD std
pemberian tatalaksana yang sesuai dengan kondisi pasien. Pada kasus ini perlu
47
kardiovaskuler.
berzodiazepine kerja panjang atau pendek. Untuk rapid transquilizer banyak pilihan
dapat lorazepam, alprazolam dan diazepam. Diazepam dengan aksi yang lebih
panjang 20-60 jam namun sering lebih dipilih pemberian benzodiazepine yang
memiliki respon cepat 1-4 jam pasca serangan seperti clonazepam. Perlu
Pada kasus depresi SSRI merupakan pilihan karena tidak mengakibatkan gangguan
gangguan konduksi seperti peningkatan interval PR, QRS dan QT, selain itu
(Fiedorowicz,2004).
menyebabkan tekanan darah yang tidak stabil, aritmia jantung dan circulatory
Blumenfield,2003)
48
Blumenfield,2003)
pemeriksaan status interna, statsus mental dan pemeriksaan penunjang CAM 4 dan
(F05.1)
a. FEEDBACK : Karena kondisi penyakit jantung dan sistem pernafasan yang berat
pasien.
b. ADVIS : Saat ini anda sebaiknya menjalani pengobatan yang sudah ditetapkan
d. MENU : Untuk mengatasi gangguan psikologis yang saat ini menyertai sakit
yang anda derita saya akan membantu mensupport agar anda bisa tenang.
49
e. EMPATY : saya senang bisa membantu anda, semoga kondisi anda segera
membaik.
f. SELF EFIKASI : saya yakin ada dapat mengikuti semua anjuran pengobatan yang
diberikan.
4) Penatalaksanaan :
a. Delirium
Delirium diakibatkan oleh kondisi penyakit pasien yang cukup berat yang yang
dapat disebabkan oleh waktu yang terlalu banyak dihabiskan dengan sirkulasi
extracorporeal, namun pada pasien ini penyebab utama delirium karena gangguan
b. Agitasi
Agitasi yang muncul dapat merupaka manifestasi dari penyakit yang diderita oleh
pasien seperti kardiovaskuler, hipoksia atau sepsis namun agitasi sangat berkaitan
erat dengan cirri kepribadian pasien yang anankastik dan mekanisme koping yang
digunakan pasien terhadap kondisinya saat ini. Psikoterapi dapat dilakuakan bila
merupakan tindakan yang cukup menyakitkan dan berkontribusi cukup besar pada
c. Masalah farmakotrapi
Pada kasus ini pemberian haloperidol dosis kecil 0,5-3 mg dapat mebantu
mengurangi agitasi dan anxietas pada pasien namun tidak menimbulkan perubahan
50
QT interval. Haloperidol secara umum bila diberikan secara perlahan dari dosis
yang lebih rendah dapat ditoleransi oleh beberapa pasien. (Leigh, 2015)
5) Komunikasi
ini belum dilakukan Rapat TIM untuk penanganan secara paripurna. Perlu
dilakuakan evaluasi interaksi obat terutama obat kortikoteroid terkait dengan gejala
BAB VI
6.1 Simpulan
1. Berdasarkan laporan kasus yang dilakukan aspek CLP perlu dilakukan pada
3. Konsultasi psikiatri lebih awal akan meningkatkan hasil keluaran pasien yang
dapat dilihat pada berkurangnya lama masa rawat dan juga mengurangi biaya
6.2 Saran
Sanglah dalam rentang waktu yang lebih lama sehingga didapatkan data yang lebih
lengkap dan juga penelitian tentang pemahaman teman sejawat dokter dan tenaga
kemudian dapat dilakukan pengajaran atau pelatihan tentang CLP baik dalam
51
DAFTAR PUSTAKA
52
53
Su, J. A., Chou, S. Y., Chang, C. J., & Weng, H. H. (2010). Changes in Consultation
Liaison Psychiatry in the First Five Years of Operation of A Newly Opened
Hospital. Chang Gung Medical Journal, 22-30.
Syamsulhadi, H. M. (2012). Penatalaksanaan Consultation Liaison Psychiatry dan
Aplikasi Klinis. Surakarta: UNS Press.
Wise, M. G., & Rundell, J. R. (2005). Clinical Manual of Psychosomatic Medicine.
Arlington: American Psychiatric Publishing inc.
54