Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU PENYAKIT JIWA

REFERAT
Consultation Liaison Psychiatry (CLP) dan Penyakit Kardiovaskuler

OLEH
Ni Wayan Pariastini
H1A 011 052
PEMBIMBING
dr. Elly Rosila W, Sp.KJ
dr. Agung Wiretno Putro, Sp.KJ
dr. Azhari C. Nurdin, Sp.KJ
dr. Danang Nur Adi W., Sp.KJ
dr, Emmy Amalia, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN


ILMU PENYAKIT JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA
NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2016
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskuler merupakan jenis penyakit yang melibatkan jantung atau
pembuluh darah. Penyakit ini masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), 63% penyebab kematian di dunia disebabkan oleh
penyakit kronis dengan penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab utamanya. American Heart
Association melaporkan terdapat satu kematian terjadi di Amerika setiap 30 detiknya karena
penyakit kardiovaskuler. Pada tahun 2000, penyakit ini menjadi penyebab utama kematian di
Indonesia dan memiliki prevalensi sebesar 9,2% pada tahun 2007. Menurut data survei, penyakit
kardiovaskuler juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Data Profil Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah tahun 2006 menunjukkan adanya peningkatan pada semua jenis penyakit
kardiovaskuler dari tahun sebelumnya.1
Penyakit kardiovaskuler dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu. Gangguan
yang paling sering muncul akibat penyakit ini ialah ansietas dan depresi. Ansietas adalah kondisi
atau gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran terhadap berbagai peristiwa
sehari-hari. Depresi merupakan gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Depresi
ditandai dengan perasaan sedih yang psikopatologis, kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata
sesudah sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas.2
Penyakit kardiovaskuler merupakan contoh yang baik dalam interaksi mind-body
connection. Pada penyakit kardiovaskuler kita bisa melihat dengan jelas berbagai interaksi dari
konsep bio-psiko-sosial. Kardiologis dan psikiater perlu paham dan sadar bahwa onset,
manifestasi, perjalanan penyakit dari penyakit kardiovaskuler dipengaruhi juga oleh masalah
psikologis, dan begitu pula sebaliknya.3
Psikiater Consultation Liaison (CL) merupakan dokter ahli dalam menghubungkan timtim yang bekerja untuk pasien di rumah sakit. Psikiater liaison bertugas untuk menjembatani
kasus yang kompleks dan berinteraksi dengan tim dokter, keperawatan, layanan penunjang,
pasien dan anggota keluarga. Psikiater liaison menilai interaksi kondisi medik, psikiatri, gejala
psikiatri dan memberikan rekomendasi perawatan.3
ISI
Consultation Liaison Psychiatry
Consultation-Liaison (CL) psychiatry yaitu cabang ilmu psikiatri yang merujuk pada
keterampilan dan pengetahuan terstruktur dalam menilai dan mengobati kondisi emosional dan
perilaku dari pasien-pasien yang dirujuk dari bagian medis dan bedah (antar tenaga kesehatan).4
Consultation biasanya mengacu pada respon seorang psikiater pada permintaan yang
diajukan oleh teman rekan medis untuk saran diagnostik dan terapi menyangkut status perilaku
dan psikologi dari pasien. Secara operasional, oleh karena itu, konsultan psikiatri berhadapan

dengan kompleksitas dari pasien individual dan mengintegrasikan relevansi antara faktor-faktor
biomedis dan psikosomasi. Sebuah diagnosis psikosososial dibuat dan rekomendasi diberikan
menyangkut pendekatan pemberian obat dan regimen. Pada dasarnya, mereka yang merujuk
telah meminta bantuan karena mereka tidak tahu apa yang salah atau mereka merasa tidak
mampu menangani masalah yang dihadapan mereka.4
Liaison mengacu pada intervensi psikiater pada tingkat sistem. Berbagai macam jenis
intervensi mungkin terlibat di dalamnya. Psikiater dapat menghubungkan anggota tim medis
profesional untuk efektivitas kolaborasi pada tujuan pengobatan. Dengan demikian mungkin ada
interpretasi perilaku pasien untuk menghilangkan kecemasan atau berurusan dengan permusuhan
atau ketidakpercayaan oleh staff medis. Seringkali masalah yang mengelilingi pasien dapat
dihilangkan sehingga perspektif baru dapat diperoleh. Adanya komponen pendidikan yang kuat
di mana psikiater penghubung meningkatkan keterampilan perilaku dan pengetahuan staff.
Akhirnya, ada komponen penelitian di mana psikiater biasanya berkolaborasi dengan rekan
medis yang lain, menyelidiki isu-isu yang menyangkut biomedis/behavior (perilaku).4
Psikiater Consultation Liaison berkaitan dengan pelayanan klinis, pengajaran, dan
penelitian dalam suatu pengaturan, dimana psikiatri dan segenap ilmu kedokteran lainnya
bertemu.5 Karena didasarkan terutama dalam rumah sakit umum, ia membutuhkan pengetahuan
kedokteran yang baik dan keterampilan khusus dalam perawatan psikiatri pada gangguan emosi
tertentu dan gejala penyakit medis pasien.6
Masalah yang dihadapi seorang tim psikiater Consultation Liaison seringkali berbeda
dengan mereka yang hanya bekerja sebagai psikiater umum, karena kesulitan yang dihadapi
pasien mereka tidak sesuai dengan kategori diagnostik pada umumnya. 7 Seorang psikiater
Consultation Liaison harus mengidentifikasi interaksi antara psikologis, sosial, dan fisik serta
bagaimana keseimbangan ketiganya memberikan kontribusi pada permasalahan yang dihadapi
pasien. Pelayanan bertujuan untuk meminimalkan intervensi medis, mempersingkat rawat inap,
meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi tekanan dalam lingkungan medis dan bedah.8
Morris dan Mayoul menjelaskan pola penyediaan layanan psikiater Consultation Liaison.
Model yang pertama adalah konsultasi, melibatkan sebuah penilaian yang dilakukan setelah
rujukan yang sesuai dibuat. Hal ini bergantung dari kemampuan staff perujuk untuk mendeteksi

gangguan jiwa dan kemauannya untuk merujuk pasien kepada psikiater. Model ini menyediakan
beberapa kesempatan untuk berdialog, yang merupakan salah satu kekuatan utama dalam
interaksi klinik. Model yang kedua adalah, liaison (penghubung). Model ini melibatkan integrasi
psikiater ke dalam satu tim. Di sini, psikiater memberikan nasihat dalam penilaian atau
penanganan dan tidak bergantung pada rujukan yang dibuat. Hal ini memakan waktu dan biaya,
tetapi mungkin sesuai pada bagian-bagian tertentu di mana pasien berada pada gangguan jiwa
yang beresiko tinggi, seperti bagian yang menangani pasien dengan penyakit kronis.7
Dalam prakteknya, model yang digunakan adalah sintesis dari dua pendekatan tersebut.
Ada konsultasi yang ditawarkan kepada seluruh rumah sakit disertai juga dengan adanya layanan
liaison (penghubung) pada bagian-bagian tertentu di rumah sakit yang beresiko tinggi. Idealnya,
model mana yang akan digunakan harus melibatkan diskusi rinci tentang pasien sebelum dan
sesudah penilaian.
Peran dari psikiater Consultation Liaison adalah, sebagai berikut:9
1. Memahami dampak dari penyakit medis dan sistem di mana penyakit di perlakukan dan
bagaimana ini mempengaruhi presentasi, pengalaman, dan dampak morbiditas psikiatri
dan psikososial
2. Melakukan penilaian biopsikososialkultural, membuat formulasi, dan menerapkan
perawatan yang tepat dalam konteks rumah sakit umum termasuk komunikasi efektif
dengan seluruh tim yang melakukan pengobatan
3. Menilai reaksi terhadap penyakit, dan membedakan presentasi dari depresi dan
kecemasan dalam pengaturan medis
4. Memahami lintasan gabungan dari penyakit dan masalah perkembangan dari orang
dengan masalah kesehatan jiwa dan penyakit mental
5. Kemampuan untuk mennilai dan mengobati gangguan somatisasi dan somatoform.
6. Kemampuan untuk menilai dan menangani gangguan neuropsikiatri, dengan penekanan
khusus pada delirium
7. Memahami kebutuhan khusus dari populasi tertentu dengan morbiditas psikiatri dan
psikososial dalam pengaturan medis, termasuk orang muda, orang tua, penduduk asli, dan
orang-orang dengan cacat intelektual
8. Menilai dan mengelola presentasi akut dan darurat dari morbiditas psikiatri dalam
pengaturan medis umum.
Ansietas dan Penyakit Jantung

Stress dan kecemasan dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Stress yang
terjadi pada saat berbicara di depan publik atau kegiatan serupa dapat menginduksi gerakan
abnormal pada dinding jantung pada sebagian orang yang rentan. Bahkan pada orang yang
memiliki latar belakang gangguan jantung, kecemasan bisa mencetuskan aritmia. Ada 2
kemungkinan terjadinya aritmia ini: 1) stimulasi vagal dapat secara langsung mengakibatkan
variabilitas denyut jantung, 2) arousal system saraf otonom dapat meningkatkan katekolamin
yang dapat secara langsung berefek pada miokardium atau secara tidak langsung melalui
hipertensi.
Selain mengakibatkan aritmia jantung, ansietas juga berperan dalam penyakit jantung
coroner (PJK). Efek epinefrin dan norepinefrin pada arteri dapat meningkatkan spasme arteri
koroner, dan rupture dari plak aterosklerosis. Stress mental terutama kemarahan telah ditemukan
menurunkan kemampuan platelet dan mengakibatkan penyempitan arteri.
Pada serangan panik, gejala yang biasanya muncul bisa berupa nyeri dada, sesak nafas,
dan beberapa keluhan jantung lainnya. Nyeri dada merupakan tanda yang sulit dievaluasi, karena
bisa muncul sebagai tanda serangan jantung, atau serangan panik, atau keduanya. Psikiater bisa
ikut serta dalam 2 kejadian yang mungkin terjadi ini 1) pasien dengan serangan jantung namun
menyangkal. 2) serangan panik yang muncul namun mengaburkan tanda dan gejala serangan
jantung. Pasien dengan penyakit jantung koroner memiliki risiko 4 kali lebih tinggi untuk terjadi
gangguan panik dibandingkan populasi normal.
Biasanya pasien yang pertama kali mengalami episode serangan jantung akan
menggunakan mekanisme pertahanan denial. Pasien biasanya akan menganggap nyeri ini hanya
sebatas sakit perut atau sakit lain yang tidak terkait dengan penyakit jantung. Namun, kadang
awal gejala terjadinya nyeri sendiri bisa disangkal, walaupun nyeri dada yang hebat dapat kita
lihat sebagai tanda objektif. Walaupun demikian, nyeri dada, palpitasi, takikardia atau aritmia
juga bisa merupakan tanda dari banyak gangguan psikiatri.
Kondisi psikiatrik lain yang menyerupai serangan jantung adalah hipokondriasis. Dalam
gangguan ini pasien salah menginterpretasikan tanda fisik sebagai gangguan penyakit yang berat,
dalam hal ini penyakit jantung. Pasien menjadi preokupasi dengan ketakutan tentang sakit

jantung. Preokupasi ini menetap bahkan sekalipun hasil pemeriksaan medik tidak menunjukkan
kelainan jantung.3
Depresi dan Penyakit Jantung
Insidensi depresi dengan penyakit jantung termasuk tinggi dan secara independen
berhubungan dengan prognosis yang buruk, dan hubungan antara penyakit jantung dan gangguan
depresi ini berjalan dua arah. Pada pasien dengan penyakit jantung iskemik, depresi juga
ditemukan berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas hingga tiga sampai
empat kali lipat.
Sebaliknya, pasien depresi lebih berisiko mengalami penyakit jantung kardiovaskuler dan
juga memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dibanding populasi umum sampai dua kali lipat.
Semakin berat tingkat depresi yang dialami pasien, semakin tinggi risiko mortalitas.
Ada beberapa teori yang berusaha mencoba menjelaskan hubungan antara penyakit
kardiovaskuler dan depresi, misalnya disfungsi system saraf, HPA axis, kondisi prokoagulan,
disfungsi vaskuler, disfungsi hormone, perubahan imunitas dan inflamasi. Ada hubungan juga
dalam hal perilaku dan psikososial misalnya diet yang buruk, tingkat aktivitas yang rendah,
ketidakpatuhan minum obat, merokok, dan isolasi sosial.3

Terapi
Pada kasus ansietas pada penyakit jantung, takut dan kecemasan dapat ditangani dengan
pemberian farmakoterapi benzodiazepin. Benzodiazepin merupakan pilihan terapi pertama.
Semua jenis benzodiazepin bisa digunakan namun penggunaan yang tepat diperlukan sesuai
dengan keinginan dokter. Untuk rapid transquilizer, dapat memilih lorazepam, alprazolam, dan
diazepam.3
Kasus depresi pada penyakit jantung, SSRI merupakan lini pertama dalam terapi depresi
mayor pada gangguan kardiovaskuler karena obat ini ditemukan efektif pada sindrom depresi
dan memiliki profil keamanan yang sesuai karena tidak mengakibatkan perubahan denyut
jantung ataupun tekanan darah. Walaupun secara umum, semua SSRI dapat digunakan, sentralin,
citalopram, dan escitalopram memiliki risiko terendah dalam interaksi dengan obat lain yang

umum diberikan pada gangguan kardiovaskuler. SSRI juga ditemukan mengurangi agregasi
trombosit dan pada perkembangannya membantu memperbaiki efek simpatik dan tonus
vasomotor.
Terapi nonfarmakologi seperti psikoterapi, olahraga, relaksasi dan manajemen stress juga
perlu diberikan sebagai alternative atau komplemen.10

PENUTUP
Penyakit kardiovaskuler merupakan contoh yang baik dalam interaksi mind-body
connection. Pada penyakit kardiovaskuler kita bisa melihat dengan jelas berbagai interaksi dari
konsep bio-psiko-sosial. Kardiologis dan psikiater perlu paham dan sadar bahwa onset,
manifestasi, perjalanan penyakit dari penyakit kardiovaskuler dipengaruhi juga oleh masalah
psikologis, dan begitu pula sebaliknya.
Psikiater Consultation Liaison (CL) merupakan dokter ahli dalam menghubungkan timtim yang bekerja untuk pasien di rumah sakit. Psikiater liaison bertugas untuk menjembatani
kasus yang kompleks dan berinteraksi dengan tim dokter, keperawatan, layanan penunjang,
pasien dan anggota keluarga. Psikiater liaison menilai interaksi kondisi medik, psikiatri, gejala
psikiatri dan memberikan rekomendasi perawatan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Beny, A. Penyakit Kardiovaskuler. Universitas Diponegoro. 2011.
2. FK UI. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran Indonesia. 2010.
3. Syamsulhadi, M. & Septiawan, D. Implementasi Consultation Liaison Psychiatry di
Beberapa Bidang Medis. Muhammadiyah University Press. 2016.
4. Hamburg BA. Consultation/Liaison Psychiatry. Bull. N.Y. Acad. Med.1987;63(4):376-85.
5. Lipowski ZJ. Current trends in consultation-liaison psychiatry. Canadian Journal of
Psychiatry. Revue Canadienne de Psychiatrie.1983;28(5):329-338.
6. Morris R, Mayou R. International overview of consultation-liaison psychiatry. In E.
Guthrie & F. Creed (Eds), Seminars in Liaison Psychiatry. London:Gaskell;1996.p.1-20.
7. Tarigan CJ. Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia Fungsional Dan Dispepsia
Organik. USU Digital Library. 2003;15-16.
8. M. Faisal Idrus, Irmasanty. The Profile Of Psychiatric Disorders Patients Referred In
Psychiatric Department Of Dr Wahidin Sudirohusodo Hospitals Between 2000-2004. The
Indonesian Journal of Medical Science. 2009;1(5):343-348.

9. Scope of Consultation-Liaison Psychiatry. The Royal Australian & New Zealand College
of Psychiatry. Available from: URL: http://www.ranzcp.org/ Accessed November 17,
2012.
10. Pozuelo, L. et al. Depresion and Heart Disease: What do we know, and where we headed?

Cleve Clin J med. 2009; 76 (1): 59-70.

Anda mungkin juga menyukai