Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumor mesenterika merupakan tumor yang pada umumnya jarang terjadi. Meskipun
tumor ini jarang terjadi, namun tumor mesenterika dapat ditemukan pada semua kelompok
usia mulai dari usia bayi sampai usia yang sangat tua. Menurut hasil survei, kanker
mesenterika terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan pada laki-laki. Tumor
mesenterika ini merupakan salah satu diferensial diagnosis jika terdapat adanya massa di
abdomen. Tumor mesenterium ini dapat berupa kistik atau pun padat, dan dapat ganas atau
jinak. Tumor padat di mesenterium jarang terjadi. Tumor kistik di mesenterika telah
ditemukan

pada 40-60 % kasus. Tumor ganas mesenterika sangat jarang terjadi

dibandingkan dengan keganasan di usus, namun suatu laporan yang telah dipublikasikan
menunjukkan bahwa sepertiga sampai setengah dari semua massa mesenterika adalah
tumor ganas.
1.2. Tujuan
Untuk dapat menentukan diagnosis yang tepat pada pasien.
1.3. Manfaat
Agar dapat menentukan penatalaksanaan yang tepat pada pasien tersebut sehingga
pengobatan yang diberikan dapat efektif.
1.4. Waktu dan Tempat
Waktu : Sabtu, 16 November 2013
Tempat : Rumah Sakit Umum Provinsi NTB

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Landasan Teori
Neoplasma Kolon dan Rektum
Epidemiologi
Laporan Kunjungan Lapangan

Insidensi karsinoma kolon dan rektum di Indonesian cukup tinggi, demikian juga angka
kematiannya. Insidens pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak terjadi pada
orang muda. Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid. Di negara barat, perbandingan
insidens laki-laki : perempuan = 3 : 1, kurang dari 50 % ditemukan di rektosigmoid, dan
merupakan penyakit orang usia lanjut. Pemeriksaan colok dubur merupakan penentu
karsinoma rektum.
Etiologi
Berbagai polip kolon dapat berdegenerasi maligna dan setiap polip kolon harus
dicurigai. Radang kronik kolon, seperti kolitis ulserosa atau kolitis amuba kronik, juga
beresiko tinggi. Faktor genetik kadang berperan walaupun jarang.
Kekurangan serat dan sayur mayur hijau serta kelebihan lemak hewani dalam diet
merupakan faktor resiko karsinoma kolorektal.
Letak
Sekitar 70-75% karsinoma kolorektal terletak pada rektum dan sigmoid. Keadaan ini
sesuai dengan lokasi polip kolitis ulserosa, dan kolitis amuba kronik.
Patologi
Secara makroskopik terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum. Tipe polipoid atau
vegetatif tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk bunga kol dan ditemukan
terutama di sekum dan kolon asenden. Tipe skirus mengakibatkan penyempitan lumen
sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan di kolon desenden,
sigmoid, dan rektum. Bentuk ulseratif terjadi karena nekrosis di bagian sentral, terjadi di
rektum. Pada tahap lanjut, sebagian besar karsinoma kolon mengalami ulserasi menjadi
tukak maligna.
Klasifikasi Tumor
Derajat keganasan karsinoma kolon dan rektum berdasarkan gambaran histologik dibagi
menurut klasifikasi Dukes. Klasifikasi Dukes dibagi berdasarkan dalamnya infiltrasi
karsinoma di dinding usus.
Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon
Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon
Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa
Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain
Metastasis

Laporan Kunjungan Lapangan

Karsinoma kolon dan rektum mulai berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil
menembus dinding dan meluas secara sirkuler ke arah oral dan aboral. Di daerah rektum
penyebaran ke arah anal jarang melebihi dua sentimeter. Penyebaran per kontinuitatum
menembus jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli, uterus, vagina,
atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi di kelenjat parailiaka, mesenterium, dan
paraaorta. Penyebaran peritoneal mengakibatkan peritonitis karsinimatosa dengan atau
tanpa asites.
Gambaran Klinis
Gejala klinis karsinoma pada kolon kiri berbeda dengan yang kanan. Karsinoma kolon
kiri sering bersifat skirotik sehingga lebih banyak menimbulkan stenosis dan obstruksi,
terlebih karena feses sudah menjadi padat. Pada karsinoma kolon kanan jarang terjadi
stenosis dan feses masih cair sehingga tidak ada faktor obstruksi. Gejala dan tanda dini
karsinoma kolorektal tidak ada. Umumnya gejala timbul karena penyulit, yaitu gangguan
faal usus, obstruksi, perdarahan, atau akibat penyebaran.
Karsinoma kolon kiri dan rektum menyebabkan perubahan pola defekasi, seperti
konstipasi atau defekasi dengan tenesmi. Makin ke distal letak tumor, feses makin menipis,
atau seperti kotoran kambing, atau lebih cair disertai darah atau lendir. Tenesmi merupakan
gejala yang biasa didapat pada karsinoma rektum. Perdarahan akut jarang terjadi, demikian
juga nyeri di daerah panggul berupa tanda penyakit lanjut. Bila pada obstruksi, penderita
flatus terasa lega di perut.
Gambaran klinik tumor sekum dan kolon asenden tidak khas. Dispepsia, kelemahan
umum, penurunan berat badan, dan anemia merupakan gejala umum. Oleh karena itu,
penderita sering datang dalam keadaan menyedihkan. Nyeri pada kolon kiri lebih nyata
daripada kolon kanan. Tempat yang dirasakan sakit berbeda karena asal embrionik yang
berlainan, yaitu dari usus tengah dan usus belakang. Nyeri pada kolon kiri bermula di
bawah umbilikus, sedangkan dari kolon kanan di epigastrium.
Pemeriksaan
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba menunjukkan
keadaan sudah lanjut. Massa di dalam sigmoid lebih jelas teraba daripada massa di bagian
lain kolon. Pemeriksaan colok dubur merupakan keharusan dan dapat disusul dengan
pemeriksaan rektosigmoidoskopi. Foto kolon dengan barium merupakan kelengkapan
dalam menegakkan diagnosis. Biopsi dilakukan melalui endoskopi.
Laporan Kunjungan Lapangan

Diagnosis
Diagnosis karsinoma kolorektal ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
colok dubur, dan rektosigmoidoskopi atau foto kolon dengan kontras ganda. Pemeriksaan
ini sebaiknya dilakukan setiap tiga tahun untuk usia di atas 45 tahun. Kepastian diagnosis
ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi. Pemeriksaan tambahan ditujukan
pada jalan kemihuntuk kemungkinan tekanan ureter kiri, atau infiltrasi ke kandung kencing,
serta hati dan paru untuk metastase.
Penatalaksanaan
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindak bedah. Tujuan utama dari
pembedahan adalah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun nonkuratif.
Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif.
Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limf regional. Bila
sudah ada metastase jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah
obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri.
Pada karsinoma rektum, teknik pembedahan yang dipilih tergantung letaknya,
khususnya jarak batas bawah karsinoma dan anus. Sedapat mungkin anus dengan sfingter
eksterna dan interna akan dipertahankan untuk menghindari anus preternaturalis. Bedah
kuratif bila tidak ditemukan gejala penyebaran lokal maupun jauh.
Pada tumor sekum atau kolon asenden dilakukan hemikolektomi kanan kemudian
anstomose ujung ke ujung. Pada tumor di fleksura hepatika dilakukan juga hemikolektomi.
Pada tumor kolon transversum dilakukan reseksi kolon transversum, kemudian anastomosis
ujung ke ujung, sedangkan pada tumor kolon desenden dilakukan hemikolektomi kiri. Pada
tumor sigmoid dilakukan reseksi sigmoid dan pada tumor rektum sepertiga proksimal
dilakukan reseksi anterior. Pada tumor rektum sepertiga tengah dilakukan reseksi dengan
mempertahankan sfingter anus, sedangkan pada tunor rektum sepertiga distal dilakukan
amputasi rektum melalui reseksi abdominoperineal Quenu-Miles.

Laporan Kunjungan Lapangan

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
1. Identitas
Nama
Usia
Pekerjaan
Alamat

: Nanang Hidayat
: 28 tahun
: Guru Honorer
: Wanasaba, Lombok Timur

2. Anamnesis
KU
:
- Nyeri pinggang yang kontinyu dan menjalar hingga punggung
RPS
:
- Edema piting dikedua ekstremitas inferior dan terasa nyeri
- Mual dan muntah kadang-kadang
- Demam 1 hari sebelum sakit namun tidak tinggi
- BAK normal
- BAB normal
- Kardiovaskular normal
RPD
:
- Hipertensi (-)
- DM (-)
- Kardiovaskular (-)
Riwayat terapi
: (-)
Riwayat kebiasaan
:
- Merokok 2-3 batang per hari, namun sejak beberapa bulan sebelum sakit telah
-

berhenti
Minum kopi jarang dan saat sakit berhenti

RPK
:
- Hipertensi (+)
- DM (-)
3. Pemeriksaan Fisik
- Umum
o RR = 27 x/menit
o HR = 80 x/menit
Laporan Kunjungan Lapangan

o Tekanan darah = 120/80 mmHg


o T = 36C
Kepala
o Konjungtiva Anemis
Abdomen
o Inspeksi: terlihat masa di kuadran kanan bawah
o Palpasi: nyeri tekan di semua kuadran
Ekstremitas inferior
o Edema pitting (+) di kedua ekstremitas
o Nyeri tekan (+)

4. Pemeriksaan Penunjang
- Darah lengkap
o WBC = 6.3 x 103/L
o Hb = 11.1 gr/dL
o Hct = 31.1%
o GDS = 95 mg/dL
o Ureum = 25 mg/dL
o Kreatinin = 0.6 mg/dL
o SGOT = 83 units/L
o SGPT = 25 units/L
- USG
o Ditemukan massa di kuadran kanan bawah namun tidak jelas
- CT Scan
o Masa solid pada abdomen kuadran kanan bawah dan metstasi ke KGB
regional parailliaca.
3.2. Pembahasan
Nyeri Punggung
Pada kunjungan dilakukan, hasil anamnesis menemukan bahwa pasien merasakan nyeri
punggung. Nyeri punggung yang

dirasakan pasien disebabkan oleh adanya perluasan

keganasan pada daerah abdomen bagian kanan yang menekan organ-organ di belakangnya
sampai ke vertebra sehingga menginduksi ternjadinya nyeri. Masa ini dapat teraba pada
pemeriksaan fisik (palpasi) dan terlihat pada pemeriksaan penunjang (USG dan CT-Scan).
Nyeri yang dirasakan oleh pasien juga dapat disebabkan oleh pengeluaran mediator
inflamasi dan prohyperalgesic yang menginduksi terjadinya nyeri, namun pada umumnya
nyeri yang sudah menyebar disebabkan oleh adanya metastasis keganasan ke tulang. Nyeri
secara kontinyu dan menetap walaupun dengan posisi berbaring adalah salah satu tanda
dari keganasan.
Mual dan muntah
Laporan Kunjungan Lapangan

Mual dan muntah yang dirasakan oleh pasien juga memiliki penyebab yang sama
dengan nyeri punggung, yakni adanya penekanan dari tumor atau keganasan yang
mengganggu fungsi dari saluran pencernaan yang normal sehingga menyebabkan
manifestasi mual dan muntah.
Edema
Keluhan bengkak pada kedua tungkai bawah dialami oleh pasien. Hal ini diakibatkan
oleh adanya kemungkinan penekanan tumor pada pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah balik vena terganggu sehingga darah menetap pada ekstremitas inferior, Hal ini
didukung dengan posisi pasien yang terbaring. Pada saat terbaring, tidak terjadi kontraksi
pada otot ekstremitas inferior yang membantu pompa darah kembali ke jantung.
Riwayat BAB, BAK dan peristaltik normal
Riwayat buang air besar dan kecil pada pasien normal. Hal ini mengindikasikan bahwa
tumor belum bermetastasis ke organ-organ yang bersangkutan. Kemungkinan yang terjadi
adalah lokasi dari tumor berada diluar peritoneum, ini diperkuat dengan tidak terganggunya
bising usus pada pasien dan tidak adanya gangguan buang air besar yang mengindikasikan
tidak terjadi gangguan pada fungsi pencernaan pada pasien.
Riwayat Kebiasaan dan Pemeriksaan Lab
Kebiasaan pasien yang merokok dan mengonsumsi kopi mendukung kecurigaan
terhadap keganasan. Kebiasaan merokok dalam waktu yang lama dan rutin dilakukan dapat
menginduksi terjadinya keganasan melalui zat-zat karsinogenik yang dikandungnya.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan tidak menunjukan adanya kelainan. Fungsi hati
harus diperhatikan mengingat terjadinya peningkatan SGOT yang mungkin berperan dalam
keadaan klinis pasien.
Assesment
Tindakan yang sudah dilakukan pada pasien adalah pemberian diuretic yang bertujuan
untuk menurunkan edema pada ekstremitas yang dialami oleh pasien. Pemberian analgetik
juga dilakukan untuk mengurangi keluhan nyeri pinggang dan punggung. Selain itu,
pemberian IVFD NaCl 0,9% juga dilakukan namun dengan kecepatan rendah yakni 10
tpm.
Pemeriksaan yang sudah dilakukan adalah pemeriksaan darah, fungsi ginjal dan fungsi
hati. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan pemeriksaan darah dalam batas normal, fungsi
Laporan Kunjungan Lapangan

ginjal normal, namun pada fungsi hati didapatkan peningkatan SGOT sehingga perlu lebih
diperhatikan kembali.
Rencana tindak lanjut
Rencana selanjutnya yang akan dilakukan adalah memeriksa jenis keganasan dengan
biopsy dan pemeriksaan patologi anatomi. Hal ini bertujuan untuk menentukan apakah
tumor yang diderita pasien adalah tumor jinak atau ganas, sehingga dapat ditentukan
apakah operasi pengangkatan tumor harus segera dilakukan atau tidak.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Tumor mesenterika merupakan tumor yang pada umumnya jarang terjadi. Tumor
mesenterium ini dapat berupa kistik atau pun padat, dan dapat ganas atau jinak. Tumor
padat di mesenterium jarang terjadi. Tumor kistik di mesenterika telah ditemukan pada 4060 % kasus. Untuk menegakkan diagnosis tumor mesenterika ini diperlukan pemeriksaan
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti USG dan CT
scan. Setelah diagnosis ditegakkan, dapat dilakukan terapi baik konservatif maupun
operasi.

Laporan Kunjungan Lapangan

DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R., et al. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah De Jong edisi 3. Jakarta: EGC.
Sudoyo, AW., et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.

Laporan Kunjungan Lapangan

Anda mungkin juga menyukai