EFUSI PLEURA
Oleh :
Ni Wayan Pariastini (H1A 011 052)
Penguji
dr. H. Slamet Tjahjono, Sp.P
dapat dilakukan di garis aksilaris anterior maupun posterior. Tusukan di garis aksilaris
anterior harus dilakukan diatas tulang iga agar tidak menegenai pembuluh darah dan saraf
intercostal. Bila tusukan dilakukan di garis aksilaris posterior, maka pungsi dilakukan di
bawah tulang iga. Pungsi lebih disukai di garis aksilaris posterior sela iga 6,7 atau 8, karena
paling sedikit menimbulkan kerusakan.
3. Fisiologi cairan pleura
Rongga pleura terisi cairan dari pembuluh kapiler pleura, ruang interstitial paru, saluran
limfatik intratoraks, pembuluh kapiler intratoraks dan rongga peritoneum. Neergard
mengemukakan hipotesis bahwa aliran cairan pleura sepenuhnya bergantung perbedaan
tekanan hidrostatik dan osmotik kapiler sistemik dengan kapiler pulmoner. Perpindahan
cairan ini mengikuti hokum Starling berikut:
Jv = Kf ([P kapiler P pleura] - [ kapiler pleura])
Jv : aliran cairan transpleura, Kf : koefi sien fi ltrasi yang merupakan perkalian
konduktivitas hidrolik membrane dengan luas permukaan membran
P : tekanan hidrostatik
: koefisien kemampuan restriksi membran terhadap migrasi molekul besar
: tekanan onkotik
Tekanan hidrostatik pleura parietal sebesar 30 cmH2O dan tekanan rongga pleura sebesar
-5 cmH2O sehingga tekanan hidrostatik resultan adalah 30 (-5) = 35 cmH2O. Tekanan
onkotik plasma 34 cmH2O dan tekanan onkotik pleura 5 cmH2O sehingga tekanan onkotik
resultan 34 5 = 29 cmH2O. Gradien tekanan yang ditimbulkan adalah 35 29 = 6 cmH2O
sehingga terjadi pergerakan cairan dari kapiler pleura parietal menuju rongga pleura. Pleura
viseral lebih tebal dibandingkan pleura parietal sehingga koefisien filtrasi pleura viseral lebih
kecil dibandingkan pleura parietal. Koefisien filtrasi kecil pleura viseral menyebabkan
resultan gradien tekanan terhadap pleura visceral secara skematis bernilai 0 walaupun
tekanan kapiler pleura viseral identik dengan tekanan vena pulmoner yaitu 24 cmH2O.
Perpindahan cairan dari jaringan interstitial paru ke rongga pleura dapat terjadi seperti akibat
peningkatan tekanan baji jaringan paru pada edema paru maupun gagal jantung kongestif.
Hipotesis Neergard tidak sepenuhnya menjelaskan eliminasi akumulasi cairan pleura
karena tidak menyertakan faktor jaringan interstitial dan sistem limfatik pleura. Jaringan
interstitial secara fungsional mengalirkan cairan ke sistem penyaliran limfatik. Cairan pleura
yang difiltrasi pada bagian parietal mikrosirkulasi sistemik masuk ke jaringan interstitial
ekstrapleura menuju rongga pleura dengan gradien tekanan (aliran cairan) yang lebih kecil.
Rongga pleura secara fisiologis terbagi menjadi lima ruang yaitu sirkulasi sistemik
parietal, jaringan interstitial ekstrapleura, rongga pleura, jaringan interstitial paru dan
mikrosirkulasi viseral. Membran endotel sirkulasi viseral membatasi mikrosirkulasi viseral
dengan jaringan interstitial paru dan membran endotel sirkulasi sistemik parietal membatasi
sirkulasi sistemik dengan jaringan interstitial rongga pleura. Rongga pleura dibatasi oleh
pleura viseral dan pleura parietal yang berfungsi sebagai membran. Penyaliran limfatik di
lapisan submesotel pleura parietal bercabang-cabang serta berdilatasi dan disebut lakuna.
Lakuna di rongga pleura akan membentuk stoma. Aliran limfatik pleura parietal terhubung
dengan rongga pleura melalui stoma dengan diameter 2 6 nm. Stoma ini berbentuk bulat
atau celah ditemukan pada pleura mediastinal dan interkostalis terutama pada area depresi
inferior terhadap tulang iga bagian inferior dengan kepadatan 100 stomata/cm2 di pleura
interkostalis dan 8.000 stomata/cm2 di pleura mediastinal.
Jumlah cairan pleura tergantung mekanisme gaya Starling (laju filtrasi kapiler di pleura
parietal) dan sistem penyaliran limfatik melalui stoma di pleura parietal. Senyawa protein,
sel-sel dan zat-zat partikular dieliminasi dari rongga pleura melalui penyaliran limfatik ini.
Menurut Stewart (1963), nilai rerata aliran limfatik dari satu sisi rongga pleura adalah 0,4
mL/kg berat badan/jam. Peningkatan volume tidal maupun frekuensi respirasi meningkatkan
eliminasi limfatik pleura. Kapasitas eliminasi limfatikpleura secara umum 20 28 kali lebih
besar dibandingkan pembentukan cairan pleura.
4. Tes rivalta
a. Alat dan bahan
Tabung reaksi atau silinder
Pipet tetes
Aquadest
Asam asetat glacial
b. Sampel
Cairan pleura
c. Cara kerja
Siapkan tabung reaksi, yang sudah dimasukkan 100ml aquadest
Tambahkan 1 tetes asm asetat glassial
Kemudian dikocok (dicampur homogen, jangan sampai berbusa dan berbuih)
Daftar Pustaka
Alsagaff, H. dkk. 2004. Dasar-dasar Diagnostik Fisik Paru. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC.
Pratomo, I. P. & Yunus, F. 2013. Anatomi dan Fisiologi Pleura. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.