Anda di halaman 1dari 5

Tugas Ujian

EFUSI PLEURA

Oleh :
Ni Wayan Pariastini (H1A 011 052)

Penguji
dr. H. Slamet Tjahjono, Sp.P

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM / SMF PARU
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
UNIVERSITAS MATARAM
2015
1. Suara nafas dan lokasi
Suara nafas pada dasarnya ada dua macam:

a. Suara nafas vesikuler (suara nafas paru normal)


Suara ini bernada rendah, sesuai dengan sifat jaringan paru sebagai selective
transmitter. Sifat-sifat suara adalah inspirasi bernada rendah terdapat sepanjang fase
inspirasi. Sedangkan suara ekspirasi terdengar lebih lemah, lebih pendek dengan nada
yang lebih rendah dari inspirasi, sedangkan fase inspirasi bersambung dengan fase
ekspirasi (tidak ada silent gaps).
b. Suara nafas bronkial
Suara ini mempunyai kualitas tubuler. Inspirasi bernada tinggi dan terdengar sepanjang
fase inspirasi. Sedangkan fase ekspirasi nadanya lebih tinggi terdengar sepanjang
ekspirasi, fase ekspirasi lebih lama dari pada fase inspirasi dan antara inspirasi dan
ekspirasi terdapat silent gaps (suara terputus).
Diantara kedua suara nafas ini, masih ada suara peralihan yang mempunyai sifat-sifat
diantara kedua suara nafas ini, inspirasi dan ekspirasi jelas seluruhnya dengan nada yang
tinggi dan tidak ada silent gaps. Suara nafas ini disebut suara nafas bronco-vesikuler atau
vesiko-bronkial.

2. Menentukan lokasi punksi percobaan


Pada efusi pleura, pungsi dilakukan di tempat yang paling pekak (redup). Setelah
pemeriksaan fisik, dilakukan foto toraks PA untuk lebih memastikan lokasi pungsi.. Pungsi

dapat dilakukan di garis aksilaris anterior maupun posterior. Tusukan di garis aksilaris
anterior harus dilakukan diatas tulang iga agar tidak menegenai pembuluh darah dan saraf
intercostal. Bila tusukan dilakukan di garis aksilaris posterior, maka pungsi dilakukan di
bawah tulang iga. Pungsi lebih disukai di garis aksilaris posterior sela iga 6,7 atau 8, karena
paling sedikit menimbulkan kerusakan.
3. Fisiologi cairan pleura
Rongga pleura terisi cairan dari pembuluh kapiler pleura, ruang interstitial paru, saluran
limfatik intratoraks, pembuluh kapiler intratoraks dan rongga peritoneum. Neergard
mengemukakan hipotesis bahwa aliran cairan pleura sepenuhnya bergantung perbedaan
tekanan hidrostatik dan osmotik kapiler sistemik dengan kapiler pulmoner. Perpindahan
cairan ini mengikuti hokum Starling berikut:
Jv = Kf ([P kapiler P pleura] - [ kapiler pleura])
Jv : aliran cairan transpleura, Kf : koefi sien fi ltrasi yang merupakan perkalian
konduktivitas hidrolik membrane dengan luas permukaan membran
P : tekanan hidrostatik
: koefisien kemampuan restriksi membran terhadap migrasi molekul besar
: tekanan onkotik
Tekanan hidrostatik pleura parietal sebesar 30 cmH2O dan tekanan rongga pleura sebesar
-5 cmH2O sehingga tekanan hidrostatik resultan adalah 30 (-5) = 35 cmH2O. Tekanan
onkotik plasma 34 cmH2O dan tekanan onkotik pleura 5 cmH2O sehingga tekanan onkotik
resultan 34 5 = 29 cmH2O. Gradien tekanan yang ditimbulkan adalah 35 29 = 6 cmH2O
sehingga terjadi pergerakan cairan dari kapiler pleura parietal menuju rongga pleura. Pleura
viseral lebih tebal dibandingkan pleura parietal sehingga koefisien filtrasi pleura viseral lebih
kecil dibandingkan pleura parietal. Koefisien filtrasi kecil pleura viseral menyebabkan
resultan gradien tekanan terhadap pleura visceral secara skematis bernilai 0 walaupun
tekanan kapiler pleura viseral identik dengan tekanan vena pulmoner yaitu 24 cmH2O.
Perpindahan cairan dari jaringan interstitial paru ke rongga pleura dapat terjadi seperti akibat
peningkatan tekanan baji jaringan paru pada edema paru maupun gagal jantung kongestif.
Hipotesis Neergard tidak sepenuhnya menjelaskan eliminasi akumulasi cairan pleura
karena tidak menyertakan faktor jaringan interstitial dan sistem limfatik pleura. Jaringan
interstitial secara fungsional mengalirkan cairan ke sistem penyaliran limfatik. Cairan pleura

yang difiltrasi pada bagian parietal mikrosirkulasi sistemik masuk ke jaringan interstitial
ekstrapleura menuju rongga pleura dengan gradien tekanan (aliran cairan) yang lebih kecil.
Rongga pleura secara fisiologis terbagi menjadi lima ruang yaitu sirkulasi sistemik
parietal, jaringan interstitial ekstrapleura, rongga pleura, jaringan interstitial paru dan
mikrosirkulasi viseral. Membran endotel sirkulasi viseral membatasi mikrosirkulasi viseral
dengan jaringan interstitial paru dan membran endotel sirkulasi sistemik parietal membatasi
sirkulasi sistemik dengan jaringan interstitial rongga pleura. Rongga pleura dibatasi oleh
pleura viseral dan pleura parietal yang berfungsi sebagai membran. Penyaliran limfatik di
lapisan submesotel pleura parietal bercabang-cabang serta berdilatasi dan disebut lakuna.
Lakuna di rongga pleura akan membentuk stoma. Aliran limfatik pleura parietal terhubung
dengan rongga pleura melalui stoma dengan diameter 2 6 nm. Stoma ini berbentuk bulat
atau celah ditemukan pada pleura mediastinal dan interkostalis terutama pada area depresi
inferior terhadap tulang iga bagian inferior dengan kepadatan 100 stomata/cm2 di pleura
interkostalis dan 8.000 stomata/cm2 di pleura mediastinal.
Jumlah cairan pleura tergantung mekanisme gaya Starling (laju filtrasi kapiler di pleura
parietal) dan sistem penyaliran limfatik melalui stoma di pleura parietal. Senyawa protein,
sel-sel dan zat-zat partikular dieliminasi dari rongga pleura melalui penyaliran limfatik ini.
Menurut Stewart (1963), nilai rerata aliran limfatik dari satu sisi rongga pleura adalah 0,4
mL/kg berat badan/jam. Peningkatan volume tidal maupun frekuensi respirasi meningkatkan
eliminasi limfatik pleura. Kapasitas eliminasi limfatikpleura secara umum 20 28 kali lebih
besar dibandingkan pembentukan cairan pleura.
4. Tes rivalta
a. Alat dan bahan
Tabung reaksi atau silinder
Pipet tetes
Aquadest
Asam asetat glacial
b. Sampel
Cairan pleura
c. Cara kerja
Siapkan tabung reaksi, yang sudah dimasukkan 100ml aquadest
Tambahkan 1 tetes asm asetat glassial
Kemudian dikocok (dicampur homogen, jangan sampai berbusa dan berbuih)

Kemudian diambil sampel, diteteskan 2 tetes sampel kedalam larutan, tetesan

tertinggi 1 cm dari permukaan larutan


Apabila terjadi kekeruhan seperti kabut awan yang berwarna putih maka protein
positif (+)

Daftar Pustaka
Alsagaff, H. dkk. 2004. Dasar-dasar Diagnostik Fisik Paru. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC.
Pratomo, I. P. & Yunus, F. 2013. Anatomi dan Fisiologi Pleura. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai

  • DBD Fix
    DBD Fix
    Dokumen14 halaman
    DBD Fix
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Forensik
    Journal Reading Forensik
    Dokumen6 halaman
    Journal Reading Forensik
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus KNF
    Laporan Kasus KNF
    Dokumen29 halaman
    Laporan Kasus KNF
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Forensik
    Journal Reading Forensik
    Dokumen6 halaman
    Journal Reading Forensik
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • BPPV
    BPPV
    Dokumen23 halaman
    BPPV
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • CP2 Katarak
    CP2 Katarak
    Dokumen13 halaman
    CP2 Katarak
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • CP1 Astigmatisme
    CP1 Astigmatisme
    Dokumen12 halaman
    CP1 Astigmatisme
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Kedokteran Keluarga Hipertensi Fix
    Kedokteran Keluarga Hipertensi Fix
    Dokumen28 halaman
    Kedokteran Keluarga Hipertensi Fix
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • ADRENOLEUKODISTROFI
    ADRENOLEUKODISTROFI
    Dokumen9 halaman
    ADRENOLEUKODISTROFI
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Wayan
    Laporan Kasus Wayan
    Dokumen34 halaman
    Laporan Kasus Wayan
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • PNEUMOTORAKS
    PNEUMOTORAKS
    Dokumen2 halaman
    PNEUMOTORAKS
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • DM 1
    DM 1
    Dokumen5 halaman
    DM 1
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • DISMENORE
    DISMENORE
    Dokumen14 halaman
    DISMENORE
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan, Isi, Penutup, Daftar Pustaka
    Pendahuluan, Isi, Penutup, Daftar Pustaka
    Dokumen14 halaman
    Pendahuluan, Isi, Penutup, Daftar Pustaka
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Adenokarsinoma Ginjal
    Adenokarsinoma Ginjal
    Dokumen4 halaman
    Adenokarsinoma Ginjal
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Blow Out Fracture
    Blow Out Fracture
    Dokumen6 halaman
    Blow Out Fracture
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Fungsi Dokter Keluarga
    Fungsi Dokter Keluarga
    Dokumen2 halaman
    Fungsi Dokter Keluarga
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Paru
    Paru
    Dokumen5 halaman
    Paru
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Dislokasi Hip Posterior
    Dislokasi Hip Posterior
    Dokumen46 halaman
    Dislokasi Hip Posterior
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Dra PJR
    Dra PJR
    Dokumen60 halaman
    Dra PJR
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Ca Mamma
    Ca Mamma
    Dokumen9 halaman
    Ca Mamma
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • DM Tipe 2
    DM Tipe 2
    Dokumen5 halaman
    DM Tipe 2
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Responsi
    Responsi
    Dokumen34 halaman
    Responsi
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Gerd
    Gerd
    Dokumen14 halaman
    Gerd
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Prognosis
    Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Prognosis
    Dokumen3 halaman
    Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Prognosis
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • BBLR
    BBLR
    Dokumen12 halaman
    BBLR
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Definisi Keamanan Nasional
    Definisi Keamanan Nasional
    Dokumen1 halaman
    Definisi Keamanan Nasional
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • PPOK
    PPOK
    Dokumen2 halaman
    PPOK
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat