Anda di halaman 1dari 12

CASE PRESENTATION I

Astigmatisme Miopi Simpleks

OLEH :
Ni Wayan Pariastini
H1A 011 052

Pembimbing :
dr. H.R.Gunawan Effendi, Sp.M., MM.

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GERUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan salah satu organ indra manusia yang mempunyai fungsi
yang sangat besar. Penyakit mata seperti kelainan-kelainan refraksi sangat
membatasi fungsi tersebut. Ada tiga kelainan refraksi, yaitu: miopia,
hipermetropia, astigmatisme, atau campuran kelainan-kelainan tersebut. Diantara
kelainan refraksi tresebut, pengobatan astigmatisma lebih sulit dilakukan.1
Astigmatisme adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas cahaya jatuh
sebagai suatu fokus titik di retina karena perbedaan derajat refraksi di berbagai
meridian kornea atau lensa kristalina. Pada astigmatisme, mata menghasilkan
suatu bayangan dengan titik atau garis fokus multiple, dimana berkas sinar tidak
difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik
api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan di kornea.2
Astigmatisme idiopatik lebih sering. Secara klinis astigmatisme refraktif
ditemukan sebanyak 95%. Insidensi astigmatisma yang signifikan secara klinis
dilaporkan 7,5-75%, bergantung pada specific study dan defenisi derajat
astigmatisme yang signifikan secara klinis. Kira-kira 44% dari populasi umum
memiliki astigmatisme lebih dari 0.50 D, 10% lebih dari 1.00 D, dan 8% lebih
dari 1.50 D.1

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

2
Nama : Ny. FZ
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gunung Malang, Lombok Barat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Sasak
Agama : Islam
No RM : 608321
Tanggal Pemeriksaan : Senin 30 Januari 2017

2.2 Subyektif
Keluhan Utama: penglihatan kabur pada kedua mata

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli mata RSUP3 Gerung dengan keluhan penglihatan
kabur sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan ini muncul jika pasien melihat sesuatu
pada jarak dekat, seperti membaca pada jarak yang dekat dan disertai bayang-
bayang. Pasien juga mengeluh sakit kepala jika membaca terlalu lama, serta mata
terasa sedikit perih. Keluhan mata terasa silau disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Pasien juga menyangkal riwayat darah tinggi dan kencing manis.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, serta penyakit mata dan penyakit
sistemik lain dalam keluarga disangkal.

Riwayat Pengobatan
Tidak terdapat riwayat pengobatan sebelumnya

Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.

2.3 Obyektif

3
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign
o Tekanan Darah : 130/80 mmHg
o Nadi : 88 x/menit, reguler dan kuat angkat
o Frekuensi Nafas : 20 x/menit, regular
o Suhu : 36,3o C

4
Status Lokalis Mata
No. Pemeriksaan Mata Okuler Dekstra Okuler Sinistra
(OD) (OS)
1. Visus Naturalis (sinne 6/7,5 6/12
correctio)
2. Posisi Bola Hirschberg Ortoforia Ortoforia
Cover-uncover Ortotropia Ortotropia
Mata
3. Pergerakan Bola Mata Gerakan lancar ke Gerakan lancar ke
segala arah, segala arah,
jangkauan penuh, jangkauan penuh,
nyeri (-) nyeri (-)
4. Lapang Pandang Sesuai pemeriksa Sesuai pemeriksa
(Konfrontasi)
5. Palpebra Edema (-) (-)
Hematoma (-) (-)
Superior
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
6. Palpebra Edema (-) (-)
Hematoma (-) (-)
Inferior
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
7. Konjungtiva Hiperemia (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Palpebra
Superior
9. Konjungtiva Hiperemia (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Palpebra
Inferior
10. Konjungtiva Injeksi (-) (-)
Bulbi konjungtiva
Injeksi siliar (-) (-)
Perdarahan (-) (-)
subkonjungtiva
Pterigium (+) (+)
Edema (-) (-)
11. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin

5
Keutuhan Utuh Utuh
Sikatrik (-) (-)
Arkus senile (-) (-)
Massa (-) (-)
12. Bilik Mata Kedalaman Kesan dalam Kesan dalam
Depan
13. Iris Warna Coklat Coklat
Bentuk Teratur dan regular Teratur dan regular
Sinekia anterior (-) (-)
Sinekia (-) (-)
posterior
14. Pupil Bentuk Bulat, 3 mm Bulat 3 mm
Refleks pupil (+) (+)
langsung
Refleks pupil (+) (+)
tidak langsung
15. Lensa Kejernihan Jernih Jernih
Subluksasi (-) (-)
Dislokasi (-) (-)
16. Tekanan Palpasi Kesan normal Kesan normal
Intraokuler
17. Funduskopi tde Tde
Foto Mata Pasien

6
Gambar 1. Mata Kanan Pasien

Gambar 2. Mata Kiri Pasien


BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH

Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan fisik antara lain:
Subyektif
1. Penglihatan kabur pada kedua mata
2. Jika melihat pada jarak dekat, seperti membaca
3. Disertai bayang-bayang dan terasa perih
4. Sakit kepala juka terlalu lama membaca

Obyektif
1. Visus OD 6/7,5
2. Visus OS 6/12

7
BAB IV
ANALISA KASUS

Pada makalah ini, Ny. FZ 40 tahun datang ke poli mata RSUP3 Gerung
dengan keluhan penglihatan kabur sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan ini muncul
jika pasien melihat sesuatu pada jarak dekat, seperti membaca pada jarak yang
dekat dan disertai bayang-bayang. Pasien juga mengeluh sakit kepala jika
membaca terlalu lama, serta mata terasa sedikit perih.

Subjektif
Mata kabur dapat disebabkan karena kelainan refraksi dan kelainan
organik. Kelainan refraksi meliputi miopi, hipermetropi, dan astigmatisma.
Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata
yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan
kornea yang terlalu cekung atau anomali refraksi pada mata dimana bayangan

8
difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi.
Hipermetropi dalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata
dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibiaskan membentuk bayangan
di belakang retina.3 Astigmatisme adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas
cahaya jatuh sebagai suatu fokus titik di retina karena perbedaan derajat refraksi
di berbagai meridian kornea atau lensa kristalina. Kelainan organik pada mata
tenang dengan visus menurun perlahan meliputi katarak, glaukoma, dan
retinopati. Untuk membantu menegakkan diagnosis mata kabur ini disebabkan
karena kelainan refraksi atau organik dengan melakukan pemeriksaan pin hole.4

Objektif
Berdasarkan pemeriksaan fisik kedua mata didapatkan dalam batas
normal. Status opthalmologis pada pasien ini didapatkan visus kedua mata
masing-masing OD 6/7,5 dan OS 6/12. Pemeriksaan pinhole dilakukan dan visus
maju. Dilakukan juga trial and error technique, dengan lensa C -0,25 x 0o OD dan
lensa C -0,75 x 30o OS, kemudian visus menjadi 6/6 masing-masing mata.

Diagnosis
Diagnosis kerja : Astigmatisme Miopia Simpleks

Pemeriksaan Penunjang
Keratometer
Karena sebagian besar astigmatisme disebabkan oleh kornea, maka dengan
keratometer, derajat astigmatisme dapat diketahui.
Pemeriksaan Slit Lamp
Untuk memastikan tidak ada kemungkinan kelainan lain pada mata.

Penatalaksanaan
Resep kaca mata: OD C -0,25 A 0o dan OS C -0,75 A 30o

KIE

9
Pada penggunaan kacamata pertama kali seringkali didapatkan keluhan
pusing dan mual. Hal ini dikarenakan mata membutuhkan waktu
beradaptasi pada kekuatan lensa kacamata untuk membantu penglihatan.
Hindari membuka pasang kacamata terlalu sering, kacamata tetap
digunakan untuk melatih adaptasi mata terhadap kekuatan lensa kacamata.
Apabila keluhan pusing muncul, dianjurkan untuk melepas kacamata
selama 15-20 menit hingga pusing dirasakan membaik lalu kembali
memakai kacamata.
Jika setelah 2-3 minggu keluhan masih tetap dirasakan, kemungkinan
terdapat kekeliruan pada ukuran lensa kacamata. Pada kondisi ini
dianjurkan untuk memeriksakan kembali dan melakukan pemeriksaan
ulang terhadap ukuran lensa yang paling sesuai.

Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
BAB V
RINGKASAN AKHIR

Pasien (Ny. FZ) 40 tahun datang ke poli mata RSUP3 Gerung dengan
dengan keluhan penglihatan kabur sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan ini muncul
jika pasien melihat sesuatu pada jarak dekat, seperti membaca pada jarak yang
dekat dan disertai bayang-bayang. Pasien juga mengeluh sakit kepala jika
membaca terlalu lama, serta mata terasa sedikit perih.
Berdasarkan pemeriksaan fisik kedua mata didapatkandalam batas normal.
Status opthalmologis pada pasien ini didapatkan visus kedua mata masing-masing
OD 6/7,5 dan OS 6/12. Pemeriksaan pinhole dilakukan dan visus maju. Dilakukan
juga trial and error technique, dengan lensa C -0,25 x 0o OD dan lensa C -0,75 x
30o OS, kemudian visus menjadi 6/6 masing-masing mata.

10
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien didiagnosa Astigmatisme Miopia Simpleks. Tatalaksana untuk pasien
adalah diberikan resep kacamata. Prognosis pasien dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Miller KM, Albert DL, Asbell PA, Atebara NH Clinical Optics. Amaerican
Academy of Opthalmology; 2006; p. 116-119.

2. Riordan, Whitcher. Astigmatisme dalam Vaughan & Asbury Oftalmologi


Umum, Edisi ke-17. 2009. Jakarta: EGC. Hal. 394-395.

3. Ilyas, Sidharta. Astigmatisme dalam Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-7.


2009. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI. Hal. 83-84

4. PERDAMI. Astigmat. Dalam: Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman


RR, eds. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran Edisi ke-2. Jakarta:Sagung Seto;2002. hal 49-55.

11
12

Anda mungkin juga menyukai

  • DBD Fix
    DBD Fix
    Dokumen14 halaman
    DBD Fix
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Forensik
    Journal Reading Forensik
    Dokumen6 halaman
    Journal Reading Forensik
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Wayan
    Laporan Kasus Wayan
    Dokumen34 halaman
    Laporan Kasus Wayan
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • BPPV
    BPPV
    Dokumen23 halaman
    BPPV
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus KNF
    Laporan Kasus KNF
    Dokumen29 halaman
    Laporan Kasus KNF
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • CP2 Katarak
    CP2 Katarak
    Dokumen13 halaman
    CP2 Katarak
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Forensik
    Journal Reading Forensik
    Dokumen6 halaman
    Journal Reading Forensik
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • DM 1
    DM 1
    Dokumen5 halaman
    DM 1
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan, Isi, Penutup, Daftar Pustaka
    Pendahuluan, Isi, Penutup, Daftar Pustaka
    Dokumen14 halaman
    Pendahuluan, Isi, Penutup, Daftar Pustaka
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Kedokteran Keluarga Hipertensi Fix
    Kedokteran Keluarga Hipertensi Fix
    Dokumen28 halaman
    Kedokteran Keluarga Hipertensi Fix
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Dislokasi Hip Posterior
    Dislokasi Hip Posterior
    Dokumen46 halaman
    Dislokasi Hip Posterior
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • ADRENOLEUKODISTROFI
    ADRENOLEUKODISTROFI
    Dokumen9 halaman
    ADRENOLEUKODISTROFI
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Adenokarsinoma Ginjal
    Adenokarsinoma Ginjal
    Dokumen4 halaman
    Adenokarsinoma Ginjal
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • DISMENORE
    DISMENORE
    Dokumen14 halaman
    DISMENORE
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Dra PJR
    Dra PJR
    Dokumen60 halaman
    Dra PJR
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Fungsi Dokter Keluarga
    Fungsi Dokter Keluarga
    Dokumen2 halaman
    Fungsi Dokter Keluarga
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • DM Tipe 2
    DM Tipe 2
    Dokumen5 halaman
    DM Tipe 2
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Responsi
    Responsi
    Dokumen34 halaman
    Responsi
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Ca Mamma
    Ca Mamma
    Dokumen9 halaman
    Ca Mamma
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • PNEUMOTORAKS
    PNEUMOTORAKS
    Dokumen2 halaman
    PNEUMOTORAKS
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Blow Out Fracture
    Blow Out Fracture
    Dokumen6 halaman
    Blow Out Fracture
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Definisi Keamanan Nasional
    Definisi Keamanan Nasional
    Dokumen1 halaman
    Definisi Keamanan Nasional
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Paru
    Paru
    Dokumen5 halaman
    Paru
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Gerd
    Gerd
    Dokumen14 halaman
    Gerd
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Prognosis
    Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Prognosis
    Dokumen3 halaman
    Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Prognosis
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Paru
    Paru
    Dokumen5 halaman
    Paru
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • BBLR
    BBLR
    Dokumen12 halaman
    BBLR
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • PPOK
    PPOK
    Dokumen2 halaman
    PPOK
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat