OLEH :
Ni Wayan Pariastini
H1A 011 052
Pembimbing :
dr. H.R.Gunawan Effendi, Sp.M., MM.
2017
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
2
Nama : Ny. FZ
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gunung Malang, Lombok Barat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Sasak
Agama : Islam
No RM : 608321
Tanggal Pemeriksaan : Senin 30 Januari 2017
2.2 Subyektif
Keluhan Utama: penglihatan kabur pada kedua mata
Riwayat Pengobatan
Tidak terdapat riwayat pengobatan sebelumnya
2.3 Obyektif
3
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign
o Tekanan Darah : 130/80 mmHg
o Nadi : 88 x/menit, reguler dan kuat angkat
o Frekuensi Nafas : 20 x/menit, regular
o Suhu : 36,3o C
4
Status Lokalis Mata
No. Pemeriksaan Mata Okuler Dekstra Okuler Sinistra
(OD) (OS)
1. Visus Naturalis (sinne 6/7,5 6/12
correctio)
2. Posisi Bola Hirschberg Ortoforia Ortoforia
Cover-uncover Ortotropia Ortotropia
Mata
3. Pergerakan Bola Mata Gerakan lancar ke Gerakan lancar ke
segala arah, segala arah,
jangkauan penuh, jangkauan penuh,
nyeri (-) nyeri (-)
4. Lapang Pandang Sesuai pemeriksa Sesuai pemeriksa
(Konfrontasi)
5. Palpebra Edema (-) (-)
Hematoma (-) (-)
Superior
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
6. Palpebra Edema (-) (-)
Hematoma (-) (-)
Inferior
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
7. Konjungtiva Hiperemia (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Palpebra
Superior
9. Konjungtiva Hiperemia (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Palpebra
Inferior
10. Konjungtiva Injeksi (-) (-)
Bulbi konjungtiva
Injeksi siliar (-) (-)
Perdarahan (-) (-)
subkonjungtiva
Pterigium (+) (+)
Edema (-) (-)
11. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
5
Keutuhan Utuh Utuh
Sikatrik (-) (-)
Arkus senile (-) (-)
Massa (-) (-)
12. Bilik Mata Kedalaman Kesan dalam Kesan dalam
Depan
13. Iris Warna Coklat Coklat
Bentuk Teratur dan regular Teratur dan regular
Sinekia anterior (-) (-)
Sinekia (-) (-)
posterior
14. Pupil Bentuk Bulat, 3 mm Bulat 3 mm
Refleks pupil (+) (+)
langsung
Refleks pupil (+) (+)
tidak langsung
15. Lensa Kejernihan Jernih Jernih
Subluksasi (-) (-)
Dislokasi (-) (-)
16. Tekanan Palpasi Kesan normal Kesan normal
Intraokuler
17. Funduskopi tde Tde
Foto Mata Pasien
6
Gambar 1. Mata Kanan Pasien
Obyektif
1. Visus OD 6/7,5
2. Visus OS 6/12
7
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada makalah ini, Ny. FZ 40 tahun datang ke poli mata RSUP3 Gerung
dengan keluhan penglihatan kabur sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan ini muncul
jika pasien melihat sesuatu pada jarak dekat, seperti membaca pada jarak yang
dekat dan disertai bayang-bayang. Pasien juga mengeluh sakit kepala jika
membaca terlalu lama, serta mata terasa sedikit perih.
Subjektif
Mata kabur dapat disebabkan karena kelainan refraksi dan kelainan
organik. Kelainan refraksi meliputi miopi, hipermetropi, dan astigmatisma.
Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata
yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan
kornea yang terlalu cekung atau anomali refraksi pada mata dimana bayangan
8
difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi.
Hipermetropi dalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata
dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibiaskan membentuk bayangan
di belakang retina.3 Astigmatisme adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas
cahaya jatuh sebagai suatu fokus titik di retina karena perbedaan derajat refraksi
di berbagai meridian kornea atau lensa kristalina. Kelainan organik pada mata
tenang dengan visus menurun perlahan meliputi katarak, glaukoma, dan
retinopati. Untuk membantu menegakkan diagnosis mata kabur ini disebabkan
karena kelainan refraksi atau organik dengan melakukan pemeriksaan pin hole.4
Objektif
Berdasarkan pemeriksaan fisik kedua mata didapatkan dalam batas
normal. Status opthalmologis pada pasien ini didapatkan visus kedua mata
masing-masing OD 6/7,5 dan OS 6/12. Pemeriksaan pinhole dilakukan dan visus
maju. Dilakukan juga trial and error technique, dengan lensa C -0,25 x 0o OD dan
lensa C -0,75 x 30o OS, kemudian visus menjadi 6/6 masing-masing mata.
Diagnosis
Diagnosis kerja : Astigmatisme Miopia Simpleks
Pemeriksaan Penunjang
Keratometer
Karena sebagian besar astigmatisme disebabkan oleh kornea, maka dengan
keratometer, derajat astigmatisme dapat diketahui.
Pemeriksaan Slit Lamp
Untuk memastikan tidak ada kemungkinan kelainan lain pada mata.
Penatalaksanaan
Resep kaca mata: OD C -0,25 A 0o dan OS C -0,75 A 30o
KIE
9
Pada penggunaan kacamata pertama kali seringkali didapatkan keluhan
pusing dan mual. Hal ini dikarenakan mata membutuhkan waktu
beradaptasi pada kekuatan lensa kacamata untuk membantu penglihatan.
Hindari membuka pasang kacamata terlalu sering, kacamata tetap
digunakan untuk melatih adaptasi mata terhadap kekuatan lensa kacamata.
Apabila keluhan pusing muncul, dianjurkan untuk melepas kacamata
selama 15-20 menit hingga pusing dirasakan membaik lalu kembali
memakai kacamata.
Jika setelah 2-3 minggu keluhan masih tetap dirasakan, kemungkinan
terdapat kekeliruan pada ukuran lensa kacamata. Pada kondisi ini
dianjurkan untuk memeriksakan kembali dan melakukan pemeriksaan
ulang terhadap ukuran lensa yang paling sesuai.
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
BAB V
RINGKASAN AKHIR
Pasien (Ny. FZ) 40 tahun datang ke poli mata RSUP3 Gerung dengan
dengan keluhan penglihatan kabur sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan ini muncul
jika pasien melihat sesuatu pada jarak dekat, seperti membaca pada jarak yang
dekat dan disertai bayang-bayang. Pasien juga mengeluh sakit kepala jika
membaca terlalu lama, serta mata terasa sedikit perih.
Berdasarkan pemeriksaan fisik kedua mata didapatkandalam batas normal.
Status opthalmologis pada pasien ini didapatkan visus kedua mata masing-masing
OD 6/7,5 dan OS 6/12. Pemeriksaan pinhole dilakukan dan visus maju. Dilakukan
juga trial and error technique, dengan lensa C -0,25 x 0o OD dan lensa C -0,75 x
30o OS, kemudian visus menjadi 6/6 masing-masing mata.
10
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien didiagnosa Astigmatisme Miopia Simpleks. Tatalaksana untuk pasien
adalah diberikan resep kacamata. Prognosis pasien dubia ad bonam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Miller KM, Albert DL, Asbell PA, Atebara NH Clinical Optics. Amaerican
Academy of Opthalmology; 2006; p. 116-119.
11
12