Anda di halaman 1dari 13

CASE PRESENTATION II

KATARAK SENILIS MATUR ODS

OLEH :

Ni Wayan Pariastini

H1A 011 052

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan Latin


Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indoneisa disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.1 Penuaan merupakan
penyabab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin
terlibat, seperti trauma, toksin, penyakit sistemik, merokok, dan herediter. Berbagai
studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 65-74
tahun adalah sebanyak 50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu
diatas 75 tahun.2
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan. Indonesia adalah negara yang ikut berperan serta pada
masalah kebutaan melalui komitmennya terhadap VISION 2020, The Global
Initiative for The Elimination of Avoidable Blindness. Prevalensi kebutaan di
Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 1,5%, dengan 52% dari
jumlah tersebut (0,78%) disebabkan oleh katarak. Dalam kaitan dengan kelompok
usia, prevalensi kebutaan katarak ditemukan semakin tinggi seiring bertambahnya
umur, yaitu 20/1000 pada kelompok usia 45-59 tahun, dan tertinggi (50/1000) pada
kelompok usia >60 tahun. Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 melaporkan bahwa
pada tahun 2025, jumlah penduduk kelompok usia >55 tahun diperkirakan akan
meningkat menjadi 61 juta, yaitu sekitar seperempat keseluruhan penduduk
Indonesia. Dengan adanya kasus-kasus lama yang belum tertangani akibat rendahnya
tingkat operasi katarak di Indonesia, ditambah dengan peningkatan kasus baru
sebanyak 0,1% (240.000 kasus baru) setiap tahun, akan terus terjadi penumpukan
kasus katarak antara kasus-kasus lama dan penambahan kasus-kasus baru sehingga
terjadi apa yang dikenal sebagai backlog katarak.3
Di Indonesia masih banyak penderita katarak yang tidak mengetahui jika
menderita katarak. Hal ini terlihat dari tiga terbanyak alasan penderita katarak belum
operasi, hasil Riskesdas 2013 yaitu 51,6% karena tidak mengetahui menderita
katarak, 11,6% karena tidak mampu membiayai dan 8,1% karena takut operasi. 4
Sampai saat ini belum ada terapi obat dalam penatalaksanaan katarak, oleh karena itu
operasi katarak merupakan satu-satunya cara untuk menrunkan risiko kebutaan.

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas
Nama : Ny. NKR
Usia : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pagesangan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Bali
Agama : Hindu
No. RM : 135065
Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 25 Januari 2017

2.2. Subyektif
Keluhan Utama
Pengelihatan kabur pada kedua mata.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik mata RSUP NTB dengan keluhan pengelihatan
kabur pada kedua mata sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan pengelihatannya
seperti diselimuti kabut putih tebal. Pasien mengaku pengelihatannya semakin lama
semakin kabur. Keluhan ini dirasakan memberat dalam 1 bulan terakhir. Penderita
tidak bisa melihat jauh maupun melihat dekat dengan jelas. Pandangan seperti
melihat terowongan tidak ada. Keluhan lain seperti mata merah, berair, perih, rasa
berpasir, melihat pelangi, nyeri pada mata, sakit kepala, mual dan muntah disangkal
oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit mata
o Riwayat penyakit yang sama (-) dan riwayat trauma mata (-).
Riwayat penyakit sistemik
o Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus,
maupun penyakit sistemik lainnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, serta penyakit mata dan sistemik lain
dalam keluarga disangkal.

Riwayat Pengobatan
Pasien sebelumnya berobat ke dokter spesialis mata dan disarankan untuk
operasi.

Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga.

2.3. Obyektif
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6

Vital Sign
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg
o Nadi : 88 x/menit, reguler dan kuat angkat
o Frekuensi Nafas : 20 x/menit, regular
o Suhu : 36,4o C

Status Lokalis Mata


No. Pemeriksaan Mata Okuler Dekstra Okuler Sinistra
(OD) (OS)
1. Visus Naturalis LP (+) LP (+)
2. Posisi Bola Hirschberg Ortoforia Ortoforia
Cover-uncover Ortotropia Ortotropia
Mata
3. Pergerakan Bola Mata Gerakan lancar ke Gerakan lancar ke
segala arah, segala arah,
jangkauan penuh, jangkauan penuh,
nyeri (-) nyeri (-)
4. Lapang Pandang Sesuai pemeriksa Sesuai pemeriksa
(Konfrontasi)
5. Palpebra Edema (-) (-)
Hematoma (-) (-)
Superior
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
6. Palpebra Edema (-) (-)
Inferior Hematoma (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
7. Konjungtiva Hiperemia (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Palpebra
Superior
9. Konjungtiva Hiperemia (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Palpebra
Inferior
10. Konjungtiva Injeksi (-) (-)
Bulbi konjungtiva
Injeksi siliar (-) (-)
Perdarahan (-) (-)
subkonjungtiva
Massa (-) (-)
Edema (-) (-)
11. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Keutuhan Utuh Utuh
Sikatrik (-) (-)
Arkus senile (+) (+)
Massa (-) (-)
12. Bilik Mata Kedalaman normal Normal
Depan
13. Iris Warna Coklat Coklat
Bentuk Teratur dan regular Teratur dan regular
Sinekia anterior (-) (-)
Sinekia (-) (-)
posterior
14. Pupil Bentuk Bulat, 3 mm Bulat 3 mm
Refleks pupil (+) (+)
langsung
Refleks pupil (+) (+)
tidak langsung
15. Lensa Kejernihan Keruh (++) Keruh (++)
Iris Shadow (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Dislokasi (-) (-)
16. Tekanan Palpasi Kesan normal Kesan normal
Intraokuler
17. Funduskopi Refleks fundus sde Refleks fundus sde
Foto Mata Pasien

Gambar 1. Mata Kanan Pasien


Gambar 2. Mata Kiri Pasien
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

3.1. Identifikasi Masalah


Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah :
SUBJECTIVE
a Penglihatan kedua mata kabur seperti diselimuti kabut putih tebal.
OBJECTIVE
Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan dan kiri didapatkan :
Visus ODS LP (+)
Lensa keruh pada kedua mata

3.2. Analisa Kasus


1 Penglihatan kabur
Mata kabur perlahan menandakan adanya suatu proses yang terjadi pada mata
secara terus menerus. Pada kasus ini pasien dapat dimasukkan dalam golongan
mata tenang visus menurun perlahan. Dari riwayat perjalanan penyakit dapat
dipikirkan beberapa diagnosis banding antara lain katarak, glaukoma, dan
retinopati.1,5
Kemungkinan glaukoma dapat disingkirkan dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Penderita tidak mengeluh seperti melihat dalam terowongan. Keluhan sakit
kepala, rasa sakit pada mata, dan mual muntah juga disangkal oleh penderita.
Pada pemeriksaan tekanan intraokuler perpalpasi kesan normal.1,5
Kemungkinan retinopati diabetikum dan retinopati hipertensi dapat
dikesampingkan dahulu. Pasien ini menyangkal memiliki riwayat diabetes
mellitus dan hipertensi. Hasil pemeriksaan tekanan darah pasien yaitu 110/70
mmHg masih dalam batas normal. Kedua penyakit ini dapat dipastikan melalui
pemeriksaan funduskopi, namun pada pasien ini segmen posterior pada kedua
mata sulit dievaluasi. Oleh karena itu dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti USG mata untuk menilai segmen posterior yang membantu dalam
menegakkan diagnosis.1,5
Katarak merupakan diagnosis yang paling mungkin terjadi pada pasien ini,
karena dari anamnesis pasien mengeluhkan pandangan kabur secara perlahan-
lahan dan seperti diselimuti kabut disertai dengan hasil pemeriksaan fisik yaitu
visus ODS LP (+) dan lensa pada kedua mata keruh.1,5

3.3. Assessment

Diagnosis kerja : katarak senilis matur ODS


Pasien Ny. NKR usia 71 tahun tergolong kedalam katarak senilis karena
kekeruhan lensa terjadi pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Katarak
sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor lain seperti usia, jenis kelamin, ras, faktor
genetik, kebiasaan merokok, paparan sinar ultraviolet, diabetes, dehidrasi, status
sosioekonimik, tingkat pendidikan, hipertensi, dan lain-lain. Penyebab pastinya
sampai sekarang tidak diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori yang
diajukan seperti teori putaran biologik, teori imunologik, teori mutasi spontan,
teori radikal bebas, teori a cross link, adanya penebalan kapsul dan kurang
elastisnya lensa, sel epitel pada ekuator yang bertambah besar dan berat, serat
lensa yang ireguler.1
Katarak senilis secara klinis terbagi kedalam 4 stadium yaitu5:
1. Stadium Insipien
Kekeruhan lensa tahap awal dengan visus yang relatif masih baik.
2. Stadium Imatur
Kekeruhan lensa mulai tampak yang dapat terlihat oleh bantuan senter,
iris shadow postif, visus >1/60
3. Stadium Matur
Kekeruhan lensa terjadi menyeluruh, tidak tampak iris shadow, visus
1/300 atau light perception positive.
4. Stadium Hipermatur
Massa lensa mengalami kebocoran melalui kapsul lensa, sehingga kapsul
menjadi berkerut dan menyusut.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Menyeluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Iris Shadow Negatif Positif Negatif Pseudopos
Test
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
glaukoma
1
Tabel 3.1 Perbedaan stadium katarak senilis.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat
pada pasien mengarahkan kecurigaan pada katarak senilis matur mata kanan dan
kiri.

3.4. Planning

Usulan Pemeriksaan Lanjutan

Pemeriksaan Slit Lamp


Pemeriksaan Keratometri dan A-Scan Biometry untuk mengukur kekuatan
IOL
Pemeriksaan B-Scan Ultrasonography
Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, gula darah, dll)
Tatalaksana

Dilakukan pembedahan, secara umum terdapat dua teknik


pembedahan pada kasus katarak yaitu ECCE (extracapsular cataract
extraction) dan ICCE (intracapsular cataract extraction). Teknik ECCE
terbagi menjadi 3 yaitu Konvensional, SICS (small incision cataract surgery)
dan Fakoemulsifikasi. Pemasangan lensa tanam (IOL : intraocular lens)
dipilih karena dapat mengembalikan visus dengan kondisi yang paling baik.
Pada kasus akan dilakukan ECCE dan pemasangan IOL.1,2,5

3.5. KIE
- Pasien diberikan informasi mengenai penyakit yang dialaminya.
- Pasien diberikan informasi bahwa katarak hanya bisa diatasi dengan tindakan
pembedahan/operasi.
- Memberikan informasi mengenai risiko, keuntungan, dan kerugian operasi
serta harapan yang sewajarnya dari hasil operasi.
- Menjelaskan pada pasien mengenai prosedur perawatan dan pengobatan serta
waktu kontrol pasca operasi.

3.6. Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis penglihatan (ad functionam)
Prognosis pengelihatan pasien dubia ad bonam
Prognosis nyawa (ad vitam)
Prognosis nyawa pasien bonam

BAB IV

RINGKASAN AKHIR

Ny. NKR perempuan usia 71 tahun datang ke poliklinik mata RSUP NTB
dengan keluhan penglihatan kabur pada kedua mata sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
mengatakan pengelihatannya seperti diselimuti kabut putih tebal. Pasien mengaku
pengelihatannya semakin lama semakin kabur. Keluhan ini dirasakan memberat
dalam 1 bulan terakhir.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus kedua mata LP (+). Lensa pada
kedua mata mengalami kekeruhan. Pasien didiagnosa dengan katarak senilis matur
okuli dekstra dan sinistra. Pasien direncanakan untuk pemeriksaan keratometri,
biometri, USG dan laboratorium (darah lengkap, gula darah, dll). Tatalaksana pasien
ini dengan pembedahan ECCE dan pemasangan IOL. Prognosis penyakit ini adalah
dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidharta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-7. Jakarta: Balai
Penerbitan FKUI. Hal. 210-222.
2. Riordan, Whitcher. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Edisi ke-17.
2009. Jakarta: EGC. Hal. 169-177.

3. Perdami. Buku Pedoman: Penyelenggaraan Bakti Sosial Operasi Katarak.


2013. Seksi Penanggulangan Buta Katarak Persatuan Dokter Spesialis Mata
Indonesia.

4. Depkes RI. Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. 2015. [online]


Available at : http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-penglihatan.pdf [Accessed 6th
February, 2017].

5. Budiono S, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. 2013. Surabaya:


Universitas Airlangga. Hal. 79-103.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Forensik
    Journal Reading Forensik
    Dokumen6 halaman
    Journal Reading Forensik
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Forensik
    Journal Reading Forensik
    Dokumen6 halaman
    Journal Reading Forensik
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • DBD Fix
    DBD Fix
    Dokumen14 halaman
    DBD Fix
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • CP1 Astigmatisme
    CP1 Astigmatisme
    Dokumen12 halaman
    CP1 Astigmatisme
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • BPPV
    BPPV
    Dokumen23 halaman
    BPPV
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus KNF
    Laporan Kasus KNF
    Dokumen29 halaman
    Laporan Kasus KNF
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan, Isi, Penutup, Daftar Pustaka
    Pendahuluan, Isi, Penutup, Daftar Pustaka
    Dokumen14 halaman
    Pendahuluan, Isi, Penutup, Daftar Pustaka
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Wayan
    Laporan Kasus Wayan
    Dokumen34 halaman
    Laporan Kasus Wayan
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Kedokteran Keluarga Hipertensi Fix
    Kedokteran Keluarga Hipertensi Fix
    Dokumen28 halaman
    Kedokteran Keluarga Hipertensi Fix
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • ADRENOLEUKODISTROFI
    ADRENOLEUKODISTROFI
    Dokumen9 halaman
    ADRENOLEUKODISTROFI
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • DISMENORE
    DISMENORE
    Dokumen14 halaman
    DISMENORE
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • DM 1
    DM 1
    Dokumen5 halaman
    DM 1
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Adenokarsinoma Ginjal
    Adenokarsinoma Ginjal
    Dokumen4 halaman
    Adenokarsinoma Ginjal
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Dra PJR
    Dra PJR
    Dokumen60 halaman
    Dra PJR
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Definisi Keamanan Nasional
    Definisi Keamanan Nasional
    Dokumen1 halaman
    Definisi Keamanan Nasional
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Dislokasi Hip Posterior
    Dislokasi Hip Posterior
    Dokumen46 halaman
    Dislokasi Hip Posterior
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Fungsi Dokter Keluarga
    Fungsi Dokter Keluarga
    Dokumen2 halaman
    Fungsi Dokter Keluarga
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • PNEUMOTORAKS
    PNEUMOTORAKS
    Dokumen2 halaman
    PNEUMOTORAKS
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Blow Out Fracture
    Blow Out Fracture
    Dokumen6 halaman
    Blow Out Fracture
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Ca Mamma
    Ca Mamma
    Dokumen9 halaman
    Ca Mamma
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • DM Tipe 2
    DM Tipe 2
    Dokumen5 halaman
    DM Tipe 2
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Paru
    Paru
    Dokumen5 halaman
    Paru
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • BBLR
    BBLR
    Dokumen12 halaman
    BBLR
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Paru
    Paru
    Dokumen5 halaman
    Paru
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Responsi
    Responsi
    Dokumen34 halaman
    Responsi
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • PPOK
    PPOK
    Dokumen2 halaman
    PPOK
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Prognosis
    Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Prognosis
    Dokumen3 halaman
    Diagnosis Tatalaksana Komplikasi Prognosis
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat
  • Gerd
    Gerd
    Dokumen14 halaman
    Gerd
    Wayan Pariastini
    Belum ada peringkat