CVD HEMORAGIK
OLEH :
Ni Wayan Pariastini
H1A 011 052
PEMBIMBING :
dr. Herpan Syafii Harahap, SpS
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada
waktunya.
Laporan kasus yang berjudul Stroke Hemoragik ini disusun dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Penyakit
Saraf RSU Provinsi NTB.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan
kepada penulis.
1. Dr. Herpan Syafii Harahap, SpS selaku pembimbing
2. Dr. Ester Sampe, SpS, selaku Ketua SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUP NTB.
3. Dr. Wayan Subagiartha, SpS, selaku supervisor
4. Dr. Ilsa Hunaifi, SpS, selaku supervisor
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini
masih banyak kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan
pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan
praktek sehari-hari sebagai dokter.Terima kasih.
Mataram, April 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan karena faktor aliran
darah maupun pembuluh darah yang timbul secara tiba-tiba dengan tanda atau
gejala yang sesuai di daerah yang terganggu. Stroke merupakan penyebab
kematian ketiga tertinggi setelah penyakit jantung dan kanker di dunia.Pada tahun
menurunkan insiden dan angka kematian akibat stroke. Dengan adanya faktor
resiko akan memperparah kondisi pasien apabila faktor resiko tidak dapat diobati
atau ditangani dengan baik.2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. HS
Umur
: 69 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Ampenan
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Mantan Supir
No RM
: 57 52 34
MRS
: 12 Maret 2016
Tanggal Pemeriksaan
: 14 Maret 2016
B. SUBJECTIVE (HETEROANAMNESIS)
Keluhan Utama: Lemah badan bagian kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUP NTB dengan keluhan tiba-tiba mengalami
lemah badan bagian kanan saat pasien sedang jalan-jalan 2 hari yang lalu (12
Maret 2016 pukul 10.00 WITA). Pasien benar-benar tidak bisa menggerakan
badan bagian kanan atau anggota gerak kanannya. Sebelum paisen mengalami
lemah badan ini, pasien sempat terjatuh dan masih sadar. Beberapa saat setelah
keluhan lemah badan (1 menit), muncul keluhan bibir mencong ke kanan dan
bicara pelo, disertai nyeri pada seluruh daerah kepala rasanya seperti ditindih
beban berat. Nyeri kepala ini juga bersifat hilang timbul, nyeri kepala dapat
timbul 4 kali dalam sehari dan durasi nyeri 5 menit. Pasien juga sering gelisah
saat tidur. Riwayat tidak sadarkan diri, mual muntah, kejang, demam, gangguan
penglihatan dan riwayat trauma disangkal. BAK dan BAB dalam batas normal.
Riwayat Pengobatan :
Tidak ada diberikan pengobatan sebelum ke IGD RSUP NTB.
Riwayat Pribadi dan Sosial :
Pasien merupakan seorang mantan supir pribadi 2 tahun yang lalu. Saat ini
pasien tidak bekerja. Pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum kopi.
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal.
C. OBJECTIVE
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
-
Keadaan umum
Kesadaran / GCS
Vital sign
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi nafas
: Lemah
: E4VxM6
:
: 170/90 mmHg
: 70 kali/menit, regular, kuat angkat
: 20 kali/menit
: 36,5 C
Suhu
Status Lokalis
Kepala
-
: normal
: (-)
: (-)
Sianosis
: (-)
Thorax
1. Inspeksi:
- Bentuk & ukuran: normal, simetris antara sisi kiri dan kanan
- Pergerakan dinding dada simetris, jejas (-), kelainan bentuk dada (-), ictus
cordis tidak tampak
2. Palpasi:
- Trakea: deviasi (-)
- Pengembangan dada simetris
- Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-)
- Gerakan dinding dada: simetris
3. Pulmo
:
- Perkusi
: sonor pada seluruh lapang paru
5
- Auskultasi
4. Cor
:
- Perkusi
-
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Akral hangat :
+
Edema
Status Neurologis
-
GCS
Kepala
: E4VxM6
: Posisi normal dan penonjolan(-)
Nervus Cranialis
N. I (olfaktorius)
: tde
N. II (optikus)
Ketajaman penglihatan
Lapang pandang
Funduskopi
OD
3/60
Sesuai pemeriksa
Tde
OS
3/60
Sesuai pemeriksa
Tde
N. III, IV danVI
: (-/-)
Exophthalmus
: (-/-)
: orthoforia ODS
o Pupil
Ukuran/bentuk
: 3 mm / bulat
Isokor/anisokor
: isokor
Refleks cahaya
Paresis ke arah
: (-)
Nistagmus
: (-)
N. V (Trigeminus)
o Sensibilitas :
N. V1 :normal, simetris
N. V2 : normal, smetris
N. V3 : normal, simetris
o Motorik
: normal
o Reflek masseter
: +2/+2
o Refleks kornea
N. VII (Fasialis) :
Motorik
: +/+
Istirahat
gerakan
mimic
M. frontalis
dextra
Sinistra
Normal
Normal
Sde
Sde
M. orbicularis Okuli
dextra
sinistra
Normal
Normal
Sde
Sde
M .orbikularisOris
dextra
sinistra
Deviasi ke kanan
Sde
N. VIII (Auditorius)
o Pendengaran
: kesan normal
o Tes Rinne/Weber
: tde
o Fungsi vestibularis
: tde
: tde
7
o Refleks menelan/muntah
: tde
: sde
N. XI (Accecorius)
o Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : normal
o Mengangkat bahu
: normal
N. XII (Hypoglosus)
o Deviasi lidah :(+) ke arah kiri (saat istirahat)
o Fasikulasi
: -
o Atrofi
: -
o Tremor
: -
o Ataksia
: -
Meningeal sign
Leher
o Kaku kuduk
: (-)
o Kernig sign
: (-)
Kelenjar limfe
Arteri carotis
o Palpasi
o Auskultasi
: bruit (-)
Kelenjar tiroid
: struma (-)
Abdomen
: (+)
Kolumna Vertebralis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: nyeri (-)
Ekstremitas
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus Otot
Bentuk Otot
Superior
Dextra
Pasif
1
Normal
Normal
dextra
Pasif
1
Normal
Normal
sinistra
Aktif
5
Normal
Normal
Refleks Fisiologis
o Biceps
: +2/+2
o Triceps
: +2/+2
o Patella
: +2/+2
o Achilles
Inferior
Sinistra
Aktif
5
Normal
Normal
: +2/+2
Refleks Patologis
o Hoffman
:
o Trommer
:
o Babinsky
:
o Chaddock
:
o Gordon
:
o Schaefer
:
o Oppenheim
(+/+)
(+/+)
(+/-)
(-/-)
(-/-)
(-/-)
: (-/-)
Sensibilitas
o
Eksteroseptif
:
Nyeri
Suhu
Rasa sikap
Nyeri dalam
- Fungsi kortikal :
o Diskriminasi : tde
o Stereognosis : tde
: tde
: tde
: tde
: tde
Gangguan Koordinasi
o Tes jari hidung
: tde
: tde
o Tes tumit
: tde
: tde
Gangguan Keseimbangan
o Romberg
: tde
Gait
: tde
: Sde
o Intelegensia
: Sde
o Fungsi bicara
10
11
E. PLANNINGTERAPI
a. Farmakologi
o IVFD RL 20 tpm
o Manitol 100cc/6jam
o Syring pump Nikardipin 5mg/jam (iv)
o Inj. Citicolin 250 mg/12 jam (iv)
o Inj. Santegesik 1 ampul /10 jam (iv)
o Inj. Omeprazole 1 ampul /12 jam (iv)
b. Non farmakologi
o Bedrest, head up 30
o Diet TKRP
o Pasang DC
o Pasang NGT
o Rehabilitasi medik post stroke
o Mobilisasi bertahap bila hemodinamik baik
Monitoring
Keluhan, tanda vital, GCS, status neurologis
Prognosis
-
Ad vitam
Ad funcionam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
F. PENUNJANG
-
Hasil Pemeriksaan
15,2 g/dL
45,0 %
87,5 fL
29,6 pg
33,8 g/dL
14,43 x 103 /uL
345 x 103 /uL
134 mgl/dl
0,8 mgl/dl
67 mgl/dl
38 mgl/dl
37 mgl/dl
Nilai Rujukan
L 13,0 -18,0
L 40,0 50,0
82,0 92,0
27,0 31,0
32,0 37,0
4,0 11,0
150 400
<160
0,6-1,1
10-50
<40
<41
12
13
: Meragukan
14
Penurunan kesadaran
: (-)
Nyeri kepala
: (+)
Babinski
: (+)
Pada kasus ini, berdasarkan Skor Stroke Siriraj didapatkan skor -1 yang
artinya masih dibutuhkan pemeriksaan CT scan untuk mendukung kecurigaan
sroke hemoragik pada kasus ini hasi CT scan menunjukan adanya perdarahan
intrakranial. Berdasarkan Skor Gadjah Mada didapatkan interpretasi hasil yang
mengarah ke stroke hemoragik.
Pada kasus ini gejala menonjol yang muncul adalah gejala motorik yaitu
lemahnya anggota gerak kanan. Sedangkan sensorik masih baik yaitu pasien
masih dapat merasakan rangsangan nyeri dan raba halus. Fungsi motorik tubuh
secara anatomis terbagi menjadi upper motor neuron dan lower motor neuron.
Bila terdapat gangguan motorik dapat dibedakan secara klinis antara UMN dan
LMN. Kelemahan anggota gerak terjadi pada gangguan UMN maupun LMN,
namun pada UMN tonus meningkat, hiper reflek, atrofi (-) dan ditemukannya
adanya reflek patologis sedangkan pada gangguan LMN terjadi hipotonus, reflek
fisiolgis (-), atrofi (+) dan refelek patologis (-). Sesuai dengan hal tersebut maka
pada kasus ini lebih mengarah pada gangguan UMN yaitu adanya kelemahan
anggota gerak, reflek fisiologis (+), refelek patologis (+) dan atrofi (-).
UMN memiliki susunan piramidalis dan ekstrapiramidalis, terdapat juga
perdaan diantara keduanya bila terjadi gangguan yang dapat dilihat pada tabel
berikut
piramidal
ekstrapiramidal
Sifat hipertonia
Clasp knife
Otot yang
hipertonik
15
Gerakan
involuntar
Tak ada
Reflek tendon
meningkat
Tidak ada
Reflek babinski
ada
Tidak ada
kelumpuhan
ada
16
menuju sisi lesi. Pada pemeriksaan tidak didapatkan atrosi dan fasikulasi sehingga
parese N. XII ini termasuk tipe UMN. Jadi dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami parese N. VII tipe UMN dan N. XII.
Tatalaksana pada kasus ini dapat dilakukan secara konservatif apabila PIS
dengan perdarahan kecil (<10cc) atau defisit neurologis minimal,
pasien PIS dengan GCS 4; kecuali pasien perdarahan serebellar
disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk life saving.
Volume perdarahan pada kasus ini dapat dihitung dengan
metode Broderick (p x l x jumlah irisan positif pada CT Scan)/2,
sehingga pada kasus ini didapatkan volume perdarahan 10cc
sehingga tatalaksananya adalah konservatif yaitu evaluasi ABCD,
tangani Hipertensi dan menangani kenaikan tekanan intrakranial.
Pada kasus ini pasien diberikan manitol 100cc/6jam karena terdapat
gejala tanda peningakatan TIK yaitu nyeri kepala, selain itu pasien juga diberikan
santagesik untuk keluhan tersebut. Pemberian manitol yang tepat adalah 0,25-1
g/kg bolus, dilanjutkan dengan 0,25-0,5 g/kg diulang setiap 4-6
jam sekali. Untuk pemberian antihipertensi diberikan nikardipin
5mg/jam.
17
saat ini masih memberikan manfaat pada stroke akut. Penggunaan citicolin pada
stroke dengan dosis 2x1000 mg IV selama 3 hari dan dilanjutkan dengan oral
2x1000 mg selama 3 minggu. Untuk menghindari komplikasi peptic ulcer pada
pasien stroke diberikan omeprazole 1 ampul /12 jam .
Prognosis untuk pasien kasus ini dengan menggunakan skor ICH adalah
sebagai berikut:
GCS + Usia + lokasi + ada tidaknya IVH + volume perdarahan
= 0+ 0 + 0 +0 + 0
=0
Prognosis risiko mortality bila skor 0 adalah 0%
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke didefinisikan sebagai perubahan tanda klinis yang berkembang
cepat (mendadak) akibat gangguan fungsi otak baik secara fokal (atau global),
berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, yang
disebabkan oleh kelainan peredaran darah otak. Definisi tersebut menegaskan
bahwa transient ischemic attack (TIA) yang berlangsung kurang dari 24 jam, dan
pasien dengan gejala stroke yang disebabkan oleh perdarahan subdural, tumor,
keracunan, atau trauma tidak termasuk dalam arti stroke.2
Stroke meurut patologinya dapat dibagi menjadi
1. Stroke Infark
a. Stroke Infark Trombotik
b. Stroke Infark Emboli
2. Stroke Perdarahan
a. Stroke perdarahan intraserebral
b. Stroke perdarahan subaraknoid2
A. STROKE ICH (INTRACEREBRAL HEMORRHAGE)
1. Definisi dan Epidemiologi
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular
intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Perdarahan intraserebral (PIS)
di Amerika terjadi sekitar 10% hingga 15% dari kejadian stroke. Insidensinya 1020 kasus per 100.000 penduduk, dan meningkat seiring bertambahnya usia. Sering
terjadi pada laki-laki. Mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat
dari pada stroke iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang
mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya. Selain itu ada sekitar 40-80%
akhirnya meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50%
meninggl pada 48 jam pertama.2
19
2. Etiologi
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu:3
hati,
komlikasi
obat
trombolitik
atau
anti
koagulan,
20
3. Faktor resiko
Faktor yang berperan dalam meningkatkan resiko terjadinya stroke
hemoragik dijelaskan dalam table berikut :6
Faktor Resiko
Umur
Hipertensi
Seks
Riwayat
keluarga
Diabetes
mellitus
Penyakit jantung
Keterangan
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk stroke.Sekitar 30%
dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70%terjadi pada mereka yang 65 ke
atas. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk setiap 10 tahun di atas 55
tahun.
Risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik hipertensi. Hal ini berlaku
untuk kedua jenis kelamin, semua umur, dan untuk resiko perdarahan,
atherothrombotik, danstroke lakunar, menariknya, risiko stroke
padatingkat hipertensi sistolik kurang dengan meningkatnya umur,
sehingga ia menjadi kurang kuat, meskipunmasih penting dan bisa diobati,
faktor risiko ini pada orang tua.
Infark otak dan stroke terjadi sekitar 30% lebih sering pada laki-laki
berbanding perempuan, perbedaan seksbahkan lebih tinggi sebelum usia
65.
Terdapat lima kali lipat peningkatan prevalensi stroke antara
kembarmonozigotik dibandingkan dengan pasangan kembar laki-laki
dizigotik yang menunjukkan kecenderungan genetik untuk stroke. Pada
1913 penelitian kohort kelahiran Swedia menunjukkan tiga kali lipat
peningkatan kejadian stroke pada laki-laki yang ibu kandungnya
meninggal akibat stroke, dibandingkan dengan laki-laki tanpa riwayat ibu
yang mengalami stroke. Riwayat keluarga juga tampaknyaberperan dalam
kematian stroke antara populasi Kaukasia kelas menengah atas di
California.
Setelah faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan, diabetes
meningkatkan risiko stroke tromboemboli sekitar dua kali lipat hingga tiga
kali lipat berbanding orang-orang tanpa diabetes. Diabetes dapat
mempengaruhi individu untuk mendapat iskemia serebral melalui
percepatan aterosklerosis pembuluh darah yang besar, seperti arteri
koronari, arteri karotid atau dengan, efek lokal pada mikrosirkulasi
serebral.
Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun memiliki lebih dari
dua kali lipat risiko stroke dibandingkan dengan mereka yang fungsi
jantungnya normal.
Penyakit Arteri koroner
:
Indikator kuat kedua dari keberadaan penyakit difusvaskular aterosklerotik
dan potensi sumberemboli dari thrombi mural karena miocard infarction.
Gagal Jantung kongestif, penyakit jantung hipertensi:
Berhubungan dengan meningkatnya kejadian stroke
Fibrilas iatrial :
Sangat terkait dengan stroke emboli dan
fibrilasi
atrial
21
Merokok
Peningkatan
hematokrit
Peningkatan
tingkat
fibrinogen
dan kelainan
ssstem
pembekuan
Penyalahgunaan
obat
Hiperlipidemia
Kontrasepsi oral
Lainnya :
Berbagai lesi jantung lainnya telah dikaitkandengan stroke, seperti prolaps
katup mitral, patent foramen ovale, defek septum atrium, aneurisma
septum atrium,dan lesi aterosklerotik dan trombotik dari ascending aorta.
Beberapa laporan, termasuk meta-analisis angkastudi, menunjukkan
bahwa merokok jelasmenyebabkan peningkatan risiko stroke untuk segala
usia
dan
kedua jenis kelamin, tingkat risiko berhubungan denganjumlah batang
rokok yang dihisap, dan penghentianmerokok mengurangi risiko, dengan
resiko kembali seperti bukan perokok dalam masa lima tahun setelah
penghentian.
Penigkatan viskositas menyebabkan gejala stroke ketikahematokrit
melebihi 55%. Penentu utama viskositas darah keseluruhan adalah dari isi
sel darah merah; plasma protein, terutamanya fibrinogen, memainkan
peranan penting. Ketika meningkat viskositas hasil daripolisitemia,
hyperfibrinogenemia, atau paraproteinemia, biasanya menyebabkan gejala
umum, sepertisakit kepala, kelesuan, tinnitus, dan penglihatan
kabur.Infark otak fokal dan oklusi vena retina jauhkurang umum, dan
dapat mengikuti disfungsi trombosit akibattrombositosis. Perdarahan
Intraserebral dan subarachnoidkadang-kadang dapat terjadi.
Tingkat fibrinogen tinggi merupakan faktor risikountuk stroke trombotik.
Kelainan sistem pembekuan darah juga telah dicatat, seperti antitrombin
III dan kekurangan protein Cserta protein S dan berhubungan dengan vena
thrombotic.
Obat yang telah berhubungan dengan stroke termasuk methamphetamines,
norepinefrin, LSD, heroin, dankokain. Amfetamin menyebabkan sebuah
vaskulitis nekrosisyang dapat mengakibatkan pendarahan petechial
menyebar, ataufokus bidang iskemia dan infark. Heroin dapat timbulkan
sebuah hipersensitivitas vaskular menyebabkan alergi . Perdarahan
subarachnoid dan difarction otak telah dilaporkan setelah penggunaan
kokain.
Meskipun tingkat kolesterol tinggi telah jelasberhubungan dengan
penyakit jantung koroner, mereka sehubungan denganstroke kurang jelas.
Peningkatan kolesterol tidak muncul untuk menjadi faktor risiko untuk
aterosklerosis karotis, khususnya pada laki-laki di bawah 55 tahun.
Kejadian
hiperkolesterolemia
menurun
dengan
bertambahnya
usia.Kolesterol berkaitan dengan perdarahan intraserebral atau perdarahan
subarachnoid. Tidak adahubungan yang jelas antara tingkat kolesterol
daninfark lakunar.
Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkanmeningkatkan risiko stroke pada
wanita muda. Penurunan kandungan estrogen menurunkan masalah
ini,tetapi tidak dihilangkan sama sekali. Ini adalah faktor risiko paling
kuat pada wanita yang lebih dari 35 tahun .Mekanisme diduga
meningkatkoagulasi, karena stimulasi estrogen tentang produksi protein
liver, atau jarang penyebab autoimun
22
Diet
Konsumsi alkohol :
Ada peningkatan risiko infark otak, danperdarahan subarakhnoid dikaitkan
denganpenyalahgunaan alkohol pada orang dewasa muda. Mekanisme
dimanaetanol dapat menghasilkan stroke termasuk efek pada
darahtekanan, platelet, osmolalitas plasma, hematokrit,dan sel-sel darah
merah. Selain itu, alkohol bisa menyebabkanmiokardiopati, aritmia, dan
perubahan di darah aliran otakdan autoregulasi.
Kegemukan
:
Diukur dengan berat tubuh relatif atau body massindexs, obesitas telah
secara konsisten meramalkan berikutnya stroke. Asosiasi dengan stroke
dapat dijelaskansebagian oleh adanya hipertensi dan diabetes.Sebuah berat
relatif lebih dari 30% di atas rata-ratakontributor independen keatherosklerotik infark otak berikutnya.
Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebralmelalui
pengembangan perubahan inflamasi dalamdinding pembuluh darah. Sifilis
meningovaskular dan mucormycosis dapat menyebabkan arteritis otak dan
infark.
Infeksi
4. Patogenesis
Faktor
risiko
PIS
adalah
hipertensi,
merokok,
minum-minuman
beralkohol, dan faktor genetik tertentu.2 PIS dapat terjadi di semua parenkim otak,
namun daerah yang tersering terkena adalah korteks, ganglia basalis, capsula
interna, thalamus, brainstem, dan cerebellar. Perdarahan biasanya berhenti cepat
setelah kejadian, akan tetapi pada sebagian kecil pasien hematom dapat terus
berlanjut. Sekali terbentuk hematom, edema otak vasogenik terbentuk di sekitar
clot dan secara osmotik serum protein akan keluar dari hematom. Edema
umumnya akan mencapai puncak dalam waktu 48 jam dan mengalami resolusi
dalam 5 hari.2
PIS pada pasien hipertensi, darah berasal dari bifucartio arteri yang kecil
dan bercabang-cabang yang mengalami scar dan degenerasi. Letak perdarahan
umumnya di struktur otak bagian dalam.
23
Efek to
5. Gejala klinis
Pada PIS yang akut dijumpai:2
1. Onset akut dari defisit neurologis fokal yang memberat
sampai koma dalam menit sampai jam.
2. Nyeri kepala, mual, muntah.
3. Pada nonhipertensi terdapat anamnesa demensia pada
usia tua curiga faktor CAA.
4. Riwayat
penggunaan
obat
antikoagulan
atau
trombolitik.
5. Riwayat kejang ataupun bruit cranial curiga suatu sebab
malformasi vascular.
Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan
perdarahan intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke
iskemik, hipertensi biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau
koma lebih umum pada stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik.
24
Orang
mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu atau
hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual,
muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam
beberapa detik untuk menit.5
b. Perdarahan Subaraknoid
25
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang
disebut sakit kepala halilintar)
Penglihatan ganda
meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam
koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan
mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi
tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan.5
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak
mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher
kaku serta sakit kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang.4
Sekitar
25%
dari
orang
yang
mengalami
gejala-gejala
yang
menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama.
26
dalam
otak,
peningkatan
tekanan
dalam
tengkorak.
kebingungan,
mual,
dan
muntah-muntah
dan
dapat
Kemudian,
jaringan otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti
pada stroke iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip
dengan
stroke iskemik, seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu sisi
tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan
koordinasi terganggu.
27
6. Diagnosis
Secara umum untuk membedakan apakah stroke perdarahan atau strok
iskemik dapat dilakukan dengan menghitung siriraj skor berikut :
Skor Stroke Siriraj
Gejala/tanda
Derajat
Kesadaran
Vomitus
Nyeri kepala
Tekanan darah
Penilaian
Indeks
Somnolen
X 2,5
(2) Sopor/koma
(0) Tidak ada
1
Ada
Ada
Diastolik
X2
X2
X 0,1
X3
pembuluh darah.
Skor >1
: Perdarahan Supratentorial
Skor -1 s.d 1 : perlu CT-Scan
Skor < -1
: Infark Serebri
28
7. Terapi1,2
bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila
hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen1-2
liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah.Jika perlu, dilakukan
intubasi.Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari
penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter
intermiten).Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 15002000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau
salin isotonik.Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika
didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui pipa
nasogastrik.1,2
Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik
220 mmHg, diastolik 120 mmHg, Mean Arterial BloodPressure (MAP) 130
mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan
infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan
darah maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan: natrium
nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium.1
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan peroral (fenitoin,
karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan
peroral jangka panjang.1
Terapi Konservatif
Terapi konservatif pada pasien PIS adalah pasien PIS
29
sistolik
180-220
mmHg
atau
American
Heart
Association
tentang
Kejang
Pada kejang status; pada saat kejang diberikan injeksi
diazepam bolus lambat intravena 5-20 mg, diikuti oleh
fenitoin
loading
dose
15-20
mg/kg/menit
dengan
30
pemeliharaan
mg/kg/hari.
Apabila
kejang
tidak
yang
besar
pada
jaringan
otak
yang
dapat
berlangsung
dalam
minggu
setelah
30-35)
Menghindari pemberian cairan glukosa/hipotonik
Posisi pasien menghindari penekanan v.jugulare
Pemasangan urine kateter
Mencegah konstipasi
Menurunkan metabolisme dengan membuat
hipotermi
b. Medikamentosa:
- Obat hiperosmolar Manitol dosis 0,25-1 g/kg
bolus, dilanjutkan dengan 0,25-0,5 g/kg diulang
setiap 4-6 jam sekali
Terapi Operatif
Terapi operatif dilakukan pada kasus PIS dengan indikasi :
31
32
Komponen
Tingkat Kesadaran (GCS)
3-4
5-12
13-15
Volume Perdarahan
30 cc
< 30 cc
Perdarahan Ventrikel
Ya
Tidak
Lokasi perdarahan infratentorial
Ya
Tidak
Umur 80 tahun
Ya
Tidak
Total skor ICH
Skor
2
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0-6
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Guideline stroke tahun
2011. Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2011.
2. Margono I.S, Asriningrum, Maacin Abdullah. Buku ajar ilmu penyakit
saraf. Departemen Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Unair.
Surabaya Airlangga University Press. 2011.
3. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
at:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview.
2007.
Hemorrhagic
Stroke.
Available
at:
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html. Access On :
October 1, 2012
6. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New
York. Thieme Stuttgart. 2000.
34