Anda di halaman 1dari 41

Infeksi

Saluran Kemih
(ISK)
Klasifikasi ISK

Infeksi kandung Infeksi


kemih (Sistisis) (Pielonefritis)

Infeksi Uretra Infeksi Prostat


(Uretritis) (Prostatitis)
Pielonefritis
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri
seperti streptococcus fecalis,
pseudomonas aeruginosa, dan
staphilococus aureus (paling umum
adalah Escherichia Coli) pada piala ginjal,
tubulus, dan jaringan interstinal yang
sifatnya akut maupun kronis.

Pielonefritis akut biasanya akan


berlangsung selama 1 sampai 2 minggu.
Etiologi
Akibat dari refluks ureterovesikal, dimana katup
ureterovesikal yang tidak kompeten
menyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke
dalam ureter.

Obstruksi saluran perkemihan meningktkan


kerentanan ginjal terhadap infeksi.

Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi


urine atau infeksi, trauma, infeksi yang berasal
dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan,
ataugangguan metabolic
Tanda dan gejala
1. Demam tinggi sampai menggigil,
2. Nyeri daerah costovertebral menjalar keperut,
3. Malaise (lemas)

Selain tanda dan gejala tersebut, biasanya di


dahului keluhan
1. Urgency dan frekuensi.
2. Disuria (nyeri saat BAK)
3. Rasa panas seperti terbakar waktu berkemih,
4. Urin tampak kering dan berbau menyengat. 

(Prabowo & Pranata, 2014, p. 59)


Faktor risiko terkena Pielonefritis
1. Jenis kelamin:
 Wanita memiliki risiko lebih besar terkena
infeksi ginjal daripada pria. Uretra wanita
lebih pendek daripada pria, sehingga
bakteri menempuh jarak yang tidak terlalu
jauh dari luar hingga mencapai kandung
kemih
2. Penggunaan kateter urin jangka panjang
3. Vesicoureteral reflux
 yaitu adanya aliran kencing yang mengarah
balik ke ginjal.
4. Gangguan pada saluran urin.
 Seperti batu ginjal, kelainan struktur pada
sistem urin atau, pada pria, kelenjar
prostat yang besar
5. Melemahnya sistem imun.
 Kondisi medis yang merusak sistem imun
seperti diabetes dan HIV, meningkatkan
risiko infeksi ginjal.
6. Kebiasaan menahan BAK dalam jangka
waktu lama
7. Obat – obatan
Patofisiologi
Patofisiologi
Secara khas infeksi menyebar melalui kandung kemih masuk
kedalam ureter, kemudian ke ginjal, seperti terjadi pada
refluk vesikoureter.
Refluks vesikoureter dapat terjadi karena kelemahan
konginetal pada tempat pertemuan (junction) ureter dan
kandung kemih.
Bakteri yang mengalir balik kejaringan internal bisa
menimbulkan koloni infeksi dalam tempo 24 hingga 48 jam.
Infeksi dapat pula terjadi karena instrumentasi (seperti
tindakan kateterisasi, sistokopi, atau bedah urologi),
karena infeksi hematogen (seperti pada septicemia atau
endokarditis), atau mungkin juga karena infeksi limfatik.
Pielonefritis ini juga terjadi karena ketidakmampuan
mengosongkan kandung kemih (misalnya pada pasien
neurogenic bladder), statis urine, atau obstruksi urine
akibat tumor, striktur, atau hipertropia prostat benigna.
Pielonefritis Akut
Pielonefritis akut berhubungan dengan
perkembangan abses ginjal, abses perinefrik,
emfisematosus pilonefritis, dan pielonefritis
kronis, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal.

Pielonefritis akut biasanya singkat dan berulang,


baik sebagai kambuhan dari infeksi sebelumnya
yang tidak tuntas atau sebagai infeksi baru.

Infeksinya dapat berkembang menjadi bakteremia


dan urosepsis.
Pielonefritis Kronis
Pienolefritis kronis mungkin terjadi
setelah obstruksi kronis dengan
gangguan kronis.

Akan berkembang perlahan dan biasanya


berhubungan dengan serangan akut
berulang, meskipun klien mungkin
memiliki riwayat pielonefritis akut.
Komplikasi
1. Penyakit ginjal stadium akhir (secara
perlahan mulai hilangnya progesifitas
nefron akibat inflamasi kronis dan
jaringan parut).
2. Hipertensi (meningkatnya tekanan
darah)
3. Terbentuknya batu ginjal (akibat infeksi
kronis disertai organism pengurai urea
yang mengakibatkan terbentuknya batu
ginjal).
Glomerulonefritis
Glomerulonefritis merupakan inflamasi
yang terjadi di glomerulus akibat adanya
reaksi imunologi dan menyebabkan
perubahan pada struktur ginjal.

Inflamasi mengakibatkan terhambatnya


pembuangan zat sisa, garam, dan air dari
aliran darah, yang dapat berujung pada 
komplikasi.
Patofisiologi
Reaksi Ag-Ab bakteri/ virus pada tubuh Fungsi filtrasi

Sirkulasi darah Masuk ke glomerulus

Infiltrasi sel-sel leucocyt pada glomerulus

Perubahan struktur glomerulus

a. Proliferasi seluler glomerulus


AKUT
b. Penebalan membran filtrasi glomerulus KRONIS
c. Terbentuk jaringan parut pada membran basal
d. Penurunan fungsi filtrasi
Akut Kronis

a. Pembengkakan ginjal a. Ginjal mengecil


b. Kongestif ginjal b. Bekas jaringan parut merusak
c. Nyeri pinggang kortek ginjal
d. Hematuria mikroskopik/ c. Tubulus ginjal menjadi
makroskopik jaringan parut
d. Arteri renal menebal

1. Demam
2. Nyeri panggul
3. Malaise
4. Edema pada wajah
5. Nyeri tekan pada CVA
ESRD
6. Hipertensi ringan s/d berat
7. Urine berwarna kuning
kecoklatan
Malaise
Kelelahan
ESRD Edema tungkai, periorbital
Pigmen kulit kuning pucat
Sakit kepala, pusing
Kejang
End Nokturia
Stag Peningkatan iritabilitas
Konfusi
Kidney Anemia
Disease Kardiomegali
Tekanan darah bisa normal / meningkat
Etiologi
Beberapa jenis glomerulonefritis disebabkan
oleh sistem imun yang membentuk antibodi
untuk mengeliminasi bakteri seperti
penyebab infeksi streptokokal. Antibodi
dan antigen membentuk kompleks imun.

Partikulat ini akan mengalir dalam aliran


darah dan menyumbat pada
bagian glomeroli, sehingga menyebabkan
inflamasi dan mencegah ginjal bekerja
seperti biasanya
Glomerulonefritis kronis disebabkan oleh
sifilis, keracunan seperti keracunan
timaah hitam tridion, penyakit amiloid,
trombosis vena renalis, purpura
anafilaktoid dan lupus eritematosus
(Nuari & Widayati, 2017, p. 233).
Gejala
Berbagai gejala glomerulonefritis adalah:
 Terdapat darah dalam urin (hitam, warna berkarat atau
kecoklatan).
 Urin yang berbusa karena terdapat kandungan protein.
 Bengkak pada bagian wajah, mata, siku, kaki, atau perut.

Gejala lainnya adalah:


 Sakit pada bagian perut.
 Darah pada feses atau muntahan.
 Batuk dan nafas yang pendek.
 Diare.
 Urinasi berlebih.
 Demam.
 Rasa sakit yang umum, kaku, dan hilangnya nafsu makan.
 Sakit pada persendian dan otot.
 Mimisan.
Tanda dan Gejala
Menurut Burner & Suddarth dalam Prabowo dan
Pranata (2014) tanda dan gejala dari
glomerulonefritis kronik adalah:
– Sakit kepala
– Demam
– Odem wajah
– Nyeri panggul
– Hipertensi ringan sampai berat
– Nyeri tekan pada seluruh sudut costovertebral
– Proteinuria
– Hematuria
– Oliguria
Klasifikasi
Glomerulonefritis kronis dibagi menjadi :
1. Glomerulonefritis akut
2. Glomerulonefritis kronik
3. Glomerulonefritis sekunder

Glomerulonefritis sekunder
 yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu
glomerulonefritis pasca streptococus, dimana kuman
penyebab tersering adalah streptococus beta
hemolitikus grup A yang nefritogenik terutama
menyerang anak pada masa awal usia sekolah.
 Glomerulonefritis pasca streptococus datang dengan
keluhan hematuria nyata, kadang-kadang disertai
sembab mata atau sembab anakarsa dan
hipertensi (Nuari & Widayati, 2017, p. 159).
Komplikasi
Menurut Nuari & Widayati, (2017) komplikasi
glomerolunefritis diantaranya:
1. Anemia
 Yang timbul karena adanya hiperfolemia disamping
sintesis eritropoetik yang menurun).

2. Oliguria sampai anuria


 Yang dapat berlangsung 2-3 hari.
 Terjadinya sebagian akibat berkurangnya filtrasi
glomerulus.
 Gambaran seperti insufisien ginjal akut dengan urenia,
hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia.
 Walau oliguria atau anoria yang lama jarang terdapat
pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis
teritonium kadang-kadang diperlukan.
3. Ensefalopati hipertensi
 Merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan,
pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini
disebabkan sepasme pembuluh darah lokal
dengan anoksia dan edema otak.

4. Gangguan sirkulasi
 Berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki
basah, pembesaran jantung dan meningginya
tekanan darah yang bukan saja disebabkan
spasme pembuluh darah, melainkan disebabkan
juga oleh bertambahnya volume plasma.
Jantung dapat membesar dan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan
kelainan di miokardium.
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis)
Faktor Risiko
Faktor Terjadinya Batu kalsium
Hiperkalsiuria Kadar kalsium Penyebab : adanya gangguan
urine >250-300 pada absorbsi, renal, resorptif
mg/hr
Hiperoksaluria Ekskresi oksalat Gangguan ususs
urine > 45 gr/hr Konsumsi oksalat >>

Hiperurikosuria Kadar asam urat Konsumsi purin >>


dalam urine > 850
mg/24 jam
Hipositraturia Penyakit RTA ( Renal Tubular asidosis)
Pemakaian diuretik golongan thiazide jangka lama

hipomagnesuria Penyakit inflamasi usus ( Inflamatory bowel disease)


Faktor penyebab :
 Urine yang bersifat asam (PH<6)
 Volume urine sedikit (< 2 L/hr), dehidrasi
 Hiperurikosuria  kadar asam urat dlm urine > 850 mg/24
jam
Sifat batu
 Ukuran batu
 Bentuk batu
Pencegahan
 Minum banyak
 Pemeriksaan pH urine
Pemeriksaan kadar asam urat
Batu Buli (Vesikolithiasis)
Sering pada pasien :
 Gangguan miksi  BPH, striktur uretra, divertikel
buli, buli neurogenik
 Benda asing di buli  kateter jangka lama
Asal  batu ginjal atau ureter  buli
Manifestasi Klinis
Khas  gejala iritasi
Nyeri suprapubik
Sifat nyeri  refered pain ( ujung penis, skrotum,
perinium, pinggang, sampai kaki)
Jika batu berada di pangkal uretra  aliran miksi
dapat berhenti tiba-tiba  lancar kemabli setelah
perubahan posisi
Pemeriksaan fisik
Nyeri tekan suprapubik
blader terasa penuh
Pemerikasaan Penunjang
Pemeriksaan Urine :
 Leukosituria, hematuria, kristal pembentuk batu
 Bakteriuri (nitrit) Ph urine
 Kultur urine
Pemeriksaan Darah :
 Hemoglobin
 Leukosit
 Ureum & kreatinin
 Asam urat
USG
CT Urografi tanpa kontras
Tatalaksana
Tujuan :
1. Mengurangi nyeri
2. Menghilangkan batu
3. Mencegah pembentukan batu berulang
Tindakan :
1. Terapi konservatif / medikamentosa
2. Endoneurologi
3. ESWL ( Extracorporeal Shockwave lithotripsy)
4. Pembedahan
Terapi Konservatif / medikamentosa
Ukuran batu < 5 mm  batu keluar spontan
Tujuan  mengurangi nyeri, memperlancar aliran
urine (+ diuretikum), minum banyak

Anda mungkin juga menyukai