Anda di halaman 1dari 43

PROSES

KEPERAWATAN
TUBERCULOSIS
Dwi Uswatun Khasanah, S.Kep, Ns, M.Kep
SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 87 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan utama batuk
produktif dan kelelahan. Awalnya, batuknya tidak produktif, tetapi sekarang sudah produktif
dengan dahak kental dan bernanah yang terkadang bercampur darah. Keluarga pasien
melaporkan pasien mengalami penurunan BB sebanyak 3,5 kg dalam 4 bulan, dispnea saat
aktivitas, batuk lebih dari 2 minggu, berkeringat pada malam hari,dan anoreksia. Tanda vital:
suhu 37,50C, nadi 108 kali/menit, respirasi 26 kali/ menit, dan tekanan darah 138/86 mm Hg.
Tes tuberkulin TB dilakukan di puskesmas seminggu lalu hasilnya 6 mm. Pemeriksaan sputum
menunjukkan adanya basil tuberkulum aktif, dan rontgen dada positif TB. Auskultasi bunyi
nafas menunjukkan adanya ronki di bagian kanan bawah paru-paru. Pasien mengatakan "Saya
tidak mengerti mengapa saya tidak bisa bernapas dengan baik"
PENDAHULUAN
• Tuberkulosis merupakan salah satu dari 10 penyakit
menular yang menyebabkan kematian terbanyak di dunia.
Lebih besar dibandingkan HIV/AIDS setiap tahunnya
• Indonesia masuk ranking ketiga kasus penderita
Tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia, setelah India dan
China
• Pemerintah memiliki target pengurangan pada tahun
2030 menuju ke bebas Tuberkolosis
SITUASI TBC DI INDONESIA

Situasi TBC di Indonesia tahun 2018 (data per 1 Mei 2019)

sumber : https://tbindonesia.or.id/informasi/tentang-tbc/situasi-tbc-di-indonesia-2/
DEFINISI

Tuberkulosis paru (TB) adalah infeksi pada jaringan


paru-paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis ditandai dengan pembentukan infiltrat paru,
pembentukan granuloma dengan kaseasi, fibrosis, dan
kavitasi.
M. tuberculosis, adalah bakteri aerobik tahan asam
yang tumbuh perlahan dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet.
KLASIFIKASI TBC
(menurut The American Thoracic Society, 1981)

• Kelas 0.Tidak ada kontak, tidak ada infeksi, tidak menderita TBC
• Kelas 1.Ada riwayat kontak, tidak ada bukti infeksi, tidak menderita TBC
• Kelas 2. Terinfeksi TBC/tes tuberkulin (+) tetapi tidak menderita TBC (gejala
TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif)
• Kelas 3.Ada penyakit dan aktif secara klinis.
• Kelas 4.Ada penyakit tapi tidak aktif secara klinis.
• Kelas 5.Ada penyakit yang dicurigai tetapi diagnosisnya masih tertunda
PATOFISIOLOGI

Pada tuberkulosis paru, basil tuberkulosis dihirup ke dalam paru-


paru. Terjadinya infeksi terjadi tergantung pada kerentanan inang,
virulensi basil tuberkulosis, dan jumlah basil yang dihirup.
Tuberkulosis tidak selalu menular sekali paparan. Untuk menginfeksi
diperlukan paparan basil dalam waktu lama. Sistem kekebalan
mampu melawan basil dan mencegah berkembang penyakit.
Next ..
Setelah terhirup dalam jumlah yang cukup, basil tuberkulosis menyebabkan
respons inflamasi di dalam alveoli paru-paru. Nodul kecil yang disebut tuberkel
primer, mengandung basil tuberkulosis, terbentuk di jaringan paru-paru. Dalam
upaya untuk mengisolasi tuberkel primer, tubuh membentuk permukaan
berserat yang melapisi setiap tuberkel. Permukaan berserat ini mengganggu
suplai darah dan nutrisi ke tuberkel. Kemudian tuberkel menjadi kalsifikasi dan
disebut tuberkulum Ghon.
Next ...
Seiring waktu bagian dalam tuberkel menjadi lembut dan seperti keju
sebagai akibat dari penurunan perfusi, suatu proses yang dikenal
sebagai caseation (pengkejuan).
Nekrosis mencair, dimana jaringan mati berubah ke keadaan cair atau
semi-cair, cairan ini lalu dibatukkan. Terbentuklah sebuah rongga di
lokasi di mana tuberkel primer mencair dan pecah dan disebut kavitasi.
MANIFESTASI KLINIS TBC
• Gejala Utama
– Batuk terus menerus lebih dari 3 minggu
• Gejala lainnya
– Demam ringan yang berulang lebih dari 2 minggu
– berkeringat pada malam hari meskipun tanpa melakukan kegiatan
– nafsu makan menurun, berat badan menurun
– sesak nafas saat aktivitas, kelelahan, nyeri dada
– kadang dahak bercampur darah (hemoptisis)
– Kelenjar getah bening membesar
PENULARAN TBC
• Penularan TBC melalui udara dari percikan dahak pasien
TBC saat bersin atau batuk.
– Jika udara yang mengandung kuman TBC tadi terhirup kita maka
terdapat kemungkinan terinfeksi TBC namun tidak selalu kita akan
sakit TBC, bisa jadi kuman tersebut tidur (dormant) dalam tubuh
kita. Kuman tidur tidak membuat kita sakit dan tidak menularkan
ke orang lain. Jika daya tahan tubuh menurun kuman TBC yang
tidur ini menjadi aktif dan memperbanyak diri, maka kita menjadi
sakit TBC

• TBC tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien


yang sudah dibersihkan (dicuci dengan sabun sampai
bersih) seperti peralatan makan, pakaian, tempat tidur
yang digunakan oleh pasien TBC
MENCEGAH PENULARAN INDIVIDU YANG BERISIKO
TBC SAKIT TBC
• Minum obat teratur • Anak–anak dan Lansia
• Perokok, pemakai narkoba
• menutup mulut saat batuk/ • Orang kontak erat dengan
bersin penderita TBC: petugas kesehatan,
• tidak membuang dahak anggota keluarga serumah
• Malnutrisi
sembarangan • Seseorang yang tinggal di daerah
• ventilasi udara yang baik padat
• Seseorang dengan kekebalan
terganggu : Penderita HIV/AIDS,
DM, kanker
PEMERIKSAAN TBC
• Sputum diuji untuk mengetahui keberadaan basil tahan asam. Sputum
diambil saat pagi hari untuk mencegah kontaminasi spesimen dengan
makanan dan cairan. Spesimen dikumpulkan 3 hari berturut-turut (sewaktu-
pagi-sewaktu) dan hasil tes basil tahan asam positif menunjukkan diagnosis
positif TBC.
• Rontgen dada dapat mengungkapkan adanya tuberkel primer, lesi kalsifikasi,
dan kavitasi di paru-paru.
Next
• Tes Mantoux
– Tes Mantoux adalah metode skrining yang disukai untuk TB. Turunan protein yang
dimurnikan dari basil tuberkel mati 0,1 mL disuntikkan secara intradermal di lengan
bawah bagian dalam. Pemeriksaan dievaluasi dengan mengukur luas indurasi
(pembengkakan teraba) yang terjadi 48 dan 72 jam setelah injeksi. Area yang memerah
tanpa indurasi tidak dianggap positif. Reaksi positif jika area indurasi 10 mm atau lebih,
terjadi 48-72 jam setelah injeksi antigen interdermal. Tes kulit yang positif menunjukkan
klien yang telah terinfeksi dan berkembang antibodi terhadap basil tuberkulum. Jadi klien
perlu mengetahui bahwa tes akan selalu menjadi positif sepanjang hidup klien.
KLASIFIKASI REAKSI TUBERKULIN
Next
• TBC sering terjadi pada orang dengan HIV maka untuk
memastikan pengobatan TBC berhasil, maka setiap
pasien TBC perlu diperiksa HIV (Tes ELISA)
– bila pasien menolak, ulangi penawaran setiap kunjungan
berikutnya
– pasien diminta menandatangani form penolakan
PENATALAKSANAAN TBC
• Medis
– Kebanyakan klien dirawat sebentar di rumah sakit, dengan pengobatan
jangka panjang dilanjutkan di rumah.
– Di rumah sakit
• klien ditempatkan di ruang isolasi dengan tekanan udara negatif (Aliran udara
dikendalikan melalui satu ventilasi dan aliran udara langsung keluar melalui ventilasi
lain dan tidak disirkulasi ulang ke ruangan lain.). Pintu dan jendela kamar klien harus
dijaga ditutup untuk menjaga kontrol aliran udara. Pengasuh harus memakai masker
respirator partikular N95
• Memberikan pengobatan TB dan memastikan bahwa klien meminum obat dan
pengobatan selama periode waktu yang ditentukan (biasanya 6 bulan).
• Pengobatan lini pertama. Agen lini pertama untuk pengobatan tuberkulosis adalah
isoniazid (INH), rifampisin (RIF), etambutol (EMB), dan pirazinamid.
• TB aktif.Untuk kebanyakan orang dewasa dengan TB aktif, dosis yang dianjurkan
termasuk pemberian keempat obat setiap hari selama 2 bulan, diikuti oleh INH dan
RIF selama 4 bulan.
• TB laten.TB laten biasanya diobati setiap hari selama 9 bulan.
• Pedoman pengobatan.Pedoman pengobatan yang direkomendasikan untuk kasus
TB paru yang baru didiagnosis memiliki dua bagian: fase pengobatan awal dan fase
lanjutan.
– Tahap awal.Fase awal terdiri dari beberapa rejimen pengobatan INH, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol dan berlangsung selama 8 minggu.
– Fase lanjutan.Fase pengobatan lanjutan termasuk INH dan rifampisin atau INH
dan rifapentin, dan berlangsung selama 4 atau 7 bulan lagi.
• Isoniazid profilaksis.Pengobatan INH profilaksis melibatkan pengambilan dosis
harian selama 6 sampai 12 bulan.
Obat TBC
• Keperawatan
– Diet
• Klien dengan TBC seringkali mengalami defisit nutrisi. Memperbaiki defisit nutrisi
membantu klien dalam mengatasi proses penyakit.
• Manajemen pola makan didasarkan pada jenis defisiensi
• Diet yang seimbang dianjurkan untuk semua klien dengan TBC.
• Dorong pasien untuk minum yang banyak jika memungkinkan untuk membantu
pengenceran sekret di saluran pernapasan
– Aktivitas
• Aktivitas dibatasi berdasarkan toleransi klien. Klien yang pernafasannya sangat
terganggu dapat beristirahat di tempat tidur. Jika kondisi klien memungkinkan,
dorong klien untuk beraktivitas untuk meningkatkan ekspansi paru dan membantu
menghilangkan sekret. Klien dalam isolasi yang kondisinya memungkinkan dapat
berjalan di lorong, selama masker respirator partikular dipakai oleh klien saat di luar
ruangan.
– Meningkatkan pembersihan jalan napas.
• Perawat menginstruksikan pasien tentang posisi yang benar untuk memfasilitasi
drainase dan meningkatkan asupan cairan untuk meningkatkan hidrasi sistemik.
– Kepatuhan pada rejimen pengobatan.
• Perawat mengajari pasien bahwa TB adalah penyakit menular dan minum obat
adalah cara paling efektif untuk mencegah penularan.
– Mencegah penyebaran infeksi tuberkulosis.
• Perawat dengan hati-hati menginstruksikan pasien tentang penting tindakan higienis
termasuk perawatan mulut, menutupi mulut dan hidung saat batuk dan bersin,
pembuangan tisu yang benar, dan mencuci tangan
– Memantau efek samping obat
PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN TBC

Penanggulangan TBC diselenggarakan melalui kegiatan:


• promosi kesehatan
• surveilans TBC

• pengendalian faktor risiko


• penemuan dan penanganan kasus TBC
• pemberian kekebalan / vaksin BCG

• pemberian obat pencegahan


PENGUMPULAN DATA
• Data Subyektif
– Riwayat kesehatan mencakup pertanyaan tentang adanya tanda dan
gejala TB, seperti keringat malam, dispnea saat beraktivitas atau saat
istirahat pada penyakit lanjut, anoreksia, kehilangan kekuatan otot, dan
kelelahan.
• Data Objektif
– Data obyektif termasuk penurunan berat badan, demam; batuk terus
menerus. Batuknya mungkin tidak produktif di awal penyakit, semakin
lama batuk menjadi produktif menghasilkan dahak yang kental dan
purulen. Akhirnya, hemoptisis. Auskultasi bunyi nafas ronkhi. Di area
kavitas, suara napas berkurang atau tidak ada di area yang terkena.
Observasi Sputum : jumlah, warna, bau, dan konsistensi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN,
NURSING OUT COME DAN NURSING
INTERVENTION
Tanda dan gejala
batuk produktif, batuk tidak efektif; tidak mampu batuk; sputum
berlebih; whezing; ronkhi.

Etiologi
Proses infeksi, sekret yang kental

Masalah:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Diagnosa keperawatan
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF berhubungan dengan (b.d)
ETIOLOGI dibuktikan dengan (d.d) TANDA DAN GEJALA.
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, bersihan jalan nafas meningkat
dengan kriteria hasil:
1. Batuk efektif meningkat
2. Produk sputum menurun
3. Ronkhi menurun
INTERVENSI BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
– Observasi
• Pantau suara napas, kecepatan, ritme, dan kedalaman, dan penggunaan otot aksesori.
• Pantau kemampuan mengeluarkan lendir dan batuk secara efektif; dokumentasikan karakter,
jumlah sputum, adanya hemoptisis.
– Terapeutik
• Tempatkan pasien pada posisi semi atau high-Fowler.
• Bantu pasien dengan latihan batuk dan pernapasan dalam.
• Lakukan suction jika diperlukan
– Edukasi
• Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 mL / hari kecuali ada kontraindikasi.
– Kolaborasi
• Berikan oksigen sesuai advis
• Berikan obat sesuai indikasi:
– Agen mukolitik: asetilsistein (Mucomyst);
– Bronkodilator: oxtriphylline (Choledyl), teofilin (Theo-Dur);
Tanda dan gejala
Dispnea; takipnea; bradispnea

Etiologi
Proses infeksi paru

Masalah
Pola nafas tidak efektif

Diagnosa keperawatan
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF berhubungan dengan ETIOLOGI
dibuktikan dengan TANDA DAN GEJALA
Pola nafas tidak efektif

• Nursing Outcomes Classification (NOC)


– Respiratory Status: Airway Patency
– Respiratory Status: Ventilation
– Energy Conservation
• Nursing Interventions Classification (NIC)
– Airway Management
– Respiratory Monitoring
– Ventilation Assistance
– Energy Management
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pola nafas efektif dengan
kriteria hasil:
1. Frekuensi nafas dalam batas normal

2. Sesak nafas menurun

3. Saturasi oksigen dalam batas normal


INTERVENSI POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
– Observasi
• Monitoring status pernapasan termasuk frekuensi dan kedalaman pernapasan, usaha
pernafasan, suara nafas, tingkat kesadaran, batuk, dan sputum
– Terapeutik
• Berikan posisi semi fowler/ fowler yang paling membantu upaya pernapasan.
• Berikan kegiatan perawatan dengan periode istirahat.
– Edukasi
• Anjurkan aktivitas sesuai toleransi
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi
– Kolaborasi
• Berikan oksigen sesuai pesanan pertahankan SaO2 95% atau lebih besar.
• Berikan obat antituberkular sesuai advis dokter
Tanda dan gejala
PCO2↑ ; PO2↓ ; PH Abnormal; Sianosis, dispnea

Etiologi
Perubahan membran alveolar-kapiler

Masalah
Gangguan Pertukaran Gas

Diagnosa Keperawatan
GANGGUAN PERTUKARAN GAS berhubungan dengan ETIOLOGI
ditandai dengan TANDA DAN GEJALA
GANGGUAN PERTUKARAN GAS
• Nursing Outcomes Classification (NOC)
– Respiratory Status: Gas Exchange.
– Tissue Perfusion: Pulmonary
• Nursing Interventions Classification (NIC)
– Respiratory Monitoring
– Oxygen Therapy
– Airway Management
GANGGUAN PERTUKARAN GAS

TUJUAN
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka pertukaran gas meningkat
dengan kriteria hasil:
1. Tingkat kesadaran komposmentis
2. Dispnea menurun
3. Pola nafas membaik (dalam batas normal)
4. Bunyi nafas tambahan menurun
5. pH membaik (dalam batas normal)
INTERVENSI GANGGUAN PERTUKARAN GAS

• Observasi
– Pantau status pernapasan dan tingkat saturasi oksigenasi secara berkala.
– Pantau warna kulit klien, upaya pernapasan, dan suara paru-paru sesering
mungkin.
– Pantau hasil GDA
• Terapeutik
– Bantu klien untuk meningkatkan posisi Fowler di tempat tidur.
• Edukasi
– Dorong latihan batuk dan pernapasan dalam.
• Kolaboras
– Berikan oksigen dan obat-obatan sesuai pesanan.
Tanda dan gejala
BB 10-20 % dibawah ideal, tidak nafsu makan,penurunan BB

Etiologi
Anoreksia; dispnea; kelelahan

Masalah
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Diagnosa keperawatan
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
berhubungan dengan ETIOLOGI ditandai dengan TANDA DAN
GEJALA
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, ketidakseimbangan nutrisi teratasi
dengan kriteria hasil
• Nafsu makan meningkat

• Nilai laboratorium dalam batas normal


• Berat badan meningkat
Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
– Observasi
• Pantau intake dan out put dan berat badan secara berkala.
• Kaji anoreksia, mual dan muntah, dan kaji kemungkinan korelasi dengan
pengobatan.
• Pantau pemeriksaan laboratorium: BUN, protein serum, dan prealbumin, albumin.
– Terapeutik
• Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah perawatan pernapasan.
– Edukasi
• Anjurkan untuk makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat.
– Kolaborasi
• Konsultasikan dengan ke ahli gizi untuk penyesuaian komposisi makanan.
• Konsultasikan dengan terapi pernapasan untuk menjadwalkan perawatan 1–2 jam
sebelum atau sesudah makan.
Tanda dan gejala
Meminta informasi, kesalahpahaman yg diungkapkan tentang status
kesehatan

Etiologi
Kurangnya paparan informasi; informasi yang diperoleh tidak lengkap/
tidak akurat

Masalah
Kurang Pengetahuan

Diagnosa keperawatan
KURANG PENGETAHUAN berhubungan dengan ETIOLOGI ditandai
dengan TANDA DAN GEJALA
Kurang pengetahuan
• Nursing Outcomes Classification (NOC)
– Knowledge: Disease Process
– Knowledge: Treatment Regimen
• Nursing Interventions Classification (NIC)
– Teaching: Disease Process
– Teaching: Individual
KURANG PENGETAHUAN
TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pengetahuan
pasien akan meningkat dengan kriteria hasil :
• mengungkapkan pemahaman proses penyakit dan
rejimen pengobatan yang dibutuhkan
INTERVENSI KURANG PENGETAHUAN
• Observasi
– Menilai tingkat pengetahuan pasien saat ini tentang TB dan
pengobatannya.
• Terapeutik
– Berikan informasi dalam jumlah kecil dan menggunakan berbagai
pendekatan (mis.,verbal, tertulis, video).
• Edukasi
– Dorong dan berikan waktu bagi pasien untuk mengajukan pertanyaan.
• Kolaborasi
– Melaporkan kepada dokter terhadap tanda dan gejala dari efek
pengobatan yang merugikan yang diungkapkan oleh pasien
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai