Psikologi Klinis
Mata Kuliah : Psikologi Klinis
Kelompok 4:
Psikologi Klinis
Dalam bidang psikologi klinis, identifikasi dan diagnosis gangguan kejiwaan
memainkan peran krusial dalam upaya menyediakan perawatan yang efektif bagi individu
yang mengalami kesulitan mental. Diagnosis yang tepat memungkinkan praktisi untuk
merumuskan rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik pasien. Oleh
karena itu, dalam makalah ini, kami akan menjelajahi kriteria gangguan kejiwaan serta
proses diagnosis yang digunakan dalam praktik psikologi klinis.
1
Nadira Lubis, Hetti Krisnani, & M. Fedryansya, Pemahaman Masyarakat Mengenai Gangguan Jiwa dan
Keterbelakangan Mental, Vol. 2 No. 3 Prosidin KS. Riset & PKM hal. 388
2
Ns. Yosef A.B. M. Kep., dr. Zulfa Z. Sp. KJ., Ns. I Dewa Gede Candra Darma, S.Ke., M. Kep., dkk., Ilmu Keperawatan
Jiwa dan Komunitas, (2022) Bandung: CV. Media Sains Indonesia, hal. 20
tersebut mencakup berbagai aspek, termasuk gejala klinis yang relevan, durasi gangguan,
serta dampak fungsionalnya pada kehidupan sehari-hari individu.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) adalah panduan
standar yang digunakan oleh para profesional kesehatan mental untuk mengklasifikasikan
dan mendiagnosis gangguan mental. DSM menyediakan deskripsi lengkap tentang
berbagai gangguan mental, termasuk kriteria diagnostik yang diperlukan untuk setiap
gangguan. Versi terbaru, DSM-5, adalah edisi terbaru yang mencakup perubahan dan
pembaruan terbaru dalam bidang psikiatri. Manual ini penting karena membantu
memastikan konsistensi dalam diagnosis dan perawatan gangguan mental serta
memberikan kerangka kerja yang penting untuk penelitian dalam bidang kesehatan
mental.
3
Author, Ini Ciri-Ciri Seseorang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental, https://www.halodoc.com/artikel/ini-ciri-
ciri-seseorang-mengalami-gangguan-kesehatan-mental, diakses pada 24, Maret 2024
Diagnosis merupakan proses penamaan atas serangkaian gejala gangguan kejiwaan
yang dialami oleh seseorang. Diagnosis adalah langkah untuk mengidentifikasi serangkaian
gejala yang terkait dengan gangguan jiwa. Meskipun nama gangguan jiwa dapat berubah dan
berkembang seiring waktu, proses diagnosis tetap penting untuk dilakukan. Diagnosis ini
penting untuk keperluan komunikasi ilmiah dan epidemiologis. Menurut Goldman, diagnosis
psikiatri melibatkan beberapa proses, yaitu:
1. Mengorganisir gejala, simtom, dan keluhan subjektif yang dialami klien, bersama dengan
tanda-tanda objektif yang dapat diamati oleh psikolog dari perilaku abnormal yang
terlihat selama pemeriksaan psikiatris. Pemeriksaan ini dilakukan melalui wawancara
klinis dan observasi perilaku.
2. Mengelompokkan sejumlah simtom menjadi sindrom, yang merupakan kumpulan gejala
dan tanda yang dikenal dalam satu istilah.
3. Melakukan pemeriksaan yang lebih spesifik untuk menentukan jenis gangguan mental
yang dihadapi.
4. Menetapkan diagnosis berdasarkan kerangka standar diagnosis multiaksial, baik melalui
DSM maupun PPDGJ.
Goldman menjelaskan bahwa gangguan mental terjadi ketika terjadi penyimpangan dari
pola pikir, perilaku, persepsi, dan emosi yang dianggap sebagai norma sosial, dan dapat
menyebabkan kelemahan sosial. Istilah "gangguan" sering digunakan secara bergantian
dengan "penyakit" dan "sindrom". Gangguan lebih spesifik daripada sindrom karena
penyebabnya telah diketahui, sementara penyakit lebih spesifik karena penyebab dan
perjalanannya telah jelas. Sebagai contoh, Goldman membandingkan alcobal ballucionic
sebagai penyakit dan bipolar sebagai gangguan. Konsep disfungsi juga digunakan untuk
menggambarkan keadaan abnormal, yang mengacu pada fungsi yang tidak aktif atau
terganggu dari kemampuan atau kondisi pada umumnya.4
4
Hikmatun B.N., Psikologi Klinis. 2020. Semarang: Walisongo Press. Hal. 75
1. diagnosis memungkinkan adanya kesepakatan bersama dalam komunikasi. Dengan
menetapkan diagnosis, semua pihak memiliki pemahaman yang seragam mengenai
gangguan tertentu. Misalnya, dengan didiagnosis mengalami depresi, semua pihak, mulai
dari psikolog, dokter, hingga klien dan pemangku kebijakan, memiliki pemahaman yang
sama mengenai gejala dan tanda-tanda yang terkait dengan depresi.
2. diagnosis membantu dalam membangun riset psikopatologi. Praktisi psikologi klinis
dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang suatu gangguan mental melalui
diagnosis. Informasi tersebut dapat menjadi dasar untuk penelitian lanjutan mengenai
faktor risiko, komorbiditas, dan prognosis penyakit.
3. diagnosis membawa kita pada pemahaman tentang etiologi gangguan. Ini mencakup
pemahaman tentang penyebab, pencetus, dan perkembangan gangguan mental.
4. diagnosis menjadi landasan untuk merencanakan intervensi. Dengan pemahaman yang
jelas tentang masalah klien, praktisi dapat menentukan langkah-langkah intervensi yang
tepat. Diagnosis juga membantu dalam membuat prediksi tentang kemungkinan
kesembuhan atau perjalanan penyakit yang dihadapi klien.5
Pada era teknologi kecerdasan buatan (AI) yang berkembang pesat, diagnosis gangguan
mental telah menjadi lebih efisien namun juga dihadapkan pada sejumlah tantangan.
Meskipun AI menawarkan potensi baru dalam diagnosis gangguan mental ada beberapa
tantangan yaitu.
2. Kesulitan dalam mengenali gejala palsu atau gejala yang ditimbulkan oleh faktor lain
Sebagai contoh, beberapa kondisi medis seperti hipotiroidisme atau efek samping
obat-obatan tertentu dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan gangguan
kejiwaan seperti depresi atau kecemasan. Jika gejala palsu ini tidak diidentifikasi
dengan benar, diagnosis gangguan kejiwaan yang sebenarnya bisa terlewatkan, dan
pasien mungkin mendapat pengobatan yang tidak tepat.
5
Ibid..
Misalnya, dalam beberapa budaya, ekspresi gejala gangguan kejiwaan mungkin
berbeda atau dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Hal ini dapat menyebabkan
kesalahan dalam diagnosis jika profesional kesehatan mental tidak memahami
konteks sosial dan budaya pasien secara tepat. Sebagai contoh, gangguan makan
mungkin dianggap sebagai sesuatu yang dianggap wajar dalam suatu budaya tertentu,
sehingga sulit bagi profesional kesehatan mental untuk mengidentifikasinya sebagai
masalah yang perlu diatasi.
4. Peran Manusia dalam Pengembangan AI:
Dalam pengembangan AI di bidang psikologi, manusia harus tetap menjadi pusat
perhatian dan tidak bisa digantikan sepenuhnya oleh teknologi.
5. Tantangan Keamanan dan Privasi Data:
Perlindungan privasi data sangat penting dalam pengembangan AI di bidang
psikologi untuk mencegah penyalahgunaan informasi sensitif.6
6
Gumgum Gumelar, menavigasi Tantangan dan Menciptakan Peluang; Peran Vitl Ilmu Psikologi di Era Kecerdasan
Buatan, Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 12 No. 1 April 2023, hal.1-4
Daftar Pustaka
Gumelar,Gumgum, (2023) Menavigasi Tantangan dan Menciptakan Peluang; Peran Vitl Ilmu Psikologi
di Era Kecerdasan Buatan, Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 12 No. 1 April 2023, hal.1-4
Lubis, N., Krisnani, Hetti, & Fedryansya, Pemahaman Masyarakat Mengenai Gangguan Jiwa dan
Keterbelakangan Mental, Vol. 2 No. 3 Prosidin KS. Riset & PKM hal. 388
Yosef, Ns., Zahra, Zulfa, Darma, Ns.,(2020) Ilmu Keperawatan Jiwa dan Komunitas, Bandung: CV.
Media Sains Indonesia, hal. 20