Perilaku Maladaptif
Perilaku abnormal berdasarkan hal-hal yang menyimpang, baik secara statistik maupun norma
sosial. Kriteria terpenting adalah bagaimana perilaku tersebut berpengaruh pada peribadi
seseorang/ atau kelompok. Oleh karena itu, perilaku abnormal kemudian disebut perilaku
maladaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dngan keadaan), yang memilki dampak yang
merugikan dan membahayakan orang lain atau masyarakat.
Kesusahan Pribadi
Kriteria keempat untuk menilai abnormalitas adalah dari sudut pandang subjektif seseorang dan
bukannya perilaku orang tersebut. Umumnya orang yang didiagnosis menderita sakit jiwa
mengalami penderitaan batin yang akut ; selalu khwatir, batinnya menderita, gelisah, tidak dapat
tidur, nafsu makan hilang, mengalami berbagai macam rasa sakit dan nyeri. Terkadang
penderitaan batin merupakan gejala abnormalitas, dimana perilaku penderita tampak normal-
normal saja bagi orang awam.
yang bersifat akut dan sementara, yang disebabkan oleh peristiwa yang penuh dengan stress;
yang bersifat kronis dan selama-lamanya ;
yang disebabkan oleh penyakit atau kerusakan pada sistem syaraf ;
yang merupakan akibat dari lingkungan sosial yang tidak menguntungkan dan / atau
pengalaman.
Klasifikasi tingkah laku abnormal dan gangguan jiwa berubah dari waktu ke waktu. Klasifikasi
merupakan pemberian suatu nama (label) atau diagnosa nosologis (penentuan penyebab
penyakit) bagi suatu pola tingkah laku abnormal yang disepakati bersama secara profesional.
Henderson dan gillespie (1956) menguraikan beberapa jenis klasifikasi gangguan jiwa sebagai
berikut:
Klasifikasi Psikologis
Didasarkan secara letak dominasi gangguan pada fungsi-fungsi psikologis dikemukakan oleh
Linneaus, Arnold, Pritchard, Heinroth, Bucknill dan Tuke,Zienhen (dalam Henderson
et.Al.1956).
Klasifikasi Fisiologis
Klasifikasi ini didasarkan atas asumsi bahwa prses-proses mental memiliki dasar faali atau
fisiologis. Kesulitan dari klasifikasi ini adalah belum jelasnya proses dan lokasi fisiologis dari
proses- proses mental normal. Tuke, Maynart, Wernicke (dalam Henderson et.al.1956)
mengemukakan sistem klasifikasi sebagai berikut.
Klasifikasi Mutakhir
Kini telah ada klasifikasi gangguan jiwa baru yang diberi nama Diagnostic and Stastitica Manual
For Mental Disorders atau DSM III dan DSM IV yang dibuat oleh American Psychiatric
Association (APA). Berbeda dengan DSM I dan DSM II, maka pada DSM III dan DSM IV dasar
klasifikasi gangguan jiwa diperluas. Semula DSM hanya memperhatikan satu dimensi yaitu
dimensi simtom klinis yang dinyatakan dalam Axis 1. Kini DSM yang telah memasuki versi IV
revised, memperhatikan 5 dimensi.
Di Indonesia yang digunakan adalah PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan
Jiwa). Diagnosis Berdasarkan PPDGJ ini juga ditegakkan berdasarkan Lima Aksis. Kelima aksis
tersebut adalah :
Aksis I : simtom klinis (seluruhnya dapat dilihat dalam kasifikasi PPDGJ)
Aksis II : gangguan ciri kepribadian tertentu (seluruhnya dapat dilihat dalam kasifikasi PPDGJ) ;
Aksis III : dasar-dasar organik : gangguan fisik ;
Aksis IV : keparahan stressor : taraf stres psikososial ;
Aksis V : taraf tertinggi dari fungsi penyesuaian dalam satu tahun terakhir.
Goldman dan Foreman (dalam Goldman, 1992) mengemukakan bahwa diagnosis psikiatri
mencakup tiga proses yakni :
Ada beberapa konsep lagi yang perlu diketahui untuk mendeskripsikn suatu keadaan abnormal,
yakni : disfungsi, keadaan (state), dan sifat. Suatu keadaan abnormal belum tentu merupakan
gangguan ataupun penyakit, mungkin saja hanya merupakan suatu keadaan yang bersifat
sementara, suatu disfungsi, yakni tidak atau kurang berfungsi salah satu kemampuan, atau
ekspresi dari suatu sifat kepribadian.
D. Gangguan Kepribadian
1. Definisi
a. Secara Trait/ Sifat: Kepribadian yang berhubungan dengan kondisi distress personal, sehingga
mengakibatkan disfungsi psikologis.
b. Secara Perilaku: Pola perilaku yang mal adaptive dan kaku, sehingga mengakibatkan disfungsi
social.
2. Akibat
a. Internal: Distress personal dan Self Defeating.
b. Eksternal: merusak kemampuan fungsi dan peran social termasuk pekerjaan.
c. Tipe Gangguan Kepribadian Menurut DSM:
2) Gangguan kepribadian yang ditandai oleh perilaku dramatis, emosional atau erotik.
a) Antisosial: perilaku yang melanggar norma social dan hak orang lain serta cenderung tidak
menunjukkan penyesalan atas kesalahan mereka, sangat impulsive dan gagal dalam membina
komitmen interpersonal dan pekerjaan.
b) Ambang: ketidakstabilan dalam self-image, hubungan, dan mood, cenderung impulsive dan
self-destruvtuve.
c) Histrionik: cenderung sangat dramatis dan emosional serta kebutuhan yang berlebihan untuk
jadi pusat perhatian. ( dulu bernama: Histerikal), Histria = actor => ( mengaktor).
d) Narsisistik: memiliki sense of self yang hebat dan melangit, bangga atau keyakinan yang
berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstrem akan pemujaan.
3) Gangguan kepribadian yang ditandai perilaku cemas dan takut
a) Menghindar: takut akan penolakan dan kritik, sehingga mereka tidak ingin memasuki
hubungan tanpa keyakinan yang kuat bahwa mereka akan diterima. ( lebih memilih aktifitas yang
bersifat pribadi, bukan kolektif).
b) Dependen: sangat tergantung pada orang lain dan sangat sulit bertindak mandiri atau membuat
keputusan sendiri bahkan keputusan yang paling sederhana. ( sifat dan perilaku yang lekat
berlebihan).
c) Obsesif-Kompulsif: memiliki derajat keteraturan yang berlebihan, kesempurnaan, kekakuan,
kesulitan melakukan caping dengan ketidakpastian, kesulitan mengekspresikan perasaan dan
mendetail dalam kebiasaan kerja. ( terlalu perfeksionis sehingga kurang spontanis).
b. Teori Psikodinamika
1) Berfokus pada periode yang lebih dini yaitu periode pra-oedipal sekitar 18 bulan hingga 3
tahun, dimana bayi sudah mulai mengembangkan identitas diri terpisah dengan identitas orang
tua mereka.
2) Factor sense of self, dasar menjelaskan gangguan kepribadian, seperti narsistik dan ambang.
a) Hans Kahut ( Konsep Psikodinamika Modern, 1966 ).
Kepribadian Narsistik, meningkatkan rasa self-importance yang palsu karena untuk menutupi
perasaan tidak ada kuat yang mendalam.
Self-importance yang palsu dikarenakan self-esteam yang rendah.
Self-esteam yang rendah dikarenakan mereka saat anak-anak tidak mendapatkan dukungan
social yang kuat melalui penghargaan, pemujaan yang tepat/ wajar. ( istilah Jawa: tidak
dikudang/ anak lanang-lanang dewe, bagus-bagus dewe, dll).
Self-worth mereka adalah self-concept yang rusak sehingga tidak mentolelir pelecehan yang
palsu.
Self-importance dan self-perpectiem palsu itulah jati diri yang tidak sewajarnya yang
melahirkan seorang narsisitik.
b) Otto Kerngerg ( Konsep Psikodinamika Modern, 1975).
Kepribadian ambang dikarenakan kegagalan menyintesiskan citra yang kontrakdiktif akan hal
yang baik dan yang buruk.
Juga, kegagalan pada periode pra-oedipal untuk mengembangkan rasa konstan ( sense of
constancy ) dan kesatuan dalam citra mengenai self dan orang lain.
Juga, kegagalan mengimbangi self-image yang konsisten dan kecenderungan akan terjadinya
pemisahan ( splitting ) bolak-balik antara diri sendiri dan orang lain sebagai semua tentangnya
baik atau semua tentangnya buruk .
c) Margaret Mohler ( Konsep Psikodinamika Modern, 1977 ).
Kepribadian ambang, berkaitan dengan pemisahan dari figure ibu di masa anak-anak.
Kegagalan membedakan identitas atau sense of self mereka sendiri dari identitas si ibu, pada
saat proses pemisahan individuasi (separation-individualtion).
Istilah Jawanya disapih during wayahe, utowo malah telat nyapihe .
Sehingga srlf identity atau proses pengenalan karakteristik personal mengalami kegagalan. iki
piye, batine bayi .
Kebingungan anak antara kedekatan dan perpisahan dengan tokoh ibu selama proses pemisahan
individu.
c. Teori Belajar: berfaktur pada pencapaian perilaku disbanding pada pandangan akan trait/ sifat
kepribadian yang abadi.
1) Perilaku lebih banyak bergantung pada tuntutan situasi social daripada trait yang inherent.
2) Menitikberatkan pada riwayat belajar dan factor situasional yang membangkitkan perilaku
maladaptive dan rienforcer yang mempertahankan perilaku tersebut.
3) Missal: terlalu ketat disiplin dan control yang tidak wajar dari orang tua saat kanak-kanak,
mengakibatkan kepribadian obsesif-kompulsif ( control, disiplin dan hukuman yang kaku,
bahkan untuk kesalahan yang ringan/ wajar ).
4) Secara terus menerus tidak didikung untuk mengungkapkan pikiran mereka dan menjelajahi
lingkungan mereka ( terlalu dikekang tanpa pemahaman/ penjelasan ) mengakibatkan
kepribadian dependen.
5) Histrionic, dikarenakan social rinforcers yang tidak tampil beda didepan orang lain dan juga
karena hidup di dalam lingkungan keluarga yang histrionistis.
6) Juga, karena adanya persaingan antar saudara kandung yang benar-benar ekstrem, memotivasi
pribadi yang caper dan carmuk ( cari muka ).
d. Albert Bandura ( Belajar Observasional ) dengan melalui
1) Modeling, melalui: televise, mengamati orang tua saling berlaku kasar atau sama lain.
2) Modeling, terhadap model yang terprovokasi dan mendapatkan prestice (social dan personal).
3) Perilaku antisocial yang dipersepsikan bermanfaat untuk menghindari menjadi orang
disalahkan atau untuk memanipulasi orang lain.
a) Ullmann dan Krasner ( 1975 ) menyatakan kepribadian antisocial dikarenakan kegagalan
dalam belajar merespon reinforcer yang potensial secara normal/ wajar.
b) juga, karena kegagalan belajar bersosialisasi dalam reward dan hukuman secara konsisten dan
prediktabel.
4) Kesalahan dalam menginterpretasikan pengalaman social yaitu perilaku orang lain
diintrepretasikan sebagai ancaman. ( Dodge, 1985 ).
5) Sehingga memunculkan solusi konfrontasi social yang disosial. ( salah persepsi, salah perilaku
) => persepsi mempengaruhi perilaku.
6) Artinya, salah perilakunya disebabkan kesalahan persepsinya.
e. Teori Keluarga, antisocial dikarenakan peralatan atau pengabaian orang tua mengacu pada
kegagalan dalam menginternalisasi nilai-nilai orang tua dan kegagalan untuk mengenbangkan
empati.
(Tidak dimarahi kalau tidak salah/ dibiarkan saja dalam perilaku menyimpangnya dan tidak
dilatih, diberitauladan amal social/ bakti social, empati antar anggota keluarga tidak
dikembangkan/ dikondisikan ).
f. Teori Sosiokultural: ketidakberuntungan social atau okonomi, juga pemaparan terhadap model
yang menyimpang menuntun pada kegagalan untuk mengembangkan perilaku yang beradab.
g. Teori Biologis, pengaruh ginetik terhadap trait kepribadian yang mendasari gangguan
kepribadian ( baru kemungkinan ).
Kemungkinan adanya komponen keturunan pada gangguan kepribadian antisocial.
Antisocial, kemungkinan karena kurangnya respons emosional dalam situasi yang mengancam.
Antisocial, kemungkinan perlu stimulasi yang lebih tinggi untuk menjaga tingkat kerangsangan
yang optimum.
Antisocial, mengurangi aktifitas dalam pusat otak untuk mengendalikan perilaku impulsive.