Anda di halaman 1dari 6

Nama : Elmha Elfira

NIM : 1800796

Kelas : 2 B

Resume Penggolongan Gangguan Jiwa

Pada tahun1960-an, World Health Organization (WHO) memulai menyusun klasifikasi diagnosis
seperti tercantum pada International Classification of Disease (ICD). Asosiasi dokter psikiatri
Amerika juga telah mengembangkan sistem klasifikasi berdasarkan diagnosis dan manual
statistik dari gangguan jiwa (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder DSM). Saat
ini, klasifikasi DSM telah sampai pada edisi DSM-IV-TR yang diterbitkan tahun 2000.

Indonesia menggunakan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ), yang
saat ini telah sampai pada PPDGJ III (Maslim, 2002; Cochran, 2010; Elder, 2012; Katona, 2012).
Sistem klasifikasi pada ICD dan DSM menggunakan sistem kategori. ICD menggunakan sistem
aksis tunggal (uniaksis), yang mencoba menstandarkan diagnosis menggunakan definisi
deskriptif dari berbagai sindroma, serta memberikan pertimbangan untuk diagnosis banding.
Kriteria diagnosis pada DSM menggunakan sistem multiaksis, yang menggambarkan berbagai
gejala yang harus ada agar diagnosis dapat ditegakkan (Katona, 2012). Multiaksis tersebut
meliputi hal sebagai berikut.

1. Aksis 1 : sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian klinis.

2. Aksis 2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental.

3. Aksis 3 : kondisi medis secara umum.

4. Aksis 4 : masalah lingkungan dan psikososial.

5. Aksis 5 : penilaian fungsi secara global.

PPDGJ III ini disusun berdasarkan ICD X. Secara singkat, klasifikasi PPDGJ III meliputi
hal berikut.

1. F00 – F09 : gangguan mental organik (termasuk gangguan mental simtomatik).

2. F10 – F19 : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.

3. F20 – F29 : skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham.

4. F30 – F39 : gangguan suasana perasaan (mood/afektif).

5. F40 – F48 : gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stres.
6. F50 – F59 : sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor
fisik.

7. F60 – F69 : gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.

8. F70 – F79 : retardasi mental.

9. F80 – F89 : gangguan perkembangan psikologis.

10. F90 – F98 : gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada anak dan remaja.

Secara umum, klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
dibagi menjadi dua bagian, yaitu : (1) gangguan jiwa berat/kelompok psikosa dan (2) gangguan
jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosional yang berupa kecemasan, panik,
gangguan alam perasaan, dan sebagainya. Untuk skizofrenia masuk dalam kelompok gangguan
jiwa berat.

Pada penelitian tahun 2000, didapatkan tujuh masalah keperawatan utama yang paling
sering terjadi di rumah sakit jiwa di Indonesia, yaitu:

1. Perilaku kekerasan;

2. Halusinasi;

3. Menarik diri;

4. Waham;

5. Bunuh diri;

6. Defisit perawatan diri (berpakaian/berhias, kebersihan diri, makan, aktivitas sehari-hari, buang
air);

7. Harga diri rendah.

Hasil penelitian terakhir, yaitu tahun 2005, didapatkan sepuluh diagnosis keperawatan terbanyak
yang paling sering ditemukan di rumah sakit jiwa di Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Perilaku kekerasan.

2. Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, verbal).

3. Gangguan persepsi sensori: halusinasi (pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba,


penciuman).

4. Gangguan proses pikir.

5. Kerusakan komunikasi verbal.


6. Risiko bunuh diri.

7. Isolasi sosial.

8. Kerusakan interaksi sosial.

9. Defisit perawatan diri (mandi, berhias, makan, eliminasi).

10. Harga diri rendah kronis. (Yusuf, Fitryasari Pk, & Nihayati, 2015)

Klasifikasi berdasarkan diagnosis gangguan jiwa menurut Dalami (2009) dibagi menjadi:

a. Gangguan Jiwa Psikoti

Gangguan jiwa psikotik yang meliputi gangguan otak organic ditandai dengan hilangnya
kemampuan menilai realita, ditandai waham (delusi) dan halusinasi, misalnya skizofrenia dan
demensia.

1) Skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan berbagai tingkat
kepribadian diorganisasi yang mengurangi kemampuan individu untuk bekerja secara efektif
dan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Gejala klinis skizofrenia sering bingung, depresi,
menarik diri atau cemas. Jenis –jenis skizofrenia menurut Maramis (2004)

a. Skizofrenia residual, skizofrenia yang timbul gejala-gejala primer Blueler.

b. Skizofrenia simpleks, timbul pada masa pubertas. Gejala utamanya seperti kedangkalan
emosi, kemunduran kemauan, waham, halusinasi. Skizofrenia simpleks ini timbul secara
perlahan. Biasanya penderita skizofrenia ini kurang memperhatikan keluarga atau sering
menarik diri.

c. Skizofrenia hebefrenik atau hebefrenia ini timbul pada masa remaja antara usia 15-25
tahun. Gejala yang muncul antara lain gangguan proses berfikir, gangguan kemauan,
defersonalisasi, waham dan halusinasi. ( Maramis, 2004)

d. Skizofrenia katatonik atau katatonia timbul pada usia antara 15-30 tahun biasanya orang
yang mengalami skizofrenia katatonik ini sering merasa stress emosional, selain itu juga
sering terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.

e. Skizofrenia skizoafektif, gejala-gejalanya dapat menonjol atau muncul secara bersama,


muncul gejala depresi.
2) Demensia

Demensia dikelompokan sebagai gangguan medis dan kejiwaan, demensia terkait dengan
hilangnya fungsi otak. Demensia melibatkan masalah progresif dengan memori, perilaku,
belajar, dan komunikasi yang mengganggu fungsi sehari-hari dan kualitas hidup.

3) Kerusakan kognitif reversibel sering dikaitkan dengan obat-obatan, resep atau lainnya,
endokrin, kekurangan gizi, tumor, dan infeksi.

4) Kerusakan kognitif ireversibel. Alzheimer dan vaskular demensia merupakan kerusakan


kognitif ireversibel yang paling umum. Alzheimer memiliki resiko meliputi usia, genetika,
kerusakan otak, sindroma down. Demensia vaskular melibatkan kerusakan kognitif yang
permanen akibat penyakit serebrovaskuler.

b. Gangguan Jiwa Neurotik. Gangguan kepribadian dan gangguan jiwa yang lainnya merupakan
suatu ekspresi dari ketegangan dan konflik dalam jiwanya, namun umumnya penderita tidak
menyadari bahwa ada hubungan antara gejala-gejala yang dirasakan dengan konflik emosinya.
Gangguan ini tanpa ditandai kehilangan intrapsikis atau peristiwa kehidupan yang menyebabkan
kecemasan (ansietas), dengan gejala-gejala obsesi, fobia, dan kompulsif.

c. Depresi. Depresi merupakan penyakit jiwa akibat dysphoria (merasa sedih), tak berdaya,
putus asa, mudah tersinggung, gelisah atau kombinasi dari karakteristik ini. Penderita depresi
sering mengalami kesulitan dengan memori, konsentrasi, atau mudah terganggu dan juga sering
mengalami delusi atau halusinasi. Ketika seseorang dalam keadaan depresi ada penurunan
signifikan dalam personal hygiene dan mengganggu kebersihan mulut.

1) Gangguan jiwa fungsional. Gangguan jiwa fungsional tanpa kerusakan struktural dan
kondisi biologis yang diketahui jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk.

2) Gangguan jiwa organic. Gangguan jiwa organik adalah kesehatan yang buruk diakibatkan
oleh suatu penyebab spesifik yang mengakibatkan perubahan struktural di otak, biasanya
terkait dengan kinerja kognitif atau demensia.

3) Gangguan retardasi mental. Gangguan retardasi mental adalah suatu keadaan


perkembangan mental yang terhenti dan tidak lengkap yang terutama ditandai oleh rendahnya
keterampilan yang berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif
(daya ingat, daya pikir, daya belajar), bahasa, motorik, dan sosial. (Kurniawan, 2016)

Menurut Internasional Classification of Disease (ICD) seperti yang tercantum dalam Depkes
(2003) menggolongkan gangguan jiwa menjadi beberapa jenis, antara lain :
a. Gangguan mental organic, gangguan mental organic adalah suatu kelompok gangguan
jiwa yang dibabkan oleh gangguan yang terjadi pada organ lain di luar otak tetapi
gangguan tersebut mempengaruhi fungsi dan kerja otak.
b. Gangguan mental dan perilaku.
c. Skizofrenia , ciri khas dari orang yang mengalami skizofrenia yaitu depresi, tidak ada
keinginan untuk menjalani hidup, sering mengeluh, gelisah, melakukan hal-hal yang
aneh, agresif, kurang merawat diri dan menjaga kebersihan diri, dan juga sering
berhalusinasi.
d. Gangguan suasana perasaan (Depresi). Ciri khas orang yang mengalami depresi antara
lain, menarik diri tidak ingin bersosialisasi, kehilangan semangat untuk hidup, merasa
bersalah, rendah diri, sering mencoba melakukan upaya bunuh diri karena orang yang
depresi ini merasa lebih baik mati.
e. Ansietas (cemas). Kecemasan adalah suatu reaksi seseorang apabila orang tersebut
mendapat ancaman atau kondisi yang menganggu dirinya baik gangguan tersebut
memang benar-benar terjadi ataupun hanya khayalan saja. Adapun ciri-ciri orang yang
depresi yaitu, jantung berdetak lebih cepat dan tubuh gemetar, merasa takut,
mengkhawatirkan sesuatu secara berlebihan, merasa dirinya seolah-olah akan mati, sulit
tidur, dan cemas tersebut berjalan dalam waktu yang lama.
f. Gangguan makan, gangguan tidur, disfungsi seksual.
g. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.
h. Retardasi mental adalah gangguan perkembangan otak, seseorang yang mengalami
retardasi mental ini sulit atau membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari suatu
hal. Adapun ciri-ciri orang yang memngalami retardasi mental yaitu, orang tersebut
perkembangannya terlambat dari biasanya, punya gangguan daya ingat, memiliki IQ
dibawah 70, berperilaku seperti anak-anak meskipun usianya sudah masuk usia dewasa.
i. Gangguan brevaza, gangguan membaca, gangguan berhitung, dan autisme.
j. Gangguan hiperkinetik dan gangguan tingkah laku. (Hanum, 2013)

DAFTAR PUSTAKA
Hanum, H. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Masyarakat
Terhadap Penderita Gangguan Jiwa Di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten
Banyumas.
Kurniawan, F. (2016). Gambaran Karakteristik pada Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia di
Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2015.

Yusuf, A., Fitryasari Pk, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. In:
Salemba empat.

Anda mungkin juga menyukai