Anda di halaman 1dari 10

Penyakit Jantung Koroner

Kelompok 2 :
Apa itu PJK (?)
 Penyakit jantung koroner adalah kondisi dimana menyempitnya atau
tersumbatnya arteri koroner oleh plak seperti lifid(lemak),kolestrol dan
produk limbah lainnya sehingga aliran darah ke jantung akan berkurang
dan menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke otot-otot jantung. Ketika
penyumbatan di arteri koronaria menjadi lebih parah, pasien akan
merasakan angina (nyeri dada) dan angina bisa menyebabkan kondisi
infark miokard yang fatal (umumnya dikenal sebagai serangan jantung).
Etiologi
Adanya aterosklerosis koroner

Penyumbatan pembuluh darah

Aliran darah terputus

Kurangnya oksigen

Nekrosis pada otot jantung


Patofisiologi
 1. Angina Pektoris stabil
Berdasarkan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan
atau berat badan yang khas. Berlangsung 1-5 menit.
2. Angina Pektoris yang tidak stabil
Dapat timbul waktu istirahat, waktu tidur, atau aktifitas yang ringan.
Lebih lama hingga beberapa jam.
3. Angina Varian (prinzmetal)
Hipoksia dan iskemik miokardium disebabkan oleh vasospasme
( kelakuan pembuluh darah). Terjadi pada waktu istirahatatau jam-
jam tertentu.
4. Sindrom Koroner Akut (SKA)
Robeknya plak atheroma sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen iokard. Paling
sering mengakibatkan kematian.
Manifestasi Klinis
 Tanda Khas :
1. Timbulnya rasa nyeri pada dada (angina)
 Tanda tidak khas :
1. Sesak nafas (dispnea)
2. Kelainan pada irama denyut jantung (aritma)
3. Pusing
4. Rasa lelah berkepanjangan
5. Mual, muntah dan keringat dingin
Klasifikasi
1.Asimtomatik (Silent Myocardial Ischema)
Penderita Silent Myocardial Ischemia tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik saat istirahat
maupun beraktivitas. Ketika menjalani EKG akan menunjukan depresi segmen ST, pemeriksaan fisik dan vital
sign dalam batas normal.
2. Angina Pektoris Stabil (STEMI)
Penderita Angina Prktoris Stabil terdapat nyeri dada saat melakukan aktivitas berlangsung selama 1-5 menit dan
hilang saat istirahat. Nyeri dada bersifat kronik (>2 bulan). Nyeri terutama di daerah retrosternal , terasa seperti
tertekan benda berat atau terasa panas dan menjalar pada lengan kanan. Pada pemerikaan EKG biasanya
didapatkan depresi segmen ST.
3. Angina Pektoris tidak Stabil (NSTEMI)
Secara keseluruhan sama dengan penderita angina stabil, tetapi nyeri lebih bersifat progresif dengan frekuensi
yang meningkat dan sering terjadi saat istirahat. Pada pemeriksaan EKG biasanya didapatkan deviasi segmen
ST.
4. Infark Miokard Akut (IMA)
Pada penderita Infark Miokard Akut sering didahului dada terasa tidak enak (chest discomfort). Nyeri dada sepeti
tertekan, teremas, tercekik, berat, tajam dan terasa panas, berlangsung >30 menit bahkan sampai berjam-jam.
Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak ketakutan, gelisah, tegang, nadi sering menurun dan
elektrokardiografi menunjukan evaluasi segmen ST.
Pemeriksaan Penunjang
 1. elektrokardiogram istirahat
EKG istirahat yang normal tidak menyingkirkan diagnosis angina, meskipun terdapat bukti infrak miokard yang
telah ada sebelumnya gelombang Q, inversi gelombang T, LBBB). Sebaliknya, adanya abnormalitas segmen
ST-T minor (repolarisasi) umum ditemukan pada kebanyakan populasi dan belum tentu menandakan penyakit
koroner. Sensitivitas EKG istirahat (bila dibandingkan dengan arteriografi koroner) sekitar 50% dan spesifisitas
sekitar 70%.
 2. Radiologi Toraks
Radiologi toraks biasanya normal pada pasien dengan angina. Pembesaran jantung dan/atau peningkatan
tekanan vena dapat menandakan adanya inrak miokard atau disfungsi ventrikel kiri yang menyebabkan
pembengkakan khas atau klasifikasi dalam bayangan jantung. Namun temuan radiografi ini kadang tidak
dapat diandalkan.
 3. Tes latihan
Tes latihan treadmill penting dalam pemeriksaan penunjang pasien dengan nyeri dada. Pemeriksaan ini harus
dilihat sebagai perluasan alami dari pemeriksaan klinis, dan memungkinkan pengambilan keputusan
kebutuhan invasif lebih lanjut arteografi koroner) tes latihan yang maksimum, dibatasi gejala dan dengan
pengawasan ketat menggunakan protokol standar memungkinkan stratiikasi sisiko kejadian kardiak masa
datang.
 4. Angiografi Koroner
Pemeriksaan angiografi koroner sering disebut juga disebut juga sebagai pemeriksaan katerisasi jantung,
sebab pada permukaan ini suatu kateter akan dimasukkan melalui pembuluh darah di lipat paha atau lengan
hungga menuju jantung. Ketika ujung kateter telah mencapai arteri koroner jantung, suatu zat kontras
dinjeksikan sehingga gambaran sumbatan di pembuluh darah pada hasil foto rontgen akan tampak jelas.
 5. CT Angiogram koroner ( CT CORONARY ANGIOGRAM)
Pada saat scaning di tabung CT, zat kontras akan diinjeksikan. CT angiogram dapat menilai skor kalsium,
untuk menilai banyaknya masa kalsium di dinding pembuluh darah. Bila nilainya 0, artinya tidak ada endapan
kalsium di dinding pembuluh darah. Bila nilanya >0, artinya ada endapan kalsium di dinding pembuluh darah.
Penatalaksanaan
 1. Terapi obat berjenjang dalam tatalaksana angina stabil
Semua pasien harus diterapi dengan aspirin 75 mg per hari. Untuk episode angina yang
sangat jarang terjadi, nitrat sublingual cukup membantu. Kebanyakan pasien membutuhkan terapi
dengan penyakit β kardioselektif, atau antagonis kalsium. Pada 10-20% pasien, dibutuhkan obat
tambahan dalam bentuk nitrat oral kerja panjang atau antagonis kalsium yang ditambahkan pada
penyakit β. Pasien yang resisten mungkin membutuhkan ‘terapi tripel’ (penyekat β + antagonis
kalsium + nitrat ) atau ‘ terapi kuartet’ (‘ terapi tripel+ Nicorandil) yang membutuhkan penelitian
revaskularisasi.
 2. Tatalaksana medis angina tidak stabil
Berkaitan dengan risiko dini infark miokard akut atau kematian mendadak, pasien dengan
angina tidak stabil harus dirawat dirumah sakit, diberikan aspirin, heparin (baik yang merupakan
jenis tidak terfraksi atau berat molukel rendah (LMW) dan nitrat intravena, serta pengobatan
antiangina oral tambahan, dengan pertimbangan untuk pemeriksaan penunjang invasive dini dan
revaskularisasi. Data awal menunjukkan bahwa antagonis II/IIIa antiplatelet kuat (misalnya
Abciximab, Eptifibatide, Tirofiban) berperan penting dalam terapi pasien dengan angina tidak stabil
dan infark miokard nongelembung Q, serta menurunkan risiko intervensi.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai