Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini gangguan jiwa didefinisikan dan ditangani sebagai masalah medis. Gangguan
jiwa menurut Depkes RI (2010) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu dan
hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa atau mental illnes adalah
kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain,
kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri (Fajar,
2016).

Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya
distorsi emosi sehingga ditentukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi
karena menurunnya semua fungsi kejiwaan. Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai
satu atau lebih fungsi jiwa. Ganguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).
Gangguan jiwa ini menimbulkan stres dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya
(Stuart, 2007).

Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya, hanya saja
gangguan jiwa bersifat lebih kompleks mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut,
hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau lebih kita kenal sebagai gila (Fajar 2016)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan gangguan jiwa?
2. Apa saja penyebab gangguan pada jiwa?
3. Seperti apakah tanda dan gejala pada gangguan jiwa?
4. Apa saja jenis-jenis pada gangguan jiwa?
C. Tujuan Masalah
1. Dapat menjelaskan pmaksud dari gangguan jiwa!
2. Bisa mengetahui penyebab gangguan pada jiwa!
3. Dapat mengetahui tanda dan gejala pada gangguan jiwa!
4. Bisa mengetahui jenis-jenis pada gangguan jiwa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguang Jiwa

Gangguan jiwa merupakan psikologik atau pola perilaku yang ditunjukkan pada individu
yang menyebabkan distress, menurunkan kualitas kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut
mencerminkan disfungsi psikologis, bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun
konflik dengan masyarakat (Stuart, 2013). Sedangkan menurut Keliat, (2011) gangguan jiwa
merupakan pola perilaku, sindrom yang secara klinis bermakna berhubungan dengan
penderitaan, distress dan menimbulkan hendaya pada lebih atau satu fungsi kehidupan
manusia.

Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya
distorsi emosi sehingga ditentukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi
karena menurunnya semua fungsi kejiwaan. Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai
satu atau lebih fungsi jiwa. Ganguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).
Gangguan jiwa ini menimbulkan stres dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya
(Stuart, 2007).

Menurut American Psychiatric Association atau APA mendefinisikan gangguan jiwa pola
perilaku/ sindrom, psikologis secara klinik terjadi pada individu berkaitan dengan distres
yang dialami, misalnya gejala menyakitkan, ketunadayaan dalam hambatan arah fungsi lebih
penting dengan peningkatan resiko kematian, penderitaan, nyeri, kehilangan kebebasan yang
penting dan ketunadayaan (O’Brien, 2013).

Gangguan jiwa adalah bentuk dari manifestasi penyimpangan perilaku akibat distorsi
emosi sehingga ditemukan tingkah laku dalam ketidak wajaran. Hal tersebut dapat terjadi
karena semua fungsi kejiwaan menurun (Nasir, Abdul & Muhith, 2011).

3
B. Penyebab Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa memiliki berbagai macam penyebab. Penyebab gangguan jiwa dapat
bersumber dari hubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan
tidak adil, diperlakukan semenamena, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan
dan sebagainya. Selain itu ada pula gangguan jiwa yang disebabkan oleh faktor organik,
kelainan saraf, dan gangguan pada otak (Sutejo, 2017). Gejala utama atau gejala yang paling
menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya
mungkin dibadan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik), ataupun psikis
(psikogenik) (Maramis, 2010). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi
beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau
kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan badan ataupun gangguan jiwa.
C. Tanda dan Gejala Gangguan jiwa

1. Ketegangan (Tension)

Merupakan murung atau rasa putus asa, cemas, gelisah, rasa lemah, histeris, perbuatan
yang terpaksa (Convulsive), takut dan tidak mampu mencapai tujuan pikiranpikiran
buruk (Yosep, H. Iyus & Sutini, 2014)

2. Gangguan kognisi.

Merupakan proses mental dimana seorang menyadari, mempertahankan hubungan


lingkungan baik, lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (Fungsi mengenal)
(Kusumawati, Farida & Hartono, 2010).

3. Gangguan kepribadian

Kepribadian merupakan pola pikiran keseluruhan, perilaku dan perasaan yang sering
digunakan oleh seseorang sebagai usaha adaptasi terus menerus dalam hidupnya.
Gangguan kepribadian misalnya gangguan kepribadian paranoid, disosial, emosional tak
stabil. Gangguan kepribadian masuk dalam klasifikasi diagnosa gangguan jiwa (Maramis,
2009).

4
4. Gangguan pola hidup

Mencakup gangguan dalam hubungan manusia dan sifat dalam keluarga, rekreasi,
pekerjaan dan masyarakat. Gangguan jiwa tersebut bisa masuk dalam klasifikasi
gangguan jiwa kode V, dalam hubungan sosial lain misalnya merasa dirinya dirugikan
atau dialang-alangi secara terus menerus. Misalnya dalam pekerjaan harapan yang tidak
realistik dalam pekerjaan untuk rencana masa depan, pasien tidak mempunyai rencana
apapun (Maramis, 2009).

5. Gangguan perhatian.

Perhatian ialah konsentrasi energi dan pemusatan, menilai suatu proses kognitif yang
timbul pada suatu rangsangan dari luar (Direja, 2011).

6. Gangguan perasaan atau emosi (Afek dan mood)

Perasaan dan emosi merupakan spontan reaksi manusia yang bila tidak diikuti perilaku
maka tidak menetap mewarnai persepsi seorang terhadap disekelilingnya atau dunianya.
Perasaan berupa perasaan emosi normal (adekuat) berupa perasaan positif (gembira,
bangga, cinta, kagum dan senang). Perasaan emosi negatif berupa cemas, marah, curiga,
sedih, takut, depresi, kecewa, kehilangan rasa senang dan tidak dapat merasakan
kesenangan (Maramis, 2009).

7. Gangguan pikiran atau proses pikiran (berfikir)

Pikiran merupakan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan seseorang.


Berfikir ialah proses menghubungkan ide, membentuk ide baru, dan membentuk
pengertian untuk menarik kesimpulan. Proses pikir normal ialah mengandung ide, simbol
dan tujuan asosiasi terarah atau koheren (Kusumawati, Farida & Hartono, 2010).

D. Jenis-jenis Gangguan Jiwa


1. Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi
personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering
dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang

5
sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis 2010). Dalam kasus berat,
klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya
abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi
sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan
dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak “cacat” (Sutejo,
2017).
2. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh
diri. Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam
perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup,
perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya. Depresi adalah suatu perasaan
sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan
pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Sutejo, 2017). Depresi adalah
gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam
perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa,
ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada
bahaya yang akan datang.
3. Gangguan kepribadian

Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatis) dan gejala-


gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun
rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan
intelegensi sebagian besar tidak tergantung pada satu dan yang lain atau tidak berkorelasi
(Fajar, 2016).

4. Gangguan mental organic

Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jaringan otak (Maramis, 2010). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat
disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengeni otak atau yang terutama
diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai

6
fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila
hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang
menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian
menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada
suatu penyakit tertentu dari pada pembagian akut dan menahun (Fajar, 2016).

5. Gangguan psikomatik

Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis


2010). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau
semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf
vegetative. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu
neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering
disebut juga gangguan psikofisiologik (Sutejo 2017).

6. Gangguan intelektual

Gangguan intelektual merupakan keadaan dengan intelegensi kurang (abnormal) atau


dibawah rata-rata sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak).
Retardasi mental ditandai dengan adanya keterbatasan intelektual dan ketidakcakapan
dalam interaksi sosial (Stuart & Sundeen, 2008).

7. Gangguan perilaku masa anak dan remaja

Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan
permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis 2010). Anak dengan
gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan.
Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan
tetapi akhirnya kedua faktor ini saling memengaruhi.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gangguan jiwa merupakan psikologik atau pola perilaku yang ditunjukkan pada individu
yang menyebabkan distress, menurunkan kualitas kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut
mencerminkan disfungsi psikologis, bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun
konflik dengan masyarakat (Stuart, 2013). Sedangkan menurut Keliat, (2011) gangguan jiwa
merupakan pola perilaku, sindrom yang secara klinis bermakna berhubungan dengan
penderitaan, distress dan menimbulkan hendaya pada lebih atau satu fungsi kehidupan
manusia.

Gangguan jiwa memiliki berbagai macam penyebab. Penyebab gangguan jiwa dapat
bersumber dari hubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan
tidak adil, diperlakukan semenamena, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan
dan sebagainya. Gangguan jiwa memiliki berbagai macam penyebab. Penyebab gangguan
jiwa dapat bersumber dari hubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti
diperlakukan tidak adil, diperlakukan semenamena, kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan dan sebagainya

B. SARAN

Pembahasan tentang Klasifikasi dan Gejala-gejala Kelainan Jiwa didalam makalah ini
tidaklah lengkap jika dijadikan sumber rujukan dalam pembelajaran. Maka kami
menyarankan agar pembaca membaca juga buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan
Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, M. 2007. Kesehatan Jiwa dan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Jakarta:
Penerbit Bulan Bintang

Kaplan, H. I & Sanddock, B.J. 2005. Sinopsis Psikiatri 8 th ed. Jakarta : Bina Rupa
Aksara.

Martaniah, S.M. 2001. Psikologi Abnormal dan Psikopatologi. Yogyakarta. Andi.

Zeviera, F. 2007. Teori Kepribadian. Yogyakarta: Ar-Russ Media

Rosenhan, D.L. & Selighman, E.P. 1989. Abnoemal Psychology. New York : W.W.

Norton and Company

Anda mungkin juga menyukai