Anda di halaman 1dari 11

92 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No.

2, September 2011

Evaluasi Proses Belajar-Mengajar (PBM) Berbasis Sikap


(attitude) untuk Mata Kuliah Dasar-Dasar Bisnis
Hassanuddin Z. Hassan

Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi,


Universitas Al Azhar Indonesia, Jl. Sisingamangaraja, Jakarta 12110

E-mail: hassanuddinz@uai.ac.id

Abstrak - Rancangan Proses Belajar-Mengajar 1stsemester on 2009-2010 academic years then


(PBM) yang ditawarkan meliputi unsur-unsur measured at the end of semester with 7 points of
pedagogi pengajaran sedemikian rupa sehingga measurement. 5 points that support the design
memenuhi pengajaran bagi ke-3 unsur sikap were: knowableness, lecturer’s score,
(attitude) seorang manusia, yaitu: rasionalitas absenteeism, presentation skill, and search for
(cognitive), rasa (affective), dan perilaku more references. Meanwhile another 2 points of
(behavior) yang dirangkum dalam sebuah measurement were not support the design were:
kerangka pengajaran berbentuk pembelajaran use e-learning facility and socialization of SAP.
aktif (active learning), sehingga materi yang
relatif padat dan diberikan dalam waktu yang Keywords - Design, Attitude, Effective, Efficient,
relatif singkat, tetap dapat dipertanggung- Course outline, Measurements.
jawabkan kemangkusan (effectiveness) dan
kesangkilannya (efficiency) serta terarah dan
terukur. Hasil rancangan tersebut dituangkan I. PENDAHULUAN
dalam SAP Mata Kuliah Dasar-dasar Bisnis
Semester Ganjil Tahun Akademik 2009-2010
untuk kemudian di akhir semester dilakukan
pengukuran melalui 7 alat ukur: daya serap,
S
pada
eiring dengan berkembangnya ilmu manajemen
pada umumnya dan ilmu manajemen bisnis
khususnya, sebagai akibat dari
skor dosen, tingkat kahadiran, penggunaan berkembangnya penelitian dibidang bisnis yang
e-learning, kemampuan peserta-didik mengikuti tumbuh dan berkembangnya bentuk-
menerangkan materi, penggunaan bahan bentuk dan paradigma praktik-praktik bisnis baru,
perkuliahan di luar rujukan, sosialisasi SAP. maka pengajaran ilmu manajemen bisnis selain
Temuan yang diperoleh adalah 5 dari alat ukur berpedoman kepada buku-buku ilmu manajemen
mendukung rancangan, yaitu: daya serap, skor bisnis harus ditunjang dengan metode pengajaran
dosen, tingkat kehadiran, kemampuan peserta- yang memberikan pemahaman dan kemampuan
didik menerangkan materi, dan penggunaan bagi peserta-didiknya untuk secara mandiri maupun
bahan perkuliahan di luar rujukan. Sedangkan berkelompok menambah ilmu yang dipelajari dari
2 alat ukur kurang mendukung rancangan berbagai sumber yang ada disekitar mereka.
tersebut, yaitu: penggunaan e-learning dan
sosialisasi SAP. Dengan kondisi tersebut Proses Belajar Mengajar
(PBM) haruslah dapat merangsang seluruh faktor
pembentuk sikap (Daft, 2006, 2010; Robbins &
Abstracts - We offer a design of learning process DeCenzo, 2005), yaitu rasionalitas, rasa, dan
that teach all of attitude factors (cognitive, perilaku untuk belajar dan PBM haruslah pula
affective, and behavior) and blend it with an mampu menggerakkan peserta-didik untuk
active learning approach, therefore, all the bold menggali ilmu yang diajarkan yang disebut sebagai
of learning materials could be delivered to the pembelajaran aktif (active learning). Semua itu
students effectively and efficiently also dirangkum dalam Satuan Acara Perkuliahan (SAP).
objectively clear and measurable as well. The
design was implemented as SAP on the subject Dengan demikian metode PBM yang ditawarkan
named Dasar-dasar Bisnis was introduced in melalui Mata Kuliah Dasar-dasar Bisnis dan mulai
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 2, September 2011 93

diterapkan dalam Tahun Akademik 2009-2010 “hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari
akan dipusatkan kepada pengoperasionalisasian esok lebih baik dari hari ini, barangsiapa hari
konsep-konsep yang telah disampaikan terdahulu. ini sama dengan hari kemarin maka ia
Untuk itu tim akan menyusun SAP untuk MK termasuk orang yang merugi, sedangkan jika
Dasar-dasar Bisnis (3 SKS) dengan memasukkan hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka
unsur rasionalitas, rasa, dan perilaku dengan orang tersebut termasuk celaka”
kerangka pembelajaran aktif.
dalam bisnis Walter A.Shewhart (1931)
Unsur rasionalitas akan bersentuhan dengan teori- mengungkap kembali sebagai: “a linear
teori dan konsep-konsep yang diajarkan seluruhnya incremental improvement within an existing
di kelas. Unsur rasa akan bersentuhan dengan process”
pengamatan terhadap dan persentuhan dengan para
pengusaha (setidaknya pedagang yang termasuk ke selanjutnya W. E. Deming (1986) menawarkan 4
dalam Usaha Mikro dan Kecil/UMK), yang ada di tahap agar proses peningkatan kualitas secara terus-
sekitar peserta-didik. Unsur perilaku akan menerus dapat dilaksanakan, yaitu perencanaan
diarahkan dalam bentuk menyusun Rencana Usaha (plan), kerjakan (do), pelajari (study), dan bertindak
(business plan) dan melaksanakan rencana tersebut, (act), pendekatan tersebut menurut Deming
walaupun dalam skala yang amat kecil dan terbatas. didasari atas beberapa asumsi, yaitu: Pertama,
seluruh keputusan harus didasarkan kepada fakta
Pembelajaran aktif yang dimaksudkan untuk ke-3 yang menjadi bukti melalui pengumpulan dan
unsur di atas, adalah arahan kepada peserta-didik analisis data secara obyektif. Kedua, Sumber Daya
untuk selalu melengkapi masing-masing dari ke-3 Manusia (SDM) tahu cara bekerja yang terbaik.
unsur tersebut dengan mencari secara mandiri Ketiga, tidak ada SDM yang tidak terlibat dalam
maupun berkelompok bahan-bahan pembelajaran proses tersebut. Keempat, tim mendapat pelatihan
baik dari buku referensi lain maupun sumber lain sehingga memiliki kemampuan dalam memecahkan
(internet, jurnal, majalah, harian, wawancara masalah (problem solving).
terhadap praktisi bisnis yang sesungguhnya,
pengamatan, dan sumber lainnya). Kemudian Lalu bagaimana peran teknologi dan inovasi dalam
peserta-didik akan memaparkan temuannya di kelas pengajaran? Diungkapkan bahwa penggunaan e-
dengan menggunakan kemampuan menggunakan learning yang menyatu dengan PBM di perguruan
komputer (piranti lunak microsoft office: word tinggi secara rinci terkait dengan proses inovasi
processor, presentation, dan spreadsheet). seperti dinyatakan oleh DonOlcott, Jr. sebagai
berikut:
Pelaksanaan Proses Belajar dan Mengajar (PBM) “the advances in e-learning and distance
yang merangsang seluruh faktor pembentuk sikap learning technologies during the last decade,
(Daft, 2006, 2010; Robbins & DeCenzo, 2005), including refined teaching designs, methods,
yaitu rasionalitas, rasa, dan perilaku perlu untuk and support services, suggest that these
diketahui secara pasti, penelitian ini ditujukan innovations would have revolutionized the
untuk mengungkap apakah proses PBM khusus international stage for higher education”
untuk Mata Kuliah Dasar-dasar Bisnis periode
Tahun Akademik 2009-2010 memberi dampak Lebih lanjut DonOlcott, Jr. menekankan bahwa
positif atau belum. globalisasi sebagai pendorong terjadinya
keterkaitan ekonomi, sosial, politik, budaya, dan
Penelitian ini bertujuan pula mengungkapkan political life internasional yang lebih jauh
dalam hal apa saja keefektifan proses PBM yang mendorong penerapan e-learning (istilah terkait
telah dilengkapi dengan faktor-faktor tersebut di lainnya: distance learning, blended learning,
atas. distributed learning) agar mampu menciptakan
dunia baru yang berani.

II. KERANGKA TEORI Secara khusus terkait masalah ekonomi mikro yaitu
kondisi keuangan perguruan tinggi, Don Olcott, Jr.
Peningkatan kualitas secara terus-menerus (quality menyatakan:“colleges and universities have been
improvement) menjadi hal yang penting bahkan forced or driven to be more entrepreneurial to
Rasulullah saw. telah merumuskannya pada abad replace funding reductions”,namun ditekankan,
ke-7 secara mendalam dan jelas: langkah menuju entrepreneurial tersebut tidak
94 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 2, September 2011

diwujudkan dalam bentuk business-type activities 9:68) oleh karena itu tempatnya adalah di dasar
(Olcott, tp.,th.). neraka (Al Qur’an, 4:145) dan kekal di dalamnya
(Al Qur’an, 9:68).
Selain itu, bagaimana memaknai masa depan
adalah dengan menumbuhkan keyakinan para
peserta-didik akan perlunya kemampuan riset,
sehingga lebih berorientasi kerja, lebih giat belajar,
dan tidak menemui hambatan berat dalam belajar
(Murtonen et.al., 2008), tentunya pengamatan
langsung terhadap UMKM merupakan bagian dari
obervasi dan analisis usaha UMKM yang
dimaksud.

Sisi internal kualitas diri lainnya menurut Daft


(2006; 2010) dan Robbins dan DeCenzo (2005)
harus melibatkan 3 unsur yang saling terkait dan
sejalan dalam membentuk sikap (attitude) yaitu:
rasionalitas (cognitive), rasa (affective), dan
perilaku (behavior), dimana ketiganya haruslah
memiliki pemahaman yang sama atas suatu kondisi,
selanjutnya sikap (attitude) didefinisikan Daft
sebagai: Cognitive and affective evaluation that
predisposes a person to act (behavior – pen.) in a
certain way.

Bagaimana hubungan ketiganya dijelaskan oleh


Daft (2006; 2010) dengan amat menarik
sebagaimana dalam Gambar 1. Yang menjelaskan
kesesuaian antara ketiga unsur sikap untuk kondisi
kepuasan kerja (job satisfaction) sebagai contoh. Gambar 1. Komponen Sikap
Sisi rasionalitas akan mengatakan kepada diri: “My
job is interesting”, sedangkan sisi rasa menyambut
dengan: “I love my job”, perilaku pun mengarah Jika secara keilmuan, CD sebagaimana ilustrasi
kepada penyesuaian terhadap sisi rasionalitas dan dalam Gambar 1 hanya menjelaskan terjadinya
sisi rasa: “I’m going to get to work early with a kepuasan atau ketidakpuasan kerja (job
smile on my face” (Daft, 2006). satisfaction/dissatisfaction), maka agama Islam
jauh lebih jelas dan tegas bersikap terhadap sikap
Ketidaksesuaian kesimpulan yang diputuskan oleh menyimpang tersebut, seperti perintah agar kita
sisi rasionalitas (cognitive) dengan perilaku memerangi dan bersikap keras terhadap mereka (Al
(behavior) akan menimbulkan pertentangan di Qur’an, 66:19). Atau secara utuh Islam
dalam diri seseorang, yang disebut sebagai mewajibkan keterkaitan yang selaras dan tidak
cognitive dissonance atau CD (Daft, 2006; bertentangan antara faktor cognitive, affective, dan
Robbins & DeCenzo, 2005) dimana CD behavior untuk mewujudkan attitude yang dinamai
merupakan kondisi kejiwaan yang akan akhlak, dimana akhlak merupakan keselarasan
mengganggu kinerja seseorang yang pada antara ke-3 faktor tersebut. Akhlak yang buruk
gilirannya akan mengganggu kinerja perusahaan berisikan ketidakselarasan antara ke-3 faktor atau
secara keseluruhan. keselarasan untuk kejahatan, sedangkan akhlak
yang baik adalah keselarasan untuk kebaikan dari
Konsep cognitive dissonance (CD) yang coba ke-3 faktor tersebut.
dijauhi dan diatasi oleh semua organisasi, jelas-
jelas sejalan dengan ajaran Islam yang menjelaskan Melalui pendekatan teoritis di atas, pendekatan
bahwa mengatakan sesuatu dengan mulut apa-apa Daft (2006, 2010) serta Robbins & DeCenzo
yang tidak terkandung di dalam hati dinamai (2005) berbasis Al Qur’an dijadikan kerangka
munafik (Al Qur’an, 3:167) dan Allah swt. model utama SAP, sedangkan penggunaan
melaknati manusia yang munafik (Al Qur’an,
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 2, September 2011 95

teknologi (e-learning) dalam rangka mengaitkan 3.2 Tingkat kehadiran peserta (%)
diri dengan dunia global (Olcott), dan kemampuan
riset yang mempermudah belajar dan memasuki Hal tersebut dapat dilihat dari daftar hadir peserta.
dunia kerja (Murtonen, et. al. 2008) menjadi
bagian dalam pelaksanaan PBM itu sendiri. 3.3 Penggunaan Fasilitas e-learning

Untuk lebih jelasnya, SAP yang disusun Melalui rancangan PBM ini, peserta didorong
berdasarkan pembahasan teoritis di atas untuk aktif menggunakan fasilitas e-learning.
digambarkan pada diagarma di bawah ini (gambar
2). 3.4 Kemampuan Peserta dalam Setiap
Pertemuan

Dalam rancangan PBM ini peserta akan ditunjuk


secara acak pada setiap pertemuan untuk
RASIO-
NALITAS
SIKAP/Akhlaq Baik menjelaskan materi, baik materi minggu lalu
BAIK maupun materi yang akan dibahas pada pertemuan
(cognitive)
PERILAKU tersebut.
BAIK
(behavior)
RASA 3.5 Penggunaan Bahan Perkuliahan di luar
BAIK Bahan yang Ditetapkan
(conative)

SAP Penggunaan bahan ajar akan terlihat dari


pemaparan dan jawaban yang peserta berikan pada
setiap pertemuan (tertuang dalam SAP.

Gambar 2. Diagram 3.6 Pemahaman SAP

Keberhasilan pada butir 1 s/d 5 di atas pun dapat


III. METODE PENELITIAN menjadi alat ukur keberhasilan atas
tersosialisasikannya SAP dengan baik, karena inti
Metode yang digunakan adalah observasi dari PBM sesungguhnya adalah kesadaran peserta
participatory terhadap rancangan PBM yang atas HAK dan KEWAJIBAN mereka sebagai
diterapkan lalu untuk melihat hasilnya dilakukan peserta pada setiap MATA KULIAH sehingga
analisis terhadap hasil yang diharapkan diperoleh, berdampak kepada pengaturan waktu mereka
melalui pengukuran 6 alat ukur untuk mengukur sehari-hari.
keefektifitasan rancangan PBM tersebut dalam
bentuk kuesioner penilaian hasil dosen, olahan
data-data tingkat kehadiran, dan pengamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
tingkat kemajuan dalam menyerap materi.
4.1 Daya Serap Peserta
Alat ukur keberhasilan rancangan PBM berpatokan
kepada data-data Tahun Kademik 2007-2008, Dari data yang ada (Akademik, 2010) terlihat
2008-2009 (menggunakan rancangan PBM lama) adanya peningkatan nilai peserta-didik sekitar 5 -
dan Tahun Akademik 2009-2010 (menggunakan 10%, hal ini belum memuaskan namun jika dilihat
rancangan PBM terpadu), dengan rincian alat ukur dari data-data skor nilai tes masuk yang relatif tidak
keberhasilan sebagai berikut: adanya peningkatan passing grade yaitu masih
sekitar 40 untuk TPA, maka kenaikan 5 – 10%
3.1 Daya serap peserta sudah memuaskan.

Hal tersebut diukur dari meningkatnya jumlah 4.2 Tingkat Kehadiran Peserta (%)
perolehan nilai A dan B dari seluruh peserta
dibandingkan dengan perolehan nilai peserta pada Tingkat kehadiran yang meningkat menunjukkan
periode pelaksanaan rancangan baru PBM Tahun bahwa PBM yang dilakukan berhasil secara
Akademik 2009-2010. memuaskan, Terlihat pada grafik terutama
peningkatan amat signifikan terjadi di kelas
96 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 2, September 2011

Manajemen B yang naik sebanyak 26.9% (dari 67% dampak yang baik. Tingkat kehadiran yang
pada Tahun Akademik 2008-2009 menjadi 85% meningkat memang belum sepenuhnya
pada Tahun Akademik 2009-2010). menunjukkan bahwa PBM yang dilakukan berhasil
secara kualitas, namun dengan tingkat kehadiran
Pada kelas Akuntansi (Gambar 3) memang terlihat yang meningkat sekurang-kurangnya memberi
sedikit menurun sebanyak 0.8% (dari 83,2% pada harapan semakin banyak peserta yang menyerap
Tahun Akademik 2008-2009 menjadi 82,5% pada materi yang diberikan.
Tahun Akademik 2009-2010).
Pada pelaksanaan perkuliahan terdahulu (pada
GRAFIK TINGKAT KEHADIRAN (%) periode sebelumnya), terdapat cukup banyak
88%
peserta yang putus di tengah jalan atau bahkan
85% 85% tidak diizinkan mengikuti UAS karena jumlah
83.2%
83%

80% 80%
82.5%

80%
absen melebihi persyaratan (> 25%). Sehingga hal
78% 77%
78% Akuntansi ini dapat pula dijadikan alat ukur keberhasilan
%

Manajemen A
75% 75%
Manajemen B rancangan PBM ini.
73%

70%

68%
67%
4.3 Penggunaan Fasilitas e-learning
65%
2007 2008 2009

TAHUN AKADEMIK Pada pelaksanaan e-learning amat sedikit peserta-


didik yang turut berpartisipasi, ketika tugas-tugas
Gambar 3. Grafik tingkat kehadiran disampaikan melalui e-learning justru banyak yang
tidak mengumpulkan, jalan keluarnya adalah
memaksa peserta-didik untuk akses, namun hal
Pada pelaksanaan perkuliahan terdahulu (pada tersebut masih menyisakan jumlah yang cukup
periode sebelumnya), terdapat cukup banyak signifikan sehingga e-learning yang tadinya
peserta yang putus di tengah jalan atau bahkan diharapkan menjadi media komunikasi yang efektif,
tidak diizinkan mengikuti UAS karena jumlah justru menjadi alat penghukum bagi peserta-didik.
ketidak-hadiran melebihi persyaratan (>2 kali
kehadiran). 4.4 Kemampuan Peserta dalam Setiap
Pertemuan
Pada Gambar 4 terlihat bahwa walaupun secara
persentase tingkat kehadiran di bawah minimal Dalam proses ini terlihat peningkatan peserta-didik
terlihat besar (Akuntansi: 6,1%, 0%, 12%. atas materi yang diberikan dengan meningkatnya
Manajemen A: 7,4%, 6,1%, 13,3%. Manajemen B: jumlah pertanyaan per sesi menjadi sejumlah ± 10
7,1%, 27,6%, 6,4%) namun secara kumulatif pertanyaan. Dengan SAP yang lama, dapat
tingkat kehadiran justru kecenderungannya dikatakan peserta didik tidak termotivasi untuk
meningkat. bertanya, bahkan menghindar untuk bertanya jika
diminta untuk bertanya.
TINGKAT KEHADIRAN DIBAWAH MINIMAL (< 12)
Demikian pula peserta-didik yang menyampaikan
30.0
27.6
pertanyaan terlihat bukan hanya meningkat secara
25.0 jumlah bahkan meningkat pula dalam kualitas
PERSENTASE

20.0 Akuntansi dengan memasukkan kejadian-kejadian saat ini


15.0 Manajemen A
13.3
12.0 Manajemen B
kedalam pertanyaan.
10.0
7.4
7.1 6.4
5.0 6.1 6.1

0.0 0.0
4.5 Penggunaan Bahan Perkuliahan di luar
1 2 3 Bahan yang Ditetapkan
TAHUN AKADEMIK

Terjadi peningkatan penggunaan tambahan bahan


Gambar 4. Tingkat kehadiran dibawah minimal (<12) acuan selain dari bahan acuan yang telah diberikan
dalam menyusun bahan presentasi dan bahan
tersebut secara topik bahasan sudah sesuai dan
Dari hasil tersebut dapat dikatakan penerapan SAP tepat.
dan PBM berbasis sikap (attitude) memberikan
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 2, September 2011 97

4.6 Pemahaman SAP diharapkan, yang ditunjukkan melalui 2 (dua)


alat ukur sebagai berikut:
Dengan disosialisasikannya SAP pada pertemuan a. Meningkatnya Penggunaan Fasilitas
pertama terlihat memberikan dampak positif e-learning:
terhadap kesiapan peserta-didik dalam setiap sesi Perlu diteliti lebih lanjut mengapa
pertemuan, sehingga mereka walaupun tidak penggunaan e-learning justru menjadi
semua, mempersiapkan catatan-catatan ringkas atas tambahan beban bagi peserta-didik.
topik bahasan yang akan dibahas, sehingga mereka b. Berhasilnya Sosialisasi SAP:
terlihat mampu menyampaikan pertanyaan dan Sosialisasi SAP memang memenuhi
komentar secara lebih terarah dan terperinci kebutuhan akan kejelasan informasi
mengenai materi apa yang akan diperoleh,
namun tidak menjamin meningkatnya
V. KESIMPULAN motivasi belajar secara menyeluruh.

Pelaksanaan PBM berbasis teori sikap (attitude)


menunjukkan adanya perbaikan dalam penyerapan DAFTAR ACUAN/PUSTAKA
materi PBM, yang ditunjukkan melalui 4 (empat)
alat ukur sebagai berikut: [1] Al Quran. (2004). Al Quran Digital (Versi 2.0).
[2] American Psychological Association. (2001).
1) Meningkatnya daya serap peserta. Terjadi Publication manual of the American Psychological
Association (Ed. 5). Washington D.C.: Penulis.
peningkatan nilai peserta-didik sekitar 5 – 10%.
[3] Daft, R. L. (2006). Management (Ed. 7). Cengage.
[4] Daft, R. L. (2010). New era management (Ed. 9).
2) Meningkatnya persentase (%) tingkat Cengage.
kehadiran peserta: [5] Deming, W. E. (1986). Out of the crisis, dalam
Dari data terlihat bahwa jumlah tingkat Jennifer Field Brown & Bennie L. Marshall.
kehadiran minimal cukup besar namun jumlah (2008). Continuous quality improvement. Nursing
tingkat kehadiran kumulatif justru Education PerspectivesProQuest Health and
menunjukkan kecenderungan naik, dengan kata Medical Complete, 29,4.
lain walaupun jumlah peserta-didik yang [6] Kurtz, D. L., and Boone, L. E. (2007).
hadirnya sedikit cukup banyak namun jumlah Contemporary business. Thomson - South Western.
[7] Madura, J. (2007). Introduction to business (Ed.4).
peserta-didik yang hadir justru menunjukkan
Cengage.
kenaikan yang besar, sehingga secara kumulatif [8] Murtonen, M., Olkinuora, E., Tynjala, P, &
tetap menunjukkan kehadiran yang meningkat. Lehtinen E. (2008). Do I need research skills in
working life: University students’ motivation and
3) Meningkatnya Kemampuan Peserta dalam difficulties in quantitative methods courses. Higher
Setiap Pertemuan: Education Review, 56.
Dalam proses ini terlihat peningkatan peserta- [9] Olcott, D. Jr. (tp,th). Going global: Perils and
didik atas materi yang diberikan dengan promises for open and distance education. Higher
meningkatnya jumlah pertanyaan per sesi EducationViewpoint.
menjadi sejumlah ± 10 pertanyaan. Demikian [10] Robbins, S. P., & DeCenzo, D. A. (2005).
Fundamentals of management (Ed. 5). Prentice
pula peserta-didik yang menjawab pertanyaan
Hall, Inc.
terlihat bukan hanya meningkat secara jumlah [11] Shewhart, W. A. (1931). Economic control of
bahkan meningkat pula dalam kualitas Quality of Manufactured products. dalam American
pertanyaan, dengan memasukkan kejadian- Society for Quality. (tp.th.). Common quality issues
kejadian saat ini kedalam pertanyaan. in education.
[12] Tilstra, D. (2008). Leadership development in
4) Meningkatnya Penggunaan Bahan higher education: What the research shows is
Perkuliahan di luar Bahan yang Ditetapkan: working and why. The Journal of Applied
Dalam hal ini terjadi peningkatan penggunaan Christian Leadership.
bahan acuan selain dari bahan acuan yang telah
diberikan dalam menyusun bahan presentasi
dan bahan tersebut secara topik bahasan sudah
sesuai dan tepat. Beberapa alat ukur
menunjukkan angka penilaian yang belum
dapat dijadikan alat ukur sebagaimana
98 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 2, September 2011

LAMPIRAN 1. d. Pihak [yang memiliki otoritas untuk]


RANCANGAN SATUAN ACARA memeriksa.
PERKULIAHAN (SAP) BERBASIS SIKAP Harus disebutkan pula siapa pihak yang
(attitude) memeriksa agar pemantauan terhadap kualitas
materi pengajaran telah dilakukan oleh pihak
1) Struktur yang kompeten dan berwenang memeriksanya.
Biasanya diisi oleh Kepala Program Studi.
Pertemuan baku sebuah Mata Kuliah sekurang-
kurangnya 16 minggu (PP, 1999). Setiap e. Pihak [yang memiliki otoritas untuk]
pertemuan sekurang-kurangnya akan membahas 1 menyetujui.
topik bahasan, namun adakalanya hingga 2 topik, Dan proses penjaminan mutu materi pengajaran
jika kedua topik bahasan tersebut terkait dan dinilai dinyatakan dengan adanya pihak yang
akan lebih dapat dimengerti oleh peserta-didik jika menyetujui materi pengajaran diberikan kepada
diberikan dalam 1 pertemuan. peserta-didik. Biasanya diisi oleh Dekan.

Susunan SAP untuk MK Dasar-dasar Bisnis secara f. Nomer dokumen.


umum berdasarkan kepada kejelasan informasi Dengan berkembangnya materi pengajaran
yang terkait dengan mata kuliah, sehingga SAP mengikuti perkembangan hasil penelitian
yang disusun akan memiliki struktur pengajaran maupun kondisi nyata di lapangan, maka
sebagai berikut: mungkin saja terjadi nama-nama mata kuliah
yang mirip satu dengan lainnya. Penomeran
2) Identitas Mata Kuliah. akan mampu mengatasi hal tersebut apalagi
nomer juga memiliki makna kodifikasi, antara
Identitas mata kuliah akan memberikan penjelasan lain seperti: kode pengelompokan dengan mata-
dan kejelasan bagi peserta-didik, sehingga mata kuliah yang erat kaitannya (terkait dengan
diharapkan mereka dapat mengatur proses dan cara rumpun ilmunya), kode tahun ditetapkannya
belajar yang sebaik-baiknya. Secara lengkap (yang juga bermakna berlaku untuk mahasiswa
identitas tersebut diuraikan sebagai berikut: tahun tersebut), kode kelompok mata kuliah
(MPK, MPP, MKBK, dll.), kode kelompok
a. Nama, kode, dan besaran SKS mata kuliah. mata kuliah sesuai lingkupnya (universitas,
Penamaan suatu mata kuliah harus fakultas, program studi, atau peminatan), kode
menggambarkan isi dan proses perkuliahan, menunjukkan revisi ke berapa sesuai revisi
khususnya bagi dunia kerja, dimana dalam yang telah dilaksanakan, dan lain-lain.
proses seleksi pegawai, penilaian atas dokumen
transkrip nilai dari calon yang melamar, cukup g. Jumlah halaman.
memiliki bobot penilaian yang tinggi. Standar bagi setiap dokumen penting, diberi
nomer halaman dan nomer halaman
b. Status mata kuliah. keseluruhan, agar memudahkan bagi peserta-
Status mata kuliah menjelaskan apakah mata didik untuk memahami mata kuliah yang
kuliah menjadi syarat bagi mata kuliah lainnya, memiliki penjelasan yang panjang dan
jika sebagai prasyarat akan disebutkan status karenanya memiliki halaman yang banyak
sebagai mata kuliah prasyarat bagi mata kuliah (lebih dari 2 halaman).
lainnya.
h. Periode pemberlakuan.
c. Penyusun mata kuliah. Mewakili simbol yang menyatakan bahwa
Untuk dapat memberikan materi PBM yang susunan SAP mengalami proses
berkualitas, maka penyusun mata kuliah harus penyempurnaan secara berkelanjutan, dan
dicantumkan, sehingga secara transparan akan untuk melacaknya adalah dengan melihat
dapat dinilai oleh siapapun, bahwa penyusunan periode pemberlakuan SAP.
SAP mata kuliah dilakukan oleh pihak-pihak
yang kompeten di bidangnya. i. Dosen pengampu mata kuliah.
Pencantuman nama dosen yang diberi
tanggungjawab untuk mengampu mata kuliah,
sehingga memudahkan pula evaluasi terhadap
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 2, September 2011 99

dosen tersebut sejauh mana berhasil pembelajaran terhadap ke-3 unsur sikap
meyampaikan materi kepada peserta-didik. (rasionalitas, rasa, dan perilaku) dapat
dipastikan dan terukur pelaksanaannya.
j. Tujuan instruksional umum (TIU).
Merupakan gambaran (description) mata kuliah Metode juga ditekankan kepada penumbuhan
secara umum sebagai rambu, agar peserta-didik jiwa kepemimpinan (leadership) melalui
dan dosen mengetahui apa yang akan diperoleh sekurang-kurangnya empat elemen (Tilstra,
dan diajarkan, sehingga proses pembelajaran 2006): kombinasi antara teori dan praktek,
akan dapat dipantau baik oleh dosen maupun pembelajaran eksperimen (experiential
peserta-didik. learning), pembelajaran layanan (service
learning), dan elemen pemberian wewenang
k. Standar kompetisi. serta refleksi peserta–didik terbimbing (element
Merupakan gambaran atas kompetensi yang of mandatory and guided student-reflection).
akan dimiliki oleh peserta-didik setelah
mengikuti mata kuliah. Kombinasi antara teori dan praktek diwujudkan
dalam bentuk tugas kelompok menyusun
l. Komposisi nilai. Rencana Bisnis lengkap berbasis sebuah bisnis
Memaparkan bagaimana nilai diperoleh dan nyata setingkat UMKM yang secara seiring-
dari mana saja nilai terbesar berasal. Hal ini sejalan diamati serta dilakukan tanya-jawab
menjadikan peserta-didik sadar sejak awal atas terhadap pemilik UMKM tersebut.
konsekuensi dari proses belajar yang mereka
lakukan. Pembelajaran eksperimen dengan sendirinya
dijalankan pula ketika melakukan pengamatan
m. Daftar sumber rujukan. tersebut.
Merupakan daftar buku atau sumber yang
menjadi rujukan utama mata kuliah. Pembelajaran layanan diungkapkan dalam
Dinyatakan pula bahwa sumber tidak terbatas bentuk saran-saran kepada pemilik UMKM
kepada daftar yang ada, melainkan harus tersebut baik secara diskusi langsung maupun
dilengkapi dengan usaha peserta-didik untuk dalam paparan makalah kelompok.
melengkapi dan menambah bahan ajar,
terutama dari internet. Elemen pemberian wewenang serta refleksi
peserta-didik terbimbing diungkapkan melalui
3) Tatap Muka. proses diskusi hasil kemajuan pengamatan
dalam setiap sesi pertemuan dengan alokasi
Menunjukkan sekurang-kurangnya hari apa tatap waktu ± 10 menit.
muka diadakan, jika manajemen pengelolaan
kalender akademik sudah sangat tertib dan terpadu d. Tujuan instruksional khusus (TIK).
(comprehensive) maka dicantumkan juga hari, Berisi penjelasan khusus mengenai apa yang
tanggal, bulan, dan ruangnya. harus dipersiapkan dan dilakukan oleh peserta-
didik disetiap tatap muka.Memberi gambaran
a. Topik utama / pokok bahasan. pula apakah pembelajaran dilakukan di kelas
Merupakan pokok bahasan yang akan atau di luar kelas.
didiskusikan pada setiap tatap muka. Jumlah
topik bisa saja lebih dari 14 dalam 14 kali tatap e. Alat pembelajaran.
muka tersebut. Menjelaskan alat apa saja yang harus disiapkan
oleh dosen maupun peserta-didik pada setiap
b. Uraian materi dari topik. tatap muka.
Merupakan uraian lebih rinci dari topik,
sehingga peserta-didik mendapatkan gambaran f. Tugas terstruktur.
yang jelas mengenai materi apa yang akan Berisi tugas-tugas yang harus dibuat oleh
dipelajari pada setiap tatap muka. peserta-didik dan diserahkan pada tatap muka
berikutnya. Ada kesamaan dengan kuis, yaitu
c. Metode pembelajaran. tidak diberikan pada setiap tatap muka,
Merupakan komponen SAP yang amat penting, sedangkan perbedaannya adalah, kuis diberikan
karena disinilah jaminan akan terlaksananya tanpa diberitahu sebelumnya.
100 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 2, September 2011

g. Estimasi waktu pelaksanaan. sedang dibahas. Tugas kelompok


Memberikan gambaran waktu yang dibutuhkan menekankan pemahaman yang
untuk menyelesaikan materi yang diberikan komprehensif mengenai keseluruhan topik
ketika tatap muka. selama 1 semester. Diberikan bobot
penilaian sebesar-besarnya 10%.
h. Evaluasi. - Ujian Tengah Semester (UTS): Tes untuk
Menguraikan capaian secara materi apa yang mengukur pemahaman para peserta-didik
diharapkan dikuasai oleh peserta-didik, baik terhadap setengah dari bahan yang
setiap tatap muka maupun ketika UTS dan diberikan. Menjadi titik evaluasi besar
UAS. pertama, sehingga para peserta-didik dapat
pula mengukur sudah sampai dimana
i. Sumber rujukan. dirinya memahami bahan yang telah
Merupakan daftar rujukan yang harus dibaca diberikan. Dilaksanakan pada minggu ke-8
oleh peserta-didik sebelum tatap muka, tatap muka. Bobot kurang lebih 30%.
diharapkan peserta menambah rujukan dari - Ujian Akhir Semester (UAS): Tes untuk
sumber lainnya. mengukur pemahaman para peserta-didik
terhadap seluruh bahan yang diberikan.
4) Proses Penyusunan Menjadi titik evaluasi besar terakhir,
dimana para peserta-didik akan diukur
Dalam mewujudkan SAP yang diinginkan maka kemampuan dirinya memahami seluruh
perlu dilakukan proses penyusunan yang bahan yang telah diberikan. Dilaksanakan
memberikan gambaran bahwa kualitas SAP dapat pada minggu ke-16 tatap muka. Bobot
dijaga dan SAP memang dapat dilaksanakan. penilaian terbesar yaitu sekitar 40%.

Untuk itu beberapa langkah pokok perlu dilakukan c. Penetapan sumber rujukan.
sebagaimana diuraikan berikut ini: Memadukan sumber bahan rujukan yang di
anjurkan dengan bahan rujukan yang
a. Penetapan standar kompetensi. dikembangkan dan ditambahkan oleh peserta-
Merupakan kompetensi minimal yang harus didik. Diutamakan sumber rujukan yang
dimiliki oleh peserta-didik, setelah mengikuti terbaru, baik materi maupun sudut-pandangnya,
mata kuliah yang diberikan. bahkan jika dijumpai, pandangan-pandangan
yang bertentangan termasuk yang dianjurkan,
b. Penetapan komposisi penilaian. untuk dapat didiskusikan dalam tatap muka.
Menekankan kepada akhir dari suatu proses
pembelajaran, dengan demikian bobot penilaian d. Penyusunan topik bahasan dan uraiannya.
UTS dan UAS akan dominan. Komposisi Secara umum disusun dengan menggunakan
penilaian memenuhi kriteria: pola urutan umum-khusus, dimana topik
- Keaktifan: Penilaian diberikan bukan dengan lingkup luas dibahas terlebih dahulu,
sekedar hadir di kelas, melainkan aktif seperti topik “Kondisi Bisnis Saat Ini”,
dalam menyampaikan pertanyaan, sehingga peserta-didik sejak awal mengetahui
pendapat, sanggahan, dan informasi yang posisi mata kuliah di tengah-tengah dunia
diperoleh di luar kelas termasuk beberapa bisnis yang sesungguhnya, baru kemudian
kuis. Bobot penilaian sekitar 10%-15%. diberikan bahasan dengan topik yang semakin
- Kuis: Suatu ujian untuk mengukur lama semakin mengerucut dan menyempit pada
pemahaman para peserta-didik atas bidang-bidang yang spesifik, seperti
beberapa topik (umumnya 1 buah topik “Kepemimpinan”.
utama) yang diberikan secara mendadak,
dimaksudkan agar peserta-didik selalu 5) Metode PBM
berada dalam proses pembelajaran.
Diberikan bobot penilaian sebanyak- Secara umum memenuhi kaidah pembelajaran:
banyaknya 5%. Mendengar dan tanya jawab (tatap muka, diskusi),
- Tugas-tugas: Terdiri atas tugas membaca (pemaparan), mengerjakan (pengamatan
perorangan/individu dan tugas kelompok. langsung, menuliskan pendapat melalui proses
Tugas individu bersifat mingguan berupa analisis), dan evaluasi hasil belajar (kuis, ujian).
makalah yang berisi ulasan topik yang
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 2, September 2011 101

a. Mendengar dan tanya jawab (tatap muka, mengamati secara langsung proses menyeluruh
diskusi). sebuah usaha bisnis di sekitar mereka. Usaha
Proses ini lebih banyak menyentuh sisi bisnis yang diamati hanya yang termasuk ke
rasionalitas (cognitive) dibandingkan sisi rasa dalam kategori Usaha Mikro dan Kecil (UMK),
(affective) apalagi sisi perilaku (behavior). agar pengamatan dapat dilakukan secara
Namun sisi rasa (affective) tetap dapat digugah menyeluruh dan mendalam. Dengan
melalui pemaparan bahan belajar yang disertai pengamatan langsung, peserta-didik dapat
diskusi dengan memasukkan pesan-pesan merasakan bagaimana pengusaha UMK
akhlak dalam memahami dan menjalankan tersebut menjalankan usahanya sejak dini hari
bisnis. hingga malam yang amat larut, peserta-didik
mendapatkan gambaran lengkap tidak hanya
Tatap muka yang dimaksud adalah, selain mengenai proses menjalankan usaha saja
pertemuan langsung di kelas, materi bahkan suasana rumah tangga dan sosial si
perkuliahan diberikan juga melalui fasilitas e- pelaku UMK terekam dengan jelas.
learning milik universitas yang dapat diunduh Dengan menjalani proses pengamatan
(download) setelah terlebih dahulu log-in langsung, peserta-didik akan semakin
dengan identitas perorangan melalui webmail menghayati arti dan nilai perjuangan hidup
UAI. melalui usaha yang diamati, sehingga
diharapkan membentuk pola pandang dan
Fasilitas e-learning dapat digunakan oleh perilaku.
peserta-didik secara luas, tidak hanya
menerima materi perkuliahan, melainkan dapat Agar sisi rasa dan sisi perilaku benar-benar
pula mengunggah (upload) makalah secara e- diasah, maka peserta didik diharuskan:
paper (makalah digital) sekaligus mendukung - Secara perorangan.
gerakan melindungi lingkungan hidup dengan Mengulas dan menganalisis UMK yang
mengurangi sebanyak mungkin penggunaan diamati dari salah satu topik bahasan yang
kertas, serta diskusi materi belajar secara maya diberikan dalam tatap muka, lalu
(chatting). menuangkannya dalam bentuk makalah.
Penekanan makalah perorangan adalahpada
b. Membaca (pemaparan). analisis terhadap proses bisnis berdasarkan
Proses ini membangun kemampuan sisi salah satu topik bahasan tatap muka,
rasionalitas (cognitive) peserta didik.Peserta- sehingga analisis akan sangat mendalam
didik diarahkan untuk membaca sumber pada satu aspek bahasan.
rujukan yang dianjurkan serta menambah bahan - Secara kelompok.
dari sumber lain seperti internet, baik artikel Mengulas dan meganalisis UMK yang
maupun jurnal online kemudian dipaparkan di diamati secara lengkap dan terpadu, lalu
kelas. menuangkannya dalam bentuk makalah
kelompok.
Pemaparan. Penekanan analisis makalah kelompok
Agar peserta-didik benar-benar membaca dan adalah menggali hal-hal dalam proses
mencari tambahan bahan rujukan, setiap tatap bisnis UMK yang dianggap belum
muka ditunjuk sekurang-kurangnya 2 peserta, memenuhi teori dan konsep ilmu
secara acak, untuk memaparkan hasil telaah manajemen bisnis yang baku lalu dicarikan
yang telah dilakukan. Pemaparan diharuskan usaha pemecahannya.
menggunakan alat dan piranti lunak terkini, Makalah kelompok harus dipaparkan dan
sehingga sekaligus mendorong peserta-didik dipertahankan secara terbuka di akhir
untuk mampu menggunakan teknologi semester.
informatika terkini. Pemaparan tugas kelompok dimungkinkan
diberikan dengan menggunakan berbagai
c. Mengerjakan (pengamatan langsung). media presentasi yang dikuasai, selain yang
Proses ini membangun kemampuan sisi rasa baku seperti piranti lunak microsoft office.
(cognitive) dan sisi perilaku (behavior) peserta
didik. d. Evaluasi hasil belajar.
Selama 1 (satu) semester, peserta-didik baik Evaluasi belajar ditujukan untuk mengukur
secara perseorangan maupun kelompok, sejauh mana peserta-didik telah
102 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 1, No. 2, September 2011

mengembangkan kemampuan dirinya dalam Bentuk evaluasi berupa kuis dan ujian.
ketiga unsur sikap serta kemampuan dirinya - Kuis.
dalam belajar secara mandiri dan berkelompok Tes per topik dilakukan tanpa jadual,
terutama dalam mencari bahan rujukan sehingga peserta-didik selalu
tambahan berbasis teknologi (internet). mempersiapkan diri setiap tatap muka.
Hasil evaluasi lengkap akan diunggah (upload) Dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali
di internet melalui fasilitas e-learning UAI, setiap Mata Kuliah.
sehingga setiap peserta mendapat gambaran - Ujian.
jelas apa adanya mengenai hasil evaluasi atas Dilakukan 2 kali, pada pertengahan
kemampuan dirinya dari berbagai aspek semester disebut Ujian Tengah Semester
penilaian. Bahkan jika atas persetujuan pihak (UTS) dan pada kahir semester dinamai
PKSI maka para orangtua peserta-didik dapat Ujian Akhir Semester (UAS).
pula memantau hasil dan kemajuan yang
dicapai putra-putri mereka.

Anda mungkin juga menyukai