NIM : 20071000035
KELAS : MANAJEMEN PENDIDIKAN (A)
UTS : MANAJEMEN STRATEGI PENDIDIKAN
Seni
Dalam Mengelola dan
Manajemen Memanfaatkan
Pengetahuan
a)
Internal Benchmarking
benchmarking internal yaitu pendekatan dilakukan dengan membandingkan
operasi suatu bagian dengan bagian internal lainnya dalam suatu organisasi, misal
dibandingkan kinerja tiap devisi di satu institusi pendidikan, dilakukan antara
departemen/divisi dalam satu institusi atau antar institusi dalam satu group
institusi.
Contoh :
SMK ST. Bartholomeus Benteng Jawa melakukan Benchmarking dengan SMK
ST. Petrus Ruteng yang sama- sama memfokuskan pada jurusan Desain Grafis
dengan RPL (Rekayasa Peranngkat Lunak).
benchmarking kompetitif adalah suatu pendekatan dilakukan dengan mengadakan
perbandingan dengan berbagai pesaing, misalnya membandingkan output lulusan
kepada lulusan yang dihasilkan pesaing dalam bidang yang sama. SMK ST.
Bartholomeus Benteng Jawa melakukan Benchmarking dengan SMK ST. Petrus
Ruteng menjadi SMK terbaik.
Benchmarking Fungsional adalah pendekatan dengan diadakan perbandingan
fungsi atau proses dari institusi lain dari berbagai institusi yang ada, atau dengan
kata lain dilakukan perbandingan dengan institusi yang lebih luas.
Benchmarking generik yaitu perbandingan pada proses fundamental yang
cenderung sama di setiap institusi. Misalnya memberi pelayanan pelanggan, dan
pengembangan strategi, maka dapat diadakan patok duga meskipun institusi itu
berada di bidang yang berbeda. Contoh : Metode pembelajaran,kurikulum sarana
dan prasarana.
b) benchmarking dalam Pendidikan adalah suatu aktivitas dimana suatu Lembaga
Pendidikan mengadakan evaluasi diri secara kontinu, dengan membandingkan
dirinya dengan institusi lain yang terbaik, sehingga lembaga tersebut dapat
mengidentifikasi, mengadopsi dan mengaplikasikan praktik-praktik yang lebih baik
secara signifikan. Dengan kata lain, praktik-praktik yang telah dilakukan oleh
lembaga terbaik tersebut digunakan sebagai patokan (benchmark atau patok duga)
atau standar kinerja normatif oleh lembaga pendidikan yang ingin memperbaikinya.
c) Proses benchmarking meliputi langkahlangkah sebagai berikut :
evaluasi diri (self-assessment). Selfassessment sangat penting dalam kegiatan
apapun karena dari sinilah akan dapat dirumuskan suatu tindakan yang dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi atau memperbaiki keadaan. hal-hal
yang perlu dikaji minimal menyangkut Sembilan komponen evaluasi diri yang
telah digariskan oleh Badan Akreditasi Sekolah, yang meliputi: (a) kurikulum
dan pembelajaran, (b) administrasi dan manajemen sekolah, (c) organisasi
kelembagaan sekolah, (d) sarana dan prasarana, (e) ketenagaan, (f) pembiayaan,
(g) peserta didik, (h) peran serta masyarakat, dan (i) lingkungan dan budaya
sekolah (Badan Akreditasi Sekolah Nasional, 2004).
Perbandingan (comparison), yaitu dengan mengidentifikasi organisasi (sekolah)
yang patut dicontoh, serta menentukan organisasi mana yang akan dijadikan
partner dalam melakukan benchmarking.
Analisis dan adaptasi, yaitu dengan melakukan refleksi mengapa organisasi
(sekolah) anda memperoleh hasil yang kurang baik, sementara organisasi
(sekolah) lain hasilnya lebih baik.
Rencanakan dan implementasikan, yakni dengan memikirkan secara cermat
tindakan apa yang perlu dilakukan, komunikasikan (sosialisasikan)
alternatifalternatif terbaik kepada semua warga sekolah, galang dukungan, dan
lakukan tindakan yang telah dirancang untuk mencapai perbaikan. Dan Kelima,
Umpan balik dan evaluasi, yaitu dengan mengamati dan menilai secara cermat
apa yang telah dilakukan dan hasil yang telah dapat dicapai.
d) 1. Manfaat Benchmarking
secara umum manfaat yang diperoleh dari benchmarking dapat dikelompokkan
menjadi tiga.
perubahan budaya (Cultural Change) yaitu benchmarking memungkinkan
lembaga pendidikan untuk menetapkan kinerja baru yang lebih realisitis, selain
itu benchmarking juga berperan meyakinkan setiap pelanggan akan kredibilitas
target. Misal, mempertegas visi misi lembaga pendidikan tersebut.
Perbaikan kinerja (Performance Improvement) yaitu, benchmarking membantu
lembaga pendidikan untuk mengetahui adanya kesenjangan tertentu dalam
kinerja untuk memilih proses yang akan diperbaiki.
Peningkatan kemampuan sumber daya manusia (Human Resources) yaitu,
benchmarking memberikan dasar pelatihan, berbagai pihak menyadari adanya
kesenjangan antara apa yang mereka kerjakan dengan apa yang dikerjakan
orang lain di institusi lain. Keterlibatan semua pihak dalam memecahkan
permasalahan sehingga SDM mengalami peningkatan kemampuan dan
keterampilan. Apalagi sinergi antara kegiatan organisasi ditingkatkan melalui
kerjasama lintas fungsional.
1. kelemahan hambatan strategi Bencmarking antara lain :
fokus internal yaitu organisasi terlalu berfokus internal (kepada diri sendiri)
dan mengabaikan kenyatan bahwa proses yang terbaik dalam kelasnya dapat
menghasilkan efisiensi yang jauh lebih tinggi, maka visi organisasi menjadi
sempit.
tujuan benchmarking terlalu luas yaitu benchmarking membutuhkan tujuan
yang lebih spesifik dan berorientasi pada bagaimana (proses), bukan pada
apa (hasil).
penjadwalan yang tidak realistis. Benchmarking membutuhkan kesabaran,
karena merupakan proses keterlibatan yang membutuhkan waktu. Sedangkan
penjadwalan yang terlampau lama juga tidak baik, karena mungkin ada yang
salah dalam pelaksanaannnya.
Komposisi tim yang kurang tepat. Perlu pelibatan terhadap orang-orang yang
berhubungan dan menjalankan proses organisasi sehari-hari dalam
pelaksanaan benchmarking.
Bersedia menerima “ok-in-class (yang terbaik dalam kelasnya)”. Seringkali
organisasi memilih mitra yang bukan terbaik dalam kelasnya. Hal ini
dikarenakan (yang terbaik di kelasnya tidak berminat untuk berpartisipasi,
riset mengidentifikasi mitra yang keliru, dan perusahaan benchmarking
malas berusaha dan hanya memilih mitra yang lokasinya dekat).
Penekanan yang tidak tepat. Tim terlalu memaksakan aspek pengumpulan
dan jumlah data. Padahal aspek yang paling penting adalah proses itu
sendiri.
Kekurangpekaan terhadap mitra. Mitra benchmarking memberikan akses
untuk mengamati prosesnya dan juga menyediakan waktu dan personil
kuncinya untuk membantu proses benchmarking kepada organisasi sehingga
mereka harus dihormati dan dihargai. Kedelapan, dukungan manajemen
puncak yang terbatas. Dukungan total dari manajemen puncak dibutuhkan
untuk memulai benchmarking, membantu tahap persiapan dan menjamin
tercapainya manfaat yang dijanjikan
4. Berdasarkan analisis TOWS dapat diketahui strategi yang dapat diterapkan oleh
Perguruan Tinggi Swasta, diantaranya SO, WO, ST, dan WT. Dari alternatif strategi
tersebut, sebagai berikut:
1. Strengths-Opportunities (S-O)
b. Mengundang Stokeholder dan alumni yang telah bekerja untuk turut menjadi
pembicara dalam promotour kampus baik di pusat keramaian, ke sekolah-sekolah dan
kegiatan organisasi di masyarakat seperti kegiatan karang taruna.
c. Mengeksploitasi pindahan mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) baik dalam
forum maupun promo media, dan menampilkan potongan rekaman video maupun
tutorial mahasiswa yang sedang belajar di perguruang tinggi swasta maupun alumni di
website mengenai sistem perkuliahan di forum-forum dan media social network
lainnya.
c. Memberikan discount biaya kuliah bagi mahasiswa yang mampu mengajak dan
mengantar tetangga maupun sanak saudaranya kuliah.
3. Strengths-Threats (S-T)
b. Melakukan komunikasi dan pertemuan secara kontinyu baik formal maupun informal
untuk meningkatkan hubungan yang harmonis guna meningkatkan kepuasan kerja dan
kepercayaan terhadap Pengelola.
5. Pada hakekatnya sekolah sebagai sebuah sistem yang harus dikembangkan secara terus
menerus dan menjadi sistem yang utuh dan mandiri dalam rangka mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditentukan. Sistem sekolah itu tidak dapat dipisahkan dari komponen-
komponen yang lainnya yang berada dalam sekolah dan harus memahami bagaimana
kinerjanya akan berpengaruh pada kinerja orang lain dan yang paling penting bahwa
setiap individu harus mampu bekerjasama untuk meningkatkan dan mengembangkan
mutu pendidikan khususnya hasil belajar. Dalam organisasi seperti sekolah, pengendalian
mutu meliputi berbagai proses perencanaan dan pengendalian. Bagian yang terpenting
dalam proses tersebut adalah pengendalian manajemen yang merupakan tindakan yang
dilakukan manajer untuk mengarahkan orang, mesin, dan fungsi-fungsi guna mencapai
tujuan dan saran organisasi sekolah.
a. Bagaimana pandangan saudara terhadap Sistem Pengendalian Manajemen yang
ada pada lembaga/sekolah dimana saudara saat ini bertugas, dan bagaimana
sebaiknya/idealnya? Jelaskan argumentasi saudara berdasarkan konsep/teori !
(Bila saudara masih fresh graduate bisa menggunakan contoh-contoh konkret
lembaga lainnya)
b. Bagaimana implementasi sistem pengendalian mutu yang ada pada
lembaga/sekolah saudara saat ini bertugas dan bagaimana idealnya Sistem
Pengendalian Mutu yang seharusnya dibangun agar lembaga tersebut memiliki
kualitas yang sustainable dalam jangka panjang? (Bila saudara masih fress
graduate bisa menggunakan contoh-contoh konkret lembaga lainnya)
Jawab:
a. Kegiatan kerja sama dalam lembaga tentunya diikuti oleh pola interaksi antar
individu atau kelompok. Mereka dengan keberagaman latar belakang,
kepribadian, kepercayaan, kemampuan, pendidikan dan pengalaman perlu
mendapat kendali sosial. Hal ini dimaksudkan agar perilaku mereka terarah dan
konsisten dalam mendorong pencapaian tujuan organisasi yang lebih efektif.
Sistem kendali inilah yang dikenal dengan istilah budaya organisasi. Melihat
begitu besar pengaruhnya bagi kesuksesan pencapaian mutu yang diinginkan,
maka penting bagi semua lembaga pendidikan untuk melaksanakan sistem
pengendalian manajemen melalui sumber daya manusia dan budaya organisasi.
b. Dalam pengendalian mutu sebenarnya yang dilihat itu mutu atau kualitas dari
lembaga pendidikan tersebut. Dan juga di dalamnya pengendalian mutu dari
seluruh tenaga pendidik dan juga siswa itu sendiri. Dengan demikian, sebuah
lembaga pendidikan dikatakan bermutu jika semua aparatnya berwawasan dan
tingkat kemutuannya baik.