Anda di halaman 1dari 18

EVALUASI KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN

MODEL CIPP (CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT)


Oleh

Andreas Matulandi1, Bayu Aji Seto Nugroho1, Win Rizki Putra Gayo1
1Pascasarjana
Universitas Negeri Malang

Abstrak. Evaluasi kurikulum memiliki peranan yang sangat penting bagi dunia
pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan. Melalui evaluasi kurikulum
kemajuan efektifitas guru dalam mengajar dapat terukur, prestasi siswa dapat
terpantau dengan lebih cermat dan bagi pengembang kurikulum dapat
memanfaatkan hasil evaluasi untuk memperbaiki di masa yang akan datang.
Dalam pelaksanaanya para evaluator kurikulum banyak memakai berbagai model
evaluasi kurikulum yang sudah banyak dikembangkan saat ini. Terdapat banyak
sekali model evaluasi program yang digunakan oleh para ahli. Salah satu model
evaluasi yang sering digunakan dalam dunia Pendidikan adalah model CIPP
(Context Input Process Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Dalam
model ini melihat pada empat hal yaitu konteks, input, proses dan produk. Model
ini memiliki keunikan atau ciri khas yaitu pada setiap evaluasi terkait pada
perangkat pengambilan keputusan yang menyangkut pada perencanaan dan
operasional sebuah program.
Kata Kunci: Evaluasi Kurikulum, Pendidikan Kejuruan, Model CIPP

Pendahuluan
Pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali mengganti kurikulum, yaitu tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013. Kurikulum berubah dimaksudkan
untuk mempersiapkan peserta didik agar lebih siap dalam menghadapi tantangan-tantangan di
masa depan melalui pengetahuan, keterampilan, sikap dan keahlian untuk beradaptasi serta bisa
bertahan hidup dalam lingkungan yang senantiasa berubah.

Menurut Mulyasa (2013), Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan


mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
dan tujuan pendidikan. Kurikulum juga diartikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Penyelenggarakan pendidikan kejuruan termasuk SMK saat ini berdasarkan standar
untuk bangsa bersaing di era revolusi 4.0 memasuki fase penting, yaitu fase dimana lulusan
pendidikan kejuruan akan dipertaruhkan kesiapannya dalam percaturan tenaga kerja di wilayah
regional Asia. Upaya yang harus dilakukan adalah melakukan penataan dan pembenahan
semaksimal mungkin dalam sektor pendidikan kejuruan, baik penataan dalam pola rekruitmen,
pengembangan program pendidikan dan kurikulum, inovasi proses pendidikan dan pelatihan,
pengembangan evaluasi dan sertifikasi.

Pengembangan kurikulum ini menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas


minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan (Permendikbud No.70
Tahun 2013). Kurikulum terbaru yang di pakai saat ini adalah kurikulum 2013 revisi, banyak
pembaharuan atau yang ada pada kurikulum 2013 revisi ini. Satu hal baru terkait dengan
Kurikulum 2013 revisi adalah pendekatan saintifik dalam seluruh proses pembelajaran.
Pembelajaran saintifik dalam Kurikulum 2013 dikenal adanya kegiatan mengamati, menanya,
menalar, mengasosiasi dan mengkomunikasikan (membangun jejaring sosial). Penilaian
autentik yang digunakan dalam kurikulum 2013 terdiri atas penilaian sikap spiritual dan sosial,
penilaian keterampilan dan penilaian pengetahuan.

Kurikulum 2013 yang sekarang masih memerlukan pengembangan untuk perbaikan di


masa yang akan datang. Selain itu, juga perlu diketahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh sekolah agar dapat diperbaiki dan memperlancar pelaksanaan Kurikulum 2013 revisi.
Dalam menilai apakah sebuah kurikulum telah terlaksana sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan dan untuk menilai apakah kurikulum tersebut sudah berhasil mencapai tujuan yang
diharapkan, maka sebuah kurikulum membutuhkan evaluasi guna memberi peneilaian terhadap
kurikulum tersebut.

Evaluasi kurikulum sangat penting untuk menentukan bagaimana, dan sejauh mana,
kualitas sistem perbaikan yang efektif dalam praktik pendidikan dan hasil. Standar terhadap
program, tujuan program, praktek belajar mengajar, hasil belajar membutuhkan penilaian dan
diintegrasikan ke dalam sistem evaluasi. Untuk melakukan hal ini, selain analisis statistik dan
dokumentasi pengolahan, metode penelitian kualitatif untuk evaluasi program juga harus
digunakan dalam memberikan analisis yang lebih mendalam untuk mendapatkan informasi
(Fatma Mizikaci, 2006).
Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum memiliki peranan yang sangat penting bagi dunia pendidikan,
khususnya pendidikan formal. Menurut Murtinugraha (2017) “Melalui evaluasi kurikulum
kemajuan efektifitas guru dalam mengajar dapat terukur, prestasi siswa dapat terpantau dengan
lebih cermat dan bagi pengembang kurikulum dapat memanfaatkan hasil evaluasi untuk
memperbaiki di masa yang akan datang”. Dalam pelaksanaanya para evaluator kurikulum
banyak memakai berbagai model evaluasi kurikulum yang sudah banyak dikembangkan saat
ini.

Evaluasi menurut Rakp Tyler dalam Suharsimi Arikunto (2009) adalah sebuah proses
pengambilan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan
pendidikan tercapai. Tujuan Evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan
objektif tentang suatu progran. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Hamid Hasan (2003) adalah “Seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan.” Kurikulum merupakan alat untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan. Mengevaluasi keberhasilan sebuah pendidikan berarti juga
mengevaluasi kurikulumnya.

Measurement adalah salah satu model dalam evaluasi kurikulum. Menurut Ibrahim &
Masitoh (2011:1) “Measurement merupakan evaluasi yang menekankan pada pengukuran
perilaku siswa. Hasil evaluasi digunakan terutama untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan
pendidikan dan perbandingan efektivitas antara dua atau lebih metode pendidikan. Objek
evaluasi dititik beratkan pada hasil belajar terutama dalam aspek kognitif yang dapat diukur
melalui skor hasil tes”. Konsep measurement menekankan pentingnya objektivitas dalam
evaluasi. Aspek objektivitas ini perlu dijadikan landasan dalam rangka mengembangkan
konsep dan sistem evaluasi.

Pendekatan yang digunakan oleh konsep ini sangat besar pengaruhnya dalam berbagai
kegiatan pendidikan, seperti seleksi dan klasifikasi siswa, pemberian nilai di sekolah dan
kegiatan penelitian pendidikan. Model evaluasi ini terbatas hanya mengenai hasil belajar yang
bersifat kognitif. Padahal hasil belajar yang bersifat kognitif bukanlah satu-satunya indikator
bagi keberhasilan suatu kurikulum. Kurikulum diharapkan dapat mengembangkan berbagai
potensi yang ada pada diri siswa.
Kurikulum sebagai program belajar siswa perlu dievaluasi sebagai bahan balikan dan
penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, anak didik serta
pengembangan ilmu dan teknologi. Evaluasi kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dan proses pembelajaranya. Tetapi, juga rancangan dan pelaksanaan kurikulum,
kamampuan dan kemajuan siswa, saranan dan prasarana, serta sumber belajarnya.

CIPP (Context, Input, Process, Product)

Terdapat banyak sekali model evaluasi program yang digunakan oleh para ahli. Salah
satu model evaluasi yang sering digunakan dalam dunia Pendidikan adalah model CIPP
(Context Input Process Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam.

Context Input Process Product (CIPP) menurut Arikunto dan Jabar (2007:29) dalam
Muyana (2017) adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai
sebuah sistem. Sasaran model evaluasi Context Input Process Product (CIPP) memiliki empat
komponen dasar dari proses sebuah program kegiatan. Komponen tersebut antara lain evaluasi
terhadap konteks (context evaluation), evaluasi terhadap masukan (input evaluation), evaluasi
terhadap proses (process evaluation), evaluasi terhadap hasil (product evaluation).

Menurut Badrujaman (2011) dalam Muyana (2017) sasaran utama dari evaluasi
terhadap konteks (context evaluation) adalah untuk menelaah status objek secara keseluruhan
sehingga dapat memberikan deskripsi mengenai karakteristik lingkungan. Pada pelaksanaan di
sekolah kejuruan terkhusus teknik kendaraan ringan, evaluasi terhadap context bertujuan untuk
mengetahui apakah tujuan yang lama dan prioritas telah sesuai dengan kebutuhan layanan.

Dalam membantu menentukan program yang membawa dampak pada perubahan,


evaluasi terhadap masukan (input evaluation) dilakukan dengan menelaah dan menilai
pendekatan yang relevan yang dapat digunakan. Melalui evaluasi terhadap masukan dapat
diketahui dukungan sistem di sekolah terhadap strategi yang dipilih. Evaluasi terhadap
masukan bertujuan untuk mengidentifikasi dan menelaah kapabilitas sistem, alternatif strategi
program, desain prosedur dimana strategi akan diimplementasikan. Pada pelaksanaan kejuruan
perbaikan kendaraan ringan, evluasi terhadap masukan dapat berupa jumlah sumberdaya
manusia, dukungan sarana, dan prasarana.

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang berorientasi pada seberapa jauh kegiatan
program terlaksana sesuai dengan rencana. Evaluasi proses melibatkan aspek apa kegiatannya,
siapa penanggungjawab program, dan kapan kegiatan selesai. Implementasi dari evaluasi
proses ini dapat melalui pre-test post-test, observasi, self-report perbaikan tingkah laku, self-
study, studi kasus, pengukuran sosiometri, data kehadiran dan kedisiplinan, serta hambatan-
hambatan yang ditemui.

Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur, menginterpretasikan,


dan menilai capaian program. Selain itu, untuk menilai luaran atau outcome dan
menghubungkan hal tersebut secara objektif dengan konteks, input, dan proses. Keempat
komponen evaluasi Context Input Process Product (CIPP) merupakan komponen yang saling
berinteraksi secara dinamis dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Untuk lebih detailnya dapat dilihat
pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Dinamika Aksi Model CIPP


Proses evaluasi tidak hanya berakhir pada suatu deskripsi keadaan sistem yang
bersangkutan, tetapi juga sampai pada pengambilan keputusan sebagai kesimpulan dari hasil
akhir evaluasi. CIPP juga menuntut supaya hasil evaluasi digunakan sebagai masukan untuk
decision making dalam rangka untuk menyempurnakan sistem dengan keseluruhan. Dalam hal
ini pendekatan yang digunakan adalah penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan
patokan (PAP). Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada penjelasan table 1.1 berikut:

Evaluasi konteks Evaluasi input Evaluasi proses Evaluasi produk


Menentukan konteks Mengidentifikasi dan Mengidentifikasi atau Mengumpulkan
Tujuan organisasi, menilai kemampuan memprediksi, selama deskripsi dan
mengidentifikasi sistem, alternative proses berlangsung penilaian tentang
sasaran program dan strategi program, kesalahankesalahan hasil-hasil program;
menilai kebutuhan – desain prosedur untuk desain prosedur atau mengaitkan mereka
kebutuahan mereka, menerapkan strategi, pelaksanaannya; dengan tujuan,
mengidentifikasi budget dan jadwal memberikan informasi konteks, input, dan
peluang untuk program. untuk mengambil proses; dan
memenuhi kebutuhan keputusan yang belum menafsirkan
mereka, mengdiagnosis diprogramkan; dan keberhargaan dan
masalah - masalah mencatat dan menilai manfaat program.
yang melatari peristiwaperistiwa dan
kebutuhan tersebut, dan aktivitas-aktivitas
menilai apakah tujuan prosedural
yang sudah ditetapkan
cukup responsive
terhadap kebutuhan-
kebutuhan yang telah
dinilai.

Analisis sistem, survai, Menginventarisasi Memonitor potensi Menentukan dan


analisis dokumen, dan menganalisis hambatan prosedural mengukur kriteria
hearing, wawancara, SDM dan sumber dan mewaspadai hasil; mengumpulkan
tes diagnostik, dan daya materi, strategi hambatan yang tak penilaianpenilaian
teknik Delphi. solusi, fisibilitas & terduga, mencari terhadap hasil dari
keuangan; dan informasi khusus pihak-pihak yang
metodemetode lain tentang keputusan terlibat dalam
Metode seperti kajian yang telah program; &
pustaka, melihat diprogramkan, menganalisis secara
langsung mendeskripsikan kualitatif dan
programnya, proses yang kuantitatif
membentuk tim sebenarnya, dan
peninjau, memakai berinteraksi dengan
tes staf dan mengamati
aktivitas mereka.

Kaitan dengan Untuk mengambil Untuk memilih Untuk melaksanakan Untuk memutuskan
pengambilan keputusan tentang sumber pendukung, dan menyempurnaka n apakah akan
keputusan untuk pihak-pihak yang strategi solusi & desain dan prosedur melanjutkan,
mengubah menjadi sasaran desain prosedur, program, misalnya menghentikan,
proses program, tentang misalnya untuk untuk mengawasi memodifikasi
tujuan program dalam melakukan proses; & memberikan program, atau
hubungannya dengan perubahanperubahan catatan tentang proses memfokuskan ulang
pemenuhan kebutuhan secara tertata; dan yang sebenarnya pada perubahan; &
atau pemanfaatan memberikan dasar untuk menafsirkan memberikan catatan
peluang, & tentang untuk menilai hasil-hasil program. yang jelas tentang
tujuan dalam kaitannya pelaksanaan program. dampaknya (yang
dengan pemecahan sesuai dengan maksud
masalah, misalnya & tujuan awal atau
untuk merencanakan tidak, yang positif
perubahan; & atau negatif).
memberikan dasar
untuk menilai hasil
program.

Sumber : Madaus, Scriven, dan Stufflebeam (1983) dalam Mahmudi (2011)


Formatif dan Sumatif dalam Evaluasi Konteks (Context), Masukan (Input), Proses
(Process), dan Produk (Product).
Konsisten dengan fokus pengembangnnya, model CIPP menempatkan prioritas pada
membimbing perencanaan dan pelaksanaan upaya pembangunan. Dalam peran model formatif,
evaluasi konteks (context), masukan (input), proses (process), dan produk (product), masing-
masing melibatkan pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan? Bagaimana seharusnya itu
dilakukan? Apakah berhasil?. Sebelum dan selama pengambilan keputusan dan proses
pelaksanaan, evaluator menyampaikan pertanyaan-pertanyaan ini untuk memandu dan
memperkuat pengambilan keputusan, membantu staf dalam bekerja untuk mencapai hasil yang
sukses, dan membantu mempertahankan akuntabilitas. Tabel 1.1 merangkum penggunaan
model CIPP untuk evaluasi formatif dan sumatif. Tabel tersebut mencakup banyak informasi
evaluatif yang diperlukan untuk memandu dan menghasilkan laporan yang kredibel, dan
laporan evaluasi sumatif yang dapat dipertahankan.
Tabel 1.2 Relevansi dari Empat Jenis Evaluasi formatif dan Peran Evaluasi sumatif

Tipe Evaluasi
Peran Evaluasi Konteks
Masukan (Input) Proses (Process) Produk (Product)
(Context)
Evaluasi formatif: Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan
aplikasi calon bimbingan bimbingan untuk bimbingan untuk bimbingan untuk
untuk memilih strategi melaksanakan melanjutkan,
Informasi CIPP mengidentifikas program dan memodifikasi,
dan penilaian i intervensi yang menetapkan rencana Rencana mengadopsi, atau
untuk membantu dibutuhkan, implementasi dan operasional mengakhiri program
dalam memilih tujuan, anggaran dengan dengan dengan
pengambilan dan mengatur menilai dan pemantauan, mengidentifikasi,
keputusan, prioritas dengan melaporkan tentang menilai, dan
implementasi mendokumentasi
menilai dan strategi alternatif dan kan, menilai, dan melaporkan hasil
program, jaminan melaporkan rencana alokasi pada pertengahan
kualitas, dan melaporkan
kebutuhan, sumber daya dan kegiatan pelaksanaan dan hasil
akuntabilitas kemudian erat jangka panjang,
masalah, aset, program dan
memeriksa dan pengeluaran termasuk efek
dan kesempatan menilai rencana samping
operasional secara
spesifik

Evaluasi sumatif: Menilai tujuan Menilai rencana Menilai program Menilai kesuksesan
Penggunaan dan prioritas implementasi dan implementasi program dengan
dengan anggaran dengan dengan membandingkan hasil
Informasi CIPP membandingkan sepenuhnya dan efek samping
untuk dengan membandingkannya menggambarkan dengan kebutuhan
menjumlahkan penilaian dengan kebutuhan dan menilai yang ditargetkan,
nilai program kebutuhan, target dari manfaat proses dan biaya memeriksa efektivitas
(Misalnya, masalah, aset, dimaksudkan, dan yang sebenarnya, biaya, dan
kualitas, dan kesempatan dengan pesaing serta membandingkan
kegunaan, kritis, dan menilai membandingkan biaya dan hasil
kejujuran, proses yang dengan program yang
keadilan, kompatibilitasnya
dengan direncanakan kompetitif, serta
kelayakan, biaya, implementasinya dan proses aktual menafsirkan hasil
efisiensi, pada lingkungan dan biaya terhadap pengeluaran
keamanan, dan sumber daya dan
signifikansi) sejauh mana rencana
operasional.

Sumber : Madaus, Scriven, dan Stufflebeam (1983) dalam Mahmudi (2011)

Komponen Nilai-nilai dari Model CIPP


Stufflebeam (2003) menerangkan gambar 2 yang merangkum elemen dasar dari model
CIPP dalam tiga lingkaran konsentris dan menggambarkan pentingnya pusat nilai yang
ditetapkan. Lingkaran dalam menunjukkan nilai-nilai inti yang harus didefinisikan dan
digunakan untuk mendasari evaluasi yang diberikan. Roda seputar nilai-nilai dibagi menjadi
empat fokus evaluatif yang berhubungan dengan program atau usaha lainnya: tujuan, rencana,
tindakan, dan hasil. Roda luar menunjukkan jenis evaluasi yang melayani masing-masing
empat fokus evaluatif : konteks (context), masukan (input), proses (process), atau produk
(product). Setiap dua-arah panah merupakan hubungan timbal balik antara fokus evaluatif
tertentu dan tipe evaluasi.

Gambar 2 Komponen Nilai-nilai dari Model CIPP

Menggunakan Kerangka Model CIPP untuk Mendefinisika Pertanyaan Evaluasi

Tabel 1.3 menggambarkan bagaimana kerangka CIPP dapat digunakan untuk


mengidentifikasi dan meninjau kemungkinan pertanyaan untuk evaluasi program. Baris
pertama mengidentifikasi pertanyaan generik untuk evaluasi konteks (context), masukan
(input), proses (process), produk (product) dan analog baris kedua mengidentifikasi pertanyaan
generik untuk evaluasi sumatif.
Tabel 1.3 Ilustrasi pertanyaan
Tipe Evaluasi
Peran
Konteks Proses
Evaluasi Masukan (Input) Produk (Product)
(Context) (Process)
Formatif • Apa prioritas • Pendekatan apakah • Sampai sejauh • Sejauh mana
kebutuhan yang paling mana indikator
tertinggi dari menjanjikan untuk program yang keberhasilan
program yang mencapai didanai diamati dan dinilai?
diinginkan? kebutuhan yang dilanjutkan • Apa indikator lain
• Apa tujuan ditargetkan dan pada waktu, yang muncul yang
harus dicapai tujuan? anggaran, dan menunjukkan
untuk • Bagaimana secara bahwa program ini
memenuhi pendekatan ini efektif? berhasil atau tidak?
kebutuhan? membandingkan • Jika diperluka, • Apa efek samping
potensi sukses, bagaimana (positif atau
biaya, dan meningkatkan negatif) yang
seterusnya? desain muncul?
• Bagaimana program? • Bagaimana
pendekatan • Bagaimana seharusnya
dirancang secara bisa pelaksanaan
efektif, didanai, dan pelaksanaan dimodifikasi untuk
dilaksanakan? diperkuat? mempertahankan
• Apa kemungkinan keberhasilan?
hambatan dalam
pelaksanaan yang
efektif?

Sumatif • Sampai sejauh • Pendekatan apa • Sejauh mana • Sampai sejauh mana
mana yang dipilih untuk program pelaksanaan
program ini mencapai tujuan? dilakukan program secara
mengatasi • Bagaimana dengan sebagai dasar efektif menilai
kebutuhan strategi yang dipilih modifikasi kebutuhan dan
dengan jika dibandingkan dan mencapai tujuan?
prioritas dengan lainnya pengembanga • Apakah ada efek
tinggi? dalam hal n program samping negatif
• Sampai sejauh kesuksesan, • Seberapa baik atau positif yang
mana tujuan kelayakan, dan program tak terduga ?
program biaya? dieksekusi? • Kesimpulan apa
mencerminka • Seberapa baik • Berapa biaya yang dapat dicapai
n penilaian strategi dikonversi keseluruhan mengenai
kebutuhan ke informasi suara, program? efektivitas biaya,
yang rencana kerja? keberlanjutan, dan
diinginkan? perluasan
penerapan?

Sumber : Stufflebeam (2003) dalam Masruri (2016)

Penggambaran Kategori CIPP dan Evaluasi yang Relevan


Tabel 1.3 merupkan gambaran makna penting dari evaluasi konteks (context), masukan
(input), proses (process), produk (product). Tabel ini juga memberikan gambaran mengenai
empat jenis studi sesuai dengan tujuan mereka, metode, dan kegunaan. Tidak ada satu evaluasi
kemungkinan akan menggunakan semua teknik disebut di sini. Mereka disajikan untuk
memberikan gambaran tentang berbagai metode kualitatif dan kuantitatif yang berpotensi
berlaku dalam evaluasi CIPP.
Tabel 1.3 Empat Jenis Evaluasi dan Tujuan, Metode, dan Kegunaan
Peran Tipe Evaluasi
Evaluasi Konteks (Context) Masukan (Input) Proses (Process) Produk (Product)
Tujuan Untuk menentukan Untuk Untuk Untuk mengidentifikasi
konteks yang relevan, mengidentifikasi mengidentifikasi atau hasil yang diinginkan
mengidentifikasi populasi dan menilai memprediksi ataupun yang tidak
target dan menilai kemampuan kekurangan dalam diinginkan yang
kebutuhannya, sistem dan desain atau berhubungan
mengidentifikasi peluang alternatif strategi pelaksanaannya, dengan tujuan dan
untuk memenuhi program dan memberikan penilaian kebutuhan dan
kebutuhan, mendiagnosa kemudian menilai informasi untuk konteks, masukan,
masalah yang mendasari strategi desain Mengambil dan proses informasi
kebutuhan, dan yang telah dipilih, keputusan sebelum dalam hal faktor-faktor
menilai apakah tujuan anggaran, implementasi seperti kualitas, kegunaan,
program dan prioritas jadwal, dan program, menegaskan kejujuran, ekuitas, biaya,
cukup responsif terhadap kepegawaian dan kegiatan yang bekerja keamanan, dan signifikansi
kebutuhan yang dinilai keterlibatan dengan baik, dan
stakeholders merekam dan menilai
dalam kejadian prosedural
perencanaan dan kegiatan
Metode Analisis sistem, survei, Analisis Pemantauan potensi pengukuran objektif, skala
review dokumen, analisis dokumen, hambatan prosedural sikap, dokumentasi
data sekunder, interview, wawancara, pada program partisipasi, wawancara,
wawancara, fokus review literatur, dan mewaspadai fotografi catatan,
kelompok, tes diagnostik, Kunjungan yang tak terduga, analisis efektivitas biaya,
studi kasus, kunjungan program, studi tim memperoleh analisis parameter efek,
lapangan, studi advokat, checklist, informasi untuk evaluasi tujuan bebas,
epidemiologi, dan teknik pilot test, dan keputusan desain eksperimental, studi
Delphi content analysis implementasi, time-series, survei, analisis
mendokumentasikan isi, dan uji signifikansi
proses dan biaya,
memotret kemajuan,
dan secara teratur
berinteraksi dengan
pelaporan dari dan
dengan staf dan
stakeholders lainnya
Kegunaan Untuk menentukan Untuk memilih Untuk melaksanakan Untuk memutuskan dalam
pengaturan yang akan dukungan sumber dan melanjutkan,
digunakan, tujuan terkait strategi, solusi, menyempurnakan memodifikasi, atau
dengan pencapaian dan desain desain dan prosedur memfokuskan kembali
kebutuhan atau prosedural (yaitu program (yaitu, untuk suatu
menggunakan kesempatan, penataan, mempengaruhi proses program, dan untuk
prioritas untuk kepegawaian, dan kontrol kualitas), menyajikan
penganggaran penjadwalan, dan dan untuk catatan yang jelas tentang
waktu dan sumber daya, penganggaran menyediakan log dari efek (positif dan negatif),
dan perbaikan proses yang dibandingkan dengan
tujuan yang terkait dengan kegiatan), dan sebenarnya dan biaya penilaian
pemecahan masalah dan untuk program untuk kebutuhan, tujuan yang
perencanaan perubahan menyediakan menafsirkan hasil ditargetkan, dan biaya
program diperlukan, dan kriteria untuk
untuk menyediakan pelaksanaan
dasar dalam menilai hasil penilaian
Sumber : Stufflebeam (2003) dalam Masruri (2016)
1. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Evaluator menggunakan evaluasi konteks untuk menilai kebutuhan, masalah, aset, dan
peluang dalam lingkungan yang ditetapkan. Kebutuhan termasuk hal-hal yang diperlukan atau
berguna untuk memenuhi tujuan. Masalah merupakan hambatan dalam memenuhi kbutuhan
yang ditargetkan. Aset meliputi keahlian dan layanan yang dapat diakses dan dapat digunakan
untuk membantu memenuhi tujuan yang ditargetkan. Tujuan evaluasi konteks adalah untuk
menentukan konteks yang relevan, mengidentifikasi populasi sasaran dan menilai kebutuhan,
mengidentifikasi peluang untuk memenuhi kebutuhan, mendiagnosa masalah yang mendasari
kebutuhan, dan menilai apakah tujuan proyek sudah dapat menjawab kebutuhan yang ada
(Zhang, G., Zeller, N., et all., 2011). Peluang mencakup sumber dana yang mungkin
dimanfaatkan untuk mendukung upaya untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah
terkait.
Tujuan utama Evaluasi konteks ini adalah sebagai berikut:
 Menentukan batas dan menjelaskan pengaturan untuk program yang dimaksudkan
 Mengidentifikasi manfaat yang dimaksud dan menilai kebutuhannya
 Mengidentifikasi masalah atau hambatan dalam memenuhi kebutuhan
 Mengidentifikasi aset dan peluang pendanaan yang relevan dan dapat diakses sehingga
dapat digunakan untuk mengatasi kebutuhan yang ditargetkan
 Memberikan dasar untuk menetapkan perbaikan tujuan
 Menilai kejelasan dan ketepatan tujuan
 Memberikan dasar untuk hasil menilai subjek dari program
Evaluasi konteks dapat dimulai sebelum, selama, atau bahkan setelah proyek, program,
atau intervensi lainnya. Sebuah metodologi evaluasi konteks mungkin melibatkan
pengumpulan berbagai informasi tentang anggota populasi target dan lingkungan sekitar dan
melakukan berbagai jenis analisis. Diawali dengan meminta klien dan stakeholder lainnya
untuk membantu mendefinisikan batas-batas studi. Selanjutnya evaluator dapat menggunakan
berbagai teknik untuk menghasilkan dan menguji hipotesis tentang layanan yang dibutuhkan
atau perubahan layanan yang ada. Teknik ini mungkin mencakup meninjau dokumen,
menganalisis demografis dan data, melakukan audiensi dan forum komunitas, melakukan sesi
diskusi kelompok, dan mewawancarai penerima manfaat dan pemangku kepentingan lainnya.
Evaluator mungkin membangun instrumen survei untuk menyelidiki hipotesis tentang
adanya kebutuhan penerima manfaat. Evaluator harus memeriksa catatan yang ada untuk
mengidentifikasi pola kinerja dan latar belakang informasi tentang populasi sasaran. Evaluator
juga mungkin melakukan tes diagnostik khusus pada populasi sasaran.
Audiens harus melihat upaya dalam konteks pengaturan sekarang dan konteks masa
lalu. Konteks masa lalu yang relevan membantu para pengambil keputusan menghindari
kesalahan masa lalu. Sehingga, metodologi evaluasi konteks meliputi analisis historis dan
kajian literatur serta sebagai metode yang bertujuan untuk mengkarakterisasi dan memahami
kondisi lingkungan saat ini. Menurut Dalkey & Helmer (1963) dalam Zhang, G., Zeller, N., et
all., (2011) metode untuk evaluasi konteks termasuk analisis sistem, survei, ulasan dokumen,
sekunder analisis data, dengar pendapat, wawancara, tes diagnostik, dan teknik Delphi.
Setelah evaluasi konteks awal, sebuah organisasi perlu untuk terus mengumpulkan,
mengorganisir, dan pelaporan data, karena kebutuhan, masalah, aset, dan peluang dapat
berubah. Evaluasi konteks memiliki berbagai kemungkinan penggunaan konstruktif. Evaluasi
konteks menyediakan sarana dimana administrator dapat berkomunikasi dengan konstituen
untuk mendapatkan konsepsi mengenai kekuatan dan kelemahan organisasi, kebutuhan, aset,
peluang, dan prioritas. Universitas mungkin menggunakan evaluasi konteks untuk meyakinkan
lembaga pendanaan pada program yang diusulkan untuk meningkatkan pendanaan lembaga.
2. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Orientasi utama evaluasi masukan adalah membantu pendekatan sebuah program dalam
menciptakan perubahan yang diperlukan. Untuk tujuan ini, evaluator mencari dan memeriksa
secara kritis potensi pendekatan yang relevan, termasuk pendekatan yang sudah digunakan.
Orientasi sekunder evaluasi masukan adalah menginformasikan pihak yang berkepentingan
tentang pendekatan program terpilih, alternatif pendekatan, dan alasannya. Dalam hal ini,
evaluasi masukan Informasi merupakan sumber penting bagi akuntabilitas pengembang dalam
proses desain dan penganggaran perbaikan.
Pada dasarnya, evaluasi masukan harus melibatkan identifikasi pendekatan yang
relevan dan membantu para pengambil keputusan dalam penyusunan pendekatan yang dipilih
untuk dilaksanakan. Metode yang digunakan pada evaluasi masukan meliputi inventarisasi
dan menganalisis tersedia sumber daya manusia dan material, anggaran dan jadwal yang
diusulkan, dan direkomendasikan strategi solusi dan desain prosedural. Kriteria evaluasi
masukan utama meliputi relevansi rencana yang diusulkan, kelayakan, keunggulan dengan
pendekatan lain, biaya, dan diproyeksikan efektivitas biaya (Zhang, G., Zeller, N., et all.,
2011). Evaluator melakukan evaluasi masukan dalam beberapa tahap, yang terjadi tidak
berurutan. Proses ini dapat mencakup sejumlah komponen yang mungkin:
 Meninjau literatur yang relevan
 Mengunjungi teladan program
 Konsultasi dengan ahli dan perwakilan pemerintah
 Memberikan layanan informasi terkait
 Meninjau sebuah artikel yang bersangkutan dalam Consumer Reports
 Membuat proposal yang melibatkan staf
Evaluator mengatur informasi seperti di ruang perencanaan khusus, mungkin terlibat
kelompok studi khusus untuk menyelidiki atau melakukan seminar perencanaan khusus untuk
menganalisis bahan. Evaluator akan menggunakan informasi tersebut untuk menilai apakah
berpotensi diterima strategi solusi ada. Dia akan menilai pendekatan berdasarkan kriteria yang
relevan sebagai berikut:
 Respon terhadap kebutuhan dari penerima manfaat yang ditargetkan
 Respon untuk masalah yang ditargetkan dalam organisasi
 Penggunaan dana program khusus atau kesempatan lain yang relevan
 Efektivitas Potensi
 Biaya
 viabilitas Politik
 Kelayakan Administrasi
 Potensi penting dari dampak di luar area
Selanjutnya, evaluator bisa menyarankan pada pengambil keputusan tentang apakah
mereka harus mencari solusi baru. Dalam mencari inovasi, klien dan evaluator
mendokumentasikan kriteria inovasi yang harus dipenuhi, struktur permintaan proposal, dan
tingkat kriteria yang dipilih.
Teknik tim advokat adalah prosedur yang dirancang khusus untuk melaksanakan
evaluasi masukan. Teknik ini terutama berlaku dalam situasi di mana sebuah institusi tidak
memiliki cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan yang ditargetkan dan pemangku
kepentingan memiliki pandangan yang berlawanan pada strategi apa yang harus diadopsi oleh
institusi tersebut. Dengan menggunakan teknik ini, evaluator mengumpulkan dua atau lebih
tim ahli dan pemangku kepentingan, memberikan tujuan tim, data latar belakang kebutuhan,
spesifikasi untuk strategi solusi, dan kriteria untuk mengevaluasi strategi tim 'yang diusulkan.
Keuntungan tim advokat teknik ini adalah bahwa ia menyediakan pendekatan sistematis untuk
 Merancang intervensi untuk memenuhi kebutuhan dinilai
 Membangkitkan dan menilai strategi yang bersaing
 Pemanfaatan bias dan kompetisi dalam pencarian konstruktif alternatif yang efektif
 Mengatasi kontroversi selama program dilaksanakan
 Melibatkan personil dari sistem yang diadopsi dalam merancang, menilai, dan
operasionalisasi peningkatan program
 Mendokumentasikan mengapa strategi solusi tertentu terpilih
3. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi Proses meliputi pemeriksaan pelaksanaan rencana yang sedang berlangsung dan
dokumentasi dari proses yang terkait. Salah satu tujuannya adalah untuk memberikan umpan
balik pada staf dan manajer tentang sejauh mana mereka melaksanakan kegiatan yang
direncanakan.Selain itu untuk membimbing staf untuk meningkatkan prosedural dan
anggaran rencana yang tepat.
Evaluator dalam evaluasi proses memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam
pemantauan dan mendokumentasikan intervensi kegiatan dan pengeluaran. Awalnya,
evaluator meninjau strategi program yang relevan, rencana kerja, anggaran, dan setiap latar
belakang evaluasi mengenai apa yang direncanakan. Evaluator kemudian melaporkan dalam
pertemuan staf. Evaluator mengundang direktur staf untuk memimpin diskusi tentang laporan
tersebut. Tim program kemudian dapat menggunakan laporan tersebut untuk pengambilan
keputusan. Evaluator bisa meninjau rencana untuk pengumpulan data lebih lanjut dan
membuat laporan berikutnya dengan staf dan meminta respon mereka terhadap rencana
tersebut. Teknik evaluasi proses dilakukan dengan observasi, wawancara peserta, skala rating,
kuesioner, analisis catatan, catatan fotografi, studi kasus partisipasi, kelompok fokus, sesi
refleksi diri dengan anggota staf, dan pelacakan pengeluaran (Zhang, G., Zeller, N., et all.,
2011).
Evaluator harus terus menunjukkan bahwa proses evaluasi membantu anggota staf
melaksanakan pekerjaan mereka melalui semacam jaminan kualitas dan proses pemecahan
masalah yang sedang berlangsung. Dia harus juga mempertahankan upaya untuk
mendokumentasikan pelaksanaan program untuk digunakan dalam laporan evaluasi sumatif
masa depan. Evaluator harus secara berkala melaporkan tentang bagaimana staf melaksanakan
rencana kerja dan mengintegrasikannya ke lingkungan sekitarnya. anggota staf menggunakan
proses informasi evaluasi untuk memandu kegiatan, Mengoreksi kesalahan, dan
mempertahankan yang baik. Manejer menggunakan umpan balik evaluasi proses yang
dijadwalkan untuk menjaga anggota staf tetap bekerja dan mengikuti tanggung jawab mereka.

4. Evaluasi Produk (Product Evaluation)


Tujuan dari evaluasi produk adalah untuk mengukur, menafsirkan, dan menilai suatu
hasil. Dalam melakukan evaluasi produk, evaluator harus menilai hasil yang diinginkan dan
tidak diinginkan dan hasil positif dan negatif. Evaluator harus mengumpulkan dan
menganalisis penilaian stakeholders terhadap program. Akhirnya, evaluasi produk harus
biasanya melihat hasil dari beberapa titik pandang: secara keseluruhan, untuk subkelompok,
dan kadang-kadang untuk individu.
Evaluator mungkin melakukan evaluasi goal-free (Scriven, 1991 dalam Mahruri 2017),
dimana dia melibatkan penyidik untuk menemukan efek apapun dari yang dihasilkan oleh
intervensi ataupun yang telah menghasilkan, tidak hanya yang terkait dengan tujuan program.
Penyidik evaluasi goal-free melakukan penyelidikan dalam lingkungan program untuk
mengidentifikasi apa yang dilaksanakan terkati program tersebut dan hasilnya. Dalam
menganalisis temuan evaluasi goal-free, evaluator membandingkan hasil yang diidentifikasi
dengan kebutuhan dari penerima manfaat dan menarik kesimpulan tentang efektivitas program.
Berbagai teknik yang berlaku dalam evaluasi produk, dan termasuk log dan buku harian
dari hasil, wawancara beneficia- Ries dan pemangku kepentingan, studi kasus, dengar
pendapat, kelompok fokus lainnya, dokumen / catatan pengambilan dan analisis, analisis
fotografi catatan, tes prestasi, skala penilaian, analisis tren longitu-Data dinal, perbandingan
kohort longitudinal atau cross-sectional, dan perbandingan biaya proyek dan hasil (Zhang, G.,
Zeller, N., et all., 2011).
Orang menggunakan evaluasi produk untuk memutuskan apakah program yang
diberikan, proyek, layanan, atau perusahaan bermanfaat untuk dilanjutkan, diulang, atau
diperluas dengan pengaturan tertentu. Evaluator tidak harus secara terbuka melaporkan temuan
evaluasi produk terlalu cepat. Sebuah program membutuhkan waktu untuk mencapai hasil yang
akuntabel

Penggunaan Model CIPP sebagai Suatu Strategi Pengembangan


Model CIPP adalah pendekatan sistem sosial untuk evaluasi. Sebuah sistem sosial adalah
saling keterkaitan antar kegiatan yang berfungsi bersama-sama untuk memenuhi misi dan
mencapai tujuan yang ditetapkan dalam konteks tertentu. Dalam pandangan ini, evaluasi tepat
mempromosikan dan membantu pencapaian tujuan dan peningkatan program berkelanjutan.
Model dapat digunakan sebagai sarana proaktif dan formatif evaluasi selama program
untuk meningkatkan dari pada membuktikan nilai dan sifat program, sebagai sarana akreditasi
program, dan sebagai alat untuk membantu dalam rancangan program (Joy Higgs, 1993 dalam
mahruri, 2017). Pada dasarnya Model ini dirancang untuk meningkatkan pertumbuhan.
Evaluasi CIPP berkelanjutan, upaya berkesinambungan untuk membantu para pemimpin dan
staf organisasi memperoleh, mengatur, dan penggunaan umpan balik sistematis untuk
memvalidasi tujuan, memenuhi kebutuhan target penerima manfaat, dan diakui
akuntabilitasnya. Flowchart pada Gambar 2 menampilkan orientasi sistem model CIPP ini.
Pada model CIPP juga tidak luput dari sejumlah kelemahan. Kelemahan dari model
evaluasi CIPP yaitu:

1. Karena terfokus pada informasi yang dibutuhkan oleh pengambil keputusan dan para
staff, sehingga evaluator boleh jadi tidak responsive dalam isu – isu yang signifikan,
2. Hasil dari evaluasi ditunjukkan kepada para pemimpin tingkat atas, jadi model ini bisa
jadi tidak adil dan demokratis,
3. Model CIPP itu kompleks dan memerlukan waktu, dana dan sumber daya yang banyak.

Simpulan
Penyelenggarakan pendidikan kejuruan termasuk SMK saat ini berdasarkan standar
untuk bangsa bersaing di era revolusi 4.0 memasuki fase penting, yaitu fase dimana lulusan
pendidikan kejuruan akan dipertaruhkan kesiapannya dalam percaturan tenaga kerja di wilayah
regional Asia. Upaya yang harus dilakukan adalah melakukan penataan dan pembenahan
semaksimal mungkin dalam sektor pendidikan kejuruan, baik penataan dalam pola rekruitmen,
pengembangan program pendidikan dan kurikulum, inovasi proses pendidikan dan pelatihan,
pengembangan evaluasi dan sertifikasi.

Kurikulum 2013 yang sekarang masih memerlukan pengembangan untuk perbaikan di


masa yang akan datang. Selain itu, juga perlu diketahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh sekolah agar dapat diperbaiki dan memperlancar pelaksanaan Kurikulum 2013 revisi.
Dalam menilai apakah sebuah kurikulum telah terlaksana sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan dan untuk menilai apakah kurikulum tersebut sudah berhasil mencapai tujuan yang
diharapkan, maka sebuah kurikulum membutuhkan evaluasi guna memberi peneilaian terhadap
kurikulum tersebut. Evaluasi kurikulum sangat penting untuk menentukan bagaimana, dan
sejauh mana, kualitas sistem perbaikan yang efektif dalam praktik pendidikan dan hasil.
Standar terhadap program, tujuan program, praktek belajar mengajar, hasil belajar
membutuhkan penilaian dan diintegrasikan ke dalam sistem evaluasi. Untuk melakukan hal ini,
selain analisis statistik dan dokumentasi pengolahan, metode penelitian kualitatif untuk
evaluasi program juga harus digunakan dalam memberikan analisis yang lebih mendalam untuk
mendapatkan informasi (Fatma Mizikaci, 2006).

Terdapat banyak sekali model evaluasi program yang digunakan oleh para ahli. Salah
satu model evaluasi yang sering digunakan dalam dunia Pendidikan adalah modela CIPP
(Context Input Process Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Dalam model ini
melihat pada empat hal yaitu konteks, input, proses dan produk. Model ini memiliki keunikan
atau ciri khas yaitu pada setiap evaluasi terkait pada perangkat pengambilan keputusan yang
menyangkut pada perencanaan dan operasional sebuah program.

CIPP adalah sebuah model evaluasi yang menggunakan pendekatan yang berorientasi
pada manajemen atau disebut juga sebagai bentuk evaluasi program. Model CIPP memandang
bahwa tujuan penting dari evaluasi program bukanlah membuktikan akan tetapi meningkatkan.
Oleh karena itu model CIPP ini juga dikategorikan dalam pendekatan evaluasi yang focus
terhadap peningkatan atau pengembangan program. Artinya, model ini digunakan dalam
rangka mendukung pengembangan organisasi dan membantu pemimpin serta para staff dalam
mendapatkan dan menggunakan masukan yang sistematis agar lebih mampu memenuhi
kebutuhan – kebutuhan yang penting atau minimal bekerja secara maksimal dengan sumber
daya yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Yogyakarta:


Rineka Cipta.

Hamid Hasan. 2003. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mahmudi, Ihwan (2011). “CIPP : Suatu model evaluasi program pendidikan” Jakarta
Indonesia Vol.6

Mizikaci, F. 2006. A Systems Approach To Program Evaluation Model For Quality In Higher
Education: Program Evaluation Model. Quality Assurance in Education, Vol. 14 No. 1, 2006
pp. 37-53 q Emerald Group Publishing Limited 0968-4883 DOI
10.1108/09684880610643601

R. Eka Murtinugraha 2017. Evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013 pada SMK Negeri
program keahlian teknik bangunan di DKI Jakarta. Jakarta Indonesia-UNJ. Jurnal Pendidikan
Teknik Sipil, Volume 6, No,1 Februari 2017 Online (http://jurnal.unj/index.php/jpensil

Stufflebeam, D. S. 2003. The CIPP Model for Evaluation: International Handbook of


Educational Evaluation. Kluwer Academic Publishers vol. 9
Depdikbud. 2013. Pemendikbud RI Nomor 70 tahun 2013 tentang kurikulum SMK.

Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.
Ibrahim, R dan Masitoh. 2011. “Evaluasi Kurikulum” dalam kurikulum dan pembelajaran.
Jakarta : Tim pengembangan MKDP, Rajawali Pers.
Muyana S. 2017. Context Input Output Process Product (CIPP) : Model Evaluasi Layanan
Informasi. Proiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 342-347
Online http://pasca.um.ac.id/conferences/indext.php/snbk ISSN 2579-9908

Zhang, G., Zeller, N., et all., 2011. Using the Context, Input, Process, and Product
Evaluation Model (CIPP) as a Comprehensive Framework to Guide the Planning,
Implementation, and Assessment of Service-learning Programs. Journal of Higher
Education Outreach and Engagement, Volume 15, Number 4, p. 57 ISSN 1534-6104

Masruri R. 2017. CIPP Model of Evaluation. Makalah Unveritas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai