Anda di halaman 1dari 14

Proses Perencanaan Evaluasi Program Pendidikan

Dela Puspita Lamanau, MPI 6 C, delapuspitalamanau146@gmail.com


Megawati Bihi, MPI 6 C, watibihimega@gmail.com
Ririn Harun, MPI 6 C, harunririn@gmail.com

Abstract

Evaluation is a direct observation of students by paying attention to their behavior. Learning


outcomes and learning processes are not only assessed by tests, either through description tests or
objective tests. There are many things that can be done, such as re-monitoring the running of existing
programs, providing an assessment of each program that is currently running. Thus the evaluators
will see future programs that are in accordance with current needs, but can also maintain existing
programs because they are considered still relevant to the situation.

Keywords: Evaluation, Program, Learning Outcomes

Abstrak

Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah
lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian
maupun tes objektif. Banyak hal yang bisa dilakukan seperti memantau kembali jalannya program
yang sudah ada, memberikan penilaian kepada setiap program yang sementara berjalan. Dengan
demikian para evaluator akan melihat program kedepan yang sesuai dengan kebutuhan saat itu, tapi
bisa juga mempertahankan program yang ada karena dinilai masih relevan dengan keadaan.

Kata Kunci : Evaluasi, Program, Hasil Belajar


PENDAHULUAN

Membicarakan tentang evaluasi program pendidikan di pesantren merupakan suatu


hal yang sangat pendidikan karena akan memunculkan program baru yang akan menjadi lebih
baik lagi sehingga diperlukan menganalisis apa saja yang menjadi kebutuhan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di sana.

Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan


memperhatikan tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes,
baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif.

Seorang pendidik harus dapat menentukan mana yang termasuk kegiatan evaluasi
hasil belajar dan mana yang termasuk kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil belajar
menekankan pada informasi tentang sejauh mana hasil evaluasi yang dicapai oleh siswa
sesuain dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan
suatu proses yang sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan kegiatan
pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal.

Banyak hal yang bisa dilakukan seperti memantau kembali jalannya program yang
sudah ada, memberikan penilaian kepada setiap program yang sementara berjalan. Dengan
demikian para evaluator akan melihat program kedepan yang sesuai dengan kebutuhan saat
itu, tapi bisa juga mempertahankan program yang ada karena dinilai masih relevan dengan
keadaan.

Banyak saat ini sekolah yang makin hari mengalami penurunan kualitas dan kuantitas
dari berbagai sisi baik itu dari pendidik maupun tenaga kependidikan, disebabkan kurangnya
evaluasi terhadap program-program yang selama ini berjalan, bahkan program tersebut masih
mengacu pada program yang sudah lama sehingga tidak relevan lagi dengan masa sekarang
seperti masih menerapkan sistem pembelajaran yang klasik saja tanpa dipadukan dengan
sistem pembelajaran moderen.

Oleh karena itu, perlunya mengadakan evaluasi program pendidikan agar supaya
kedepannya bisa menjalankan pembelajaran tersebut dengan berdaya saing tinggi terhadap
lembaga pendidikan lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kebutuhan Terhadap Program Pendidikan

1. Pengertian analisis kebutuhan

Menurut pendapat Roger Kaufman dan Fenwick W. English dalam bukunya Needs
Assessment, Concept, and Application, (1979) yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto
mengungkapkan bahwa analisis kebutuhan tidak bisa jauh dari pembicaraan mengenai sistem
pendidikan secara keseluruhan sehingga pendapat kedua ahli tersebut juga sama dengan yang
dikemukakan oleh Stufflebeam yaitu membicarakan tentang 4 unsur evaluasi seperti konteks,
masukan, proses dan produk atau hasil sehingga mengarah pada tema besar yaitu manajemen
dan kurikulum. 1

Analisis kebutuhan juga merupakan sarana atau alat yang konstruktif dan positif
untuk melakukan sebuah perubahan, yakni perubahan yang didasarkan atas logika yang
bersifat rasional sehingga kemudian perubahan ini menunjukkan upaya formal yang
sistematis menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara keluaran dengan dampak
yang diinginkan dengan sasarannya adalah siswa, kelas dan sekolah. Sehingga menjadi
prioritas dalam hal menyelesaikan masalah.

Dengan menganalisis kebutuhan program pendidikan, dapat dilihat mana sistem


pengajaran yang baik untuk semua peserta didik sebab mereka sangat dekat dengan para
pengajar ataupun muallim sehingga bisa melahirkan berbagai macam model pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan. Bahkan kurikulum pun bisa ditambahkan seperti halnya kurikulum
khusus yang mengarah pada pembelajaran kitab-kitab klasik. Dengan memadukan kurikulum
dari pemerintah seperti halnya KTSP atau yang lainnya. 2

2. Peranan Analisis Kebutuhan Program Pendidikan

Membahas tentang peranan berarti hampir sama dengan membicarakan tentang


manfaat dari analisis kebutuhan dan mengapa harus diadakan analisis kebutuhan. Di dalam
sistem pendidikan, prestasi belajar peserta didik merupakan tujuan, pendidikan sendiri

1
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 71.
2
Nurul Yakin, “Studi Kasus Pola Manajemen Pondok Pesantren Al-Raisiyah di Kota Mataram”
Ulumuna Jurnal Studi keislaman, Volume 18 Nomor 1 (Juni 2014), hlm. 199-218
merupakan alat yang membantu peserta didik untuk bisa berguna di lingkungan masyarakat,
bangsa dan negara. 3

Analisis kebutuhan adalah alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan
perubahan. Perubahan ke arah yang lebih baik dalam menjalankan suatu program. Menurut
suharsimi ada 3 langkah yaitu, Apa yang diprogramkan?, Mengapa menjalankan program itu?
Dan Bagaimana menjalankan program itu.

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan evaluasi menurut buku
Zainal Arifin yang berjudul Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan Prosedur.

1. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan skala prioritas pemecahannya. Analisis
kebutuhan merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran secara keseluruhan,
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah mengindentifikasi dan mengklarifikasi masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, analisa data dan kesimpulan.4 Analisis
kebutuhan dalam program pembelajaran berarti analisis yang dilakukan terhadap
kebutuhan peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok.
2. Menentukan Tujuan Penilaian
Tujuan penilaian harus dirumuskan secara jelas dan tegas karena menjadi
dasar untuk menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis atau model, dan karakter
alat penilaian. Ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk memperbaiki
kinerja atau proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan keberhasilan peserta
didik (sumatif), untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran (diagnostik), atau untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai
dengan kemampuannya (penempatan). Dengan kata lain, tujuan penilaian harus
dirumuskan sesuai dengan jenis penilaian yang akan dilakukan, seperti penilaian
formatif, sumatif, diagnostik, atau penempatan. Rumusan tujuan penilaian harus
memperhatikan domain hasil belajar.
3. Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar

3
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, h. 72.
4
Arifin.zainal, Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, Prosedur, h. 101-102
Pengidentifkasian kompetensi dilakukan oleh guru berdasarkan kompetensi
yang ada dalam kurikulum yang berlaku. Mulai dari standar kompetensi, kompetensi
dasar, hasil belajar hingga indikator.
4. Menyusun Kisi-kisi
Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian relevan dengan
materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru kepada peserta didik.Kisi-kisi
adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai
topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Fungsinya
sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes. Kisi-
kisi disusun berdasarkan silabus setiap mata pelajaran. Jadi, guru harus menganilisis
silabus terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-kisi.5
5. Mengembangkan Draf Instrumen
Draf instrumen penilaian dapat berupa bentuk tes maupun nontes. bentuk tes
mengharuskan guru membuat soal. Penulisan soal adalah penjabaran indikator
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-
kisi. Setiap pertanyaan harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang
efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya. Kualitas butir soal akan
menentukan kualitas tes secara keseluruhan. Bentuk nontes, contohnya dapat berupa
angket, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. 6
6. Uji Coba dan Analisis Soal
Uji coba dan analisis soal bertujuan untuk mengetahui soal-soal mana yang
perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal mana yang baik
untuk dipergunakan selanjutnya. Soal yang baik adalah soal yang sudah mengalami
uji coba dan revisi yang didasarkan atas analisis empiris dan rasional. 7 Analisis
empiris dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan setiap soal yang
digunakan.
Informasi empiris pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat
memengaruhi validitas soal meliputi aspek-aspek keterbacaan soal, tingkat kesukaran
soal, bentuk jawaban, daya pembeda soal, dan pengaruh kultur. Sedangkan analisis
5
Onisimus Amti, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah: Konsep, Strategi, dan Implementasi,
(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 62.
6
Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu
Pembelajaran, (Jambi: Gaung Persada Press, 2009), h.165-166.
7
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran: Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2003), h. 63.
rasional dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan setiap soal. Kedua
analisis tersebut dilakukan pula terhadap instrumen evaluasi dalam bentuk nontes. 8
7. Revisi dan Merakit Soal
Soal yang sudah diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai dengan
proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan demikian, ada soal yang
masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, atau direvisi total, baik menyangkut pokok
soal (stem) maupun alternatif jawaban (option), untuk kemudian dilakukan perakitan
soal menjadi suatu instrumen yang terpadu dengan memperhatikan validitas skor tes,
seperti nomor urut soal, pengelompokkan bentuk soal, dan penataan soal. 9

3. Langkah Pelaksanaan Analisis Kebutuhan

Kita perlu merencanakan dan melaksanakan evaluasi secara sistematis dengan cara (a)
mengidentifikasi kebutuhan, (b) memilih strategi yang tepat dari berbagai alternatif, (c)
memonitor perubahan yang muncul, dan (d) mengukur dampak dari perubahan tersebut.
Mengevaluasi evaluasi berarti bahwa evaluasi itu hendaknya memang harus dievaluasi (meta-
evaluation).

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam merencanakan suatu evaluasi, yaitu; 10

1. Menetukan Tujuan Evaluasi


Memahami tujuan evaluasi adalah salah satu wawasan paling penting yang
harus dimiliki seorang evaluator. Apapun bentuk dan pendekatan evaluasi, penentuan
tujuan evaluasi akan selalu berkenaan dengan apa yang diharapkan dari pelaksanaan
suatu evaluasi, yaitu output (misalnya; produk pembelajaran, dokumentasi siswa/guru,
dsb.) dan outcome (misalnya; efektivitas/efisiensi pembelajaran siswa, perubahan
sikap siswa, perubahan kinerja dan sikap guru, perubahan kelembagaan, posisi di
dunia pendidikan dan dunia kerja, dsb.). Agar lebih jelas, berikut ini adalah contoh
dari penentuan tujuan evaluasi yang berkaitan dengan kurikulum. Tujuan:
Menguraikan kelemahan atau kekurangan dari kurikulum yang sekarang digunakan,
dengan fokus pada kegagalan pembelajaran siswa. Pertanyaan: Apa kebutuhan
pembelajaran dan mengapa kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh

8
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, h. 75-77.
9
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, h. 78.
10
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 15
pengajaran/pembelajaran yang ada? Dalam hal ini analisis kurikulum hendaknya
menghasilkan suatu pernyataan yang jelas dari outcome pembelajaran yang
diinginkan, misalnya tujuan pembelajaran.
2. Merumuskan Masalah Evaluasi
Masalah evaluasi bisa dilihat dari fenomena yang terjadi. Dengan mengacu
pada contoh sebelumnya, yaitu masalah kurikulum, dapat dilihat bahwa masalah yang
terjadi adalah rendahnya mutu pembelajaran siswa atau bahwa hasil pembelajaran
tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian, di sini
diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa dalam
kaitannya dengan menganalisis kelemahan atau kekurangan dari kurikulum yang
sekarang digunakan.
Dalam hal ini, evaluator bisa merumuskan masalah tersebut dengan
melakukan analisis diri, analisis dari rekan sejawat, dari para ahli, atau dari tinjauan
literatur pendidikan, dengan fokus pada muatan kurikulum, aktivitas
pengajaran/pembelajaran, dan penilaian. Setelah merumuskan masalah, evaluator bisa
melanjutkan dengan menentukan jenis data yang akan dikumpulkan untuk
kepentingan evaluasi tersebut.
3. Menentukan Jenis Data yang Akan Dikumpulkan
Pada tahap ini evaluator mengidentifikasi data/informasi sesuai dengan
kebutuhan dan variabel yang akan dievaluasi. Jenis data secara umum adalah data
kuantitatif dan data kualitatif. Di sini evaluator memilih dan/atau mengembangkan
metode pengumpulan data (instrumen), mengidentifikasi sumber-sumber informasi
yang tepat (dari siapa, oleh siapa) dan cara mengumpulkannya, organisasi hasil
informasi evaluasi, serta analisis dan interpretasi hasil informasi evaluasi.
4. Menentukan Sampel
Sampel digunakan bila kita akan mengevaluasi sebagian dari populasi yang
menjadi subjek atau objek evaluasi, dengan memperhatikan sifatnya yang
homogenitas dan heterogenitas. Evaluator juga menentukan teknik pengambilan
sampel (sampling) yang cocok diambil. Sebagai contoh, Anda bisa menentukan
desain sampling yang akan diambil dari sejumlah populasi dengan menggunakan
teknik-teknik seperti random sampling, stratified sampling, proportional sampling,
dengan memperhatikan pendekatan seperti judgment sampling (ditarik berdasarkan
pertimbangan para ahli) dan probability sampling (ditarik berdasarkan probabilitas)
serta haphazard sampling (berdasarkan aksesibilitas sampel yang dapat diambil).
5. Menentukan Model Evaluasi
Penentuan modal evaluasi sangat berkaitan dengan berbagai pendekatan
evaluasi. Evaluator hendaknya memahami berbagai pendekatan dalam evaluasi,
kekuatan dan kelemahan setiap pendekatan.
Berikut ini adalah pendekatan-pendekatan utama dalam evaluasi:
a. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yang fokusnya adalah menentukan
tujuan dan sasaran dan pencapainnya.
b. Pendekatan yang berorientasi pada manajemen, yang fokus utamanya adalah
pada identifikasi dan pemenuhan kebutuhan informasi bagi para pembuat
keputusan manajerial.
c. Pendekatan yang berorientasi pada klien, yaitu yang masalah utamanya adalah
mengembangkan informasi evaluasi dalam produk-produk pendidikan, untuk
digunakan oleh pengguna pendidikan dalam memilih kurikulum (misalnya
kurikulum berbasis kompetensi), produk-produk pembelajaran, dan
sebagainya.
d. Pendekatan yang berorientasi pada para ahli, yang sangat bergantung pada
penerapan langsung dari para profesional dalam menilai kualitas pendidikan.
e. Pendekatan yang berorientasi pada lawan atau pesaing, yaitu sebagai kontra
atau penyeimbang dari pendekatan yang berorientasi pada para ahli pada
umumnya (pro dan kontra).
f. Pendekatan naturalistik yang berorientasi pada partisipan, yaitu bahwa
keterlibatan partisipan merupakan penentu utama dalam nilai-nilai, kriteria,
kebutuhan, dan sifat data untuk evaluasi.
6. Menentukan Alat Evaluasi
Alat evaluasi yang umumnya dipakai oleh evaluator antara lain adalah tes,
pengukuran sikap, survey dan kuesioner survey, wawancara, pengamatan, on-site
evaluation, teknik Delphi, analisis kebutuhan, analisis konten, sampling,
eksperimental, quasi-experimental, dan sebagainya. Penentuan alat evaluasi
hendaknya sesuai dengan tujuan dan pertanyaan evaluasi yang dikemukakan
sebelumnya. Sebagai contoh, jika Anda akan mengevaluasi kemajuan prestasi siswa
dalam beberapa matapelajaran, hendaknya Anda menggunakan tes tertulis sebagai alat
evaluasi. Contoh lain jika Anda akan mengevaluasi minat dan bakat siswa, Anda bisa
menggunakan tes lisan, wawancara, atau pengukuran sikap.
7. Merencanakan Personal Evaluasi
Yang dimaksud personal evaluasi di sini adalah seluruh sumberdaya manusia
yang tersedia dan terlibat untuk pelaksanaan evaluasi. Termasuk di sini antara lain
adalah (1) evaluator atau team evaluator, (2) klien yang meminta evaluasi, dan (3)
evaluand (objek evaluasi). Dalam posisi kita sebagai evaluator, kita bisa meminta
bantuan dari evaluator eksternal yang memiliki keahlian tertentu dalam bidangnya.
Keuntungan menggunakan evaluator eksternal antara lain adalah hasil evaluasi akan
lebih objektif karena mereka jarang memiliki kepentingan tertentu (vested interest)
dalam keberhasilan atau kegagalan suatu program. Keuntungan lainnya adalah bahwa
evaluator eksternal bisa memperkaya perspektif lain ketimbang evaluator internal.
8. Merencanakan Anggaran
Anggaran dan pembiayaan kadang bisa menjadi kendala untuk keberhasilan
pelaksanaan evaluasi. Dana yang tidak sesuai dengan perencanaan anggaran bisa
menghambat jalannya program. Di lain pihak, perencanaan anggaran yang tidak
realistis juga akan berdampak buruk dalam pelaksanaan evaluasi. Sebagai contoh,
dalam hal ini kita harus bisa menyesuaikan perencanaan anggaran dengan dana yang
tersedia, misalnya dana yang disediakan oleh sponsor atau dana yang tersedia dalam
anggaran rutin. Dengan kata lain, agar rencana sesuai dengan realisasi, perencanaan
anggaran dan biaya yang kita buat harus realistis dan tetap berpatokkan pada konsep
efisiensi. Bila Anda merasa anggaran Anda kurang sempurna, Anda bisa meminta
bantuan orang-orang perencanaan anggaran, konsultan keuangan dan/atau akuntan.
9. Merencanakan Jadwal Kegiatan
Suatu perencanaan akan lebih mudah dipahami dan lebih mudah dilaksanakan
bila kita memiliki suatu jadwal kegiatan, yang terdiri dari jenis-jenis kegiatan yang
akan dilakukan dan waktu yang tersedia. Dengan jadwal, kita dapat menentukan apa
yang harus kita lakukan hari ini, misalnya. Kita harus tetap menjaga agar aktivitas dan
waktu kita tidak keluar dari jadwal yang telah ditetapkan, sebab jika hal tersebut
terjadi, maka kegiatan lainnya akan terpengaruh juga. Namun demikian, kita tidak
boleh melepaskan diri dari fleksibilitas jadwal, artinya suatu kegiatan dalam suatu
rangkaian kegiatan hendaknya dibuat fleksibel agar jika terjadi hal-hal yang diluar
dugaan, hal tersebut bisa diantisipasi sesegera mungkin. Perencanaan jadwal kegiatan
dapat didasarkan pada permintaan klien, kebutuhan program atau berpatokkan pada
kriteria dan peraturan tertentu.
Ada dua cara yang lazim dilakukan dalam melakukan analisis kebutuhan, yaitu secara
obyektif dan subyektif. Kedua cara tersebut dimulai dari identifikasi lingkup tujuan penting
dalam program, menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan-tujuan, menyusun kriteria
(standar) untuk tiap-tiap indikator dan membandingkan kondisi yang diperoleh dengan
kriteria. Ciri khas dalam cara melakukan analisis kebutuhan secara subjektif adalah
mengumpulkan semua evaluator untuk bersama-sama menentukan skala prioritas kebutuhan.

Selain dua cara tersebut evaluator dapat juga menggunakan gabungan dari keduanya,
yaitu sebagian menggunakan cara obyektif, sebagian yang lain mernggunakan cara subyektif.
Di samping itu, seorang evaluator dapat juga menambahkan bahan lain yang diambil dari
pihak laur dirinya. Yang dimaksud dengan pihak luar diantaranya adalah kawan-kawan dekat
atau anggota keluarga lain dari responden yang diperkirakan pihak tersebut memang
diperlukan dan data yang diberikan dapat dipercaya.

B. Menyusun Proposal Evaluasi Program Pendidikan

Evaluasi program pada dasarnya adalah penelitian tetapi memilki ciri khusus.
Menurut Cronbach (1982) dan Patton (1982) yang dikutip oleh Suharsimi mengemukakan
beberapa prinsip umum yang ada pada evaluasi program sebagai berikut:11 [9]

a. Evaluasi Program adalah suatu seni


b. Evaluasi program tidak memiliki wewenang menentukan hasil program
c. Evaluasi program adalah sebuah tim
d. Seluruh tim evaluator memiliki hak yang sama.
e. Rancangan evaluasi program bersifat fleksibel dan dapat dimodifikasi
f. Sebuah program bukan hanya perlakuan tunggal tapi secara keseluruhan. 12
g. Aspek afektif dan psikomotorik serta kognitif harus terpadukan.
h. Mengevaluasi program terfokus kepada seluruh proses sampe hasil.

1. Pengertian dan Status Proposal dalam Evaluasi Program

11
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, h. 78.
12
Buchari Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan:
Fokus pada Mutu dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 147.
Proposal adalah sebuah rencana kerja yang menggambarkan semua kegiatan yang
akan dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi program. Adapun statusnya merupakan hal yang
sangat penting karena akan memberikan petunjuk yang jelas dalam kelancaran evaluasi suatu
program sehingga terarah dan tidak terjadi secara mendadak. Pembuat proposal bisa berasal
dari evaluator dalam dan luar seperti yang telah dibahas pada makalah sebelumnya juga. 13

2. Cara Menyusun Bagian Pendahuluan

Pada umumnya garis besar isi bagian pendahuluan adalah sebagai berikut: 14

a. Latar Belakang Masalah


b. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah, Serta Pertanyaan Evaluasi
c. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
d. Manfaat Hasil Evaluasi
e. Cara Menuliskan Bagian Metode Evaluasi Program

Metode adalah kumpulan metode yang berkenaan dengan kegiatan yang akan dilakukan.
Kegiatannya pun merupakan penelitian jadi tidak jauh beda. Sehingga garis besanya ada 4 hal
yaitu sebagai berikut:

a. Penentuan Responden atau subjek sumber data;


b. Metode Pengumpulan Data ;
c. Penentuan alat atau Instrumen ; dan
d. Analisis Data.

C. Membuat Alat atau Instrumen Evaluasi Program

Instrumen merupakan hal yang sangat penting karena semakin tinggi kualitas
instrumen maka semakin tinggi pula hasil evaluasinya. Ada 4 syarat bagi instrumen yang baik
sebagai berikut:

1. Valid atau Tepat menilai apa yang akan dinilai;

13
Onisimus Amti, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi, h. 62-63.
14
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, h. 82. Lihat juga Trianto, Pengantar Penelitian
Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 248.
2. Reliabel, dapat dipercaya data yang didapat atau bukan palsu
3. Praktikebel, instrumen yang praktis dan mudah digunakan
4. Ekonomis, tidak boros baik dari pendanaan waupun waktu yang digunakan

Menyusun instrumen merupakan pekerjaan yang penting, karena menjadi penentu


dalam menghasilkan suatu produk evaluasi yang valid dan terpercaya serta bisa diterima
dengan baik. Jadi harus mengikuti prosedur dan langkah-langkah yang tepat supaya
menghasilkan hasil yang objektif.

Langkah-langkahnya sebagai berikut:15

1. Mengidentifikasi Komponen Program dan indikatornya;


2. Membuat kisi-kisi kaitan antara indikator, sumber data, metode pengumpulan data dan
instrumen;
3. Menyusun Butir-butir Instrumen; 16
4. Menyusun kriteria Instrumen; dan
5. Menyusun pedoman pengerjaan.

15
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, h. 92-104.
16
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran: Secara Manusiawi, (jakarta: Rineka Cipta, t.th.), h. 82.
KESIMPULAN

Perencanaan evaluasi pembelajaran adalah rangkaian-rangkaian putusan yang diambil


untuk menentukan sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.

hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan evaluasi menurut buku Zainal Arifin
yang berjudul Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan Prosedur.:Analisis Kebutuhan,
Menentukan Tujuan Penilaian, Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar,menyusun
kisi-kisi, Mengembangkan Draf Instrumen,uji coba dan analisis soal,revisi dan merakit soal.

Tahap-tahap utama dalam perencanaan evaluasi adalah:

1. Menentukan tujuan evaluasi


2. Merumuskan masalah evaluasi
3. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan
4. Menentukan sampel sesuai dengan tujuan evaluasi
5. Menentukan model evaluasi sesuai dengan tujuan evaluasi
6. Menentukan alat evaluasi
7. Merencanakan personal evaluasi
8. Merencanakan anggaran
9. Merencanakan jadwal kegiatan
Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.


Amti, Onisimus, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2011.
Alma, Buchari dan Hurriyati, Ratih, Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa
Pendidikan: Fokus pada Mutu dan Layanan Prima, Bandung: Alfabeta, 2008.
Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran: Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2003.
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010
Yakin, Nurul, “Studi Kasus Pola Manajemen Pondok Pesantren Al-Raisiyah di Kota
Mataram” Ulumuna Jurnal Studi keislaman, Volume 18 Nomor 1 (Juni 2014).
Yamin, Martinis dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu
Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010.
Arifin.zainal, Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2013.

Anda mungkin juga menyukai