Evaluasi ialah suatu proses identifikasi untuk mengukur atau menilai apakah suatu
kegiatan atau suatu program yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau tujuan yang
ingin dicapai. Evaluasi juga sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang kehidupan manusia
sehingga meningkatkan efektivitas dan produktivitas, baik dalam lingkup individu, kelompok,
ataupun lingkungan kerja. Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Aktivitas belajar perlu diadakan
evaluasi, hal ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar
yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Melalui evaluasi dapat diketahui kemajuan-
kemajuan belajar yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan keputusan penting mengenai apa
yang telah diperoleh dan diketahui anak serta dapat merencanakan apa yang seharusnya
dilakukan pada tahap berikutnya.
Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh
karena itu macam-macamnya pun banyak mulai yang sederhana sampai yang paling kompleks.
Evaluasi yang sempurna tidak hanya berobjekkan pada aspek kecerdasan tetapi mencakup
seluruh pribadi anak dalam seluruh situasi pendidikan yang dialaminya.
Adapun beberapa informasi yang didapatkan dari sebuah proses evaluasi ialah sebagai
berikut :
1. Tingkat kemajuan suatu aktivitas.
2. Tingkat pencapaian suatu aktivitas sesuai dengan tujuannya.
3. Hal-hal yang harus dapat dilakukan di masa yang akan datang.
Norman E. Gronlund
Menurut Gronlund (1976) dalam (Purwanto, 2013, hlm. 3) evaluasi adalah suatu proses yang
sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan
pembelajaran telah dicapai oleh siswa.
Tujuan Evaluasi
1. Evaluasi dapat dilakukan bukan tanpa tujuan, tetapi ada hal-hal yang ingin dicapai
melalui kegiatan ini. Secara khusus, adapun beberapa tujuan evaluasi ialah sebagai
berikut :
2. Untuk dapat mengetahui seberapa baik tingkat penguasaan seseorang terhadap suatu
kompetensi yang telah ditetapkan.
3. Untuk bisa mengetahui apa saja kesulitan yang telah dialami seseorang dalam suatu
kegiatannya sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedia
teaching.
4. Untuk dapat mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas suatu metode, media, dan
sumber daya lainnya dalam melaksanakan suatu kegiatan.
5. Sebagai umpan balik dan suatu informasi penting bagi para pelaksana evaluasi untuk
memperbaiki kekurangan yang dimana hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam
mengambil keputusan di masa yang akan datang.
Tujuan evaluasi
telah dikemukakan oleh beberapa sumber dari para ahli. Berikut tujuan-tujuan evaluasi dari
berbagai sumber diantaranya :
Suprihanto
Menurut Suprihanto terdapat 3 tujuan evaluasi pada organisasi diantaranya :
1. Sebagai alat dalam perbaikan dan perencanaan suatu kegiatan.
2. Memperbaiki penggunaan dan penyediaan berbagai sumber daya, sumber dana, dan
manajemen di masa yang akan datang.
3. Memperbaiki sebuah proses pelaksanaan dan segala faktor yang berpengaruh.
4. Merencanakan ulang suatu porgam dengan mengontrol keterkaitan pada perubahan yang
telah terjadi pada program sebelumnya.
5. Mengukur suatu progress yang telah direncanakan.
Terry
Terry menyebutkan tujuan evaluasi pada manajemen organisasi yakni sebagai berikut :
1. Sebagai alat dalam memperbaiki suatu kebijakan terkait kegiatan dan rencana yang telah
ada.
2. Memperbaiki pengalokasian suatu sumber daya.
3. Mengkontrol dan memperbaiki suatu kegiatan yang tengah berjalan.
4. Merencanakan ulang dengan lebih baik akan sebuah program.
Arikunto
Menurut Arikunto evaluasi memiliki dua tujuan yakni secara umum dan khusus. Tujuan secara
umum menitikberatkan pada suatu program secara menyeluruh. Tujuan secara khusus fokus pada
setiap komponen dalam manajemen suatu organisasi.
Terdapat 4 kebijakan yang dapat diterapkan yang didasarkan dari hasil evaluasi yaitu
sebagai berikut :
1. Penghentian suatu program dengan pertimbangan bahwa suatu program tersebut tidak
memiliki manfaat maupun tidak sesuai rencana awal.
2. Melakukan revisi terhadap suatu program apabila terdapat bagian yang tidak sesuai
dengan perencanaan.
3. Melanjutkan suatu program jika suatu progam berjalan sesuai dengan perencanaan dan
menghasilkan manfaat.
4. Menduplikasi suatu program dengan menjalankan progran di berbagai tempat atau
mengulangi suatu program di waktu yang berbeda karena program sebelumnya dianggap
berhasil.
Sementara itu fungsi evaluasi menurut Sudjana (2017, hlm. 3) dikelompokkan menjadi tiga
fungsi, yakni sebagai berikut.
1. Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.
2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya.
Prinsip Evaluasi
Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pasal 5,
dijelaskan bahwa prinsip evaluasi atau penilaian hasil belajar antara lain adalah sebagai berikut.
1. Sahih, yang berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi
dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai
perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme,
prosedur, teknik, teknik, maupun hasilnya.
Fungsi Evaluasi
Aktivitas evaluasi juga memiliki beberapa fungsi yang bermanfaat bagi para pihak yang
melakukan evaluasi. Adapun beberapa fungsi evaluasi ialah sebagai berikut :
1. Fungsi Selektif
Fungsi selektif ialah fungsi yang bisa menyeleksi seseorang apakah memiliki komptensi yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Contohnya saja dapat menentukan seseorang diterima
kerja atau tidak, menentukan seseorang naik jabatan atau tidak, dan lainnya.
2. Fungsi Diagnosa
Fungsi diagnosa ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan seseorang di
dalam bidang kompetensi tertentu. Contohnya saja untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan seorang siswa dalam bidang studi yang didapatkannya di sekolah.
3. Fungsi Penempatan
Fungsi penempatan ini bertujuan untuk mengetahui di mana posisi terbaik seseorang dalam
suatu bidang tertentu. Contohnya saja untuk mengetahui posisi terbaik seorang karyawan
sesuai dengan bidangnya di dalam suatu perusahaan.
4. Fungsi Pengukuran Keberhasilan
Dalam hal ini, evaluasi ini dapat berfungsi untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu
program, termasuk metode yang dipakai, penggunaan sarana, dan pencapaian tujuan.
Jenis-Jenis Evaluasi
1. Jenis Evaluasi berdasarkanTujuan
2. Jenis Evaluasi berdasarkan Sasaran
3. Jenis Evaluasi berdasarkan Lingkup Kegiatan pembelajaran
4. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi
Tahapan Evaluasi
Dalam suatu kegiatan evaluasi terdapat beberapa tahapan penting yang saling mendukung satu
sama lainnya. Tahapan-tahapan evaluasi tersebut ialah sebagai berikut :
1. Menentukan topik evaluasi yakni suatu kegiatan penentuan topik yang akan dievaluasi.
Contohnya : evaluasi hasil kerja, atau evaluasi rencana kerja.
2. Merancang kegiatan evaluasi adalah suatu kegiatan mendesain sebuah proses evaluasi
sehingga dalam pelaksanaannya tidak melewatkan hal-hal yang penting.
3. Pengumpulan data yakni suatu kegiatan mengumpulkan dan mencatat setiap informasi
sesuai dengan perencanaan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiahnya.
4. Pengolahan dan analisis data adalah suatu kegiatan mengolah informasi dengan cara
mengelompokkan data supaya lebih mudah dalam melakukan analisis, serta menentukan
tolak ukur waktu sebagai hasil evaluasi.
5. Pelaporan hasil evaluasi adalah sesuatu hal dalam membuat laporan hasil evaluasi agar
diketahui oleh para pihak-pihak yang berkepentingan.
Macam-Macam Evaluasi
Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, macam-macamnya pun banyak mulai yang sederhana sampai yang paling
kompleks. Diantara macam-macam evaluasi tersebut adalah sebagai berikut:
Sementara itu, Kaufman dan Thomas dalam Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin AJ (2007 :
24) membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu :
1. Goal Oriented Evaluation Model,
2. Goal Free Evaluation Model,
3. Formatif-Sumatif Evaluation Model,
4. Countenance Evaluation Model,
5. Responsive Evaluation Model,
6. CSE-UCLA Evaluation Model,
7. CIPP Evaluation Model,
8. Discrepancy Model,
Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih berupa skor mentah
(raw score) yang berupa data terserak (belum tertata). Karena data belum tertata dengan baik
maka guru akan menemui kesulitan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil belajar
siswa tersebut.
Data tersebut perlu diatur sedemikian rupa agar mudah dipahami, misalnya diurutkan dari data
terbesar sampai dengan yang terkecil. Dengan mengurutkan hasil tes tersebut maka anda akan
dapat melihat dengan mudah rangking siswa.
Apabila jumlah siswa sedikit (misalnya 10 anak) maka penyusunan datanya dapat anda lakukan
dengan mudah dan dapat dengan cepat diketahui rangking kelas pada mata pelajaran tertentu.
Tetapi jika jumlah siswa anda banyak maka kumpulan data hasil belajar yang anda peroleh akan
mudah dipahami jika data tersebut diolah dalam bentuk tabel frekuensi. Cara membuat daftar
distribusi frekuensi :
1. Tentutan rentang, ialah data terbesar dikurangi dengan data terkecil.
2. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan.
3. Tentukan panjang kelas interval (p)
4. Tentukan ujung bawah kelas interval untuk data terkecil.
5. Masukkan semua data ke dalam kelas interval.
Penilaian
Pengertian penilaian disini mengacu pada penilaian sebagai asesmen yaitu serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa dan
menggunakan informasi tersebut utuk mencapai tujuan pendidikan.
Prosedur/Metode Penilaian
a. Penilaian tertulis
b. Tes praktek
c. Penilaian produk
d. Penilaian proyek
e. Peta perkembangan
f. Evaluasi diri siswa
g. Penilaian afektif
h. Portofolio
Pengertian Tes
Tes adalah alat ukur yang disusun secara sistematis, digunakan dalam rangka kegiatan
pengukuran yaitu untuk mengukur karakteristik orang atau obyek tertentu dengan ketentuan atau
cara yang sudah ditentukan.
Tes didalamnya berisi sejumlah pertanyaan dan pernyataan atau serangkaian tugas yang harus
dijawab dan dikerjakan oleh peserta didik. Tes digunakan untuk mendapatkan informasi atau
data-data dari subjek yang diukur dan dinilai, dan hasil tes peserta didik tersebut diberi sekor
dan nilai.
2) Tes Objektif
Yaitu bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih pleh
peserta didik. Jadi kemungkinan jawaban atau respon telah disediakan oleh penyusun butir soal.
[8]
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi karena jawabannya antara benar atau salah dan
skornya antara 1 dan 0. Disebut objektif karena penilaiannya objektif. Siapaun yang mengoreksi
tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti.[9]
Secara umum ada tiga bentuk tes objektif, yaitu
a. Tipe benar salah (True-false test)
Adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban atau
pernyataan yang benar dan yang salah.
Kelebihan
1. Dapat mewaklili pokok bahasan atau materi pelajaran lebih luas
2. Mudah penyusunannya
3. Mudah diskor
4. Merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasi belajar secrara langsung,
terutama yang berkaitan dengan ingatan.
Kekurangan
1. Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan penghafalan kembali
2. Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban
b. Tes Lisan
Adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan
mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah
yanag diberikan.
Kelebihan
1. Dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya
secara lisan
2. Tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok
permasalahannya saja
3. Kemungkinan peserta didik akan menerka jawaban dan spekulasi dapat dihindari
Kelemahan
1. Membutuhkan waktu yang cukup lama
2. Seringnya muncul insur subjektifitas
Ditinjau dari segi penyusunannya tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu;
a. Tes buatan guru (teacher made-test)
Yaitu tes yang telah disusun sendiri oleh guru yang akan mempergunakan tes tersebut.[14] Tes
ini biasanya digunakan untuk ulangan harian, formatif, dan ulangan umum. Tes ini dimaksudkan
untuk mengukur tingkast penguasaan peserta didik terhadap materi yang sudah disampaikan
guru. Untuk itu guru harus membuat soal secara logis dan rasional mengenai pokok-pokok
materi.[15]
b. Tes yang telah distandarkan (standardised test)
Yaitu tes yang telah mengalami proses standarisasi yakni proses validasi dan
keadaan (reliability) sehingga tes tersebut benar-benar valid dan andal untuk suatu tujuan dan
bagi suatu kelompok tertentu.
Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut benar-benar mampu menilai apa yang harus dinilai.
Tes tersebut jika digunakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan yang telah direncanakan
sebelumnya. Dengan kata lain merupakan alat yang jitu karena telah mengalami try-out dan
perbaikan. Dan suatu tes disebut andal atau dapat dipercaya jika tes tersebut menunjukkan
ketelitian pengukuran. Ketelitian itu berlaku untuk setiap orang yang sama. Jika tes itu andal
maka skor hasil tes yang dibuat murid itu tetap sama.[16]
Ditinjau berdasarkan jumlah peserta didik tes hasil belajar ada dua macam, yaitu:
a. Tes perseorangan, yaitu tes yang dilakukan secara perorangan. Guru akan berhadapan
dengan seorang peserta didik.
b. Tes kelompok, yaitu tes yang diadakan secara kelompok. Guru akan dihadapkan pada
sekelompok peserta didik
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa terdapat tiga macam tes, yaitu:
a. Tes diagnostik
Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan
kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Secara umum tes ini
disebut penjajakan masuk atau dalam istilah inggris entering behaviour test. Ini dilakukan untuk
mengukur tingkat penguasaan pengetahuan dasar untuk dapat menerima pengetahuan
lanjutannya.
Oleh karena itu tes ini juga disebut prasyarat tes atau pre request test. Tes ini juga berfungsi
sebagai tes penempatan (placement test).
b. Tes formatif
Dari arti kata form yang merupakan dasar istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.
Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-
test atau tes akhir program.
c. Tes sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok
program atau sekelompok program yang lebih besar. Dalam pengalaman disekolah tes formatif
dapat disamakan dengan ulangan harian sedangkan tes sumatif dapat disamakan dengan ulangan
umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir semester.[18]
Validitas Tes
Suatu tes dikatakan valid jika tes itu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid disebut
juga sahih, terandalkan atau tepat. Tes hasil belajar yang valid, harus dapat menggambarkan hasil
belajar yang di ukur
Macam-macam validitas
Sebuah alat pengukur dapat dikatakan valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa
yang hendak diukur secara tepat. Demikian pula dalam alat-alat evaluasi. Suatu tes dapat
dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes itu tersebut betul-betul dapat mengukur hasil
belajar. Jadi bukan sekedar mengukur daya ingatan atau kemampuan bahasa saja misalnya.
Untuk lebih mendukung memahami pengertian tersebut selanjutnya akan diuraikan beberapa
macam kriteria validitas, yaitu:
Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliable yang berarti dapat dipercaya. sebuah tes dikatakan reliable
apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan, atau konsisten, artinya jika kepada para
siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada
dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya. Cara mencari reliabilitas
1. Tekhnik berulang
Tehnik ini adalah dengan memberikan tes tersebut kepada sekelompok anak-anak dalam dua
kesempatan yang berlainan. misalnya suatu tes diberikan pada kepada group A. selang 3 hari
atau seminggu tes tes tersebut diberikan lagi kepada group A dengan syarat-syarat tertentu.
2. Tekhnik bentuk paralel
Teknik ini menggunakan dua buah tes yang sejenis (tetapi tidak identik), mengenai isinya;
proses mental yang diukur, tingkat kesukaran jumlah item dan aspek-aspek lain.
3. Tekhnik belah dua (Split-Half)
Ada dua prosedur yang dapat digunakan dalam tes belah dua ini yaitu:
a. Prosedur ganjil-genap: artinya seluruh item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi
satu kelompok dan yang bernomor genap menjadi kelompok yang lain.
b. Prosedur random: misalnya dengan jalan lotre, atau dengan jalan menggunakan tabel
bilangan random.
Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor
subyektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama pada sistem skoringnya, apabila dikaitkan
dengan reliabilitas maka obyektivitas menekankan ketetapan pada sistem skoring, sedangkan
reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada dua faktor yang mempengaruhi
subjektivitas dari sesuatu tes yaitu bentuk tes dan penilaian.
Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes itu bersifat praktis, mudah
untuk pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:
1. Mudah melaksanakannya: misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi
kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah
oleh siswa.
2. Mudah memeriksanya: tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman
skoringnya. Untuk soal yang obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika
dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
3. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
Referensi
Arifin, Zainal. (2017). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Asrul, Ananda, R., Rosnita. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Medan: Citapustaka Media.
Arikunto, Suharsimi. (2016). Dasar-dasar Evaluasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan ,Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012.
Febriana, Rina. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Nana Sudjana. (2017). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurkancana, Wayan dan Sunartana, Evaluasi pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.
Purwanto, Ngalim. (2013). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sukardi, Evalusi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya , Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2008.
Widyoko, Eko Putro, Evaluasi Program Pembelajaran , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 201
Zein mas’ud dan Darto. (2012). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Riau: Daulat Riau.