Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENILAIAN HASIL BELAJAR


“PENGERTIAN, TUJUAN, MANFAAT EVALUASI PENDIDIKAN BAGI DUNIA
PENDIDIKAN”

DOSEN PENGAMPU
Dr. SUYITNO., M.Pd

DISUSUN OLEH
NUR ADIN RAHSANJANI
222170055

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2022
Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana pembelajaran yang telah berjalan
agar dapat membuat penilaian (judgement) dan perbaikan yang dibutuhkan untuk
memaksimalkan hasilnya.
Definisi di atas didasari oleh pendapat Mahrens & Lehmann (1978 dalam Purwnto,
2013, hlm. 3) yang menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan. Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian.
Meskipun sangat berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna evaluasi
pembelajaran yang sebenarnya. Ujian atau tes hanyalah salah satu jalan yang dapat ditempuh
untuk menjalankan proses evaluasi.

Beberapa Istilah Evaluasi Pendidikan


Untuk menghindari berbagai mispersepsi yang biasa terjadi dalam evaluasi, berikut
adalah pengertian istilah atau terminologi yang biasa digunakan dalam evaluasi dan
pengukuran, meliputi: tes, pengukuran (measurement), evaluasi, dan asesmen (assesment)
menurut Mohrens (1984 dalam Asrul dkk, 2015, hlm. 3).
1. Tes,
adalah istilah yang paling sempit pengertiannya dari keempat istilah lainnya, yaitu
membuat dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab. Sebagai hasil
jawabannya diperoleh sebuah ukuran (nilai angka) dari seseorang.
2. Pengukuran,
pengertiannya menjadi lebih luas, yakni dengan menggunakan observasi skala rating
atau alat lain yang membuat kita dapat memperoleh informasi dalam bentuk kuantitas.
Juga berarti pengukuran dengan berdasarkan pada skor yang diperoleh.
3. Evaluasi,
adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna untuk
menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan pengukuran dan bisa juga
berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi keputusan yang profesional.
Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data kuantitatif maupun kualitatif.
4. Asesmen,
bisa digunakan untuk memberikan diagnosa terhadap problema seseorang. Dalam
pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi. Namun yang perlu ditekankan di sini
bahwa yang dapat dinilai atau dievaluasi adalah karakter dari seseorang, termasuk
kemampuan akademik, kejujuran, kemampuan untuk mengejar, dsb.
Selain suatu proses untuk melihat kinerja pembelajaran, evaluasi juga berfungsi sebagai
pembuat keputusan. Proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan
tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan (Cornbach dan Stufflebeam dalam
Arikunto, 2016, hlm. 3).

Pengertian Evaluasi Pembelajaran Menurut Para Ahli

Lalu sebetulnya apa evaluasi itu? Berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai pengertian
evaluasi pembelajaran.
1. Arikunto
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan dapat tercapai (Arikunto,
2016, hlm. 3).
2. Rina Febriana
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi, dalam menilai (assessment) keputusan yang dibuat untuk
merancang suatu sistem pembelajaran  (Febriana, 2019, hlm. 1).
3. Zainal Arifin
Menurut Arifin (2017, hlm. 2) evaluasi adalah suatu komponen penting dan tahap
yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran.
4. Ralph Tyler
Tyler dalam Arikunto (2016, hlm. 3) mendefinisikan bahwa evaluasi pembelajaran
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menemukan sejauh mana, dalam
hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Kedudukan Evaluasi Dalam Pembelajaran

Lalu apa dan bagaimana sebetulnya kedudukan evaluasi dalam pembelajaran? Untuk
mengetahuinya, kita dapat merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat 1 yang menyatakan bahwa
“evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak berkepentingan, di
antaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan”. Sehingga kedudukan
evaluasi pendidikan mencakup semua komponen, proses pelaksanaan dan produk pendidikan
secara total, dan di dalamnya setidaknya terakomodir tiga konsep, yakni: memberikan
pertimbangan (judgement), nilai (value), dan arti (worth).

Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Tujuan dari penilaian hasil belajar tentunya sama bersinggungan dengan tujuan
evaluasi belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan. Evaluasi merupakan faktor penting
yang menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sangat
penting untuk benar-benar mengetahui tujuan evaluasi, agar hal yang ingin dicapai dalam
proses evaluasi dapat terjadi. Tujuan evaluasi hasil belajar menurut Arifin (2017, hlm. 15)
adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan.
2. Mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta didik terhadap program
pembelajaran.
3. Mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4. Mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
5. Seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis
pendidikan tertentu.
6. Menentukan kenaikan kelas.
7. Menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Selain itu, tujuan evaluasi dalam pembelajaran menurut  Nana Sudjana (2017, hlm. 4) adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan
kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa
jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan
pendidikan yang diharapkan.
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi
pelaksanaannya.
4. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.

Fungsi Evaluasi Pembelajaran


Selain berbagai tujuan di atas, pentingnya evaluasi dalam pembelajaran dapat dilihat dari
fungsi atau kegunaan yang dimilikinya. Menurut Arifin (2017, hlm. 15) fungsi atau kegunaan
yang dimiliki oleh evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Fungsi formatif,
yakni untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses pembelajaran dan mengadakan program remedial jika diperlukan bagi peserta
didik.
2. Fungsi sumatif,
yaitu menentukan nilai kemajuan atau hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan
kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya peserta didik.
3. Fungsi diagnostik,
yakni untuk memahami latar belakang meliputi latar psikologis, fisik, dan lingkungan
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai
dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
4. Fungsi penempatan,
yaitu menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran yang tepat (misalnya dalam
menentukan program spesialisasi) sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.
Sementara itu fungsi evaluasi menurut Sudjana (2017, hlm. 3) dikelompokkan menjadi
tiga fungsi, yakni sebagai berikut.
a. Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya.

Prinsip Evaluasi
Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pasal 5,
dijelaskan bahwa prinsip evaluasi atau penilaian hasil belajar antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Sahih, yang berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme,
prosedur, teknik, teknik, maupun hasilnya.
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi dua, yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan system :
1. Pendekatan Tradisional
Menurut Arifin (2017, hlm. 85-86) pendekatan evaluasi tradisional berorientasi pada
praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini di sekolah yang ditujukan pada
perkembangan aspek intelektual peserta didik. Aspek-aspek keterampilan dan
pengembangan sikap kurang mendapatkan perhatian yang serius.
Dengan kata lain, peserta didik hanya dituntut untuk menguasai mata pelajaran.
Kegiatan-kegiatan evaluasi juga lebih difokuskan pada komponen produk saja,
sementara komponen proses cenderung diabaikan. Hasil kajian Spencer cukup
memberikan gambaran betapa pentingnya evaluasi pembelajaran.
2. Pendekatan Sistem
Evaluasi pendekatan sistem adalah evaluasi yang dilakukan melalui sistem atau
totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan.
Komponen evaluasi yang dimaksud meliputi komponen kebutuhan dan feasibility,
komponen input, komponen proses, dan komponen produk  (Arifin, 2017, hlm. 86).
Stuffebeam menyingkatnya sebagai CIPP, yakni context, input, process, product.
Komponen-komponen ini harus menjadi landasan pertimbangan dalam evaluasi
pembelajaran secara sistematis. Berbeda dengan pendekatan tradisional yang hanya
menyentuh komponen produk saja. Mudahnya pendekatan ini tidak hanya
mempertimbangkan penilaian kognitif atau penguasaan mata pelajaran saja. Namun
melibatkan seluruh komponen yang ada, misalnya keaktifan, afeksi, karakter, atau
berbagai komponen lain yang dibutuhkan dalam suatu pembelajaran.

Jenis Evaluasi dalam Pembelajaran


Membicarakan jenis evaluasi sebetulnya sangatlah bergantung dari pembeda atau dikotomi
apa yang digunakan dalam membedakan jenisnya. Namun, pada umumnya evaluasi dalam
pembelajaran biasa dibagi dari segi teknik terlebih dahulu. Kemudian, masing-masing teknik
akan memiliki penilaian dan alat penilaian yang berbeda pula.
Menurut (Arikunto, 2016, hlm. 41) Teknik evaluasi dibagi menjadi dua, yakni teknik tes dan
teknik non-tes. Berikut adalah penjelasannya.

a. Evaluasi Tes
Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat
yang lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasanbatasan. Tes mempunyai
fungsi ganda, yaitu untuk mengukur peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan
program pengajaran. Menurut Heaton (dalam Arifin, 2017, hlm. 118) membagi tes
menjadi empat bagian, yakni tes prestasi belajar, tes penguasaan, tes bakat, dan tes
diagnostik. Untuk melengkapi pembagian jenis tes tersebut, Brown menambahkan satu
jenis tes lagi yang disebut tes penempatan. Masing-masing penjelasan mengenai jenis tes
tersebut sama saja dengan penjelasan fungsi evaluasi yang telah dijelaskan sebelumnya
di atas. Evaluasi jenis tes sendiri dapat dibagi setidaknya menjadi dua jenis, yakni: tes
uraian (esai), dan tes objektif. Berikut adalah pemaparannya.
1) Tes Bentuk Uraian (Esai)
Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan,
mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam
bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Dilihat dari luas atau
sempitnya materi yang dinyatakan, bentuk tes uraian dapat dibagi menjadi dua jenis,
yakni sebagai berikut.
a) Uraian Terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat
jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting
yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah
ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
b) Uraian Bebas
Peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri.
Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya.
Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang
berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan dan patokan dalam
mengoreksi jawaban peserta didik nanti.
2) Tes Objektif
Tes objektif adalah pengukuran yang berdasarkan pada penilaian atas kemampuan
siswa dengan soal menjelaskan jawaban yang benar atau yang salah soal dengan
bobot nilai yang tetap. Dalam tes ini subjektivitas guru ketika melakukan pemberian
nilai tidak ikut ambil bagian atau ikut berpengaruh. Terdapat beragam macam tes
objektif meliputi beberapa jenis di bawah ini.
a) Tes Pilihan Alternatif
Bentuk tes pilihan alternatif ditandai oleh butir soal yang diikuti oleh dua
penilaian. Dari dua pilihan siswa diminta memilih salah satu yang dianggap
paling tepat.
b) Tes Pilihan Ganda
Tes jenis pilihan ganda adalah suatu bentuk tes dengan jawaban tersedia atas 3
atau 4 serta option pilihannya dan hanya satu jawaban yang tepat.
c) Tes Objektif Menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu
daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-
masing premis itu dengan suatu kemungkinan jawaban. Biasanya nama,
tanggal/tahun, istilah, frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan sejenisnya
digunakan sebagai premis.
d) Tes Bentuk Benar atau Salah
Benar Tes benar salah ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran dalam
pernyataan yang hendak dinilai peserta didik. Peseta didik menjawab dengan
menetapkan apakah pernyataan yang disajikan itu salah atau benar dalam arti
mengandung atau tidak mengandung kebenaran.

Evaluasi Non Tes


Menurut Hasyim (dalam Zein & Darto, 2012, hlm.47) evaluasi non test adalah penilaian yang
mengukur kemampuan peserta didik secara langsung dengan tugas-tugas yang riil. Evaluasi
non tes memiliki sifat yang lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai
berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga
aspek afektif dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung (Sudjana.
2017, hlm. 67). Beberapa jenis evaluasi non tes menurut Arikunto (2016, hlm. 41) adalah
sebagai berikut.
a. Skala Bertingkat
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan “Rating gives a numerical value to
some kind of judgement” maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.
b. Angket
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden). Angket merupakan instrumen evaluasi nontes yang berupaya mengukur
diranah afektif di dalam kelas maupun diluar kelas.
c. Daftar Cocok
Yakni deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang
dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√ ) ditempat yang sudah disediakan.
d. Wawancara
Merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden
dengan cara tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini
responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan.
e. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan atau observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik
dengan menggunakan indra secara langsung. Pengamatan atau observasi merupaka
suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan suatu tindakan
telah dilaksanakan dan untuk mengevaluasi ketepatan tindakan yang dilakukan.
Pengamatan dilakukan dengan cara menggunakan instrumen (formulir) yang sudah
dirancang sebelumnya.

REFERENSI :

Gamal Thabroni. 2021. “Evaluasi Pembelajaran : Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis, dsb”.
https://serupa.id/evaluasi-pembelajaran/. Diakses pada 17 Oktober 2022 Pukul 11.50.

Anda mungkin juga menyukai