DOSEN PENGAMPU
Dr. SUYITNO., M.Pd
DISUSUN OLEH
NUR ADIN RAHSANJANI
222170055
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana pembelajaran yang telah berjalan
agar dapat membuat penilaian (judgement) dan perbaikan yang dibutuhkan untuk
memaksimalkan hasilnya.
Definisi di atas didasari oleh pendapat Mahrens & Lehmann (1978 dalam Purwnto,
2013, hlm. 3) yang menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan. Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian.
Meskipun sangat berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna evaluasi
pembelajaran yang sebenarnya. Ujian atau tes hanyalah salah satu jalan yang dapat ditempuh
untuk menjalankan proses evaluasi.
Lalu sebetulnya apa evaluasi itu? Berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai pengertian
evaluasi pembelajaran.
1. Arikunto
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan dapat tercapai (Arikunto,
2016, hlm. 3).
2. Rina Febriana
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi, dalam menilai (assessment) keputusan yang dibuat untuk
merancang suatu sistem pembelajaran (Febriana, 2019, hlm. 1).
3. Zainal Arifin
Menurut Arifin (2017, hlm. 2) evaluasi adalah suatu komponen penting dan tahap
yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran.
4. Ralph Tyler
Tyler dalam Arikunto (2016, hlm. 3) mendefinisikan bahwa evaluasi pembelajaran
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menemukan sejauh mana, dalam
hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Kedudukan Evaluasi Dalam Pembelajaran
Lalu apa dan bagaimana sebetulnya kedudukan evaluasi dalam pembelajaran? Untuk
mengetahuinya, kita dapat merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat 1 yang menyatakan bahwa
“evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak berkepentingan, di
antaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan”. Sehingga kedudukan
evaluasi pendidikan mencakup semua komponen, proses pelaksanaan dan produk pendidikan
secara total, dan di dalamnya setidaknya terakomodir tiga konsep, yakni: memberikan
pertimbangan (judgement), nilai (value), dan arti (worth).
Tujuan dari penilaian hasil belajar tentunya sama bersinggungan dengan tujuan
evaluasi belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan. Evaluasi merupakan faktor penting
yang menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sangat
penting untuk benar-benar mengetahui tujuan evaluasi, agar hal yang ingin dicapai dalam
proses evaluasi dapat terjadi. Tujuan evaluasi hasil belajar menurut Arifin (2017, hlm. 15)
adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan.
2. Mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta didik terhadap program
pembelajaran.
3. Mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4. Mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
5. Seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis
pendidikan tertentu.
6. Menentukan kenaikan kelas.
7. Menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Selain itu, tujuan evaluasi dalam pembelajaran menurut Nana Sudjana (2017, hlm. 4) adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan
kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa
jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan
pendidikan yang diharapkan.
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi
pelaksanaannya.
4. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Prinsip Evaluasi
Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pasal 5,
dijelaskan bahwa prinsip evaluasi atau penilaian hasil belajar antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Sahih, yang berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme,
prosedur, teknik, teknik, maupun hasilnya.
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi dua, yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan system :
1. Pendekatan Tradisional
Menurut Arifin (2017, hlm. 85-86) pendekatan evaluasi tradisional berorientasi pada
praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini di sekolah yang ditujukan pada
perkembangan aspek intelektual peserta didik. Aspek-aspek keterampilan dan
pengembangan sikap kurang mendapatkan perhatian yang serius.
Dengan kata lain, peserta didik hanya dituntut untuk menguasai mata pelajaran.
Kegiatan-kegiatan evaluasi juga lebih difokuskan pada komponen produk saja,
sementara komponen proses cenderung diabaikan. Hasil kajian Spencer cukup
memberikan gambaran betapa pentingnya evaluasi pembelajaran.
2. Pendekatan Sistem
Evaluasi pendekatan sistem adalah evaluasi yang dilakukan melalui sistem atau
totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan.
Komponen evaluasi yang dimaksud meliputi komponen kebutuhan dan feasibility,
komponen input, komponen proses, dan komponen produk (Arifin, 2017, hlm. 86).
Stuffebeam menyingkatnya sebagai CIPP, yakni context, input, process, product.
Komponen-komponen ini harus menjadi landasan pertimbangan dalam evaluasi
pembelajaran secara sistematis. Berbeda dengan pendekatan tradisional yang hanya
menyentuh komponen produk saja. Mudahnya pendekatan ini tidak hanya
mempertimbangkan penilaian kognitif atau penguasaan mata pelajaran saja. Namun
melibatkan seluruh komponen yang ada, misalnya keaktifan, afeksi, karakter, atau
berbagai komponen lain yang dibutuhkan dalam suatu pembelajaran.
a. Evaluasi Tes
Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat
yang lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasanbatasan. Tes mempunyai
fungsi ganda, yaitu untuk mengukur peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan
program pengajaran. Menurut Heaton (dalam Arifin, 2017, hlm. 118) membagi tes
menjadi empat bagian, yakni tes prestasi belajar, tes penguasaan, tes bakat, dan tes
diagnostik. Untuk melengkapi pembagian jenis tes tersebut, Brown menambahkan satu
jenis tes lagi yang disebut tes penempatan. Masing-masing penjelasan mengenai jenis tes
tersebut sama saja dengan penjelasan fungsi evaluasi yang telah dijelaskan sebelumnya
di atas. Evaluasi jenis tes sendiri dapat dibagi setidaknya menjadi dua jenis, yakni: tes
uraian (esai), dan tes objektif. Berikut adalah pemaparannya.
1) Tes Bentuk Uraian (Esai)
Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan,
mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam
bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Dilihat dari luas atau
sempitnya materi yang dinyatakan, bentuk tes uraian dapat dibagi menjadi dua jenis,
yakni sebagai berikut.
a) Uraian Terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat
jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting
yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah
ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
b) Uraian Bebas
Peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri.
Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya.
Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang
berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan dan patokan dalam
mengoreksi jawaban peserta didik nanti.
2) Tes Objektif
Tes objektif adalah pengukuran yang berdasarkan pada penilaian atas kemampuan
siswa dengan soal menjelaskan jawaban yang benar atau yang salah soal dengan
bobot nilai yang tetap. Dalam tes ini subjektivitas guru ketika melakukan pemberian
nilai tidak ikut ambil bagian atau ikut berpengaruh. Terdapat beragam macam tes
objektif meliputi beberapa jenis di bawah ini.
a) Tes Pilihan Alternatif
Bentuk tes pilihan alternatif ditandai oleh butir soal yang diikuti oleh dua
penilaian. Dari dua pilihan siswa diminta memilih salah satu yang dianggap
paling tepat.
b) Tes Pilihan Ganda
Tes jenis pilihan ganda adalah suatu bentuk tes dengan jawaban tersedia atas 3
atau 4 serta option pilihannya dan hanya satu jawaban yang tepat.
c) Tes Objektif Menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu
daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-
masing premis itu dengan suatu kemungkinan jawaban. Biasanya nama,
tanggal/tahun, istilah, frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan sejenisnya
digunakan sebagai premis.
d) Tes Bentuk Benar atau Salah
Benar Tes benar salah ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran dalam
pernyataan yang hendak dinilai peserta didik. Peseta didik menjawab dengan
menetapkan apakah pernyataan yang disajikan itu salah atau benar dalam arti
mengandung atau tidak mengandung kebenaran.
REFERENSI :
Gamal Thabroni. 2021. “Evaluasi Pembelajaran : Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis, dsb”.
https://serupa.id/evaluasi-pembelajaran/. Diakses pada 17 Oktober 2022 Pukul 11.50.