Anda di halaman 1dari 17

Evaluasi Pembelajaran:

Pengertian, Tujuan, Fungsi,


Jenis, dsb
oleh GAMAL THABRONI 19-Februari-2021

Daftar Isi ⇅

Pengertian Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana
pembelajaran yang telah berjalan agar dapat membuat penilaian (judgement)
dan perbaikan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan hasilnya.

Definisi di atas didasari oleh pendapat Mahrens & Lehmann (1978 dalam
Purwnto, 2013, hlm. 3) yang menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses
merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun


sangat berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna evaluasi
pembelajaran yang sebenarnya. Ujian atau tes hanyalah salah satu jalan yang
dapat ditempuh untuk menjalankan proses evaluasi.

Beberapa Istilah Evaluasi Pendidikan

Untuk menghindari berbagai mispersepsi yang biasa terjadi dalam evaluasi,


berikut adalah pengertian istilah atau terminologi yang biasa digunakan dalam
evaluasi dan pengukuran, meliputi: tes, pengukuran (measurement), evaluasi,
dan asesmen (assesment) menurut Mohrens (1984 dalam Asrul dkk, 2015, hlm.
3).

1. Tes,
adalah istilah yang paling sempit pengertiannya dari keempat istilah lainnya,
yaitu membuat dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab.
Sebagai hasil jawabannya diperoleh sebuah ukuran (nilai angka) dari
seseorang.
2. Pengukuran,
pengertiannya menjadi lebih luas, yakni dengan menggunakan observasi skala
rating atau alat lain yang membuat kita dapat memperoleh informasi dalam
bentuk kuantitas. Juga berarti pengukuran dengan berdasarkan pada skor
yang diperoleh.
3. Evaluasi,
adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna
untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan pengukuran
dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi keputusan
yang profesional. Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data kuantitatif
maupun kualitatif.
4. Asesmen,
bisa digunakan untuk memberikan diagnosa terhadap problema seseorang.
Dalam pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi. Namun yang perlu
ditekankan di sini bahwa yang dapat dinilai atau dievaluasi adalah karakter
dari seseorang, termasuk kemampuan akademik, kejujuran, kemampuan untuk
mengejar, dsb.

Selain suatu proses untuk melihat kinerja pembelajaran, evaluasi juga


berfungsi sebagai pembuat keputusan. Proses evaluasi bukan sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan (Cornbach dan Stufflebeam dalam Arikunto, 2016, hlm. 3).

Pengertian Evaluasi Pembelajaran Menurut


Para Ahli

Lalu sebetulnya apa evaluasi itu? Berikut adalah beberapa pendapat ahli
mengenai pengertian evaluasi pembelajaran.

Arikunto

Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan


sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan dapat
tercapai (Arikunto, 2016, hlm. 3).

Rina Febriana

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses berkelanjutan tentang


pengumpulan dan penafsiran informasi, dalam menilai (assessment)
keputusan yang dibuat untuk merancang suatu sistem pembelajaran 
(Febriana, 2019, hlm. 1).
Zainal Arifin

Menurut Arifin (2017, hlm. 2) evaluasi adalah suatu komponen penting dan
tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran.

Ralph Tyler

Tyler dalam Arikunto (2016, hlm. 3) mendefinisikan bahwa evaluasi


pembelajaran merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menemukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan
sudah tercapai.

Norman E. Gronlund

Menurut Gronlund (1976) dalam (Purwanto, 2013, hlm. 3) evaluasi adalah


suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan
sampai sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa.

Wringth

Wringht dkk berpendapat evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap


pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang
telah ditetapkan di dalam kurikulum (Wringth dkk dalam Purwanto, 2013, hlm.
3).

Kedudukan Evaluasi Dalam


Pembelajaran
Lalu apa dan bagaimana sebetulnya kedudukan evaluasi dalam pembelajaran?
Untuk mengetahuinya, kita dapat merujuk pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57
ayat 1 yang menyatakan bahwa “evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak berkepentingan, di antaranya
terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan”.

Sehingga kedudukan evaluasi pendidikan mencakup semua komponen,


proses pelaksanaan dan produk pendidikan secara total, dan di dalamnya
setidaknya terakomodir tiga konsep, yakni: memberikan pertimbangan
(judgement), nilai (value), dan arti (worth).

Tujuan Penilaian Hasil Belajar


Tujuan dari penilaian hasil belajar tentunya sama bersinggungan dengan
tujuan evaluasi belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan. Evaluasi
merupakan faktor penting yang menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan
proses pembelajaran. Oleh karena itu, sangat penting untuk benar-benar
mengetahui tujuan evaluasi, agar hal yang ingin dicapai dalam proses evaluasi
dapat terjadi. Tujuan evaluasi hasil belajar menurut Arifin (2017, hlm. 15)
adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang


telah diberikan.
2. Mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta didik
terhadap program pembelajaran.
3. Mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4. Mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
5. Seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai
dengan jenis pendidikan tertentu.
6. Menentukan kenaikan kelas.
7. Menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Selain itu, tujuan evaluasi dalam pembelajaran menurut  Nana Sudjana (2017,
hlm. 4) adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui


kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata
pelajaran yang ditempuhnya.
2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah,
yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa
ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan
dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta
strategi pelaksanaannya.
4. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.

Fungsi Evaluasi Pembelajaran


Selain berbagai tujuan di atas, pentingnya evaluasi dalam pembelajaran dapat
dilihat dari fungsi atau kegunaan yang dimilikinya. Menurut Arifin (2017, hlm.
15) fungsi atau kegunaan yang dimiliki oleh evaluasi pembelajaran adalah
sebagai berikut.

1. Fungsi formatif,
yakni untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial jika
diperlukan bagi peserta didik.
2. Fungsi sumatif,
yaitu menentukan nilai kemajuan atau hasil belajar peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai
pihak, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya peserta didik.
3. Fungsi diagnostik,
yakni untuk memahami latar belakang meliputi latar psikologis, fisik, dan
lingkungan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya
dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan
tersebut.
4. Fungsi penempatan,
yaitu menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran yang tepat
(misalnya dalam menentukan program spesialisasi) sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik.

Sementara itu fungsi evaluasi menurut Sudjana (2017, hlm. 3) dikelompokkan


menjadi tiga fungsi, yakni sebagai berikut.

1. Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.


2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para
orang tuanya.

Prinsip Evaluasi
Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan pasal 5, dijelaskan bahwa prinsip evaluasi atau penilaian hasil
belajar antara lain adalah sebagai berikut.

1. Sahih, yang berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan


kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama,
suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian
yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan
peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segimekanisme, prosedur, teknik, teknik, maupun hasilnya.

Pendekatan Evaluasi Pembelajaran


Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi dua,
yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem.

Pendekatan Tradisional

Menurut Arifin (2017, hlm. 85-86) pendekatan evaluasi tradisional berorientasi


pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini di sekolah yang ditujukan
pada perkembangan aspek intelektual peserta didik. Aspek-aspek
keterampilan dan pengembangan sikap kurang mendapatkan perhatian yang
serius.

Dengan kata lain, peserta didik hanya dituntut untuk menguasai mata
pelajaran. Kegiatan-kegiatan evaluasi juga lebih difokuskan pada komponen
produk saja, sementara komponen proses cenderung diabaikan. Hasil kajian
Spencer cukup memberikan gambaran betapa pentingnya evaluasi
pembelajaran.

Pendekatan Sistem
Evaluasi pendekatan sistem adalah evaluasi yang dilakukan melalui sistem atau
totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan
ketergantungan. Komponen evaluasi yang dimaksud meliputi komponen
kebutuhan dan feasibility, komponen input, komponen proses, dan komponen
produk  (Arifin, 2017, hlm. 86).

Stuffebeam menyingkatnya sebagai CIPP, yakni context, input, process,


product. Komponen-komponen ini harus menjadi landasan pertimbangan
dalam evaluasi pembelajaran secara sistematis. Berbeda dengan pendekatan
tradisional yang hanya menyentuh komponen produk saja.

Mudahnya pendekatan ini tidak hanya mempertimbangkan penilaian kognitif


atau penguasaan mata pelajaran saja. Namun melibatkan seluruh komponen
yang ada, misalnya keaktifan, afeksi, karakter, atau berbagai komponen lain
yang dibutuhkan dalam suatu pembelajaran.

Jenis Evaluasi dalam Pembelajaran


Membicarakan jenis evaluasi sebetulnya sangatlah bergantung dari pembeda
atau dikotomi apa yang digunakan dalam membedakan jenisnya. Namun,
pada umumnya evaluasi dalam pembelajaran biasa dibagi dari segi teknik
terlebih dahulu. Kemudian, masing-masing teknik akan memiliki penilaian dan
alat penilaian yang berbeda pula.

Menurut (Arikunto, 2016, hlm. 41) Teknik evaluasi dibagi menjadi dua, yakni
teknik tes dan teknik non-tes. Berikut adalah penjelasannya.

Evaluasi Tes

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan


dengan alat-alat yang lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan
batasanbatasan. Tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur peserta
didik dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.

Menurut Heaton (dalam Arifin, 2017, hlm. 118) membagi tes menjadi empat
bagian, yakni tes prestasi belajar, tes penguasaan, tes bakat, dan tes
diagnostik. Untuk melengkapi pembagian jenis tes tersebut, Brown
menambahkan satu jenis tes lagi yang disebut tes penempatan. Masing-
masing penjelasan mengenai jenis tes tersebut sama saja dengan penjelasan
fungsi evaluasi yang telah dijelaskan sebelumnya di atas.

Evaluasi jenis tes sendiri dapat dibagi setidaknya menjadi dua jenis, yakni: tes
uraian (esai), dan tes objektif. Berikut adalah pemaparannya.

Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan,


mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri
dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Dilihat dari
luas atau sempitnya materi yang dinyatakan, bentuk tes uraian dapat dibagi
menjadi dua jenis, yakni sebagai berikut.

Uraian Terbatas

Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat
jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok
penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-
batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.

Uraian Bebas

Peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri.
Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya.
Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang
berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan dan patokan
dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.
Tes Objektif

Tes objektif adalah pengukuran yang berdasarkan pada penilaian atas


kemampuan siswa dengan soal menjelaskan jawaban yang benar atau yang
salah soal dengan bobot nilai yang tetap. Dalam tes ini subjektivitas guru
ketika melakukan pemberian nilai tidak ikut ambil bagian atau ikut
berpengaruh. Terdapat beragam macam tes objektif meliputi beberapa jenis
di bawah ini.

1. Tes Pilihan Alternatif


Bentuk tes pilihan alternatif ditandai oleh butir soal yang diikuti oleh dua
penilaian. Dari dua pilihan siswa diminta memilih salah satu yang dianggap
paling tepat.
2. Tes Pilihan Ganda
Tes jenis pilihan ganda adalah suatu bentuk tes dengan jawaban tersedia atas
3 atau 4 serta option pilihannya dan hanya satu jawaban yang tepat.
3. Tes Objektif Menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu
daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan
masing-masing premis itu dengan suatu kemungkinan jawaban. Biasanya
nama, tanggal/tahun, istilah, frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan
sejenisnya digunakan sebagai premis.
4. Tes Bentuk Benar atau Salah
Benar Tes benar salah ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran
dalam pernyataan yang hendak dinilai peserta didik. Peseta didik menjawab
dengan menetapkan apakah pernyataan yang disajikan itu salah atau benar
dalam arti mengandung atau tidak mengandung kebenaran.

Evaluasi Non Tes

Menurut Hasyim (dalam Zein & Darto, 2012, hlm.47) evaluasi non test adalah
penilaian yang mengukur kemampuan peserta didik secara langsung dengan
tugas-tugas yang riil. Evaluasi non tes memiliki sifat yang lebih komprehensif,
artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga
tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan
psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung (Sudjana. 2017,
hlm. 67).

Beberapa jenis evaluasi non tes menurut Arikunto (2016, hlm. 41) adalah
sebagai berikut.

1. Skala Bertingkat
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu
hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan “Rating gives a
numerical value to some kind of judgement” maka suatu skala selalu disajikan
dalam bentuk angka.
2. Angket
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden). Angket merupakan instrumen evaluasi nontes yang
berupaya mengukur diranah afektif di dalam kelas maupun diluar kelas.
3. Daftar Cocok
Yakni deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden
yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√ ) ditempat yang sudah
disediakan.
4. Wawancara
Merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan cara tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam
wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk
mengajukan pertanyaan.
5. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan atau observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh
pendidik dengan menggunakan indra secara langsung. Pengamatan atau
observasi merupaka suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
pelaksanaan suatu tindakan telah dilaksanakan dan untuk mengevaluasi
ketepatan tindakan yang dilakukan. Pengamatan dilakukan dengan cara
menggunakan instrumen (formulir) yang sudah dirancang sebelumnya.
Kumpulan Makalah
dan Artikel
Pendidikan
Kahar Ngeblog

Evaluasi Pembelajaran
PENDAHULUAN

  Aspek penting lain dalam teknologi pengajaran adalah evaluasi atau penilaian. Evaluasi atau
penilaian dalam pengajaran tidak semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar, tetapi juga harus
dilakukan terhadap proses pengajaran itu sendiri. Dengan evaluasi tersebut dapat dilakukan revisi
program pengajaran dan strategi pelakasanaan pengajaran.
Dengan kata lain, ia dapat berfungsi sebagai uympan balik dan remedial pengajaran. Evaluasi terhadap
proses pengajaran masih kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penelitian terhadap hasil
pengajaran yang dicapai para siswa. Oleh sebab itu, upaya remedial pengajaran jarang dilakukan oleh
para guru sehingga strategi belajar-mengajar tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti dari
waktu kewaktu dan dari situasi kesituasi. Kecenderungan ini hampir terjadi disemua tingkat dan jenjang
pendidikan. Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih mendalam tentang evaluasi pembelajaran.
PEMBAHASAN
 A.    PENGERTIAN EVALUASI
Evaluasi adalah suatu proses mengukur dan menilai sebagai upaya tindak lanjut untuk
mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran atau dapat pula diartikan sebagai suatu proses
berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang
dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran.
Tuckman (1975:12) mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk mengetahui/ menguji
apakah suatu kegiatan, proses kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang ditentukan
1.      Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal-hal yang telah dimiliki oleh
siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru. Pengertian ini menunjukan bahwa pengukuran bersifat
kuantitatif. Pengukuran bermaksud menentukan luas, dimensi, banyaknya, derajat atau kesanggupan
suatu hal atau benda. Tugas pengukuran berhenti pada mengetahui “berapa banyak pengetahuan yang
telah dimiliki siswa”, tanpa memperhatikan arti dan penafsiran mengenai banyaknya pengetahuan yang
dimiliki itu.
Pengukuran merupakan proses mengukur yang berfungsi sebagai alat evaluasi yang berhubungan
dengan data-data kuantitatif, misalnya saja berupa skor-skor siswa.
2.      Pengertian Penilaian
Penilaian adalah salah satu komponen dalam proses pembelajaran, yang meliputi :
a.       Tujuan pembelajaran
b.      Metode pembelajaran
c.       Evaluasi hasil belajar
Ada yang beranggapan, bahwa penilaian hanya suatu bagian kecil dalam proses pendidikan, yang
menyatakan bahwa penilaian sama artinya dengan pemberian angka atas prestasi belajar siswa. Padahal
makna penilaian sangat luas dan merupakan bagian sangat penting dalam upaya mengetahui hasil
pendidikan.
Penilaian juga dapat dikatakan sebagai proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan
pembelajaran secara kualitatif, data kuantitatif yang didapat dati pengukuran diubah menjadi pernyataan
kualitatif yang berupa penilaian. Misalnya saja skor 40, 60 dan 80 diubah menjadi kurang mampu, cukup
mampu dan sangat mampu.
3.      Kedudukan Evaluasi dalam Proses Pendidikan
Penilaian meliputi semua aspek batas belajar. Menurut Schwartz dan kawan-kawannya, penilaian
adalah suatu program untuk memberikan pendapat dan penentuan arti atau faedah suatu pengalaman
adalah pengalaman yang diperoleh berkat proses pendidikan. Pengalaman tersebut tampak pada
perubahan pada tingkah laku atau pola kepribadian siswa. Jadi pengalaman yang diperoleh siswa adalah
pengalaman sebagai hasil belajar siswa disekolah. Dalam hal ini, penilaian adalah suatu unpaya untuk
memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan
pembelajaran.
4.      Syarat-syarat Umum Evaluasi
Penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut :
a.      Validitas                 : Ketepatan, artinya penilaian harus benar-banar apa yang hendak diukur.
b.      Realibilitas             :  Ketetapan hasil
c.       Objektivitas           :  Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya
interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu dalam kata lain sesuai dengan
kemampuan siswa.
d.      Efisiensi                 :  Suatu alat evaluasi sedapat mungkin digunakan tanpa membuang waktu dan uang
yang banyak.
e.       Praktis                   :   Praktis digunakan
f.       Kontinuitas            :  Berkesinambungan
g.      Komprehensif       :  Berkaitan dengan sikap nilai
h.      Akuntabilitas         : Bertanggung jawab terhadap apa yang di jadikannya evaluasi.

B.     PENGERTIAN EVALUASI PEMBELAJARAN


Evaluasi pembelajaran adalah adalah keseluruhan kegiatan baik berupa pengukuran maupun
penilaian (pengukuran data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat
keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Evaluasi pembelajaran juga diartikan sebagai evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Secara
sistematik, evaluasi pembelajaran, yang mencakup komponen input, yakni perilaku awal siswa,
komponen input instrumental yakni kemampuan profesional guru/ tenaga kependidikan, komponen
kurikulum (program studi, metode, media), komponen administratif (alat , waktu dan dana), komponen
proses ialah perosedur pelaksanaan pembelajaran, komponen output ialah hasil pembelajaran yang
menandai ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini perhatian ditujukan hanya pada evaluasi
terhadap komponen proses dalam kaitannyad dengan komponen input istrumental.
1.      Evaluasi Proses Pengajaran
Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari pengajaran
itu sendiri. Artinya evaluasi harus tidak terpisahkan dalam penyusunan dan palaksanaan pembelajaran.
Evaluasi proses bertujuan untuk menilai kefektifan dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan
untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya. Objek dan sasaran evaluasi proses
adalah komponen-komponen sistem pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan dengan masukan proses
maupun keluaran, dengan semua dimensinya.
Komponen masukan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni masukan mentah (raw input),
yaitu para siswa, dan masukan alat (instrumental input), yakni unsur manusia dan non manusia yang
mempengaruhi terjadinya proses.
Komponen proses adalah interaksi semua komponen pengajaran seperti bahan pengajaran,
metode dan alat, sumber belajar, sistem penilaian, dan lain-lain.
Komponen keluaran adalah hasil belajar yang dicapai anak didik setelah menerima proses
pengajaran. Penilaian keluaran lebih banyak dibahas dalam penilaian hasil. Penilaian terhadap masukan
mentah, yakni siswa sebagai subjek dan objek belajar.
2.      Evaluasi Hasil Pengajaran
Pada umumnya evaluasi hasil pengajaran, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif, telah
dilaksanakan oleh guru. Melalui pertanyaan secara lisan atau tulisan pada akhir pengajaran guru menilai
keberhasilan pengajaran (tes formatif). Demikian juga tes sumatif yang dilakukan pada akhir program
seperti akhir kuartal atau akhir semester, penilaian diberikan kepada para siswa untuk menentukan
kemajuan belajarnya. Tes tertulis, baik jenis tes esay maupun tes objektif, dilakukan oleh guru dalam
penilaian sumatif tersebut.
Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar siswa dalam hal penguasaan materi
pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Tujuan dan fungsi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran yang
memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut:
a.    Fungsi normatif, Yaitu berfungsi sebagai perbaikan sistem pembelajaran
b.    Fungsi diagnostik, Yaitu berfungsi untuk mengetahui faktor kesulitan siswa dalam proses
pembelajaran.
c.    Fungsi sumatif, Berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik.
Adapula yang menyebutkan bahwa fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran itu antara lain,
yaitu :
a.      Untuk mengetahui apakah tujuan pengajaran yang ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan
pembelajaran,
b.      Untuk memberikan obyektivitas pengamatan kita terhadap perilaku hasil belajar siswa,
c.       Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang/ topik tertentu,
d.      Untuk menentukan kelayakan siswa kejenjang selanjutnya,
e.       Untuk memberikan feed back kepada siswa dalam proses pendidikan,
f.       Untuk membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembelajaran,
g.      Penilaian untuk menentukan kualitas siswa,
h.      Pengukuran untuk menentukan kuantitas siswa.
4.      Prinsip Evaluator
Evaluator tidak berwenang untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah
program. Evaluator hanya memberikan alternatif, dibawah ini adalah peranan evaluator, yaitu :
a.       Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan
b.      Evaluator tidak terikat pada satu sekolah
c.       Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi, maka harus dilakukan revisi
d.      Menegakkan dan menjunjung tinggi syarat-syarat umum evaluasi.

PENUTUP
SIMPULAN
1.      Penilaian merupakan upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa mencapai tujuan pendidikan, penilaian
bersifat kualitatif dan pengukuran bersifat kuantitatif.
2.      Evaluasi  merupakan upaya untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar berfungsi diagnostik, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas, dan
untuk penempatan. Tujuan evaluasi hasil belajar adalah memberikan informasi yang berkenaan dengan
kemajuan siswa, pembinaan kegiatan belajar, menetapkan kemampuan dan kesulitan, untuk mendorong
motivasi belajar, membantu perkembangan tingkah laku dan membimbing siswa untuk memilih sekolah,
jabatan/ pekerjaan.
3.      Evaluasi pembelajaran diarahkan kepada komponen input, komponen proses dan komponen output
pembelajaran. Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk pengembangan program, perencanaan dan
pengembangan kurikulum, serta untuk akreditasi program kelembagaan. Sasaran evaluasi pembelajaran
adalah tujuan pembelajaran, unsur dinamis pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum.
Prosedur evaluasi pembelajaran menggunakan metode kuesioner, studi kasus, observasi, anekdotal
records dan wawancara, yang masing-masing dilengkapi dengan instrumen penilaian tertentu.
Note :
makalah ini dibuat ketika saya dan teman-teman masih kuliah dan berhasil persentasi makalah dengan
predikat A, makalah dibuat oleh :
1. Kaharuddin Eka Putra (saya sendiri)
2. Rina Saidatul Fadilah
3. Normi Islamsiah
4. Rita Sari
Dosen : Drs. Samdani M.Ag

DAFTAR PUSTAKA
 DR. Nana Sudjana, 2003, Teknologi Pengajaran, Bandung : Sinar Baru Algensindo
 http://www.google.co.id/gwt/n?
site=search&q=evaluasi+pembelajaran&output=wml&hl=id&ei=gjU0SsNoLQ6APcvee
WAQ&source=m&ct=res&cd=4&rd=1&u=http%3A%2F%2Fmudjiono
 Dr. Oemar Hamalik, 1999, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara
 http://www.google.co.id/gwt/n?
site=search&q=evaluasi+pembelajaran&output=wml&hl=id&ei=gjU0SsNoLQ6APcvee
WAQ&source=m&ct=res&cd=4&rd=1&u=http%3A%2F
%2Fapadefinisinya.blogspot.com%2F2008%2F112Fevaluasipembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai