Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini sensor dan transduser merupakan komponen penting yang


umum dijumpai dalam berbagai peralatan embedded modern yang nampaknya
semakin mengepung kehidupan manusia. Disadari atau tidak kita sebenarnya
hampir setiap hari pasti berhubungan dengan komponen ini.

Telah banyak perkembangan yang telah dicapai pada bidang ini, baik dari
segi teknologi maupun dari segi fungsi. Tren perkembangan teknologi sensor dan
transduser saat ini adalah miniaturisasi sensor kedalam bentuk IC (dikenal dengan
istilah Micro electromechanical Sensor ) serta digitalisasi pengolahan output
sensor.

Dengan melihat perkembangan yang begitu luar biasa pada bidang sensor
dan transduser tersebut, maka penyusunan buku ajar Sensor dan Transduser ini
pun berusaha mengikuti tren tersebut (walaupun masih jauh dari sempurna).
2

1.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini antara lain
adalah sebagai berikut.

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:


a) Apa pengertian sensor dan transduser
b) Persyaratan Umum Sensor dan Transduser
c) Jenis sensor dan Tranducer
d) Klasifikasi Sensor dan Tranducer
e) Pengkondisian sinyal

1.2 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini secara umum adalah memberikan


pemahaman kepada kita semua tentang sendor dan tranducer. Dimana keberadaan
sendor dan tranducer sekarang ini merupakan hal yang tidak asing lagi bagi kita
sebagai warga teknik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya mesin-mesin yang
menggunakan sendor dan tranducer sebagai penggeraknya.

Selain itu, juga banyak lagi keuntungan yang akan kita peroleh dari
pembahasan mengenai sendor dan tranducer ini. Yang pada intinya diharapkan
agar pengetahuan kita nantinya akan berguna kelak bagi semua kalangan.

Secara terperinci, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

a) Mahasiswa belajar tentang pengertian sensor dan transduser


b) Memberikan pemahaman teori sensor dan transduser
c) Memberikan informasi daripada sensor dan transduser itu sendiri
d) Memberikan wawasan dan pengalaman mengenai sensor dan transduser
e) Mahasiswa dituntut aktif mengembangkan materi sendiri, tidak dari dosen
f) Selain itu, mahasiswa dilatih dan dikenalkan pembelajaran berbasis
internet dan tidak tatap muka didalam kelas, sehinga akan memberikan
manfaat dan wawasan baru bagi mahasiswa.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sensor dan Transduktor

Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-


gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatuenergi seperti energi
listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya.
(Sharon, 1982). Contoh aplikasi sensor dalam kehidupan sehari-hari yaitu mata
sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran, kulit sebagai
sensor peraba, LDR (Light Dependent Resistance) sebagai sensor cahaya pada
sistem otomasi.

Transduser adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah suatu bentuk


energi yang lain. Tranduser bila digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah
sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau
dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya. Transmisi energi ini
bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas). (William,
1993). Contoh: generator adalah transduser yang merubah energi mekanik
menjadi energi listrik, motor adalah transduser yang merubah energi listrik
menjadi energi mekanik, dan sebagainya.

Menurut Pedersen (2006) sensor adalah perangkat yang merespons


stimulus fisik, seperti energi panas atau tekanan dengzn memproduksi sinyal,
biasanya listrik. Transduser adalah perangkat untuk mengubah energi dari satu
bentuk ke bentuk lainnya untuk tujuan pengukuran kuantitas fisik atau untuk
transfer informasi.

Gambar 2.1 Skema Sensor dan Trandusor (Kustono, 2016:2)


4

B. Persyaratan Umum Sensor dan Transduser

Menurut Sharon, dkk (1982) Dalam memilih peralatan sensor dan


transduser yang tepat dan sesuai dengan sistem yang akan disensor maka perlu
diperhatikan persyaratan umum sensor berikut ini :

1. Linearitas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah
secara kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara
kontinyu. Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan
sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat
diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan
masukannya berupa sebuah grafik. Gambar 2.1 memperlihatkan hubungan dari
dua buah sensor panas yang berbeda. Garis lurus pada gambar 2.2(a).
memperlihatkan tanggapan linier, sedangkan pada gambar 2.2(b). adalah
tanggapan non-linier.

2.2 Keluaran dan tranduser panas (Kustono, 2016:3)

2. Sensivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap
kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang
menunjukan “perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”.
Beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan “satu
volt per derajat”, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan
menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat
5

saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”, yang berarti memiliki kepakaan
dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi
sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga
akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan. Sensor dengan tanggapan
pada gambar 2.2(b) akan lebih peka pada temperatur yang tinggi dari pada
temperatur yang rendah.

3. Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya
terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan
frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah
temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan
temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu, seperti
tampak pada gambar 2.3(a).

Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam
satuan hertz (Hz). { 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000
siklus per detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah secara
lambat, termometer akan mengikuti perubahan tersebut dengan “setia”. Tetapi
apabila perubahan temperatur sangat cepat lihat gambar 2.3(b) maka tidak
diharapkan akan melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia
bersifat lamban dan hanya akan menunjukan temperatur rata-rata.

Gambar 2.3 Temperatur berubah secara kontinyu (Kustono, 2016:4)

Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi sebuah sensor.


Misalnya “satu milivolt pada 500 hertz”. Tanggapan frekuensi dapat pula
6

dinyatakan dengan “decibel (db)”, yaitu untuk membandingkan daya keluaran


pada frekuensi tertentu dengan daya keluaran pada frekuensi referensi.

4. Tidak Tergantung
Temperatur Output sensor tidak terpengaruhi olch suhu sekelilingnya,
kecuali sensor suhu.

5. Stabilitas Waktu
Nilai masukan tertentu sensor harus dapat memberikan keluar an (output)
yang nilainya tetap dalam waktu yang lama

6. Stabilitas Tinggi
Kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh
oleh faktor-faktor lingkungan. Tanggapan dinamik yang baik Keluaran segera
mengikuti masukan dengan bentuk dan besar sama.

7. Ketepatan
Akurasi didefinisikan sebagai penyimpangan maksimum nilai yang diukur
oleh sensor dengan nilai yang sebenarnya. Akurasi dapat direpresentasikan dalam
salah satu bentuk sebagai berikut. (1) Akurasi mutlak: dalam hal (a) parameter
yang diukur (misalnya tekanan atau percepatan) atau (b) parameter output
(misalnya tegangan dan resistansi). (2) Akurasi relatif: dalam hal (a) persentase
dari pengukuran maksimum kesalahan versus nilai sebenarnya atau (b) persentase
dari kesalahan pengukuran maksimum versus rentang penuh.

8. Repeatability
Kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika
digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang
sama.

C. Jenis Sensor dan Transducer


Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan
teknologi otomasi, semakin komplek suatu sistem otomasi dibangun maka
semakin banyak jenis sensor yang digunakan.
7

Robotik adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks,


disini sensor yang digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu:

1. Internal sensor, yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot.

Sensor internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan


akselerasi berbagai sambungan mekanik pada robot, dan merupakan bagian dari
mekanisme servo.

2. External sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot.

Sensor eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu:

a. Untuk Keamanan, dan


b. Untuk Penuntun.

Yang dimaksud untuk keamanan adalah termasuk keamanan robot, yaitu


perlindungan terhadap robot dari kerusakan yang ditimbulkannya sendiri, serta
keamanan untuk peralatan, komponen, dan orang-orang dilingkungan dimana
robot tersebut digunakan. Berikut ini adalah dua contoh sederhana untuk
mengilustrasikan kasus diatas.

Contoh pertama: andaikan sebuah robot bergerak keposisinya yang baru


dan ia menemui suatu halangan, yang dapat berupa mesin lain misalnya. Apabila
robot tidak memiliki sensor yang mampu mendeteksi halangan tersebut, baik
sebelum atau setelah terjadi kontak, maka akibatnya akan terjadi kerusakan.

Contoh kedua: sensor untuk keamanan diilustrasikan dengan problem


robot dalam mengambil sebuah telur. Apabila pada robot dipasang pencengkram
mekanik (gripper), maka sensor harus dapat mengukur seberapa besar tenaga
yang tepat untuk mengambil telor tersebut. Tenaga yang terlalu besar akan
menyebabkan pecahnya telur, sedangkan apabila terlalu kecil telur akan jatuh
terlepas.

Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan


menginformasikan sinyal tersebut ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi
sensor akan dilanjutkan oleh transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan
8

transduser begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu
diperhatikan.
9

D. Klasifikasi Sensor
Sensor dapat dikategorikan melalui berbagai macam cara, misalnya:
menurut target yang dideteksi bisa dikategorikan menjadi :

1. Sensor induktif
Sensor induktif dirancang berdasarkan prinsip operasi dan karakteristik
dari sebuah induktor. Sensor induktif digunakan untuk mengukur medan listrik
dan magnet atau kuantitas fisik lainnya (misalnya, perpindahan, dan tekanan)
yang dapat diubah menjadi respons listrik atau magnet. Sensor induktif hanya
dapat mendeteksi logam. Sensor tersebut bereaksi secara berbeda terhadap bahan
logam yang berbeda seperti baja, tembaga, dan aluminium. Sensor induktif dapat
digunakan untuk mengidentifikasi logam yang berbeda. Tidak seperti sensor
kapasitif, sensor induktif tidak terpengaruh oleh bahan bukan logam media yang
antara pengindra dengan target sehingga juga disesuaikan dengan lingkungan
yang keras di mana minyak, debu, kotoran, atau zat lain yang hadir. Keunggulan
utama dari sensor induktif, yaitu resolusi hampir tak terbatas, respons cepat,
kisaran suhu pengoperasian yang besar, keandalan tinggi, ketangguhan,
penanganan mudah. Beberapa bentuk fisik sensor proximity induktif yang
disajikan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Bentuk Sensor Proximity yang ada dipasaran

Induktor adalah komponen elektromagnetik yang berhubungan interaksi


antara medan listrik dengan magnet. Banyak prinsip clektromagnetik dapat
digunakan untuk merancang induktif, mag- netik, atau elektromagnetik sensor.
Meskipun tidak ada definisi yang jelas untuk membedakan induktif, magnetik,
dan elektromagnetik sensor, sensor tersebut terutama terbuat dari kumparan
10

induktif sederhana, seperti kumparan udara, sensor eddycurrent, dan sensor


keengganan variabel dianggap sebagai sensor induktif

a. Cara Kerja Sensor Proximity Induktif


Sensor proximity induktif bekerja berdasarkan prinsip mani- pulasi arus
eddy. Sensor ini terdiri dari empat elemen yaitu koil, osilator, sirkuit pemicu, dan
mekanisme output.

Kumparan elektrikal memproduksi medan elektromagnit yang dipancarkan


melalui permukaan sensor. Apabila target logam mende- kat maka arus eddy akan
berputar mengelilingi target yang dapat membebani sensor menurunkan amplitude
medan magnet. Apabila target menjauh maka amplitude kembali meningkat.
Ilustrasi prinsip kerja disajikan dalam Gambar 2.5 berikut

Gambar 2.5 Prinsip Kerja Sensor Proximity Induktif

2. Sensor kapasitıf
Sensor capacitive proximity adalah sensor mampu mendeteksi objek
logam maupun non-logam. Capacitive proximity ini biasanya digunakan pada
bumper mobil atau bagian mobil yang lainnya. Manfaat sederhananya adalah
untuk memudahkan mobil parkir, karena sensor ini akan bekerja apabila
mendeteksi benda-benda pada jarak tertentu sehingga mobil tidak akan menabrak
benda tersebut.

Sensor kapasitif bekerja berdasarkan perubahan kapasitansi listrik. Sensor


kapasitif merupakan sensor yang paling akurat dari semua sensor listrik (termasuk
resistif dan sensor induktif) dan dikenal untuk sensitivitas yang sangat tinggi,
resolusi tinggi (misalnya 0,01 nm), bandwidth yang luas (misalnya, 1-100 kHz),
11

ketahanan, stabilitas jangka panjang dan daya tahan, karakter simpangan yang
bebas, struktur sederhana, biaya rendah, dan fitur deteksi noncontact. Kebanyakan
sensor kapasitif tahan terhadap kelembaban, suhu, sasaran material, dan variasi
medan listrik. Beberapa dapat diintegrasikan ke dalam cetakan papan sirkuit
(PCB) atau dimasukkan ke dalam microchip atau perangkat nano untuk
memberikan akurasi yang sangat baik dan resolusi hampir tak terbatas, keandalan
yang lebih tinggi, berat lebih ringan, dan rendah konsumsi daya.

Sensor kapasitif disebut juga sebagai pendeteksi untuk pemeriksaan.


Sensor kapasitif dibagi menjadi jenis pasif dan aktif, tergantung pada apakah ada
atau tidak komponen elektronik yang diperiksa. Sensor pasif tidak menggunakan
elektronik sehingga ukuran sensor dapat diminimalkan. Sensor tersebut lebih
fleksibel dalam desain, lebih stabil, dan lebih murah. Kelemahannya adalah
terbatasnya panjang kabel (≤3 m), bandwidth yang sempit, dan arah frekuensi
yang lebih rendah. Sensor aktif menggunakan elecktronik, komponen elektronik
tersebut bisa sederhana hanya dengan beberapa dioda, atau bisa sampai kompleks
seperti papan sirkuit terpadu (biasanya tertutup dalam perisai penjaga). Sensor
aktif tidak dibatasi oleh panjang kabel. Sensor tersebut memiliki frekuensi yang
jauh lebih tinggi dengan bandwidth yang lebih luas, dan sangat cocok untuk
aplikasi yang melibatkan faktor kebisingan. Kerugian dari sensor aktif adalah
biaya yang lebih tinggi dan fleksibilitas desain yang lebih rendah.

Sensor kapasitif dapat diklasifikasikan berdasarkan konfigurasinya


(misalnya paralel, silinder, dan bola), bahan dielektrik (misalnya, polimer, dan
fluidic), measurants (misalnya percepatan dan CO2), mekanisme yang
menyebabkan perubahan kapasitansi (misalnya variasi ruang dan variasi area),
atau cara pembuatan (misalnya micromachined dan makroskopik).

Sensor kapasitif micromachined dibangun langsung pada wa- fer silikon,


biasanya terintegrasi dengan Application Specific Integrated Circuit (ASIC) untuk
keandalan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Sebuah sensor kapasitif
makroskopik biasanya diproduksi sebagai komponen individu atau dikemas pada
PCB.
12

Gambar 2.6 Sensor Proximity Kapasitif

Sensor kapasitif digunakan untuk mendeteksi gerak presisi, pengukuran


ketebalan lapisan, pemantauan tingkat cairan, tekanan atau kekuatan pengukuran,
perolehan sidik jari, menemukan elemen kimia, pengakuan biocell, keselarasan
rotasi mesin, serta pada keyswitches, bantalan sentuh, dan layar sentuh. Berikut
ini akan mengeksplorasi sensor kapasitif berdasarkan konfigurasinya (datar/
paralel, silinder/koaksial, bola/konsentris, dan susunannya) dan mekanisme
pengindraan yang menycbabkan perubahan kapasitansi melalui beberapa hal
berikut. (a) Variasi jarak: memvariasikan ruang atau jarak antara pelat. (b) Variasi
area: berbagai dacrah rumpang tindih antara pelat. (c) Perubahan properti
elektroda: mengubah konduktivitas, biaya, massa, atau lainnya sifat fisik atau
kimia dari elektroda. (d) Perubahan properti bahan dielektrik: mengubah sifat
dielektrik media. Berikut ini merupakan macam- macam sensor kapasitif.

a. Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari proximity capacitive adalah dengan cara mengukur


perubahan kapasitansi medan listrik sebuah kapasitor yang disebabkan oleh
sebuah objek yang mendekatinya. Sensor ini bekerja berdasarkan perubahan
muatan energi listrik yang dapat disimpan oleh sensor akibat perubahan jarak
lempeng, perubahan luas penampang, dan perubahan volume dielektrikum sensor
kapasitif tersebut. Konsep kapasitor yang digunakan dalam sensor kapasitif adalah
proses menyimpan dan melepas energi listrik dalam bentuk muatan-muatan listrik
pada kapasitor yang dipengaruhi oleh luas permukaan, jarak, dan bahan
dielektrikum. Sensor ini dapat mendeteksi benda padat dan juga benda cair. Tidak
hanya bahan feromagnetik, plastik, kayu, cairan lain juga dapat dideteksi. Sensor
kapasitif terdiri dari komponen utama 2 plat sebagai elektrode, yaitu sensing
elektrode dan referensi clek- trode. Sedangkan untuk harga, dimensi,
13

geometris/bentuk, mounting (pengikatan), jenis koneksi, tegangan kerja, jenis


output yang ditampilkan, akurasi, tingkat kepekaan, durability (daya tahan),
sensing distance (jarak pengukuran) sangatlah bervariasi, tergantung dari merek
dagang pabrikannya.

Gambar 2.7 Prinsip Kerja Sensor Kapasitif

b. Sifat Sensor Induktif

Sifat kapasitif yang dimanfaatkan dalam pengukuran:

1) Jika luas permukaan dan dielektrika (udara) dalam dijaga konstan, maka
perubahan nilai kapasitansi ditentukan oleh jarak antara kedua lempeng
logam.
2) Jika luas permukaan dan jarak kedua lempeng logam dijaga konstan dan
volume dilektrikum dapat dipengaruhi makan perubahan kapasitansi
ditentukan oleh volume atau ketinggian cairan elektrolit yang diberikan.
3) Jika jarak dan dielektrikum (udara) dijaga konstan, maka perubahan
kapasitansi ditentukan oleh luas permukaan kedua lempeng logam yang
saling berdekatan.
c. Karakteristik pengindraan
Sensor kapasitif yang dirancang berdasarkan perubahan dielek- trik
konstan juga dapat dijelaskan oleh hubungan linear antara konstanta dielektrik (c,)
dan kapasitansi (C), semakin besar (e), semakin besar (C). Dalam beberapa
sensor, perubahan kapasitansi tergantung pada konstanta dielektrik sensor, di
14

sensor lain perubahan kapasitansi tergantung pada target material dielektrik


konstan.

Semakin besar konstanta dielektrik bahan target, semakin besar perubahan


kapasitansi, dan semakin mudah untuk mendeteksi target. Gambar 2.8.
menunjukkan hubungan antara (c) konstanta dielektrik dari bahan target dan
terdeteksi jarak dari sensor kapasitif, dalam hal persentase dari nilai jarak
pengindraan.

Gambar 2.8 Pengaruh Bahan Target Konstanta Dielektrik dan Nilai dari
Jarak Pengindraan

Biasanya perubahan konstanta dielektrik sensor adalah karena: (1) Bahan


dielektrik mengubah kerapatan ketika kekuatan atau tekanan diterapkan untuk
media dielektrik. (2) Bahan dielektrik menyerap kelembaban. (3) Media dielektrik
bereaksi dengan bahan target. Sensor kelembaban kapasitif misalnya, memerlukan
bahan dielektrik yang mudah menyerap dan melepaskan kelembaban berda-
sarkan RH sekitarnya (relatif kelembaban). Bahan yang umum digunakan untuk
sensor dielektrik kelembaban adalah kaca, keramik, atau silikon

d. Aplikasi Sensor Kapasitif


1) Sensor Tekanan: menggunakan sebuah membran yang dapat merenggang
schingga tekanan dapat dideteksi dengan mengguna- kan spacing-sensitive
detector.
15

2) Sensor Berat: menggunakan perubahan nilai kapasitansi di antara kedua


plat yang jarak kedua plat berubah sesuai beban berar
3) Ketinggian cairan: menggunakan perubahan nilai kapasitansi antara kedua
plat konduktor yang dicelupkan ke dalam cairan,
4) Jarak: jika sebuah objek metal mendekati elektroda kapasitor, didapat nilai
kapasitansi yang berubah-ubah.
5) Layar sentuh: dengan menggunakan XY tablet.
6) Shaft angle or linear position: dengan menggunakan metode multiplate,
kapasitif sensor dapat mengukur angle atau posisi

Sensor juga dapat juga dikategorikan menurut tipe isyarat yang dideteksi,
misalnya

1. Sensor mekanikal, adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak


mekanis, seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak
lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dsb.contoh: panjang,
luas, mass flow, gaya, torque, tekanan, kecepatan, percepatan,
panjang gel acoustic, dan lain-lain;

2. Sensor elektrikal, contoh: tegangan arus, muatan, resistance,


frekuensi, dan lain-lain;
3. Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan
cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya
yang mengernai benda atau ruangan. Contoh; photo cell, photo
transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer
optic, dsb.
4. Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi
gejala perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi
benda atau dimensi ruang tertentu contoh: temperature, panas,
entropy, heat flow, dan lain-lain:
5. Sensor Magnetic, contoh: intensitas medan, flux density, dan lain-
lain:
16

6. Sensor radiant, contoh: intensitas, panjang gelombang, polarisasi,


dan lain- lain;
7. Sensor chemical, contoh: komposisi, konsentrasi, pH, kecepatan
reaksi, dan lain-lain.

Kategori sensor menurut suplai daya dibagi menjadi dua:

1. Sensor aktif, yaitu sensor yang memerlukan daya listrik dalam


bekerja, dan
2. Sensor pasif yaitu sensor yang tidak memerlukan daya listrik untuk
bekerja.

Sedangkan penggolongan menurut sinyal yang dikeluarkan dibagi sensor


analog dan digital.

1. Sensor analog adalah apabila sinyal yang dihasilkan analog.


2. Sensor digital apabila sensor yang dihasilkan berbentuk sinyal
digital.

Kategori sensor menurut letak atau posisi sensor dikategorikan menjadi


dua golongan:

1. Non-proximity, Yaitu sensor aktivasinya harus bersentuhan dengan


targetnya.
2. Sensor proximity, yaitu sensor yang aktivasinya tidak perlu
bersentuhan dengan targetnya,
Keuntungan sensor proximity adalah tidak merusak target, bisa
dipakai untuk target kecil, lunak, dan lain sebaginya. Sensor
proximity sangat luas pemakaiannya, yaitu (1) mendeteksi suatu
objek, (2) mengukur dimensi suatu objek, (3) menghitung
banyaknya objek, (4) mendeteksi simbol, (5) pemeriksaan objek,
(6) pendeteksian warna, dan lain dan

Satu sensor dapat mempunyai beberapa kategori misalnya sensor


proximity induktif maka maksudnya adalah sensor kedekatan (proximity) yang
bekerja untuk target magnetis.
17

E. Klasifikasi Transduser
Transduser dikategorikan berdasarkan perubah sinyal, yaitu :
1. Transduser input adalah apabila perubahan sinyalnya dari non-
elektrikal menjadi sinyal elektrikal.
2. Transduser output. adalah apabila transduser tersebut mengubah
dari sinyal elektrikal menjadi non-elektrikal.

Gambar 2.9 Transduser Input dan Output

Menurut sifat kelistrikannya transduser dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)


Self generating transduser adalah transduser yang hanya
memerlukan satu sumber energi. Contoh: piezo electric,
termocouple, photovoltatic, termistor, dsb. Ciri transduser ini
adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara
langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber
tegangan.

2. External power transduser (transduser daya dari luar)


External power transduser adalah transduser yang memerlukan
sejumlah energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran.
Contoh: RTD (Resistance Thermal Detector), Strain gauge,
LVDT (Linier Variable Differential Transformer), Potensiometer,
NTC, dsb.

Tabel 2.1. Kelompok Transduser


18
19

F. Jenis Sensor
1. Sensor Temperatur (Thermal)
AC. Srivastava, (1987), mengatakan temperatur merupakan salah satu dari
empat besaran dasar yang diakui oleh Sistem Pengukuran Internasional (The
International Measuring System). Lord Kelvin pada tahun 1848 mengusulkan
skala temperature termodinamika pada suatu titik tetap triple point, dimana fase
padat, cair dan uap berada bersama dalam equilibrium, angka ini adalah 273,16 o K
( derajat Kelvin) yang juga merupakan titik es. Skala lain adalah Celcius,
Fahrenheit dan Rankine dengan hubungan sebagai berikut:
o
F = 9/5 C + 32 atau
o
C = 5/9 (oF-32) atau
o
R = F + 459,69
Yayan I.B, (1998), mengatakan temperatur adalah kondisi penting dari
suatu substrat. Sedangkan “panas adalah salah satu bentuk energy yang
diasosiasikan dengan aktifitas molekul-molekul dari suatu substrat”Partikel dari
suatu substrat diasumsikan selalu bergerak. Pergerakan partikel inilah yang
kemudian dirasakan sebagai panas. Sedangkan temperatur adalah ukuran
perbandingan dari panas tersebut.

Gambar 2.11. Sensor Thermal


Pergerakan partikel substrat dapat terjadi pada tiga dimensi benda yaitu:
20

1. Benda padat,
2. Benda cair dan
3. Benda gas (udara)
Aliran kalor substrat pada dimensi padat, cair dan gas dapat terjadi secara :
1. Konduksi, yaitu pengaliran panas melalui benda padat (penghantar)
secara kontak langsung
2. Konveksi, yaitu pengaliran panas melalui media cair secara kontaklangsung
3. Radiasi, yaitu pengaliran panas melalui media udara/gas secara kontaktidak
langsung
Pada aplikasi pendeteksian atau pengukuran tertentu, dapat dipilih salah
satu tipe sensor dengan pertimbangan :
1. Penampilan (Performance)
2. Kehandalan (Reliable) dan
3. Faktor ekonomis ( Economic)
a. Pemilihan Jenis Sensor Suhu
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemilihan jenis
sensor suhu adalah: (Yayan I.B, 1998)
1) Level suhu maksimum dan minimum dari suatu substrat yang diukur.
2) Jangkauan (range) maksimum pengukuran
3) Konduktivitas kalor dari substrat
4) Respon waktu perubahan suhu dari substrat
5) Linieritas sensor
6) Jangkauan temperatur kerja
Selain dari ketentuan diatas, perlu juga diperhatikan aspek phisik dan
kimia dari sensor seperti ketahanan terhadap korosi (karat), ketahanan terhadap
guncangan, pengkabelan (instalasi), keamanan dan lain-lain.
b. Temperatur Kerja Sensor
Setiap sensor suhu memiliki temperatur kerja yang berbeda, untuk
pengukuran suhu disekitar kamar yaitu antara -35oC sampai 150oC, dapat dipilih
sensor NTC, PTC, transistor, dioda dan IC hibrid. Untuk suhu menengah yaitu
antara 150oC sampai 700oC, dapat dipilih thermocouple dan RTD. Untuk suhu
yang lebih tinggi sampai 1500oC, tidak memungkinkan lagi dipergunakan sensor-
21

sensor kontak langsung, maka teknis pengukurannya dilakukan menggunakan


cara radiasi. Untuk pengukuran suhu pada daerah sangat dingin dibawah 65oK =
-208oC ( 0oC = 273,16oK ) dapat digunakan resistor karbon biasa karena pada suhu
ini karbon berlaku seperti semikonduktor. Untuk suhu antara 65oK sampai -35oC
dapat digunakan kristal silikon dengan kemurnian tinggi sebagai sensor.

2. Sensor Pergeseran dan Posisi


Pengukuran posisi dapat dilakukan dengan cara analog dan digital. Untuk
pergeseran yang tidak terlalu jauh pengukuran dapat dilakukan menggunakan
cara-cara analog, sedangkan untuk jarak pergeseran yang lebih panjang lebih baik
digunakan cara digital.
Hasil sensor posisi atau perpindahan dapat digunakan untuk mengukur
perpindahan linier atau angular. Teknis perlakuan sensor dapat dilakukan dengan
cara terhubung langsung ( kontak ) dan tidak terhubung langsung ( tanpa kontak ).
a. Strain gauge (SG)
Strain gage adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur
tekanan (deformasi atau strain) pada alat ini.Strain gage mengukur gaya
luar(tekanan) yang terhubung dengan kawat. Strain gauge dapat dijadikan sebagai
sensor posisi. SG dalam operasinya memanfaatkan perubahan resistansi
sehingganya dapat digunakan untuk mengukur perpindahan yang sangat kecil
akibat pembengkokan (tensile stress) atau peregangan (tensile strain). Definisi
elastisitas (ε) strain gauge adalah perbandingan perubahan panjang (ΔL) terhadap
panjang semula (L) yaitu:

atau perbandingan perubahan resistansi (ΔR) terhadap resistansi semula (R) sama
dengan faktor gage (Gf) dikali elastisitas starin gage (ε) :
22

Secara konstruksi SG terbuat dari bahan metal tipis (foil) yang diletakkan diatas
kertas. Untuk proses pendeteksian SG ditempelkan dengan benda uji dengan dua
cara yaitu:

1. Arah perapatan/peregangan dibuat sepanjang mungkin (axial)


2. Arah tegak lurus perapatan/peregangan dibuat sependek mungkin (lateral)

Gambar 2.12. Bentuk phisik strain gauge

Faktor gauge (Gf) merupakan tingkat elastisitas bahan metal dari SG.

• metal incompressible Gf = 2
• piezoresistif Gf =30
• piezoresistif sensor digunakan pada IC sensor tekanan
Untuk melakukan sensor pada benda uji maka rangkaian dan penempatan SG
adalah
• disusun dalam rangkaian jembatan
• dua strain gauge digunakan berdekatan, satu untuk peregangan/perapatan , satu
untuk kompensasi temperatur pada posisi yang tidak terpengaruh peregangan/
perapatan
• respons frekuensi ditentukan masa tempat strain gauge ditempatkan
23

Gambar 2.13. Pemasangan strain gauge: (a) rangkaian jembatan


(b) gage1 dan gage 2 posisi 90 (c) gage 1 dan gage 2 posisi sejajar
 Sensor Induktif dan Elektromagnet
Sensor induktif memanfaatkan perubahan induktansi
• sebagai akibat pergerakan inti feromagnetik dalam koil
• akibat bahan feromagnetik yang mendekat

Gambar 2.14. Sensor posisi: (a) Inti bergeser datar (b) Inti I bergser berputar,
(c) Rangkaian variable induktansi
Rangkaian pembaca perubahan induktansi
• dua induktor disusun dalam rangkaian jembatan, satu sebagai dummy
• tegangan bias jembatan berupa sinyal ac
• perubahan induktasi dikonversikan secara linier menjadi perubahan tegangan

KL = sensistivitas induktansi terhadap posisi

• output tegangan ac diubah menjadi dc atau dibaca menggunakan detektor


fasa
24

Gambar 2.15. Rangkaian uji sensor posisi induktif

Sensor elektromagnetik memanfatkan terbangkitkannya gaya emf oleh pada


koil yang mengalami perubahan medan magnit

• output tegangan sebanding dengan kecepatan perubahan posisi koil terhadap


sumber magnit

• perubahan medan magnit diperoleh dengan pergerakan sumber medan magnit


atau pergerakan koilnya (seperti pada mikrofon dan loudspeaker)

Gambar 2.16. Pemakaian sensor posisi: (a) pada microphone, (b) pada
loudspeaker
25

3. Sensor Tekanan dan Gaya (Force and Pressure)


a. Bourdon Tube

Gambar 2.17 Bourdon Tube


Bourdon tubes adalah sejenis pipa pendek lengkung, dan salah satu
ujungnya tertutup.
 Prinsip Kerjanya: Jika Bourdon tube diberikan tekanan maka ia akan
cenderung untuk “menegang”. Perubahan yang dihasilkan sebanding
dengan besaran tekanan yang diberikan.
 Kelebihan : Tidak mudah terpengaruh perubahan temperatur
: Baik dipakai untuk mengukur tekanan antara 30-
100.000Psi
 Kekurangan : Pada tekanan rendah 0-30 psi kurang sensitive.

b. Linier Variable Differential Transformer (LVDT)

Sensor Linear Variable Differential Transformers (LVDT) adalah suatu


sensor yang bekerja berdasarkan prinsip trafo diferensial dengan gandengan
variabel antara gandengan variable antara kumparan primer dan kumparan
sekunder. Prinsip ini pertama kali dikemukakan oleh Schaevits pada tahun 1940-
26

an. Pada masa sekarang sensor LVDT telah secara luas diunakan. Pada
aplikasinya LVDT dapat digunakan sebagai sensor jarak, sensor sudut, dan sensor
mekanik lainnya.Untuk kali ini sensor ini diaplikasikan sebagai sensor jarak.
Suatu LVDT pada dasarnya terdiri dari sebuah kumparan primer, dua buah
kumparan sekunder, dan inti dari bahan feromagnetik. Kumparan-kumparan
tersebut dililitkan pada suatu selongsong, sedangkan inti besi ditempatkan
didalam rongga selongsong tersebut. Selongsong ini terbuat dari bahan non-
magnetik. Kumparan primer dililitkan ditengah selongsong, sedangkan kedua
kumparan sekunder dililitkan disetiap sisi kumparan primer. Kedua kumparan
sekunder ini dihubungkan seri secara berlawanan dengan jumlah lilitan yang
sama.

Cara Kerja

– memanfaatkan perubahan induksi magnit dari kumparan primer ke dua


kumparan sekunder
– dalam keadaan setimbang, inti magnet terletak ditengah dan kedua kumparan
sekunder menerima fluks yang sama
– dalam keadaan tidak setimbang, fluks pada satu kumparan naik dan yang
lainnya turun
– tegangan yang dihasilkan pada sekunder sebading dengan perubahan posisi inti
magnetic

– hubungan linier bila inti masih disekitar posisi kesetimbangan

Skema LVDT
27

Gambar 2.18. LVDT sebagai sensor posisi: (a) konstruksi LVDT, (b) Rangakaian
listrik, (c) rangkaia uji LVDT, (d) Karakteristik LVDT

– rangkaian detektor sensitif fasa pembaca perpindahan dengan LVDT


28

Gambar 2.18. Rangkain uji elektronik LVDT

Contoh penerapan LVDT:


 Sensor-sensor (perpindahan, jarak, dan sensor mekanik lainnya)
 Level fluida
 Automotive suspension
 Mesin ATM
Kelebihan LVDT
– Padat dan kuat, sehingga dapat digunakan pada peralatan berat.
– Sistem operasi tanpa gesekan antara aramature dan transformer sehingga
cocok untuk pengujian material
– Sensitif, sehingga dapat mendeteksi sedikit perubahan.
– Mampu menangai input yang berlebihan
– Dapat digunakan pada lingkungan yang bervariasi
– Output mutlak
o Kekurangan LVDT:
– LVDT baru bekerja jika ada kontak antara armature dan transformater.
– Pengukuran dinamis dibatasi tidak lebih dari 1/10 dari LVDT resonansi
frekuensi. Di beberapa kasus, hasil lebih dari 2kHz.
29

– Harga relative mahal.

4. Sensor akselerasi dan vibrasi (Vibration and Acceleration)


a. Pengertian Accelerometer
Accelerometer adalah sensor yang digunakan untuk mengukur percepatan
suatu objek. Accelerometer dapat mengukur percepatan dinamis dan percepatan
statis. Pengukuran dinamis adalah pengukuran percepatan pada objek bergerak,
sedangkan pengukuran statis adalah pengukuran terhadap gravitasi bumi.

2.19. Sensor Akselerasi


 Prinsip Kerja Acceelerometer
Sesuai dengan namanya prinsip kerja dari accelerometer adalah prinsip
percepatan (acceleration). Sebuah per dengan beban dan dilepaskan, beban
bergerak dengan suatu percepatan sampai kondisi tertentu lalu berhenti. Bila ada
sesuatu yang menggoncangkannya maka beban akan berayun kembali.
Pengukuran kapasitansi inilah yang umumnya menjadi hasil pengukuran
chip. Agar sensor bisa mendeteksi 3 dimensi, maka dibutuhkan 3 pasang plat yang
dipasang tegak lurus antar masing-masing.
 Fungsi Accelerometer
Pada Kamera video juga memanfaatkan accelerometer untuk menstabilkan
tangkapan gambar (image stabilization), untuk bisa meminimalisir blur saat
menangkap gambar.
Untuk kontrol antarmuka pengguna, accelerometer sering digunakan untuk
menyajikan pandangan landscape atau potret layar perangkat, berdasarkan cara
perangkat yang sedang digunakan. Misalnya mengganti tampilan layar dari
vertical (portrait) menjadi horizontal (landscape).
Pada accelerometer ponsel ada yang namanya fungsi shake control,dengan
fungsi ini maka dengan hanya menggoyangkan ponsel kita bisa mengubah fitur,
30

misalnya mengubah lagu yang sedang di putar ke lagu selanjutnya atau lagu
sebelumnya.
Penggunaan lain dari accelerometer adalah sebagai pedometer, atau
penghitung langkah. Dipakai di banyak gadget sebagai monitor banyaknya
langkah saat berolah raga. Apple dan Nike bekerjasama mengeluarkan produk
sepatu yang bisa memiliki fungsi seperti berkomunikasi dengan pemutar lagu
pada Ipod, mengirimkan data tentang banyak langkah yang sudah dilakukan,
jumlah kalori terbakar, dan waktu bergerak.
 Kelebihan Accelerometer
– Harganya lebih terjangkau.
– Dapat memberikan pengukuran sudut tegak lurus yang akurat ketika
sistem sedang diam (statis).
 Kekurangan Accelerometer
– Tidak bisa mengikuti pergerakan yang cepat dikarenakan responnya yang
cukup lamban.
– Membutuhkan penggunaan listrik yang tinggi (boros baterai).
– Hanya dapat membaca dalam 2 sumbu, yaitu atas dan bawah karena
dipengaruhi oleh gravitasi.
b. Sensor Vibrasi
Sensor getaran adalah suatu alat yang berfungsi untuk mendeteksi adanya
getaran dan akan diubah dalam ke dalam sinyal listrik.
31

2.20. Sensor Vibrasi


 Macamnya
Sensor fibrasi ini dibagi menjadi dua macam yaitu :
1) Kontak
Sensor ini disebut juga cassing measurement. Sensor yang digunakan
adalah sensor seismic transduser, yaitu sensor yang digunakan untuk mengukur
kecepatan dan percepatan. Untuk mengukur kecepatan menggunakan velocity
probe dan velomitor probe, sedangkan untuk mengukur percepatan menggunakan
sensor acceleration probe.
(1) Velocity probe
 Pengertian
Ujung sensor ini akan bersentuhan langsung dengan benda yang akan
diukur fibrasinya, sensor ini berfungsi untuk mengukur getaran dari suatu alat atau
mesin menggunakan kecepatan sebagai parameternya.

Adapun konstruksinya adalah sbb :


i. Massa
ii. Kumparan
iii. Pegas
iv. Magnet permanen
v. Damper Connector
vi. Cassing velocity probe
 Prinsip Kerja
Prinsip kerja velocity probe sesuai dengan hukum fisika yaitu apabila
suatu konduktor/kumparan yang dikelilingi oleh medan magnet kemudian
koduktor bergerak terhadap medan magnet atau medan magnet bergerak terhadap
konduktor maka akan menimbulkan suatu tegangan induksi pada konduktor.
Apabila transducer ini ditempatkan pada bagian mesin yang bergetar, maka
tranduser inipun akan ikut bergetar, sehingga kumparan yang ada di dalamnya
akan bergerak relatif terhadap medan magnet sehingga akan menghasilkan
32

tegangan listrik pada ujung kawat kumparannya. Dengan mengolah sinyal listrik
dan transdusernya, maka getaran dapat diukur.
(2) Acceleration Probe
 Pengertian
Termasuk sensor kontak yang berfungsi untuk mengukur getaran dengan
mengukur kecepatan dari mesin tersebut
 Prinsip kerja
Pada acceleration probe terdapat Case insulator yang berkontak langsung
dengan mesin yang hendak diperiksa, Case Insulator ini berfungsi sebagai
transmitter atau yang menstransmisikan getaran dari mesin menuju piezoelectric
sehingga piezoelectric mengalami tekanan yang sebanding dengan getaran yang
diterima dari mesin. Getaran mekanis yang menimbulkan gaya akan mengenai
bahan piezoelectric tersebut sehingga bahan piezoelectric tersebut menghasilkan
muatan listrik. Tetapi arus listrik yang dihasilkan oleh piezoelectric ini sangat
kecil, sehingga diperlukan alat lain agar menghasilkan muatan listrik yang
standard. Karena muatan listrik yang ditimbulkan oleh piezoelectrik sangat kecil
maka didalamnya dipasang rangkaian electronik/amplifier yang dapat
membangkitkan muatan agar muatan listrik yang dihasilkan oleh bahan
piezoelectric menjadi lebih besar. Besar muatan listrik yang dihasilkan oleh bahan
piezo electric sebesar picocoulombs per g. Sedangkan besarnya sinyal yang
dihasilkan setelah didalamnya dipasang penguat, mempunyai sensitivitas 50 mv
per g.
 Kelebihan
Ukuran sangat kecil dan ringan, sehingga cocok untuk dibawa kemana-
mana dan bisa dibawa ke tempat kerja yang sempit
Sangat sensitive terhadap frekuensi tinggi, karena accelerator probe memiliki
range frekuensi yang tinggi sebesar lebih dari 20 KHz
Dapat digunakan pada temperatur tinggi, yaitu sampai temperature kurang
lebih 500 derajat C
Harganya lebih murah dibanding velocity dan displacement probe
2) B. Non – Kontak
33

Sensor non-kontak biasanya disebut Shaft Relative Measurement. Sensor


yang digunakan adalah proximity probe ( Eddy current probe ). Untuk proxymity
probe, yang diukur adalah perpindahannya. Untuk sensor non-kontak, probe dan
mesin atau media tidak bersentuhan langsung. Untuk menggunakan sensor
proximity probe ada beberapa syarat yang harus terpenuhi agar dapat
menghasilkan pengukuran yang presisi, diantaranya adalah :
– Roundness (kelingkaran) dari mesin yang akan diukur harus bagus
untuk menghasilan bacaan yang bagus pula
– Run out
5. Sensor Flow dan Level
a. Sensor Flow
Pengukuran aliran mulai dikenal sejak tahun 1732 ketika Henry Pitot
mengatur jumlah fluida yang mengalir. Dalam pengukuran fluida perlu ditentukan
besaran dan vektor kecepatan aliran pada suatu titik dalam fluida dan bagaimana
fluida tersebut berubah dari titik ke titik.
Pengukuran atau penyensoran aliran fluida dapat digolongkan sebagai berikut:
 Pengukuran kuantitas
Pengukuran ini memberikan petunjuk yang sebanding dengan kuantitas
total yang telah mengalir dalam waktu tertentu. Fluida mengalir melewati elemen
primer secara berturutan dalam kuantitas yang kurang lebih terisolasi dengan
secara bergantian mengisi dan mengosongkan bejana pengukur yang diketahui
kapasitasnya.
Pengukuran kuantitas diklasifikasikan menurut :
1) Pengukur gravimetri atau pengukuran berat
2) Pengukur volumetri untuk cairan
3) Pengukur volumetri untuk gas
b. Sensor Level
Alat ukur terdiri dari pipa dimana dibagian dalamnya diberi pelat
berlubang lebih kecil dari ukuran diameter pipa. Sensor tekanan diletakan disisi
pelat bagian inlet (P1) dan satu lagi dibagian sisi pelat bagian outlet (P2). Jika
terjadi aliran dari inlet ke outlet, maka tekanan P1 akan lebih besar dari tekanan
outlet P2.
34

 Keuntungan utama dari Orfice plate ini adalah dari


– Konstruksi sederhana
– Ukuran pipa dapat dibuat persis sama dengan ukuran pipa sambungan
– Harga pembuatan alat cukup murah
– Output cukup besar
 Kerugian menggunakan cara ini adalah
– Jika terdapat bagian padat dari aliran fluida, maka padat bagian tersebut
akan terkumpul pada bagian pelat disisi inlet.
– Jangkauan pengukuran sangat rendah
– Dimungkinkan terjadinya aliran Turbulen sehingga menyebabkan
kesalahan pengukuran jadi besar karena tidak mengikuti prinsip aliran
Laminer.
– Tidak memungkinkan bila digunakan untuk mengukur aliran fluida yang
bertekanan rendah.

Gambar 2.21. Orife Place


c. Pipa Venturi
Bentuk lain dari pengukuran aliran dengan beda tekanan adalah pipa
venture. Pada pipa venture, pemercepat aliran fluida dilakukan dengan cara
membentuk corong sehingga aliran masih dapat dijaga agar tetap laminar. Sensor
tekana pertama (P1) diletakkan pada sudut tekanan pertama dan sensor tekanan
kedua diletakkan pada bagian yang plaing menjorok ke tengah. Pipa venturi biasa
dipergunakan untuk mengukur aliran cairan.
Keuntungan dari pipa venturi adalah:
– Partikel padatan masih melewati alat ukur
– Kapasitas aliran cukup besar
– Pengukuran tekana lebih baik dibandingkan orifice plate.
– Tahan terhadapa gesakan fluida.
35

Kerugiannya adalah:
– Ukuiran menjadi lebih besar
– Lebih mahal dari orifice plate
– Beda tekanan yang ditimbulkan menjadi lebih kecil dari orifice plate.

Gambar 2.22 Pipa Venturi


6. Sensor Proximity
Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang dapat mendeteksi
adanya target jenis logam dengan tanpa adanya kkontak fisik. Biasanya sensor ini
tediri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari
pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan. Sensor proximity
dapat diaplikasikan pada kondisi penginderaan pada objek yang dianggap terlalu
kecil atau lunak untuk menggerakkan suatu mekanis saklar.

Gambar 2.23 Proximity Sensor


7. Sensor Cahaya (Optical)
Elemen-elemen sensitive cahaya merupakan alat terandalkan untuk mendeteksi
energi cahaya. Alat ini melebihi sensitivitas mata manusia terhadap semua
spectrum warna dan juga bekerja dalam daerah-daerah ultraviolet dan infra merah.
Energi cahaya bila diolah dengan cara yang tepat akan dapat dimanfaatkan
secara maksimal untuk teknik pengukuran, teknik pengontrolan dan teknik
kompensasi. Penggunaan praktis alat sensitif cahaya ditemukan dalam berbagai
pemakaian teknik seperti halnya :
– Tabung cahaya atau fototabung vakum (vaccum type phototubes), paling
menguntungkan digunakan dalam pemakaian yang memerlukan
36

pengamatan pulsa cahaya yang waktunya singkat, atau cahaya yang


dimodulasi pada frekuensi yang relative tinggi.
– Tabung cahaya gas (gas type phototubes), digunakan dalam industri
gambar hidup sebagai pengindra suara pada film.
– Tabung cahaya pengali atau pemfotodarap (multiplier phottubes), dengan
kemampuan penguatan yang sangat tinggi, sangat banyak digunakan pada
pengukuran fotoelektrik dan alat-alat kontrol dan juga sebagai alat cacah
kelipan (scientillation counter).
– Sel-sel fotokonduktif (photoconductive cell), juga disebut tahanan cahaya
(photo resistor) atau tahanan yang bergantung cahaya (LDR-light
dependent resistor), dipakai luas dalam industri dan penerapan
pengontrloan di laboratorium.
– Sel-sel foto tegangan (photovoltatic cells), adalah alat semikonduktor
untuk mengubah energi radiasi daya listrik. Contoh yang sangat baik
adalah sel matahari (solar cell) yang digunakan dalam teknik ruang
angkasa.

a. Photo Semikonduktor
Divais photo semikonduktor memanfaatkan efek kuantum pada junction, energi
yang diterima oleh elektron yang memungkinkan elektron pindah dari ban valensi
ke ban konduksi pada kondisi bias mundur. Bahan semikonduktor seperti
Germanium (Ge) dan Silikon (Si) mempunyai 4 buah electron valensi, masing-
masing electron dalam atom saling terikat sehingga electron valensi genap
menjadi 8 untuk setiap atom, itulah sebabnya kristal silicon memiliki
konduktivitas listrik yang rendah, karena setiap electron terikan oleh atom-atom
yang berada disekelilingnya.
Untuk membentuk semikonduktor tipe P pada bahan tersebut disisipkan
pengotor dari unsure golongan III, sehingga bahan tersebut menjadi lebih
bermuatan positif, karena terjadi kekosongan electron pada struktur kristalnya.
Bila semikonduktor jenis N disinari cahaya, maka elektron yang tidak
terikat pada struktur kristal akan mudah lepas. Kemudian bila dihubungkan
37

semikonduktor jenis P dan jenis N dan kemudian disinari cahaya, maka


akanterjadi beda tegangan diantara kedua bahan tersebut. Beda potensial
padabahan ilikon umumnya berkisar antara 0,6 volt sampai 0,8 volt.

Gambar 2.24 Konstruksi Dioda Foto (a) junction harus dekat permukaan (b) lensa
untuk memfokuskan cahaya (c) rangkaian dioda foto

Ada beberapa karakteristik dioda foto yang perlu diketahui antara lain:
– Arus bergantung linier pada intensitas cahaya
– Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900nm, GaAs
1500nm, Ge2000nm)
– Digunakan sebagai sumber arus
– Junction capacitance turun menurut tegangan bias mundurnya
– Junction capacitance menentukan respons frekuensi arus yang
diperoleh
38

Gambar 2.25 Karakteristik Dioda Foto (a) intensitas cahaya


(b) panjang gelombang (c) reverse voltage vs arus dan
(d) reverse voltage vs kapasitansi
b. Photo Transistor
Sama halnya dioda foto, maka transistor foto juga dapat dibuat sebagai
sensor cahaya. Teknis yang baik adalah dengan menggabungkan dioda foto
dengan transistor foto dalam satu rangkain.
– Karakteristik transistor foto yaitu hubungan arus, tegangan dan intensitas
foto
– Kombinasi dioda foto dan transistor dalam satu chip
– Transistor sebagai penguat arus
– Linieritas dan respons frekuensi tidak sebaik dioda foto
39

Gambar 2.26 Karakteristik transistor foto, (a) sampai (d) rangkaian uji
transistor foto

c. Sel Photovoltaik
Efek sel photovoltaik terjadi akibat lepasnya elektron yang disebabkan
adanya cahaya yang mengenai logam. Logam-logam yang
tergolonggolongan 1 pada sistem periodik unsur-unsur seperti Lithium,
Natrium,Kalium, dan Cessium sangat mudah melepaskan elektron
valensinya. Selainkarena reaksi redoks, elektron valensilogam-logam
tersebut juga mudahlepas olehadanya cahaya yang mengenai permukaan
logam tersebut.Diantara logam-logam diatas Cessium adalah logam yang
paling mudahmelepaskan elektronnya, sehingga lazim digunakan sebagai
foto detektor.
Tegangan yang dihasilan oleh sensor foto voltaik adalah sebanding dengan
frekuensi gelombang cahaya (sesuai konstanta Plank E = h.f).Semakin
kearah warna cahaya biru, makin tinggi tegangan yang
dihasilkan.Tingginya intensitas listrik akan berpengaruh terhadap arus
listrik. Bila fotovoltaik diberi beban maka arus listrik dapat dihasilkan
40

adalah tergantung dari intensitas cahaya yang mengenai permukaan


semikonduktor.

Gambar 2.27 Pembangkitan tegangan pada Foto Volatik


d. Light Emitting Diode (LED)
– Prinsip kerja kebalikan dari dioda foto
– Warna (panjang gelombang) ditentukan oleh band-gap
– Intensitas cahaya hasil berbanding lurus dengan arus
– Non linieritas tampak pada arus rendah dan tinggi
– Pemanasan sendiri (self heating) menurunkan efisiensi pada arus tinggi
41

Gambar 2.28 Karakteristik LED


Karakteristik Arus Tegangan
– Mirip dengan dioda biasa
– Cahaya biru nampak pada tegangan 1,4 – 2,7 volt
– Tegangan threshold dan energi foton naik menurut energi band-gap
– Junction mengalami kerusakan pada tegangan 3 volt
– Gunakan resistor seri untuk membatasi arus/tegangan
e. Photosel
– Konduktansi sebagai fungsi intensitas cahaya masuk
– Resistansi berkisar dari 10MW (gelap) hingga 10W (terang)
– Waktu respons lambat hingga 10ms
– Sensitivitas dan stabilitas tidak sebaik dioda foto
– Untuk ukuran besar lebih murah dari sel fotovoltaik
– Digunakan karena biaya murah

Gambar2.29 Konstruksi dan Karakteristik Fotosel


42

f. Photomultiplier
– Memanfaatkan efek fotoelektrik
– Foton dengan nergi lebih tinggi dari workfunction melepaskan elektron
dari permukaan katoda
– lektron dikumpulkan (dipercepat) oleh anoda dengan tegangan (tinggi)
– Multiplikasi arus (elektron) diperoleh dengan dynode bertingkat
– Katoda dibuat dari bahan semi transparan

Gambar 2.30 Konstruksi Photomultiplier

 Pemanfaatan
– Sangat sensitif, dapat digunakan sebagai penghitung pulsa
– Pada beban resistansi rendah 50-1000 W, lebar pulsa tipikal 5-50 ns
– Gunakan peak detektor untuk mengukur tingat energi
 Kerugian
– Mudah rusak bila terekspos pada cahaya berlebih (terlalu sensitif)
– Perlu catu tegangan tinggi
– Mahal
g. Lensa Dioda Photo
– Lensa dimanfaatkan untuk memfokuskan atau menyebarkan cahaya
– Lensa detektor cahaya sebaiknya ditempatkan dalam selonsong dengan filter
sehingga hanya menerima cahaya pada satu arah dan panjang gelombang
tertentu saja (misal menghindari cahaya lampu TL dan sinar matahari)
43

– Gunakan modulasi bila interferensi tinggi dan tidak diperlukan sensitivitas


tinggi

Gambar 2.31 Konstruksi dan Karakteristik Lensa dioda Foto

h. Pyrometer Optis dan Detektor Radiasi Thermal


– Salah satu sensor radiasi elektro magnetik: flowmeter
– Radiasi dikumpulkan dengan lensa untuk diserap pada bahan penyerap
radiasi
– Energi yang terserap menyebabkan pemanasan pada bahan yang
kemudian diukur temperaturnya menggunakan thermistor, termokopel
dsb
– Sensitivitas dan respons waktu buruk, akurasi baik karena mudah
dikalibrasi (dengan pembanding panas standar dari resistor)
– Lensa dapat digantikan dengan cermin
– Detektor sejenis: film pyroelektrik
– Dari bahan sejenis piezoelektrik yang menghasilkan tegangan akibat
pemanasan
– Hanya ber-respons pada perubahan bukan DC
– Pirometer optik dapat diguanakanuntuk mengukur atau mendeteksi
totalradiation dan monochromatic radiation.
44

Gambar 2.32 Instalasi Pyroletrik


i. Isolasi Optis dan Transmiter-Receiver serat optik
– Cahaya dari LED dan diterima oleh dioda foto digunakan sebagai
pembawa informasi menggantikan arus listrik
– Keuntungan: isolasi listrik antara dua rangkaian (tegangan tembus hingga
3kV)
– Dimanfaatkan untuk safety dan pada rangkaian berbeda ground
– Hubungan input-output cukup linier, respons frekuensi hingga di atas 1
MHz

2.33 Konstruksi dan karakteristrik lensa dioda foto

j. Display Digital dengan LED


– Paling umum berupa peraga 7 segmen dan peraga heksadesimal , masing-
masing segmen dibuat dari LED
– Hubungan antar segmen tersedai dalam anoda atau katoda bersama
(common anode atau common cathode)
– Resistor digunakan sebagai pembatas arus 100-470 W
– Tersedia pula dengan dekoder terintegrasi
45

Gambar 2.34 Seven segment dan rangkaian uji

Gambar 2.35 LED bar display pengganti Vu meter pada amplifier


Peraga Arus dan Tegangan Tinggi
– Peraga 7 segmen berupa gas discharge, neon atau lampu pijar
– Cara penggunaan mirip dengan peraga 7 segmen LED tetapi
tegangan yang digunakan tinggi
– Untuk neon dan lampu pijar dapat digunakan transistor dan resistor
untuk membatasi arusnya
– Untuk lampu pijar arus kecil diberikan pada saat off untuk
mengurangi daya penyalaan yang tinggi
– Vacuum fluorecent display (VFD) menggunakan tegangan 15-35
volt di atas tegangan filament
– Untuk LED dengan arus tinggi dapat digunakan driver open
collector yang umunya berupa current sink
46

Gambar 2.36 Seven Segment neon menggunakan tegangan tinggi


k. Liquid Crystal Display (LCD)
– Menggunakan molekul asimetrik dalam cairan organic transparan
– Orientasi molekul diatur dengan medan listrik eksternal
– Polarizer membatasi cahaya lewat hanya untuk polarisasi optik
tertentu saja, cahaya ini dapat kembali lolos setelah dipantulkan bila
polarisasinya tidak berubah
– Medan listrik pada liquid crystal mengubah polarisasi 90o, sehingga
pantulan tidak dapat melewati polarizer (tampak gelap).
47

Gambar 2.37 Kontruksi Liquid Cristal Display (LCD)


– Tegangan pembentuk medan listrik dibuat intermiten untuk memperpanjang
umur pemakaian

Gambar 2.38 Rangkaian Uji Liquid Crystal Display (LCD)


8. Sensor Chemical
a. Defenisi
Sensor kimia adalah perangkat yang mengubah informasi kimia
(komposisi, keberadaan) dari unsur atau ion tertentu, konsentrasi, aktivitas kimia,
tekanan parsial ...) menjadi suatu sinyal yang bermanfaat secara analitis. Informasi
kimia, yang disebutkan di atas, dapat berasal dari reaksi kimia analit atau dari sifat
fisik sistem yang diselidiki. Mereka dapat memiliki aplikasi di berbagai bidang
seperti obat-obatan, keamanan rumah, polusi lingkungan dan banyak lainnya.
b. Komponen
Sensor kimia biasanya mengandung dua komponen dasar yang terhubung secara
seri: bahan kimia (molekul) sistem pengenalan (reseptor) dan transduser
48

fisikokimia. Di majori-melalui sensor kimia, reseptor berinteraksi dengan molekul


analit. Akibatnya, fisiknya properti cal diubah sedemikian rupa sehingga
transduser tambahan dapat memperoleh sinyal electrical.

Gambar 2.39 Komponen sensor chemical

• Reseptor: Fungsi reseptor dipenuhi dalam banyak kasus oleh lapisan tipis yang
mampu berinteraksi dengan molekul analit, mengkatalisasi reaksi secara selektif,
atau berpartisipasi dalam keseimbangan kimia bersama dengan analit. Lapisan
reseptor dapat merespons secara selektif terhadap zat tertentu atau sekelompok
zat. Itu istilah molekul pengakuan digunakan untuk menggambarkan perilaku
ini. Diantaranya proses interaksi , yang paling penting untuk sensor kimia adalah
adsorpsi, pertukaran ion dan ekstraksi cair-cair. Terutama fenomena ini bertindak
di antara antarmuka permukaan analit dan reseptor.
• Transduser: Saat ini, sinyal diproses hampir secara eksklusif dengan cara
pemilihan instrumentasi trikal. Oleh karena itu, setiap sensor harus mencakup
fungsi transduksition, yaitu nilai konsentrasi aktual, kuantitas non-listrik harus
diubah menjadi kuantitas listrik, tegangan, arus atau resistansi. Beberapa dari
mereka mengembangkannya fungsi sensor hanya dalam kombinasi dengan lapisan
49

reseptor tambahan. Dalam tipe lain, operasi reseptor adalah fungsi bawaan dari
transduser.
c. Contoh Penggunaan Sensor Chemical
1) Detektor Karbon Monoksida
Detektor Karbon Monoksida adalah perangkat yang mendeteksi
keberadaan gas karbon monoksida (CO). CO adalah senyawa tidak berwarna dan
tidak berbau diproduksi oleh pembakaran tidak lengkap. Ia juga dikenal sebagai
"silent killer" karena secara virtual tidak terdeteksi tanpa menggunakan teknologi
pendeteksian. Peningkatan kadar CO dapat berbahaya bagi manusia tergantung
pada jumlah yang ada dan periode pemaparan. Konsentrasi yang lebih kecil dapat
berbahaya dalam periode waktu yang lebih lama sementara peningkatan
konsentrasi membutuhkan waktu paparan yang lebih sedikit untuk berbahaya.
Detektor karbon monoksida memicu alarm berdasarkan akumulasi karbon
monoksida dari waktu ke waktu. Detektor mungkin didasarkan pada reaksi kimia
yang menyebabkan warna perubahan, reaksi elektrokimia yang menghasilkan arus
untuk memicu alarm, atau sensor semikonduktor yang mengubah hambatan
listriknya dengan adanya CO. Sementara detektor CO tidak berfungsi sebagai
detektor asapdan sebaliknya , dual smoke / CO detektor juga tersedia. Detektor
asap mendeteksi asap yang dihasilkan oleh flaming atau api yang membara,
sedangkan detektor CO mendeteksi dan memperingatkan orang tentang CO yang
berbahaya misalnya, penumpukan disebabkan oleh perangkat pembakaran bahan
bakar yang tidak berfungsi. Di rumah, beberapa sumber CO yang umum termasuk
api terbuka, pemanas ruang, pemanas air, tersumbat cerobong asap atau
menjalankan mobil di dalam garasi.
2) Detektor Glukosa
Monitor glukosa darah adalah alat yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi glukosa dalam darah seseorang. Seiring dengan istilah glukosa darah
bacaan ini juga sering disebut gula darah. Kebanyakan pemantau glukosa darah
dasar memiliki tiga bagian terpisah yang diperlukan bagi mereka untuk berfungsi
dengan baik: lancer, strip tes dan meteran itu sendiri.
50

Gambar 2.40 Monitor glukosa


Monitor glukosa darah mengukur jumlah gula dalam sampel darah
menggunakan bahan kimia kompleks proses.Di dalam strip tes darah bercampur
glukosa oksidase, yang bereaksi dengan glukosa dalam sampel darah untuk
membuat asam glukonat.Lain bahan kimia dalam strip uji, disebut ferricyanide,
kemudian bereaksi dengan asam glukonat untuk dibuat ferrocyanide.Elektroda
dalam strip uji kemudian menjalankan arus melalui sampel darah dan ferrocyanide
mempengaruhi arus ini sedemikian rupa bahwa konsentrasi glukosa darah dalam
sampel dapat diukur secara akurat dalam adil batas kesalahan.
3) Mosquito
Nyamuk memiliki baterai sensor di dalamnya. Antena dan salah satunya
adalah sensor kimia. Nyamuk dapat merasakan karbon dioksida dan asam laktat
hingga 36 meter jauhnya. Mamalia dan burung melepaskan ini gas saat mereka
bernafas. Bahan kimia tertentu dalam keringat juga sepertinya menarik
nyamuk.Ini alasannya bahwa mereka yang lebih mudah berkeringat akan
cenderung menarik lebih banyak nyamuk.
4) Uji Kehamilan
Meskipun ada sejumlah cara untuk menguji secara kimiawi kehamilan, yang
termudah dan paling banyak. Tes andal adalah tes yang mencari keberadaan
hormon yang dikenal sebagai human chorionic gonadotropin, atau hcG. HcG
diproduksi oleh plasenta dan dapat ditemukan pada wanita sistem segera setelah
implantasi telur yang dibuahi telah terjadi. Cara paling umum untuk menguji hgC,
serta salah satu yang paling akurat, adalah rumah tes kehamilan, yang bekerja
melalui penggunaan teknologi aliran lateral.
51

Gambar 2.41 Alat pendeteksi kehamilan

Tes aliran lateral adalah jenis tes analisis kimia yang biasanya digunakan
untuk menguji cairan untuk keberadaan zat tertentu, seperti obat-obatan, bahan
kimia air keras atau hormon. Ketika urin dikumpulkan pada strip tes dari tes
kehamilan di rumah, itu kemudian berpindah strip dengan cara tindakan fasik.
Membentang melintasi strip tes adalah membran yang terbuat dari nitroselulosa,
bahan yang digunakan karena membantu pergerakan protein. Seperti urin
bersentuhan dengan membran, itu bercampur dengan partikel berwarna hadir di
nitroselulosa. Kemudian, saat campuran urin dan warna bergerak di sepanjang
membran, itu bersentuhan dengan garis uji. Baris ini mengandung antibodi untuk
hcG yang, jika mereka bersentuhan dengan campuran, akan menjebak partikel di
tempat, menciptakan garis berwarna. Ketika cairan bergerak ke ujung membran,
larutan warna terperangkap pada jalur uji kedua. Garis ini juga mengandung
antibodi, tetapi antibodi ini akan menangkap warna partikel apakah larutan
mengandung hcG atau tidak.Ini berarti bahwa baris kedua akan muncul untuk
hasil positif dan negatif, tetapi jika kedua garis muncul, tes dikonfirmasi positif.
5) Nanoteknologi Dan Sensor Kimia
Nanomaterial dan nanoteknologi adalah bidang sains dan teknologi baru.
Nanoteknologi masih dalam masa pertumbuhan, karena telah menjadi daerah
panas hanya beberapa tahun yang lalu. Namun, nanoteknologi diharapkan secara
dramatis mengubah karakteristik operasi sensor kimia dan mungkin akan menjadi
penting dalam semua bidang aplikasi sensor selama sepuluh hingga dua puluh
52

tahun ke depan.Telah ditemukan bahwa dengan pengurangan ukuran, novel sifat


listrik, mekanik, kimia, katalitik dan optik dapat diperkenalkan. Selain itu
ditetapkan bahwa struktur 1-D dapat menjadi sistem yang ideal untuk mempelajari
alam efek penginderaan kimia.
Nanoteknologi memungkinkan kita untuk membuat bahan fungsional,
perangkat, dan sistem oleh mengendalikan materi pada skala atom dan molekuler,
dan untuk mengeksploitasi sifat - sifat baru dan fenomena. Pertimbangkan bahwa
sebagian besar sensor kimia dan biologis, juga banyak sensor fisik, tergantung
pada interaksi yang terjadi pada level ini dan Anda akan mendapatkan gambaran
tentangnya efek nanoteknologi akan ada di dunia sensor. Nanoteknologi dapat
digunakan untuk membuat sensor yang mendeteksi jumlah sangat kecil uap
kimia. Berbagai jenis elemen pendeteksi, seperti nanotube karbon, seng nanowires
oksida atau nanopartikel paladium telah digunakan dalam nanoteknologi-sensor
berbasis. Elemen pendeteksi ini mengubah karakteristik kelistrikannya, seperti
resistensi atau kapasitansi, ketika mereka menyerap molekul gas. Karena
ukurannya yang kecil nanotube, kawat nano, atau nanopartikel, beberapa molekul
gas cukup untuk mengubah sifat listrik dari elemen penginderaan. Ini
memungkinkan pendeteksian yang sangat rendah konsentrasi uap
kimia. Tujuannya adalah untuk memiliki sensor kecil dan murah yang bisa
mengendus bahan kimia seperti anjing digunakan di bandara untuk mencium bau
uap yang dikeluarkan oleh bahan peledak atau narkoba.
Sebagai kesimpulan, nanosensor dan sensor yang mendukung nano memiliki
aplikasi dalam banyak hal industri, di antaranya transportasi, komunikasi,
bangunan dan fasilitas, obat-obatan, keselamatan, dan keamanan nasional,
termasuk pertahanan dalam negeri dan operasi militer. Pertimbangkan nanowire
sensor yang mendeteksi bahan kimia dan biologi, nanosensor ditempatkan sel
darah untuk mendeteksi kerusakan radiasi dini pada astronot, dan nanoshell yang
mendeteksi dan menghancurkan tumor. Banyak perusahaan pemula yang sedang
bekerja mengembangkan perangkat ini di upaya untuk masuk di awal
53

9. Biolistrik dan Elektrodan


Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari
ATP (Adenosine Tri Posphate )dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi
yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan
fenomena sel. Sel-sel jaringan tubuh manusia mampu menghasilkan potensial
listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan
lapisan tipis muatan negative pada permukaan dalam bidang batas/membrane
(Carr, 1998). Di dalam sebuah sel terdapat ion Na+Cl dan protein. Pada saat
membran sel istirahat (tidak ada sinyal listrik) muatan di dalam sel lebih negative
daripada di luar sel. Jika terdapat rangsangan maka ion Na+ akan masuk dari luar
menuju dalam sel dan membrane sel berada dalam keadaan depolarisasi.
Terjadinya depolarisasi sel membrane secara tiba-tiba disebut potensial aksi.
Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan
Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus
untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan
isyarat listrik dari neuron lain. Aktifitasi biolistrik pada suatu otot dapat menyebar
ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air. Pengamatan pulsa listrik
tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa elektroda pada permukaan
kulit. Biolistrik juga terjadi di dalam organ jantung (Anonymous, 2011). Jantung
berdenyut secara berirama dengan urutan tertentu. Denyut jantung diakibatkan
oleh depolarisasi sel membrane otot jantung dalam bentuk perambatan potensial
aksi yang menghasilkan kontrkasi otot. Pada sel jantung, depolarisasi tidak
membutuhkan rangsangan karena ion Na + mudah bocor atau mudah bergerak.
Empat bagian jantung yaitu atrium (dextra & sinistra) & ventrikel (dextra &
sinistra). Sistem konduksi listrik pada jantung mempunyai urutan sebagai berikut,
Sino Atrio Nodus, Atrio Ventrikuler Nodus Berkas His dan Serabut Purkinje,
seperti pada gambar berikut ini.
54

Gambar 2.42 Anatomi fisiologi Jantung (Suarsana,2011)


Sino Atrio(SA)node mengalami gelombang depolarisasi ke atrium kiri dari
atrium kanan dalam 70 sekon terjadi kontraksi atrium. Gelombang depolarisasi
berlanjut ke Atrio Ventrikuler (AV)node, AV node mengalami depolarisasi.
Gelombang dari AV node melalui bundle of his (BH)dan diteruskan ke bundle
branch (BB) BB mengalami depolarisasi. Diteruskan ke jaringan purkinye
kemudian ke endokardium dan berakhir di epikardium menyebabkan terjadinya
kontraksi otot jantung Setelah repolarisasi, keadaan miokardium menjadi relaksasi
(Suarsana, 2011).
Elektrokardiogram (EKG)adalah grafik rekaman aktivitas kelistrikan jantung
oleh alat yang disebut elektrokardiografi. Karena tubuh manusia merupakan
konduktor yang baik, maka impuls yang berasal dari jantung dapat merambat ke
seluruh tubuh. Sinyal bioelektrik yang dipancarkan oleh jantung dapat direkam
dengan menggunakan galvanometer dengan menggunakan elektroda-elektroda
yang diletakkan pada berbagai posisi di permukaan tubuh (Karim,1996). Beda
potensial listrik atau tegangan listrik muncul karena adanya proses depolarisasi
dan repolarisasi serabut otot jantung (Meurs, 1990). Pada dasarnya gelombang
EKG terdiri dari banyak gelombang, yang tiap gelombangnya mewakilkan satu
denyut jantung. Satu gelombang EKG berupa gelombang P, QRS kompleks dan
gelombang T seperti pada gambar 2.43
55

Gambar 2.43 Gelombang PQRS


Gelombang P, terjadi tepat sebelum kontraksi aurikel (depolarisasi atrium).
Kompleks QRS, berhubungan dengan saat mulainya kontraksi ventrikel
(depolarisasi ventrikel ). Gelombang T, terjadi pada akhir kontraksi ventrikel
(repolarisasi ventrikel, kembali kekondisi istirahat). PR-interval adalah periode
waktu dari mulai depolarisasi atrium ke mulainya depolarisasi ventrikel. ST-
interval : periode waktu diantara penyelesaian depolarisasi ventrikel dan mulainya
repolarisasi ventrikel. Dalam beberapa hal dapat diamati sebuah gelombang kecil
U yang mengikuti gelombang T, tetapi biasanya tidak jelas. Gelombang U
menyatakan relaksasi ventrikel (Widjaja, 1990).
Gelombang sinyal EKG terdiri dari beberapa gelombang PQRS, gambar 2
merupakan contoh cuplikan sinyal EKG. Sinyal EKG dipengaruhi oleh beberapa
noise yang tidak diinginkan, diantaranya adalah noise yang berasal dari kontraksi
yang terjadi dibawah elektroda EKG, noise yang disebabkan karena kurangnya
kontak elektroda dengan kulit, noise yang disebabakan karena pergerakan subyek
selama perekaman serta interferensi jaringan listrik 60 Hz. Noise yang ada
didalam sinyal EKG, dapat diketahui dengan melihat spektrum sinyal EKG
(Cliford, 2007). Berikut ini ditunjukkan spketrum sinyal EKG, gambar a
56

merupakan sinyal EKG murni yang masih mengandung derau (noise), dan gambar
b merupakan gambar spektrum sinyal EKG yang telah difilter.

Gambar 2.44 Spektrum Sinyal EKG sebelum dan sesudah difilte


Gambar 2.44a merupakan gambar EKG yang terinferensi jaringan listrik
PLN, derau atau noise terlihat jelas pada gambar tersebut. Noise berada pada
frekuensi 60 Hz. Gelombang PQRS menjadi tidak jelas karena adanya gelombang
lain yaitu noise. Noise ini akan mempengaruhi analisis dokter dalam menentukkan
kondisi jantung. Gambar 2.44b merupakan contoh sinyal EKG yang sudah difilter
sehingga tidak ada lagi interferensi jaringan listrik yang menyebabkan noise.
Gambar 2.44b merupakan gambar yang siap untuk dianalisis oleh dokter. Gambar
2.44.menggunkan IIR comb filter (Wu,2008).
57

10. Pengkondisi sinyal merupakan suatu operasi elektronik untuk mengkonversi


sinyal tersebut menjadi sinyal yang sesuai dengan komponen elektronik lain
yang diperlukan di dalam sistem kontrol. Pengkondisian sinyal dibagi
menjadi dua bagian, yaitu pengkondisi sinyal secara analog dan secara digital.
Pengkondisi Sinyal Analog
  Sensor dengan sinyal keluaran analog dikondisikan dengan rangkaian
pengkondisi sinyal analog yang umumnya berupa pembagi tegangan, jembatan
wheatstone, penguat inverting dan penguat non inverting, dan sebagainya. Berikut
ini adalah contoh-contoh dari pengkondisi sinyal analog.

 Pembagi Tegangan

Berikut ini adalah contoh pengkondisi sinyal analog yang menggunakan pembagi
tegangan.

Gambar di atas adalah rangkaian pengkondisi sinyal sensor gas TGS 2620. Sensor
ini dapat mendeteksi gas methana, CO, Iso-butan, Hydrogen dan Ethanol. Sensor
ini keluarannya berupa perubahan resistansi. Sensor ini dapat dibaca oleh
mikrokontroller jika keluarannya berupa tegangan. Oleh karena itu diperlukan
resitor dan tegangan sumber agar keluarannya dapat dibaca oleh mikrokontroller
menggunakan fitur Analog to Digital Converter (ADC).

 Jembatan Wheatstone

Jembatan Wheatstone adalah suatu rangkaian listrik yang digunakan untuk


mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui besarnya. (Suryatmo, 1986).
Jembatan ini digunakan untuk memperoleh ketelitian dalam melaksanakan
58

pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relative kecil sekali. (Pratama,
2010). Berikut ini adalah contoh penggunaan rangkaian jembatan Wheatstone
pada sensor Strain-gauge.

Perubahan regangan yang terjadi pada strain gauge adalah sebanding dengan
perubahan nilai hambatan pada strain gage tetapi nilai perubahan hambatannya
sangat kecil sehingga dibutuhkan rangkaian jembatan wheatstone agar dapat
diukur. Alur penggunaan jembatan Wheatstone pada Strain-gauge yaitu: Adanya
tekanan atau gaya,Perubahan bentuk sensor,Perubahan resistansi,sensor, Jembatan
Wheatstone tidak seimbang,Tegangan muncul.

Tegangan yang muncul mempunyai rumus:

Dalam gambar, pengaruh regangan terhadap tegangan keluaran jembatan


Wheatstone diilustrasikan seperti berikut ini:
59

 Penguat Non Inverting

Tegangan sumber mikrokontroller umumnya menggunakan tegangan 5 Volt.


Sehingga untuk Vref dari ADC biasanya menggunakan 5 Volt. Untuk sensor atau
tranduser yang mempunyai perubahan nilai keluaran yang kecil, misalnya LM35
dengan keluaran 10mV/ derajat Celcius, perlu dikuatkan agar dapat dengan mudah
dibaca datanya. Karena mikrokontroller tegangannya tegangan single supply (0 V-
5 V), maka penguatan yang digunakan umumnya adalah penguat Non
Inverting yaitu penguatan yang keluarannya tidak mengubah polaritas tegangan
masukannya. Jika tegangan masukan berpolaritas positif, maka keluarannya juga
positif. Sebaliknya jika tegangan masukan berpolaritas negatif, maka keluarannya
juga negatif. Berikut ini adalah contoh penggunaan penguat Non Inverting sebagai
pengkondisi sinyal analog.

2. Pengkondisi Sinyal Digital


Sensor dengan sinyal keluaran digital dikondisikan dengan rangkaian pengkondisi
sinyal digital yang umumnya berupa level converter (pengkonversi level
tegangan). Contoh konversi level tegangan misalnya, 9 V menjadi 5 V, 5 V
menjadi 3,3 V, 3,3 V menjadi 5 V, 3,3 V menjadi 0 V, dan sebagainya. Berikut ini
adalah contoh level converter.
60

Rangkaian ini dapat dijelaskan, jika SW1 terhubung ke ground, maka transistor
Q1 mati dan Q2 aktif sehingga tegangan keluaran (Out) bernilai 0 Volt. Jika SW1
terhubung ke +3,3 Volt, maka Q1 aktif dan Q2 mati sehingga tegangan keluaran
bernilai +5 Volt.

Rangkaian di bawah ini juga termasuk rangkaian level converter.

Rangkaian ini dapat dijelaskan, jika SW3 terhubung ke ground, maka transistor
Q4 mati sehingga tegangan keluaran (Out) bernilai Volt. Jika SW3 terhubung
ke +3,3 Volt, maka Q4 aktif sehingga tegangan keluaran bernilai 0 Volt.
61

BAB III
PENUTUP

Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-


gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatuenergi seperti energi
listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya.
Sedangkan transduser adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah suatu bentuk
energi yang lain. Persyaratan umum sensor yaitu linearitas, sensivitas, tanggapan
waktu, tidak tergantung, stabilitas waktu, stabilitas tinggi, ketepatan,dan
repeatability. Jenis sensor dibagi menjadi dua yaitu internal sensor dan eksternal
sensor. Klasifikasi sensor dikategorikan melalui berbagai cara yaitu menurut
target yang dideteksi, tipe isyarat yang dideteksi,suplai daya,sinyal yang
dikeluarkan, dan letak/atau posisi sensor. Sedangkan transduser diklasifikasikan
menurut perubahan sinyal dan sifat kelistrikannya.
Jenis-jenis sensor yaitu sensor temperatur (thermal), sensor pergeseran dan
posisi, sensor indukstif dan elektromagnet, sensor tekanan dan gaya (Forcce and
pressure), sensor akselerasi dan vibrasi (vibration and acceleration), sensor flow
dan level, sensor proimity, sensor ccahaya (optical),sensor chemical, sensor
biolistrik dan elektrodan, dll. Pengkondisi sinyal merupakan suatu operasi
elektronik untuk mengkonversi sinyal tersebut menjadi sinyal yang sesuai dengan
komponen elektronik lain yang diperlukan di dalam sistem kontrol. Pengkondisian
sinyal dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkondisi sinyal secara analog dan
secara digital.
62

Daftar Rujukan

Kustono, D. 2016. Pengetahuan Dasar Sensor dan Transduser. Malang: Aditya


Media Publishing.
Kustija, J. 2012. Modul Sensor dan Tranduser. (Dosen dan Penelitian Bidang
Elektro).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Teknik
Pengendalian Instrumen Logam.

Anda mungkin juga menyukai