BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah banyak perkembangan yang telah dicapai pada bidang ini, baik dari
segi teknologi maupun dari segi fungsi. Tren perkembangan teknologi sensor dan
transduser saat ini adalah miniaturisasi sensor kedalam bentuk IC (dikenal dengan
istilah Micro electromechanical Sensor ) serta digitalisasi pengolahan output
sensor.
Dengan melihat perkembangan yang begitu luar biasa pada bidang sensor
dan transduser tersebut, maka penyusunan buku ajar Sensor dan Transduser ini
pun berusaha mengikuti tren tersebut (walaupun masih jauh dari sempurna).
2
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini antara lain
adalah sebagai berikut.
Selain itu, juga banyak lagi keuntungan yang akan kita peroleh dari
pembahasan mengenai sendor dan tranducer ini. Yang pada intinya diharapkan
agar pengetahuan kita nantinya akan berguna kelak bagi semua kalangan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Linearitas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah
secara kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara
kontinyu. Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan
sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat
diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan
masukannya berupa sebuah grafik. Gambar 2.1 memperlihatkan hubungan dari
dua buah sensor panas yang berbeda. Garis lurus pada gambar 2.2(a).
memperlihatkan tanggapan linier, sedangkan pada gambar 2.2(b). adalah
tanggapan non-linier.
2. Sensivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap
kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang
menunjukan “perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”.
Beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan “satu
volt per derajat”, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan
menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat
5
saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”, yang berarti memiliki kepakaan
dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi
sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga
akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan. Sensor dengan tanggapan
pada gambar 2.2(b) akan lebih peka pada temperatur yang tinggi dari pada
temperatur yang rendah.
3. Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya
terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan
frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah
temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan
temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu, seperti
tampak pada gambar 2.3(a).
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam
satuan hertz (Hz). { 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000
siklus per detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah secara
lambat, termometer akan mengikuti perubahan tersebut dengan “setia”. Tetapi
apabila perubahan temperatur sangat cepat lihat gambar 2.3(b) maka tidak
diharapkan akan melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia
bersifat lamban dan hanya akan menunjukan temperatur rata-rata.
4. Tidak Tergantung
Temperatur Output sensor tidak terpengaruhi olch suhu sekelilingnya,
kecuali sensor suhu.
5. Stabilitas Waktu
Nilai masukan tertentu sensor harus dapat memberikan keluar an (output)
yang nilainya tetap dalam waktu yang lama
6. Stabilitas Tinggi
Kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh
oleh faktor-faktor lingkungan. Tanggapan dinamik yang baik Keluaran segera
mengikuti masukan dengan bentuk dan besar sama.
7. Ketepatan
Akurasi didefinisikan sebagai penyimpangan maksimum nilai yang diukur
oleh sensor dengan nilai yang sebenarnya. Akurasi dapat direpresentasikan dalam
salah satu bentuk sebagai berikut. (1) Akurasi mutlak: dalam hal (a) parameter
yang diukur (misalnya tekanan atau percepatan) atau (b) parameter output
(misalnya tegangan dan resistansi). (2) Akurasi relatif: dalam hal (a) persentase
dari pengukuran maksimum kesalahan versus nilai sebenarnya atau (b) persentase
dari kesalahan pengukuran maksimum versus rentang penuh.
8. Repeatability
Kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika
digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang
sama.
transduser begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu
diperhatikan.
9
D. Klasifikasi Sensor
Sensor dapat dikategorikan melalui berbagai macam cara, misalnya:
menurut target yang dideteksi bisa dikategorikan menjadi :
1. Sensor induktif
Sensor induktif dirancang berdasarkan prinsip operasi dan karakteristik
dari sebuah induktor. Sensor induktif digunakan untuk mengukur medan listrik
dan magnet atau kuantitas fisik lainnya (misalnya, perpindahan, dan tekanan)
yang dapat diubah menjadi respons listrik atau magnet. Sensor induktif hanya
dapat mendeteksi logam. Sensor tersebut bereaksi secara berbeda terhadap bahan
logam yang berbeda seperti baja, tembaga, dan aluminium. Sensor induktif dapat
digunakan untuk mengidentifikasi logam yang berbeda. Tidak seperti sensor
kapasitif, sensor induktif tidak terpengaruh oleh bahan bukan logam media yang
antara pengindra dengan target sehingga juga disesuaikan dengan lingkungan
yang keras di mana minyak, debu, kotoran, atau zat lain yang hadir. Keunggulan
utama dari sensor induktif, yaitu resolusi hampir tak terbatas, respons cepat,
kisaran suhu pengoperasian yang besar, keandalan tinggi, ketangguhan,
penanganan mudah. Beberapa bentuk fisik sensor proximity induktif yang
disajikan pada Gambar 2.4.
2. Sensor kapasitıf
Sensor capacitive proximity adalah sensor mampu mendeteksi objek
logam maupun non-logam. Capacitive proximity ini biasanya digunakan pada
bumper mobil atau bagian mobil yang lainnya. Manfaat sederhananya adalah
untuk memudahkan mobil parkir, karena sensor ini akan bekerja apabila
mendeteksi benda-benda pada jarak tertentu sehingga mobil tidak akan menabrak
benda tersebut.
ketahanan, stabilitas jangka panjang dan daya tahan, karakter simpangan yang
bebas, struktur sederhana, biaya rendah, dan fitur deteksi noncontact. Kebanyakan
sensor kapasitif tahan terhadap kelembaban, suhu, sasaran material, dan variasi
medan listrik. Beberapa dapat diintegrasikan ke dalam cetakan papan sirkuit
(PCB) atau dimasukkan ke dalam microchip atau perangkat nano untuk
memberikan akurasi yang sangat baik dan resolusi hampir tak terbatas, keandalan
yang lebih tinggi, berat lebih ringan, dan rendah konsumsi daya.
a. Prinsip Kerja
1) Jika luas permukaan dan dielektrika (udara) dalam dijaga konstan, maka
perubahan nilai kapasitansi ditentukan oleh jarak antara kedua lempeng
logam.
2) Jika luas permukaan dan jarak kedua lempeng logam dijaga konstan dan
volume dilektrikum dapat dipengaruhi makan perubahan kapasitansi
ditentukan oleh volume atau ketinggian cairan elektrolit yang diberikan.
3) Jika jarak dan dielektrikum (udara) dijaga konstan, maka perubahan
kapasitansi ditentukan oleh luas permukaan kedua lempeng logam yang
saling berdekatan.
c. Karakteristik pengindraan
Sensor kapasitif yang dirancang berdasarkan perubahan dielek- trik
konstan juga dapat dijelaskan oleh hubungan linear antara konstanta dielektrik (c,)
dan kapasitansi (C), semakin besar (e), semakin besar (C). Dalam beberapa
sensor, perubahan kapasitansi tergantung pada konstanta dielektrik sensor, di
14
Gambar 2.8 Pengaruh Bahan Target Konstanta Dielektrik dan Nilai dari
Jarak Pengindraan
Sensor juga dapat juga dikategorikan menurut tipe isyarat yang dideteksi,
misalnya
E. Klasifikasi Transduser
Transduser dikategorikan berdasarkan perubah sinyal, yaitu :
1. Transduser input adalah apabila perubahan sinyalnya dari non-
elektrikal menjadi sinyal elektrikal.
2. Transduser output. adalah apabila transduser tersebut mengubah
dari sinyal elektrikal menjadi non-elektrikal.
F. Jenis Sensor
1. Sensor Temperatur (Thermal)
AC. Srivastava, (1987), mengatakan temperatur merupakan salah satu dari
empat besaran dasar yang diakui oleh Sistem Pengukuran Internasional (The
International Measuring System). Lord Kelvin pada tahun 1848 mengusulkan
skala temperature termodinamika pada suatu titik tetap triple point, dimana fase
padat, cair dan uap berada bersama dalam equilibrium, angka ini adalah 273,16 o K
( derajat Kelvin) yang juga merupakan titik es. Skala lain adalah Celcius,
Fahrenheit dan Rankine dengan hubungan sebagai berikut:
o
F = 9/5 C + 32 atau
o
C = 5/9 (oF-32) atau
o
R = F + 459,69
Yayan I.B, (1998), mengatakan temperatur adalah kondisi penting dari
suatu substrat. Sedangkan “panas adalah salah satu bentuk energy yang
diasosiasikan dengan aktifitas molekul-molekul dari suatu substrat”Partikel dari
suatu substrat diasumsikan selalu bergerak. Pergerakan partikel inilah yang
kemudian dirasakan sebagai panas. Sedangkan temperatur adalah ukuran
perbandingan dari panas tersebut.
1. Benda padat,
2. Benda cair dan
3. Benda gas (udara)
Aliran kalor substrat pada dimensi padat, cair dan gas dapat terjadi secara :
1. Konduksi, yaitu pengaliran panas melalui benda padat (penghantar)
secara kontak langsung
2. Konveksi, yaitu pengaliran panas melalui media cair secara kontaklangsung
3. Radiasi, yaitu pengaliran panas melalui media udara/gas secara kontaktidak
langsung
Pada aplikasi pendeteksian atau pengukuran tertentu, dapat dipilih salah
satu tipe sensor dengan pertimbangan :
1. Penampilan (Performance)
2. Kehandalan (Reliable) dan
3. Faktor ekonomis ( Economic)
a. Pemilihan Jenis Sensor Suhu
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemilihan jenis
sensor suhu adalah: (Yayan I.B, 1998)
1) Level suhu maksimum dan minimum dari suatu substrat yang diukur.
2) Jangkauan (range) maksimum pengukuran
3) Konduktivitas kalor dari substrat
4) Respon waktu perubahan suhu dari substrat
5) Linieritas sensor
6) Jangkauan temperatur kerja
Selain dari ketentuan diatas, perlu juga diperhatikan aspek phisik dan
kimia dari sensor seperti ketahanan terhadap korosi (karat), ketahanan terhadap
guncangan, pengkabelan (instalasi), keamanan dan lain-lain.
b. Temperatur Kerja Sensor
Setiap sensor suhu memiliki temperatur kerja yang berbeda, untuk
pengukuran suhu disekitar kamar yaitu antara -35oC sampai 150oC, dapat dipilih
sensor NTC, PTC, transistor, dioda dan IC hibrid. Untuk suhu menengah yaitu
antara 150oC sampai 700oC, dapat dipilih thermocouple dan RTD. Untuk suhu
yang lebih tinggi sampai 1500oC, tidak memungkinkan lagi dipergunakan sensor-
21
atau perbandingan perubahan resistansi (ΔR) terhadap resistansi semula (R) sama
dengan faktor gage (Gf) dikali elastisitas starin gage (ε) :
22
Secara konstruksi SG terbuat dari bahan metal tipis (foil) yang diletakkan diatas
kertas. Untuk proses pendeteksian SG ditempelkan dengan benda uji dengan dua
cara yaitu:
Faktor gauge (Gf) merupakan tingkat elastisitas bahan metal dari SG.
• metal incompressible Gf = 2
• piezoresistif Gf =30
• piezoresistif sensor digunakan pada IC sensor tekanan
Untuk melakukan sensor pada benda uji maka rangkaian dan penempatan SG
adalah
• disusun dalam rangkaian jembatan
• dua strain gauge digunakan berdekatan, satu untuk peregangan/perapatan , satu
untuk kompensasi temperatur pada posisi yang tidak terpengaruh peregangan/
perapatan
• respons frekuensi ditentukan masa tempat strain gauge ditempatkan
23
Gambar 2.14. Sensor posisi: (a) Inti bergeser datar (b) Inti I bergser berputar,
(c) Rangkaian variable induktansi
Rangkaian pembaca perubahan induktansi
• dua induktor disusun dalam rangkaian jembatan, satu sebagai dummy
• tegangan bias jembatan berupa sinyal ac
• perubahan induktasi dikonversikan secara linier menjadi perubahan tegangan
Gambar 2.16. Pemakaian sensor posisi: (a) pada microphone, (b) pada
loudspeaker
25
an. Pada masa sekarang sensor LVDT telah secara luas diunakan. Pada
aplikasinya LVDT dapat digunakan sebagai sensor jarak, sensor sudut, dan sensor
mekanik lainnya.Untuk kali ini sensor ini diaplikasikan sebagai sensor jarak.
Suatu LVDT pada dasarnya terdiri dari sebuah kumparan primer, dua buah
kumparan sekunder, dan inti dari bahan feromagnetik. Kumparan-kumparan
tersebut dililitkan pada suatu selongsong, sedangkan inti besi ditempatkan
didalam rongga selongsong tersebut. Selongsong ini terbuat dari bahan non-
magnetik. Kumparan primer dililitkan ditengah selongsong, sedangkan kedua
kumparan sekunder dililitkan disetiap sisi kumparan primer. Kedua kumparan
sekunder ini dihubungkan seri secara berlawanan dengan jumlah lilitan yang
sama.
Cara Kerja
Skema LVDT
27
Gambar 2.18. LVDT sebagai sensor posisi: (a) konstruksi LVDT, (b) Rangakaian
listrik, (c) rangkaia uji LVDT, (d) Karakteristik LVDT
misalnya mengubah lagu yang sedang di putar ke lagu selanjutnya atau lagu
sebelumnya.
Penggunaan lain dari accelerometer adalah sebagai pedometer, atau
penghitung langkah. Dipakai di banyak gadget sebagai monitor banyaknya
langkah saat berolah raga. Apple dan Nike bekerjasama mengeluarkan produk
sepatu yang bisa memiliki fungsi seperti berkomunikasi dengan pemutar lagu
pada Ipod, mengirimkan data tentang banyak langkah yang sudah dilakukan,
jumlah kalori terbakar, dan waktu bergerak.
Kelebihan Accelerometer
– Harganya lebih terjangkau.
– Dapat memberikan pengukuran sudut tegak lurus yang akurat ketika
sistem sedang diam (statis).
Kekurangan Accelerometer
– Tidak bisa mengikuti pergerakan yang cepat dikarenakan responnya yang
cukup lamban.
– Membutuhkan penggunaan listrik yang tinggi (boros baterai).
– Hanya dapat membaca dalam 2 sumbu, yaitu atas dan bawah karena
dipengaruhi oleh gravitasi.
b. Sensor Vibrasi
Sensor getaran adalah suatu alat yang berfungsi untuk mendeteksi adanya
getaran dan akan diubah dalam ke dalam sinyal listrik.
31
tegangan listrik pada ujung kawat kumparannya. Dengan mengolah sinyal listrik
dan transdusernya, maka getaran dapat diukur.
(2) Acceleration Probe
Pengertian
Termasuk sensor kontak yang berfungsi untuk mengukur getaran dengan
mengukur kecepatan dari mesin tersebut
Prinsip kerja
Pada acceleration probe terdapat Case insulator yang berkontak langsung
dengan mesin yang hendak diperiksa, Case Insulator ini berfungsi sebagai
transmitter atau yang menstransmisikan getaran dari mesin menuju piezoelectric
sehingga piezoelectric mengalami tekanan yang sebanding dengan getaran yang
diterima dari mesin. Getaran mekanis yang menimbulkan gaya akan mengenai
bahan piezoelectric tersebut sehingga bahan piezoelectric tersebut menghasilkan
muatan listrik. Tetapi arus listrik yang dihasilkan oleh piezoelectric ini sangat
kecil, sehingga diperlukan alat lain agar menghasilkan muatan listrik yang
standard. Karena muatan listrik yang ditimbulkan oleh piezoelectrik sangat kecil
maka didalamnya dipasang rangkaian electronik/amplifier yang dapat
membangkitkan muatan agar muatan listrik yang dihasilkan oleh bahan
piezoelectric menjadi lebih besar. Besar muatan listrik yang dihasilkan oleh bahan
piezo electric sebesar picocoulombs per g. Sedangkan besarnya sinyal yang
dihasilkan setelah didalamnya dipasang penguat, mempunyai sensitivitas 50 mv
per g.
Kelebihan
Ukuran sangat kecil dan ringan, sehingga cocok untuk dibawa kemana-
mana dan bisa dibawa ke tempat kerja yang sempit
Sangat sensitive terhadap frekuensi tinggi, karena accelerator probe memiliki
range frekuensi yang tinggi sebesar lebih dari 20 KHz
Dapat digunakan pada temperatur tinggi, yaitu sampai temperature kurang
lebih 500 derajat C
Harganya lebih murah dibanding velocity dan displacement probe
2) B. Non – Kontak
33
Kerugiannya adalah:
– Ukuiran menjadi lebih besar
– Lebih mahal dari orifice plate
– Beda tekanan yang ditimbulkan menjadi lebih kecil dari orifice plate.
a. Photo Semikonduktor
Divais photo semikonduktor memanfaatkan efek kuantum pada junction, energi
yang diterima oleh elektron yang memungkinkan elektron pindah dari ban valensi
ke ban konduksi pada kondisi bias mundur. Bahan semikonduktor seperti
Germanium (Ge) dan Silikon (Si) mempunyai 4 buah electron valensi, masing-
masing electron dalam atom saling terikat sehingga electron valensi genap
menjadi 8 untuk setiap atom, itulah sebabnya kristal silicon memiliki
konduktivitas listrik yang rendah, karena setiap electron terikan oleh atom-atom
yang berada disekelilingnya.
Untuk membentuk semikonduktor tipe P pada bahan tersebut disisipkan
pengotor dari unsure golongan III, sehingga bahan tersebut menjadi lebih
bermuatan positif, karena terjadi kekosongan electron pada struktur kristalnya.
Bila semikonduktor jenis N disinari cahaya, maka elektron yang tidak
terikat pada struktur kristal akan mudah lepas. Kemudian bila dihubungkan
37
Gambar 2.24 Konstruksi Dioda Foto (a) junction harus dekat permukaan (b) lensa
untuk memfokuskan cahaya (c) rangkaian dioda foto
Ada beberapa karakteristik dioda foto yang perlu diketahui antara lain:
– Arus bergantung linier pada intensitas cahaya
– Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900nm, GaAs
1500nm, Ge2000nm)
– Digunakan sebagai sumber arus
– Junction capacitance turun menurut tegangan bias mundurnya
– Junction capacitance menentukan respons frekuensi arus yang
diperoleh
38
Gambar 2.26 Karakteristik transistor foto, (a) sampai (d) rangkaian uji
transistor foto
c. Sel Photovoltaik
Efek sel photovoltaik terjadi akibat lepasnya elektron yang disebabkan
adanya cahaya yang mengenai logam. Logam-logam yang
tergolonggolongan 1 pada sistem periodik unsur-unsur seperti Lithium,
Natrium,Kalium, dan Cessium sangat mudah melepaskan elektron
valensinya. Selainkarena reaksi redoks, elektron valensilogam-logam
tersebut juga mudahlepas olehadanya cahaya yang mengenai permukaan
logam tersebut.Diantara logam-logam diatas Cessium adalah logam yang
paling mudahmelepaskan elektronnya, sehingga lazim digunakan sebagai
foto detektor.
Tegangan yang dihasilan oleh sensor foto voltaik adalah sebanding dengan
frekuensi gelombang cahaya (sesuai konstanta Plank E = h.f).Semakin
kearah warna cahaya biru, makin tinggi tegangan yang
dihasilkan.Tingginya intensitas listrik akan berpengaruh terhadap arus
listrik. Bila fotovoltaik diberi beban maka arus listrik dapat dihasilkan
40
f. Photomultiplier
– Memanfaatkan efek fotoelektrik
– Foton dengan nergi lebih tinggi dari workfunction melepaskan elektron
dari permukaan katoda
– lektron dikumpulkan (dipercepat) oleh anoda dengan tegangan (tinggi)
– Multiplikasi arus (elektron) diperoleh dengan dynode bertingkat
– Katoda dibuat dari bahan semi transparan
Pemanfaatan
– Sangat sensitif, dapat digunakan sebagai penghitung pulsa
– Pada beban resistansi rendah 50-1000 W, lebar pulsa tipikal 5-50 ns
– Gunakan peak detektor untuk mengukur tingat energi
Kerugian
– Mudah rusak bila terekspos pada cahaya berlebih (terlalu sensitif)
– Perlu catu tegangan tinggi
– Mahal
g. Lensa Dioda Photo
– Lensa dimanfaatkan untuk memfokuskan atau menyebarkan cahaya
– Lensa detektor cahaya sebaiknya ditempatkan dalam selonsong dengan filter
sehingga hanya menerima cahaya pada satu arah dan panjang gelombang
tertentu saja (misal menghindari cahaya lampu TL dan sinar matahari)
43
• Reseptor: Fungsi reseptor dipenuhi dalam banyak kasus oleh lapisan tipis yang
mampu berinteraksi dengan molekul analit, mengkatalisasi reaksi secara selektif,
atau berpartisipasi dalam keseimbangan kimia bersama dengan analit. Lapisan
reseptor dapat merespons secara selektif terhadap zat tertentu atau sekelompok
zat. Itu istilah molekul pengakuan digunakan untuk menggambarkan perilaku
ini. Diantaranya proses interaksi , yang paling penting untuk sensor kimia adalah
adsorpsi, pertukaran ion dan ekstraksi cair-cair. Terutama fenomena ini bertindak
di antara antarmuka permukaan analit dan reseptor.
• Transduser: Saat ini, sinyal diproses hampir secara eksklusif dengan cara
pemilihan instrumentasi trikal. Oleh karena itu, setiap sensor harus mencakup
fungsi transduksition, yaitu nilai konsentrasi aktual, kuantitas non-listrik harus
diubah menjadi kuantitas listrik, tegangan, arus atau resistansi. Beberapa dari
mereka mengembangkannya fungsi sensor hanya dalam kombinasi dengan lapisan
49
reseptor tambahan. Dalam tipe lain, operasi reseptor adalah fungsi bawaan dari
transduser.
c. Contoh Penggunaan Sensor Chemical
1) Detektor Karbon Monoksida
Detektor Karbon Monoksida adalah perangkat yang mendeteksi
keberadaan gas karbon monoksida (CO). CO adalah senyawa tidak berwarna dan
tidak berbau diproduksi oleh pembakaran tidak lengkap. Ia juga dikenal sebagai
"silent killer" karena secara virtual tidak terdeteksi tanpa menggunakan teknologi
pendeteksian. Peningkatan kadar CO dapat berbahaya bagi manusia tergantung
pada jumlah yang ada dan periode pemaparan. Konsentrasi yang lebih kecil dapat
berbahaya dalam periode waktu yang lebih lama sementara peningkatan
konsentrasi membutuhkan waktu paparan yang lebih sedikit untuk berbahaya.
Detektor karbon monoksida memicu alarm berdasarkan akumulasi karbon
monoksida dari waktu ke waktu. Detektor mungkin didasarkan pada reaksi kimia
yang menyebabkan warna perubahan, reaksi elektrokimia yang menghasilkan arus
untuk memicu alarm, atau sensor semikonduktor yang mengubah hambatan
listriknya dengan adanya CO. Sementara detektor CO tidak berfungsi sebagai
detektor asapdan sebaliknya , dual smoke / CO detektor juga tersedia. Detektor
asap mendeteksi asap yang dihasilkan oleh flaming atau api yang membara,
sedangkan detektor CO mendeteksi dan memperingatkan orang tentang CO yang
berbahaya misalnya, penumpukan disebabkan oleh perangkat pembakaran bahan
bakar yang tidak berfungsi. Di rumah, beberapa sumber CO yang umum termasuk
api terbuka, pemanas ruang, pemanas air, tersumbat cerobong asap atau
menjalankan mobil di dalam garasi.
2) Detektor Glukosa
Monitor glukosa darah adalah alat yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi glukosa dalam darah seseorang. Seiring dengan istilah glukosa darah
bacaan ini juga sering disebut gula darah. Kebanyakan pemantau glukosa darah
dasar memiliki tiga bagian terpisah yang diperlukan bagi mereka untuk berfungsi
dengan baik: lancer, strip tes dan meteran itu sendiri.
50
Tes aliran lateral adalah jenis tes analisis kimia yang biasanya digunakan
untuk menguji cairan untuk keberadaan zat tertentu, seperti obat-obatan, bahan
kimia air keras atau hormon. Ketika urin dikumpulkan pada strip tes dari tes
kehamilan di rumah, itu kemudian berpindah strip dengan cara tindakan fasik.
Membentang melintasi strip tes adalah membran yang terbuat dari nitroselulosa,
bahan yang digunakan karena membantu pergerakan protein. Seperti urin
bersentuhan dengan membran, itu bercampur dengan partikel berwarna hadir di
nitroselulosa. Kemudian, saat campuran urin dan warna bergerak di sepanjang
membran, itu bersentuhan dengan garis uji. Baris ini mengandung antibodi untuk
hcG yang, jika mereka bersentuhan dengan campuran, akan menjebak partikel di
tempat, menciptakan garis berwarna. Ketika cairan bergerak ke ujung membran,
larutan warna terperangkap pada jalur uji kedua. Garis ini juga mengandung
antibodi, tetapi antibodi ini akan menangkap warna partikel apakah larutan
mengandung hcG atau tidak.Ini berarti bahwa baris kedua akan muncul untuk
hasil positif dan negatif, tetapi jika kedua garis muncul, tes dikonfirmasi positif.
5) Nanoteknologi Dan Sensor Kimia
Nanomaterial dan nanoteknologi adalah bidang sains dan teknologi baru.
Nanoteknologi masih dalam masa pertumbuhan, karena telah menjadi daerah
panas hanya beberapa tahun yang lalu. Namun, nanoteknologi diharapkan secara
dramatis mengubah karakteristik operasi sensor kimia dan mungkin akan menjadi
penting dalam semua bidang aplikasi sensor selama sepuluh hingga dua puluh
52
merupakan sinyal EKG murni yang masih mengandung derau (noise), dan gambar
b merupakan gambar spektrum sinyal EKG yang telah difilter.
Pembagi Tegangan
Berikut ini adalah contoh pengkondisi sinyal analog yang menggunakan pembagi
tegangan.
Gambar di atas adalah rangkaian pengkondisi sinyal sensor gas TGS 2620. Sensor
ini dapat mendeteksi gas methana, CO, Iso-butan, Hydrogen dan Ethanol. Sensor
ini keluarannya berupa perubahan resistansi. Sensor ini dapat dibaca oleh
mikrokontroller jika keluarannya berupa tegangan. Oleh karena itu diperlukan
resitor dan tegangan sumber agar keluarannya dapat dibaca oleh mikrokontroller
menggunakan fitur Analog to Digital Converter (ADC).
Jembatan Wheatstone
pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relative kecil sekali. (Pratama,
2010). Berikut ini adalah contoh penggunaan rangkaian jembatan Wheatstone
pada sensor Strain-gauge.
Perubahan regangan yang terjadi pada strain gauge adalah sebanding dengan
perubahan nilai hambatan pada strain gage tetapi nilai perubahan hambatannya
sangat kecil sehingga dibutuhkan rangkaian jembatan wheatstone agar dapat
diukur. Alur penggunaan jembatan Wheatstone pada Strain-gauge yaitu: Adanya
tekanan atau gaya,Perubahan bentuk sensor,Perubahan resistansi,sensor, Jembatan
Wheatstone tidak seimbang,Tegangan muncul.
Penguat Non Inverting
Rangkaian ini dapat dijelaskan, jika SW1 terhubung ke ground, maka transistor
Q1 mati dan Q2 aktif sehingga tegangan keluaran (Out) bernilai 0 Volt. Jika SW1
terhubung ke +3,3 Volt, maka Q1 aktif dan Q2 mati sehingga tegangan keluaran
bernilai +5 Volt.
Rangkaian ini dapat dijelaskan, jika SW3 terhubung ke ground, maka transistor
Q4 mati sehingga tegangan keluaran (Out) bernilai Volt. Jika SW3 terhubung
ke +3,3 Volt, maka Q4 aktif sehingga tegangan keluaran bernilai 0 Volt.
61
BAB III
PENUTUP
Daftar Rujukan