Disusun untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Evaluasi IPS di Sekolah yang
diampu oleh Dr. Agus Suprijanto, M.Pd
Disusun oleh:
Icmi Noorwinindita Novembriana
16070885005
Evaluasi adalah istilah yang bukan merupakan hal yang asing bagi setiap guru
pendidikan jasmani di sekolah. Bagi seorang guru tentu mengetahui dan sangat
menyadari bahwa evaluasi harus selalu dilakukan, agar dapat selalu mengetahui
kemajuan belajar siswa. Pelaksanaan evaluasi ini akan dapat dilaksanakan lebih baik,
apabila guru sangat memahami akan makna dan fungsi dari sebuah evaluasi tersebut.
Sebagai guru mata pelajaran pendidikan jasmani, mendapatkan manfaat yang sangat
banyak disaat para guru tersebut melaksanakan evaluasi secara baik, manfaat tersebut
antara lain: (1) Evaluasi memungkinkan guru lebih terampil dan cermat dalam
menafsirkan kemajuan hasil belajar siswa. (2) Evaluasi akan memberi umpan balik
bagi keberhasilan suatu program. (3) Evaluasi akan meningkatkan pengakuan pihak
luar terhadap manfaat Pendidikan Jasmani. (4) Evaluasi dapat dijadikan ukuran
keberhasilan guru dalam mengajar (PBM).
Evaluasi dalam pendekatan portofolio, adalah kumpulan hasil kerja siswa untuk
suatu tujuan tertentu, yang menggambarkan upaya, kemajuan, dan prestasi siswa
dalam bidang tertentu. Proses pengumpulan harus melibatkan partisipasi siswa,
terutama dalam menentukan materi, petunjuk pemilihan, kriteria penilaian dan bukti-
bukti refleksi diri siswa. Instrumen yang digunakan berupa lembar kerja, laporan
siswa, karya siswa dan lain-lain. Aspek yang dinilai sebaiknya mencerminkan aspek
pengetahuan, aspek kebugaran siswa, prestasi kecabangan (Bukan teknik dasar dan
prestasi olahraga). Aspek-aspek ini dijabarkan dalam indikator penilaian.
3. Judul : Evaluasi Trend Kualitas Pendidikan Indonesia
Penulis : Sabar Budi Raharjo
Jurnal :Jurnal Teknik. Vol:2 No:1 Th:2012
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model evaluasi program yang teruji,
untuk mengevaluasi kualitas praktikum kimia. Pengembangan model evaluasi
program terdiri atas empat variabel sebagai komponen model yaitu: (1) environmemt
context yang dieksplanasi menjadi environment, laboratory work, technology and
society; (2) evaluasi Input; (3) evaluasi process; dan (4) evaluasi result yang
disesuaikan dengan praktikum kimia analisis dasar. Penetapan konstruk instrumen
terdiri atas instrumen penilaian model dan instrumen penilaian kinerja mahasiswa
dilakukan melalui pendapat: (1) pakar evaluasi; (2) pakar psikometri, dan (3) praktisi
laboratorium. Subjek coba penelitian ini terdiri atas mahasiswa dan praktisi. Uji
model evaluasi program dilakukan dengan uji: (1) utility; (2) feasibility; (3)
proprietly; dan (4) accuracy. Uji kecocokan model untuk mengetahui reliability
komponen program dan goodness of fit index menggunakan program Lisrel. Hasil
pe-nelitian menunjukkan bahwa evaluasi program yang dikembangkan diberi nama
model ECIPR sudah teruji memenuhi kriteria: (1) utility; (2) feasibili-ty; (3)
proprietly; dan (4) accuracy reliability untuk komponen Environment context
=0,8649, input=0,8429, process=0,7828, result=0,9560. Goodness of fit index: p =
0,107 RMSEA=0,051, GFI=0,910. Dampak implentasi model yang dikembangkan
terbukti dapat meningkatkan kinerja mahasiswa, keterampilan dan pengalaman
laboratorium mahasiswa sebagai sasaran program.
5. Judul : Evaluasi Pemanfaatan Laboratorium dalam Pembelajaran Biologi
di Madrasah Aliyah Negeri Sekabupaten Sleman
Penulis : Retna Sundari
Jurnal : Jurnal Pendidikan Vol: 3 No:7 Th:2015
7. Judul : Evaluasi Kinerja Guru Fisika, Biologi, dan Kimia SMA yang
Sudah Lulus Sertifikasi
Penulis : Yusrizal, Soewarno
Jurnal : Pendidikan Dasar Vol: 5 No: 7 Th: 2007
Dari 10 jurnal tentang evaluasi pendidikan yang telah dijelaskan diatas belum
ada satu jurnalpun yang meneliti tentang bagaiman cara mengevaluasi soal IPS
dengan baik dan bagaimana cara membuat soal latihan siswa yang sesuai dengan
anjuran dalam kurikulum 2013, yang mendekati atau menggunakan aspek kognitif di
dalamnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat sudah banyak sekolah bahkan
hampir seluruh sekolah di Indonesia telah menerapkan Kurikulum 2013 dalam proses
belajar mengajar, namun ternyata mereka salah dalam menerapkna konsep
pembelajaran tersebut. Hal ini perlu segera diatasi mengingat dampak yang
diakibatkan sangatlah berbahaya dan dapat berakibat sangat fatal, karena para peserta
didik mendapatkan ilmu dengan proses yang salah, sehingga pada akhirnya hasil
yang ditun jukkan pun akan tidak sesuai dengan tujuan pembelejaran kurikulum
2013 yang telah dirancang oleh kementrian pendidikan.
Beberapa hal mengenai penerapan kurikulum 2013 yang masih perlu
dibenarkan anatara lain tentang metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
ketika berada di kelas terutama penerapan metode atau pendekatan pembelajaran
saintifik. Banyak ditemui guru-guru yang nasih kurang teoat dalam menggunakan
metode tersebut, selanjutnya mengenai pembuatan soal evaluasi khususnya IPS yang
masih sangat jauh berbeda dari acuan dalam kurikulum 2013. Kebanyakan soal-soal
yang diberikan kepada murid hanya soal-soal yang memuat aspek pengetahuan
bukan aspek kognitif. Padahal seharusnya aspek yang ditunjukkan dalam kurikulum
2013 adalah aspek kognitif, yang telah menjadi acuan dalam kurikulum 2013.
Maka dari itu kiranya seluruh civitas pendidikan harus turut andil dalam
pemebnahan kesalahan yang terjadi selama ini, atas kesalahan penerapan konsep
yang tgerjadi.