Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan hal yang sudah sangat menyatu dengan kehidupan manusia.
Walaupun sudah seperti menjadi bagian dari setiap orang, namun beberapa masih beranggapan
sempit mengenai pendidikan. Hal yang diketahui tentang pendidikan semata-mata hanya sekedar
belajar, padahal pendidikan bukan hanya sekedar belajar saja. Mengutip dari UU No. 20 Tahun
2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Semenjak kita lahir hingga sekarang ini sudah banyak sekali pendidikan yang kita dapatkan.
Pendidikan pertama kita berasal dari ayah, ibu, kakak, yang kita kenal dengan pendidikan
keluarga. Seiring bertambahnya usia kita mengenal jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP,
SMA/SMK, hingga ke pendidikan tinggi sekelas universitas. Setiap jenjang pendidikan memiliki
karakteristik yang berbeda, antara pendidikan dasar, menengah, dan juga tinggi. Pada jenjang
pendidikan dasar kita hanya mendapatkan kesempatan untuk mempelajari secara abstrak dan
masih umum, kemudian di jenjang pendidikan menengah kita mulai diajak untuk belajar lebih
mendalam, hingga ke pendidikan tinggi kita berupaya untuk mengembangkan ilmu yang
didapatkan.
Pendidikan SMK merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah dengan jenis
pendidikan kejuruan. Tujuan utama dari SMK adalah menghasilkan lulusan yang siap kerja,
sehingga peserta didik di jenjang SMK lebih mengutamakan pembelajaran praktikum untuk
membekali mereka seusai lulus dari SMK. Bukan berarti pembelajaran teori tidak diberlakukan di
SMK, hanya saja porsi untuk pembelajaran teori lebih sedikit dibanding pembelajaran praktikum.
Dalam proses pembelajaran guru tidak semata-mata langsung tampil di depan peserta didik
tanpa ada persiapan sebelumnya. Terlebih di jenjang SMK, dirasa terlalu sulit bagi guru
menyajikan bahan materi tanpa ada persiapan sebelumnya. Persiapan yang dimaksudkan mulai
dari materi yang akan diajarkan, berapa lama waktu yang digunakan, metode pembelajaran, dan
masih banyak lagi. Persiapan semacam tersebut harus dimuat dalam satu pegangan yang
dinamakan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) secara mudahnya merupakan perencanaan
kegiatan pembelajaran yang akan diberikan di kelas. Dapat diartikan pula bahwa RPP memuat hal-
hal yang akan dilakukan oleh guru dan arahan apa saja yang harus guru berikan kepada peserta
didik ketika nantinya proses pembelajaran dimulai. Sesuai dengan namanya rencana pelaksanaan
pembelajaran, dalam jenjang SMK memiliki dua mata pembelajaran yakni teori dan juga
praktikum. Dalam bab ini fokus pembahasan lebih mengarah ke RPP praktikum, karena pada bab
sebelumnya sudah dibahas secara detail mengenai RPP teori.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari penjabaran latar belakang diatas dapat kita rumuskan menjadi point-point
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud RPP praktikum ?
2. Bagaimana pengembangan RPP praktikum ?
3. Bagaimana pengembangan materi ajar ?
4. Bagaimana pengembangan job sheet, lab sheet, modul ?
C. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui arti RPP praktikum, berkaitan dengan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran.
2. Untuk mengetahui perkembangan RPP Praktikum di indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan materi ajar praktikum.
4. Untuk mengetahui perkembangan Jobsheet, labsheet, dan modul.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN RPP PRAKTIKUM

1. Pengertian Metode Praktik


Metode secara harfiah berarti “cara” jadi metode menurut istilah adalah sebagai
suatu cara atau prosedur yang di pakai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode juga biasa
diartikan salah satu alat untuk mencapai tujuan artinya metode harus menunjang
pencapaian tujuan pengajaran jadi metode dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk
mencapai tujuan pengajaran.
Penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk
mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa
adanya metode yang jelas, maka proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal. Metode sangat berguna
bagi guru dan siswa, bagi guru metode dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang
sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran, dan bagi siswa dapat mempermudah proses
belajar dan siswa lebih mudah untuk menyerap materi yang di ajarkan oleh seorang guru dan
tetap tertanam di siswa maka metode praktiklah yang sesuai karena setelah siswa
mendapatkan materi kemudian siswa langsung mempraktikkanya.
Jadi metode praktik adalah suatu metode dengan memberikan materi pendidikan
baik menggunakan alat atau benda, seperti di peragakan, dengan harapan siswa menjadi
jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktikkan materi yang di maksud suatu saat di
masyarakat.
Metode ini memberikan jalan kepada para siswa untuk menerapkan, menguji dan
menyesuaikan teori dengan kondisi sesungguhnya melalui praktik peserta praktik atau
latihan akan mendapatkan pelajaran yang sangat baik untuk mengembangkan dan
menyempurnakan keterampilan yang di perlukan.
Ciri-ciri pembelajaran praktik antara lain:
1. Kegiatanya bersifat praktik:
2. Prioritas pada kegiatan konsolidasi (latihan)
3. Terfokus pada kegiatan belajar produktif.
Prinsip-prinsip pembelajaran praktik:
1. Melibatkan dan mengaktifkan indera dengan cara melakukan kegiatan sendiridan
mandiri.
2. Harus dapat meningkatkan minat peserta.
3. Menguasai materi praktik dengan benar.

Untuk kesuksesan pelaksanakan teknik latihan, seorang guru haruslah


memperhatikan prosedur yang disusun sebagai berikut:

1. Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah yang dapat
menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum
mereka melakukan.
2. Perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan latihan secara tepat,
kemudian diperhatikan kecepatan, agar siswa dapat melakukan kecepatan atau
keterampilan menurut waktu yang di tentukan.
3. Guru memperhitungkan waktu/masa latihan yang singkat saja agar tidak
meletihkan dan membosankan, dan masa latihan itu harus menyenangkan dan
menarik.

2. Pengertian RPP Praktikum


RPP praktikum merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran praktik. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
praktikum pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan
atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran praktikum. Dengan
demikian, RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran,
yakni: kompetisi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian. Kompetisi dasar
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik, materi standar berfungsi memberi makna
terhadap kompetisi dasar, indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan
pembentukan kompetensi peserta didik, sedangkan penilaian berfungsi mengukur
pembentukan kompetensi, dan menentukan tindakan yang harus dilakuakan apabila
kompetensi standar belum terbentuk atau belum tercapai.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) praktikum adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar praktikum.
Berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tertanggal 23 November 2007
tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa
pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD)
(BSNP, 2007).
RRP praktikum disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap
pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalam pelajaran di satuan pendidikan.
Kompetensi dasar ( KD ) adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus
dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi
praktikum yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan
penjabaran dari standar kompetensi. Sedangkan tujuan pembelajaran praktik
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan kompetensi dasar tersebut.

B. PENGEMBANGAN RPP PRAKTIKUM


Sebelum membahas perkembangan RPP praktikum, pengembangan kurikulum mencakup
tahapan perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi. Peranan guru berkenaan dengan
perencanaan kurikulum adalah guru berperan dalam membuat perencanaan pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran maksudnya adalah membuat persiapan
pembelajaran. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan
pembelajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin
cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas.
Peran penting guru dalam kurikulum yang pertama adalah sebagai implementer, guru
berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya, guru
hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Kedua, peran guru sebagai adapter,
lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum
dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Ketiga, peran sebagai
pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan dalam mendesain sebuah kurikulum.
Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (Sanjaya, 2008).
Berdasarkan peranan-peranan itu, maka guru mempunyai wewenang untuk
mengembangkan kurikulum dalam hal ini adalah RPP Praktikum berdasarkan kebutuhan dan
situasi sekolah serta karakteristik siswa. Dengan mengetahui permasalahan yang ada, maka
pelatihan pengembangan silabus dan RPP sangat diperlukan bagi para pengembang kurikulum,
dosen, mahasiswa ilmu pendidikan, dan khususnya pendidik di Sekolah Menengah Kejuruan.
Pendekatan yang dilakukan dalam pelatihan ini adalah pendekatan kontekstual dengan metode
off the job training, dan menekankan pada keikutsertaan penuh dari peserta dalam proses
pelatihan. Peserta pelatihan akan dikenalkan pada konsep, diberikan contoh aplikasinya, berlatih
menggunakan konsep, dan mendiskusikan proses serta hasil latihan. Adapun strategi yang
dilakukan adalah:
1. Ceramah yang divariasi dengan diskusi atau tanya jawab untuk menyampaikan materi. Pelatih
(trainer) berfungsi sebagai pendamping yang bertugas mengarahkan dan memberi informasi
materi kepada peserta baik secara umum maupun khusus sesuai bidang studi.
2. Praktik penyusunan RPP praktikum mendorong peserta pelatihan untuk dapat mencari,
menemukan, memperoleh, dan menerapkan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan. Dalam hal ini, konsultan berfungsi sebagai fasilitator yang hanya memberikan
rangsangan-rangsangan sebagai bahan diskusi agar peserta mampu menemukan dan
memperoleh pengetahuan dan keterampilannya sendiri.
3. Evaluasi dilakukan di dalam kelompok kecil bersama dengan peserta lain (cooperating).
Konsultan memberikan rangkuman hasil diskusi, temuan, atau penguatan pada akhir sesi.

Selain strategi dalam pengembangan RPP praktikum juga ada beberapa prinsip Untuk
kepentingan tersebut, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan
rencana pelaksanaan pembelajaran dalam menyukseskan implementasi, sebagai berikut:

1. Kompetisi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran praktik harus jelas.
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran praktik harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetisi peserta didik.
3. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajran praktik
harus menunjang, dan sesuai dengan kompetisi standar yang akan diwujudkan.
4. Rencana pelaksanaan perencanaan yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta
jelas pencapaiannya.
5. Harus jelas koordinasi antar komponen pelaksana program disekolah, terutama apabila
pelajaran praktik dilaksanakan diluar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam pelajaran lain.
6. Perbedaan individu peserta didik.
RPP disusun dengan memperhatiakan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan social, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan atau
lingkungan peserta didik.
7. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
Proses pembelajaran praktik dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong
motivasi, minat, kreatifitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
8. Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
Proses pembelajaran praktik dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman baragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
9. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remidi.
10. Keterkaitan dan keterpaduan.
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan Antara SK, KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu kebutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan
mangakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
11. Menerapakan teknologi informasi dan komunikasi.
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi
secara terintegritas, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

C. PENGEMBANGAN MATERI AJAR


1. Pengertian Materi Ajar
Sebelum membahas tentang bagaimana pengembangan materi ajar ada baiknya
pembahasan dimulai dari hal yang lebih umum terlebih dahulu. Pembahasan awal mengenai
apa itu materi ajar dan seputar deskripsinya seperti apa perlu disajikan lebih awal, sehingga
dalam pembahasan selanjutnya bisa lebih terperinci dan tentunya tidak mempersulit
pembelajaran mengenai bagaimana pengembangan materi ajar.
Materi ajar bisa juga disebut dengan bahan ajar. Mengenai definisi tentang materi
ajar sudah disampaikan salah satunya oleh pemerintah melalui Permendiknas No 41 Tahun
2007 tentang standar proses, materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butirbutir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi. Menurut Depdiknas ( 2006: 4 ) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang
disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa untuk belajar dan disesuaikan dengan
kurikulum yang ada. Menurut Sungkono, dkk ( 2003: 1 ) bahan ajar adalah suatu perangkat
bahan yang memuat materi atau isi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Suatu bahan ajar memuat materi atau isi pelajaran yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip,
kaidah, atau teori yang mencangkup dalam mata pelajaran sesuai disiplin ilmunya serta
informasi lainnya dalam pembelajaran. Menurut Ika Lestari (2013: 2) bahan ajar adalah
seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Dari beberapa pengertian seputar bahan ajar dapat ditarik kesimpulan bahwa materi
ajar secara mudahnya merupakan segala sesuatu, mulai dari pelajaran, proses pembelajaran,
serta materi lain yang disampaikan secara sistematis kepada peserta didik yang bertujuan
untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar yang sudah ditentukan.
Penyusunan materi ajar bukan hanya membantu peserta didik dalam mencapai
standar kompetensi semata, namun juga bertujuan untuk memudahkan peran guru dalam
menjalankan fungsinya. Menurut Depdiknas (2008: 10), penyusunan materi ajar bertujuan
untuk :
1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yag sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku –
buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Baik peserta didik maupun guru memiliki peranan masing-masing terhadap materi
ajar yang disusun. Peserta didik turut mempelajari dan harus menguasai materi ajar yang
diberikan sehingga standar komptensi yang ditetapkan bukan hanya sebagai angan saja.
Guru juga harus memberikan materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan oleh peserta didik,
selain itu dalam penyampaian materi ajar oleh guru juga harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang terjadi sewaktu proses pembelajaran.

Selanjutnya menurut Abdul Majib ( 2013: 174 ), materi ajar dapat dikelompokkan
menjadi:

1. Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
foto/gambar
2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film
4. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk interaktif.

2. PENGEMBANGAN MATERI AJAR


Sebelum materi ajar disampaikan kepada peserta didik, tentunya materi ajar sudah
harus disusun sedemikian rupa oleh guru agar saat penyampaian materi ajar nantinya sesuai
dengan apa yang direncanakan dan tujuan akhirnya tercapai. Pengembangan materi ajar
sendiri menyesuaikan dengan waktu penyusunan materi ajar, sehingga tahap pengembangan
materi ajar dilakukan sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran. Pengembangan materi
ajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, menurut Soni dan Hairuding ( 2016 ) ada 3 cara
yang dapat dilakukan dalam pengembagan materi ajar:
1. Adopsi materi ajar
2. Adaptasi materi ajar
3. Pembuatan materi ajar

Sebelum memulai untuk untuk mengadopsi materi ajar tahap pertama yang
dilakukan oleh guru adalah mendesain pelaksanaan proses pembelajaran. Pada tahap awal
guru sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, karena yang
mengetahui kelas akan dibawa kemana, materi yang akan diberikan seperti apa,
pelaksanaan pembelajaran seperti apa harus sudah dikuasai oleh guru, sehingga diperlukan
sebuah perencanaan matang tentang pelaksanaan proses pembelajaran. Seorang guru
dapat dibedakan dalam 3 tingkatan berbeda dalam mendesain pelaksanaan proses
pembelajaran, dapat diamati pada tabel:
PERANAN GURU MODEL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETIAP PROSES PEMBELAJARAN
DALAM MENDESAIN PRA- PARTISIPASI AKTIVITAS PRE-TEST / POST-
PENYAMPAIAN
MATERI AJAR PEMBELAJARAN SISWA LANJUTAN TEST
I. Guru mendesain Materi
Materi ajar Materi ajar Materi ajar Guru/Materi Ajar
materi ajar ajar
Materi
II. Guru memilih dan Materi ajar
Materi ajar Materi ajar ajar
mengadaptasi dan/atau Guru/Materi Ajar
dan/atau guru dan/atau guru dan/atau
materi ajar guru
guru
III. Guru tidak
menggunakan Guru Guru Guru Guru Guru/Materi Ajar
materi ajar
Langkah selanjutnya setelah mendesain pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran
adalah adopsi materi ajar. Namun, sebelum mulai mengadopsi materi ajar yang sudah
tersedia perlu dikaji atau dibandingkan terlebih dahulu apakah materi ajar yang ada
sebelumnya sudah sesuai dengan tujuan akhir dari proses pembelajaran. Evaluasi dalam hal
ini diperlukan untuk melihat ketepatan dari suatu materi ajar dalam menyesuaikan dengan
tujuan pembelajaran. Sebelumnya sudah dibahas bahwa jenis materi ajar ada banyak, tentu
saja tidak semua sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga diperlukan evaluasi materi
ajar. Evaluasi materi ajar bertujuan untuk mengganti materi ajar yang dirasa kurang cocok
dengan cara mengadopsi materi ajar lain yang cocok untuk mendukung tujuan proses
pembelajaran.

Tahap evaluasi secara mudahnya merupakan proses penyelarasan, apakah materi


ajar yang tersedia sesuai dengan kebutuhan dan kemungkinan yang ada. Proses evaluasi
materi ajar dapat dilakukan dengan 4 langkah:

1. Membuat kriteria
2. Analisis subjektif
3. Analisis objektif
4. Mencocokkan

Setelah melalui tahap evaluasi, langkah selanjutnya adalah adaptasi materi ajar.
Materi ajar ( buku ) yang diproduksi secara massal dapat diadaptasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan disesuaikan degan tujuan-tujuan yang ingin diperoleh. Adaptasi
materi ajar dapat dikatan dengan mengedit materi ajar yang sudah ada yang kemudian
disesuaikan dengan proses pembelajaran sehingga dirasa lebih cocok dengan situasi dan
kondisi yang sedang terjadi. Materi yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik tentu
tidak sama persis dengan buku yang sudah tersedia, pasti ada penambahan maupun
pengurangan dari isi buku tersebut, disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Proses
inilah yang bisa dikatakan sebagai adaptasi materi ajar. Adaptasi materi ajar dapat dilakukan
dengan beberapa cara:

1. Memodifikasi isi
Buku yang sudah ada tentu tidak semua isinya diberikan kepada peserta didikBagian
yang perlu disampaikan atau yang harus dihilangkan pasti ada, sehingga perlu dilakukan
perubahan dan disesuaikan dengan peserta didik. Hal ini disesuaikan dengan faktor yang
ada pada peserta didik, misal: usia, jenis kelamin, agama, dll.
2. Menambah atau mengurangi
Sebuah buku mungkin terdiri memiliki isi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Sebagian bab mungkin rasanya perlu dihilangkan atau subbab tertentu dari sebagaian
besar isi buku perlu dihilangkan atau justru ditambah. Kembali lagi pada kondisi awal,
disesuaikan dengan peserta didik yang ada.
3. Menyusun kembali isi
Seorang guru dapat memutuskan untuk menyusun kembali silabus dari buku yang
sudah ada, kemudian engatur bab-bab pada urutan yang dirasa lebih cocok, atau bahkan
dalam suatu bab, guru dapat memutuskan untuk tidak mengikuti rangkaian aktivitas-
aktivitas pada bab tersebut, tetapi menyusunnya kembali dengan alasan yang rasional.
4. Menghilangkan bagian tertentu
Sering sekali dalam buku yang sudah ada beberapa bagian tertentu dihilangkan oleh
guru karena dianggap kurang penting. Sebagai contoh, guru dapat menambahkan
aktivitas yang dirasa perlu dalam suatu bab, sebagai pengganti pada bagian yang
dihilangkan.
5. Memodifikasi tugas
Latihan dan aktivitas mungkin perlu diubah untuk memberikan fokus tambahan.
Sebagai contoh, sebuah aktivitas membuat benda kerja difokuskan pada keterampilan
dan kreatifitas siswa. Atau sebuah aktivitas dapat dikembangkan untuk memberikan
kesempatan berlatih lebih personal.
6. Mengembangkan tugas yang ada
Latihan-latihan mungkin terdiri atas latihan- latihan yang tidak cukup sehingga tugas
tambahan perlu untuk ditambahkan.

Langkah terakhir dalam pengembanagn materi ajar adalah menulis materi ajar.
Menurut Tomlinson ( 1999:2 ), menulis materi ajar merupakan kegiatan dalam rangka
seorang guru mengadakan sumber belajar dan menggunakan sumber tersebut untuk
memaksimalkan pencapaian pemahamannya. Membuat materi ajar secara mandiri
bukanlah hal yang mudah, selain memerlukan waktu yang relatif lama juga menguras
pikiran guru, karena penyusunan materi ajar berdampak pada tujuan proses pembelajaran,
yakni tercapainya standar komptensi oleh peserta didik yang sebelumnya sudah ditetapkan.
Sebagai pedoman bagi guru, berikut merupakan langkah-langkah sederhana dalam
membuat bahan ajar ( Jolly dan Bolitho dalam Tomlinson, 1999:97 ):

1. Identifikasi
2. Eksplorasi
3. Realisasi konteks
4. Realisasi pendidikan
5. Produksi fisik

D. PENGEMBANGAN MODUL DAN JOBSHEET


1. Pengertian Modul
Sebagai salah satu bahan ajar cetak, modul merupakan suatu paket belajar yang
berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat mencapai dan
menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar secara individual. Peserta belajar tidak
dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas
materi belajarnya. Dengan modul siswa dapat mengontrol kemampuan dan intensitas
belajarnya. Modul dapat dipelajari di mana saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak
tertentu, meskipun di dalam kemasan modul juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk
mempelajari materi tertentu. Akan tetapi keleluasaan siswa mengelola waktu tersebut
sangat fleksibel, dapat beberapa menit dan dapat pula beberapa jam, dan dapat dilakukan
secara tersendiri atau diberi variasi dengan metode lain. Pembelajaran dengan modul
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bersifat self-instructional.
Pengajaran modul menggunakan paket pelajaran yang memuat satu konsep atau unit
dari bahan pelajaran. Sementara, pendekatan yang digunakan dalam pengajaran modul
menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai macam penginderaan, melalui
pengalaman mana siswa terlibat secara aktif belajar.
b. Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual
Pembelajaran melalui modul sangat sesuai untuk menanggapi perbedaan individual
siswa, karena modul pada dasarnya disusun untuk diselesaikan oleh siswa secara
perorangan. Oleh karena itu pembelajaran melalui modul, siswa diberi kesempatan
belajar sesuai irama dan kecepatan masing-masing.
c. Memuat rumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar secara eksplisit.
Tiap-tiap modul memuat rumusan tujuan pengajaran/kompetensi dasar secara spesifik
dan eksplisit. Hal ini sangat berguna bagi berbagai pihak seperti bagi penyusun modul,
guru, dan bagi siswa. Bagi penyusun modul, tujuan yang spesifik berguna untuk
menentukan media dan kegiatan belajar yang harus direncanakan untuk mencapai
tujuan tersebut. Bagi guru tujuan itu berguna untuk memahami isi pelajaran. Bagi siswa
berguna untuk menyadarkan mereka tentang apa yang diharapkan.
d. Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan
Proses asosiasi terjadi karena dengan modul siswa dapat membaca teks dan melihat
diagram-diagram darn buku modulnya. Sedangkan struktur dan urutan maksudnya
materi pada buku modul itu dapat disusun mengikuti struktur pengetahuan secara
hirarkis. Dengan demikian siswa dapat mengikuti urutan kegiatan belajar secara teratur.
e. Penggunaan berbagai macam media (multi media)
Pembelajaran dengan modul memungkinkan digunakannya berbagai macam media
pembelajaran. Hal ini dikarenakan karakteristik siswa berbeda-beda terhadap
kepekaannya terhadap media. Oleh karena itu dalam belajar menggunakan modul bisa
saja divariasikan dengan media lain seperti radio atau televisi.
f. Partisipasi aktif dari siswa
Modul disusun sedemikian rupa sehingga bahan-bahan pembelajaran yang ada dalam
modul tersebut bersifat self instructional, sehingga akan terjadi keaktifan belajar yang
tinggi.
g. Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa
Respon yang diberikan siswa mendapat konfirmasi atas jawaban yang benar, dan
mendapat koreksi langsung atas kesalahan jawaban yang dilakukan. Hal ini dilakukan
dengan cara mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci jawaban yang telah
disediakan.
h. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya
Dalam pembelajaran modul dilengkapi pula dengan adanya kegiatan evaluasi, sehingga
darn hasil evaluasi ini dapat diketahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang
telah dipelajarinya. Untuk mengetahui siswa berada pada tingkat penguasaan yang
mana, dalam suatu modul juga dilengkapi tentang cara perhitungannya dan patokannya.
Karakteristik modul dapat diketahui dari formatnya yang disusun atas dasar:
1. Prinsip-prinsip desain pembelajaran yang berorientasi kepada tujuan (objective model)
2. Prinsip belajar mandiri
3. Prinsip belajar maju berkelanjutan (continuous progress)
4. Penataan materi secara modular yang utuh dan lengkap (self contained)
5. Prinsip rujuk silang (cross referencing) antar modul dalarn rnata pelajaran
6. Penilaian belajar mandiri terhadap kemajuan belajar (self-evaluation).

2. Teknik Pengembangan Modul


Mengembangkan modul berarti mengajarkan suatu mata pelajaran melalui tulisan.
Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan modul sama dengan
yang digunakan dalam pembelajaran biasa. Bedanya adalah, bahasa yang digunakan bersifat
setengah formal dan setengah lisan, bukan bahasa buku teks yang bersifat sangat formal.
Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam menyusun modul. Ketiga teknik tersebut
menurut Sungkono, dkk.(2003: 10), yaitu menuulis sendiri, pengemasan kembali informasi,
dan penataan informasi:
1. Menulis Sendiri (Starting from Scratch)
Penulis/guru dapat menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran. Asumsi yang mendasari cara ini adalah bahwa guru adalah pakar yang
berkompeten dalam bidang ilmunya, mempunyai kemampuan menulis, dan mengetahui
kebutuhan siswa dalam bidang ilmu tersebut. Untuk menulis modul sendiri, di samping
penguasaan bidang ilmu, juga diperlukan kemampuan menulis modul sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu selalu berlandaskan kebutuhan peserta belajar, yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Pengetahuan
itu dapat diperoleh melalui analisis pembelajaran, dan silabus. Jadi, materi yang disajikan
dalam modul adalah pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang tercantum dalam
silabus.
2. Pengemasan Kembali Informasi (Information Repackaging)
Penulis/guru tidak menulis modul sendiri, tetapi memanfaatkan buku-buku teks dan
informasi yang telah ada di pasaran untuk dikemas kembali menjadi modul yang
memenuhi karakteristik modul yang baik. Modul atau informasi yang sudah ada
dikumpulkan berdasarkan kebutuhan (sesuai dengan kompetensi, silabus dan RPP/SAP),
kemudian disusun kembali dengan gaya bahasa yang sesuai. Selain itu juga diberi
tambahan keterampilan atau kompetensi yang akan dicapai, latihan, tes formatif, dan
umpan balik.
3. Penataan Informasi (Compilation)
Cara ini mirip dengan cara kedua, tetapi dalam penataan informasi tidak ada perubahan
yang dilakukan terhadap modul yang diambil dari buku teks, jurnal ilmiah, artikel, dan
lain-lain. Dengan kata lain, materi-materi tersebut dikumpulkan, digandakan dan
digunakan secara langsung. Materi-materi tersebut dipilih, dipilah dan disusun
berdasarkan kompetensi yang akan dicapai dan silabus yang hendak digunakan.

3. Komponen Modul
Komponen-komponen utama yang perlu tersedia di dalam modul, yaitu tinjauan mata
pelajaran, pendahuluan, kegiatan belajar, latihan; rambu-rambu jawaban latihan,
rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban tes formatif Kedelapan komponen tersebut akan
dijelaskan satu persatu dalam bagian selanjutnya.
a. Tinjauan mata pelajaran
Tinjauan mata pelajaran adalah paparan umum mengenai keseluruhan pokok-pokok isi
mata pelajaran yang mencakup:

 Deskripsi mata pelajaran

 Kegunaaan mata pelajaran

 Kompetensi dasar

 Bahan pendukung lainnya (kaset, kit, dll

 Petunjuk Belajar

b. Pendahuluan

Pendahuluan suatu modul merupakan pembukaan pembelajaran suatu modul. Oleh


karena itu, dalam pendahuluan seyogyanya memuat hal-hal sebagai berikut:

 Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat

 Indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul

 Deskripsi perilaku awal (entry behaviour) yang memuat pengetahuan dan keterampilan
yang sebelumnya sudah diperoleh atau seyogyanya sudah dimiliki sebagai pijakan
(anchoring) dari pembahasan modal itu.

 Relevansi

 Urutan butir sajian modul (kegiatan belajar) secara logis

 Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari modul itu agar berhasil dikuasai
dengan baik.

c. Kegiatan belajar
Bagian ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai siswa. Materi tersebut disusun
sedemikian rupa, sehingga dengan mempelajari materi tersebu, tujuan yang telah
dirumuskan dapat tercapai. Agar materi pelajaran mudah diterima siswa, maka perlu
disusun secara sisternatis. Di dalam kegiatan belajar terdapat uraian atau penjelasan
secara rinci tentang isi pelajaran yang diikuti dengan contoh-contoh konkrit dan non
contoh. Sedapat mungkin uraian ini diikuti gambar, bagan atau grafik. Urutan penyajian
seperti ini yang dimulai dengan penjelasan kemudian diikuti dengan contoh. Urutan
penyajian dapat pula dimulai dengan contoh dan non contoh, atau kasus-kasus kemudian
diikuti dengan penjelasan tentang konsep yang dimaksud.

d. Latihan

Latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa setelah
membaca uraian sebelumnya. Gunanya untuk memantapkan pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil,
teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan ini agar siswa benar-benar belajar secara
aktif dan akhirnya menguasai konsep yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar
tersebut. Latihan disajikan secara kreatif sesuai dengan karakteristik setiap mata
pelajaran. Latihan dapat ditempatkan di sela-sela uraian atau di akhir uraian.

e. Rambu-rambu jawaban latihan

Rambu-rambu jawaban latihan merupakan hal-hal yang harus diperhatikan oleh siswa
dalam mengerjakan soal-soal latihan. Kegunaan rambu-rambu jawaban ini adalah untuk
mengarahkan pemahaman siswa tentang jawaban yang diharapkan dari pertanyaan atau
tugas dalam latihan dalam mendukung tercapainya kompetensi pembelajaran.

f. Rangkuman

Rangkuman adalah inti dari uraian materi yang disajikan pada kegiatan belajar dari suatu
modul, yang berfungsi menyimpulkan dan memantapkan pengalaman belajar (isi dan
proses) yang dapat mengkondisikan tumbuhnya konsep atau skemata baru dalam pikiran
siswa.

g. Test formatif
Pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi formatif) yang biasanya
berupa tes. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang dirumuskan telah
tercapai atau belum. Tes formatif merupakan tes untuk mengukur penguasaan siswa
setelah suatu pokok bahasan selesai dipaparkan dalam satu kegiatan belajar berakhir. Tes
formatif ini bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan. Hasil tes formatif digunakan sebagai dasar untuk
melanjutkan ke pokok bahasan selanjutnya.

h. Kunci jawaban tes formatif dan tindak lanjut

Kunci jawaban tes formatif pada umumnya diletakkan di bagian paling akhir suatu
modul. Jika kegiatan belajar berjumlah 2 buah, maka kunci jawaban tes formatif terletak
setelah tes formatif kegiatan belajar 2, dengan halaman tersendiri. Tujuannya agar siswa
benar-benar berusaha mengerjakan tes tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu.
Lembar ini berisi jawaban dari soal-soal yang telah diberikan. Jawaban siswa terhadap
tes yang ada diketahui benar atau salah dapat dilakukan dengan cara mencocokkannya
dengan kunci jawaban yang ada pada lembar ini. Tujuannya adalah agar siswa
mengetahui tingkat penguasaannya terhadap isi kegiatan belajar tersebut. Di samping
itu, pada bagian ini berisi petunjuk tentang cara siswa memberi nilai sendiri pada hasil
jawabannya.

4. Prosedur penyusunan modul

a. Tahap persiapan
b. Tahap penyusunan

c. Validasi dan penyempurnaan


5. Jobsheet

Mengutip pendapat dari Dr. Widarto M.Pd, jobsheet merupakan lembaran-lembaran


yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Jobsheet merupakan lembar kerja
yang memuat instruksi, perintah, petumjuk, ataupun gambar yang merupakan pedoman
peserta didik dalam melaksanakan praktikum, selain senagai petunjuk kerja pada jobsheet
juga biasanya dimuat lembar evaluasi yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Jobsheet
memuat paling tidak: judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian,
peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah
kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. Fungsi jobsheet :

a. Pedoman bagi tenaga pendidik dalam mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran.

b. Pedoman peseta didik dalam proses pembelajaran praktik.

c. Sebagai alat evaluasi pencapaian / penguasaan hasil latihan.

Penyusunan jobsheet dapat dilakukan dengan langkah berikut ( Widarto ):

1. Analisis kurikulum

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana saja yang


sekiranya memerlukan jobsheet sebagai bahan ajarnya. Biasanya dalam menentukan
materi dilakukan dengan cara menganalisis/melihat materi pokok dan pengalaman belajar
dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
Langkah ini bisa dimulai dengan mencermati standar kurikulum dan kompetensi dasar.

1. Menyusun peta kebutuhan jobsheet

Peta kebutuhan jobsheet sangat diperlukan guna mengetahui jumlah jobsheet yang harus
ditulis dan sekuensi atau urutan jobsheet nya juga bisa dilihat. Peta kebutuhan jobsheet
dapat ditentukan dari kompetensi dasar dan indikatornya.

2. Menentukan judul jobsheet


Judul jobsheet ditentukan atas KD-KD, materi pokok, atau pengalaman belajar yang
terdapat dalam kurikulum.

3. Penulisan jobsheet

Penulisan jobsheet meliputi:

a. Penyusunan materi

b. Menentukan alat penilaian

Struktur jobsheet:

1. Judul

2. Petunjuk belajar (petunjuk peserta didik)

3. Kompetensi yang akan dicapai

4. Informasi pendukung

5. Langkah kerja dan tugas-tugas

6. Penilaian
BAB III
KESIMPULAN
Rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) praktikum adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar praktikum.
RPP praktikum dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai dompetensi dasar. Pengembangan silabus dan RPP sangat diperlukan bagi para
pengembang kurikulum, dosen, mahasiswa ilmu pendidikan, dan khususnya pendidik di Sekolah
Menengah Kejuruan ( SMK ). Tahap pengembangan RPP juga harus diiringi dengan pengembangan
materi dan bahan ajar yang digunakan. Pengembangan materi ajar dapat dilakukan dengan 3 cara
mulai dari adopsi materi, adaptasi, dan yang terakhir pembuatan materi ajar. Sedangkan
pengembangan bahan ajar meliputi pengembangan modul praktikum dan jobsheet, hal ini
dikarenakan kedua bahan ajar tersebut merupakan pedoman peserta didik dalam melaksanakan
proses pembelajaran praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Arno, Abdul Kadir. 2014. Metode Pembelajaran Praktik. Diakses dari


https://abdulkadirarno.wordpress.com/2014/06/05/metode-pembelajaran-praktik/ pada 8 Mei 2018

Standar kompetensi, kompetensi dasar, idnikator pencapaian diakses dari


https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pengertian-standar-kompetensi-sk-
kompetensi-dasar-kd-dan-indikator/ pada 8 Mei 2018.

Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses.

Indrayanti, RD. 2016. Pengembangan materi ajar diakses dari https://kepompong.xyz/teori-


pengembangan-materi-ajar/ pada 10 Mei 2018.

Sungkono, dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY.

Tian Belawati, dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar . Jakarta: Pusat Penerbitan UT.

Panduan Operasional Penulisan Modul. 1997. Universitas Terbuka. Jakarta: UT

Widarto. Panduan Penyusunan Jobsheet Mapel Produktif Pada SMK. Yogyakarta: FT UNY.

Pengembangan materi ajar, dikases dari


https://imammalik11.wordpress.com/2013/12/12/pengembangan-materi-pembelajaran/ pada 12
Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai